Lapsus Obgyn Koas
Lapsus Obgyn Koas
LAPORAN KASUS
Umur : 37 tahun
Pekerjaan : Swasta
Agama : Islam
Masuk RS : 21/12/2019
1.2 ANAMNESIS
Keluhan Utama
Perdarahan
sejak kemarin malam (20/12/19). Darah yang keluar banyak dan bergumpal,
(±2minggu yang lalu) sampai MRS di RS Semen Gresik selama 3-4 hari,
dikatakan oleh dokter plasenta berada dibawah menutupi jalan lahir janin,
Semen Gresik. Pada tgl 18/12/19 pasien mengalami perdarahan kembali dan
untuk menghentikan perdarahan dan rawat jalan. Sehingga pada saat hari ini
HPHT : 04 – 05 - 2019
TP USG: 11 - 02 - 2020
Riwayat Operasi
Tidak ada
Riwayat Alergi
Riwayat Pernikahan
Riwayat Haid
Menarche : 14th
HPHT : 04 – 05 - 2019
2
Riwayat Kehamilan & Persalinan yang lalu
gram
II 1 Spontan Dibidan + + Suntik 1bln ♂ 3400 - 2th
gram
III 1 Hamil
Ini
Status generalis
Kepala :
:Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterus (-/-), edema palpebra (-/-)
Leher :
pembesaran KGB (-) pembesaran kelenjar tiroid (-).
Thoraks :
I : Pergerakan thoraks simetris, retraksi (-), sikatrik (-)
P : Nyeri tekan (-), massa tumor (-)
3
P : Sonor pada kedua lapang paru, pekak pada jantung, batas
paru-hepar SIC VI linea midclaviculadextra, batas jantung
dalam batas normal.
A : Bunyi pernapasan vesikular +/+, rhonki -/-, wheezing
Bunyijantung I/II murni Reguler
Jantung :S I dan II regular (+), murmur (-), gallop (-)
Abdomen:
I : Tampak cembung, striae gravidarum (+), linea nigra (+)
A : Peristaltik (+) kesan normal
P : timpani
P : Nyeri tekan pada perut bagian bawah(-)
Vagina: Darah (+), lendir (-), flour albus (-) penyakit kelamin (-),
varices (-)
Ekstremitas :akral hangat (-/-), CRT < 2 detik (+/+), oedema (-/-)
Pemeriksaan luar
I : Tampak cembung, striae gravidarum (+), linea nigra (+)
P:
TFU = 26cm, His (+)
Leopold I : teraba bulat keras (presentasi kepala)
Leopold II : Punggung kiri
Leopold III : bagian terendah teraba lunak (presentasi bokong)
Leopold IV : bagian terendah belum masuk PAP
A : DJJ (+) : 154x/menit positif teratur
Pemeriksaan VT : VT tidak dilakukan
4
USG : RS Semen Gresik (18/12/19), T/H, letak sungsang, 32/33mgg, TBJ :
1900gram, plasenta di SBR menutup OUI total.
HEMATOLOGI
Laboratorium (21 Desember 2019)
Nama Metode Hasil Nilai Normal
Pemeriksaan
HEMATOLOGI
Darah Lengkap
Hemoglobin Flowcytometri 7,3 11,4 g % - 15,1 g %
Leukosit Flowcytometri 11.300 4500 - 11000
LED WesternGreen - 0 - 20
Hitung Jenis Slide 0/0/0/62/31/7 1 – 2/0-1/3-5/40-50/20-
40/48
PCV/Hematokrit Flowcytometri 26 37 - 47 %
Trombosit Flowcytometri 266.000 150000 - 450000
MCV Flowcytometri 81 80 - 94
MCH Flowcytometri 25 26 - 32
MCHC Flowcytometri 31 32 - 36
Golongan Darah Aglutinasi “ O” -
GULA DARAH
Gula Darah Acak GOD – PAP 128 < 200 g%
FAAL
HEMOSTASIS
PT Koagulasi 11.0 INR 0.80 11-15 detik INR 1,0-1,4
APTT Koagulasi 21.0 25-35 detik
FUNGSI GINJAL
BUN Enzimatik Kinetik 13.6 8-18 g%
Serum Creatinin Jaffe 0.78 P.Dewasa 0.45-0.75 g%
ELEKTROLIT
(CT)/CARETIUM
Natrium (Na) ISE 138 135-147 mmol/L
Kalium (K) ISE 3.4 3.5-5.0 mmol/L
Chloride (Cl) ISE 109 95-105 mmol/L
IMUNOLOGI
5
HBs Ag (stick) Chromatographic Negatif Negatif
Anti HIV Tes Chromatographic Non - reaktif
SD HIV Chromatographic Non reaktif Non reaktif
Fokus HIV - -
VIKIA - -
Kesimpulan - Non reaktif belum -
tentu hasilnya
negative.
Mungkin klien
sedang masa
jendela dari
infeksi HIV.
ASSESSMENT
Ibu : GIIIP2002 32/33 minggu T/H + APB (PPT) + PPI + Syok
Hipovolemik + Letsu + Anemia
1.5 RENCANA
Rencana Tindakan : -inf. RL 2fl
: - transfusi WB 2bag
1.6 FOLLOW UP
Hari dan tanggal SOAP Intruksi PPA
Minggu S : Pasien mengatakan perdarahan 1. Ciptakan suasana
22-12-2019 mulai sedikit dan kenceng- terapeutik pada
08:30 kenceng jarang. Gerakan janin pasien dan
pada kehamilan yang sekarang keluarga pasien,
jauh lebih aktif dibandingkan 2. Jelaskan kepada
kedua kehamilan sebelumnya. pasien tindakan
O :KU : Lemah, TD : 94/51, S/N: yang akan
6
36,0˚C/80x/menit, Djj (+): dilakukan
147x/menit, TFU : 26cm, HIS (+) 3. Obs TTV & DJJ
jarang. 4. Jelaskan tentang
A : GIIIP2002 32/33 minggu T/H + hasil
APB (PPT) + PPI + Syok pemeriksaan,
Hipovolemik + Letsu + Anemia 5. KIE ke pasien
Masalah : - Nutrisi
Lemah - Istirahat yang
Perdarahan cukup
Anemis - Personal
Resiko partus premature hygine.
P: setelah dilakukan askeb 1x24 6. Kolaborasi
jam diharapkan masalah teratasi dengan tim
dengan kriteria: medis terapi dr.
- TTV & DJJ dalam batas Santi:
normal - Inf drip
- Hb normal Bricasma
- Tidak ada tanda-tanda 2amp 12tpm
inpartu. - Tranfusi WB
- Kehamilan dapat 2bag
dipertahankan. - Loading RL
2fl
Senin S : Pasien mengatakan perdarahan 1. Ciptakan suasana
23-12-2019 mulai sedikit dan sudah tidak terapeutik pada
09:15 kenceng-kenceng. pasien dan
O :KU : Lemah, TD : 100/68, keluarga pasien,
S/N: 36,5˚C/81x/menit, Djj (+): 2. Jelaskan kepada
152x/menit, TFU : 26cm, HIS (-), pasien tindakan
Hb :8,9 g% (post transfusi 4bag). yang akan
A : GIIIP2002 32/33 minggu T/H + dilakukan
APB (PPT) + PPI + Syok 3. Obs TTV & DJJ
Hipovolemik + Letsu + Anemia 4. Jelaskan tentang
Masalah : hasil
Lemah pemeriksaan,
7
Perdarahan 5. KIE ke pasien
Anemis - Nutrisi
Resiko partus premature - Istirahat yang
P: setelah dilakukan askeb 1x24 cukup
jam diharapkan masalah teratasi - Personal
dengan kriteria: hygine.
- TTV & DJJ dalam batas 6. Kolaborasi
normal dengan tim
- Hb normal medis terapi dr.
- Tidak ada tanda-tanda Santi:
inpartu. - Inf drip
Kehamilan dapat dipertahankan. Bricasma
2amp 12tpm
- Tranfusi WB
2bag
- Inf. HES
1kolf
Selasa S : Pasien mengatakan perdarahan - Intervensi
24-12-2019 sudah berhenti dan sudah tidak dilanjutkan
11:00 kenceng-kenceng.
O :KU : Lemah, TD : 103/65,
S/N: 36,5˚C/78x/menit, Djj (+):
148x/menit, TFU : 26cm, HIS (-).
A : GIIIP2002 32/33 minggu T/H +
APB (PPT) + PPI + Syok
Hipovolemik + Letsu + Anemia
Masalah :
Lemah
Anemis
Resiko partus premature
P: setelah dilakukan askeb 1x24
jam diharapkan masalah teratasi
dengan kriteria:
- TTV & DJJ dalam batas
8
normal
- Hb normal
- Perdarahan tidak terulang.
Kehamilan dapat dipertahankan.
Rabu S: Pasien mengatakan perdarahan - Intervensi
25-12-2019 sudah berhenti dan sudah tidak dilanjutkan
10:00 kenceng-kenceng.
O :KU : Cukup, TD : 112/81, S/N:
36,5˚C/88x/menit, Djj (+):
154x/menit, TFU : 26cm, HIS (-).
A : GIIIP2002 32/33 minggu T/H +
APB (PPT) + PPI + Syok
Hipovolemik + Letsu + Anemia
Masalah :
Resiko partus premature
P: setelah dilakukan askeb 1x24
jam diharapkan :
- TTV & DJJ dalam batas
normal
- Hb normal
- Perdarahan tidak terulang.
Kehamilan dapat dipertahankan.
Kamis S: Pasien mengatakan perdarahan 1. Ciptakan suasana
26-12-2019 sudah berhenti dan sudah tidak terapeutik pada
08:00 kenceng-kenceng. pasien dan
O :KU : Cukup, TD : 113/79, S/N: keluarga pasien,
36,5˚C/78x/menit, Djj (+): 2. Jelaskan kepada
149x/menit, TFU : 26cm, HIS (-), pasien tindakan
Hb 10,4 g% (post transfusi 6bag). yang akan
A : GIIIP2002 32/33 minggu T/H + dilakukan (SC
APB (PPT) + PPI + Syok besok 27/12/19)
Hipovolemik + Letsu + Anemia 3. Obs TTV & DJJ
Masalah : 4. Jelaskan tentang
Resiko partus premature hasil
9
P: setelah dilakukan askeb 1x24 pemeriksaan,
jam diharapkan : 5. KIE ke pasien
- TTV & DJJ dalam batas - Nutrisi
normal - Istirahat yang
- Hb normal cukup
- Perdarahan tidak terulang. - Personal
Kehamilan dapat dipertahankan. hygine.
6. Kolaborasi
dengan tim
medis terapi dr.
Santi:
- Inf drip
Bricasma
2amp 12tpm
- Inf. RL
14tpm
Jumat S: Pasien mengatakan perdarahan - Rencana SC +
27-12-2019 sudah berhenti dan sudah tidak IUD tgl hari ini
08:00 kenceng-kenceng. -Pasien puasa
O :KU : Cukup, TD : 116/80, S/N:
36,5˚C/90x/menit, Djj (+):
151x/menit, TFU : 26cm, HIS (-),
Hb 10,4 g%.
A : GIIIP2002 32/33 minggu T/H +
APB (PPT) + PPI + Syok
Hipovolemik + Letsu + Anemia
Masalah :
-Cemas
-Resiko partus premature
P: setelah dilakukan askeb 1x24
jam diharapkan :
- TTV & DJJ dalam batas
normal
- Perdarahan tidak terulang.
10
Sabtu S: P2103 post SC + IUD -
28-12-2019 - Cek lab
07:30 - RL : D5 = 2: 2
- Inj cefotaxime 3x1g
- Inj asam traksenamat 3x1 g
- Inj ketorolac 3x1 g
Sabtu S : pasien mengeluh nyeri luka op - Jelaskan hasil
28-12-2019 O: TD: 114/75 S/N : 36,2˚C/88 pemeiksaan
08:30 Skala nyeri = 5 - Beri KIE :
Hb post partum 13,1 mg/dl Puasa
A: P2103 + Post SC + IUD Mobilisasi
Masalah : - Observasi TTV
- Nyari luka op dan pendarahan
- Resiko tinggi pendarahan - Kolaborasi
P: setelah dilakukan askeb selama dengan tim
1x24jam diharapkan masalah medis terapi :
teeratasi dengan kriteria: - Inj
- TTV dbn cefotaxime
- Pendarahan dbn 3x1g
- Skala nyeri berkurang - Inj asam
traksenamate
3x500 mg
- Inj kerorolac
3x1 g
11
A: P2103 + Post SC + IUD
Masalah :
- Nyari luka op
- Resiko tinggi pendarahan
P: setelah dilakukan askeb selama
1x24jam diharapkan masalah
teeratasi dengan kriteria:
- TTV dbn
- Pendarahan dbn
- Skala nyeri berkurang
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
atau lebih dan sering disebut atau digolongkan perdarahan trimester ketiga. Perdarahan
antepartum adalah perdarahan dari trektus genitalis setelah kehamilan 28 minggu, yang
mungkin disebabkan karena vaginitis, polip serviks, servisitis, varises vagina dan serviks dan
13
lesi ganas pada vagina atau serviks. Perdarahan Antepartum adalah perdarahan yang terjadi
pada akhir kehamilan dan merupakan ancaman serius terhadap kesehatan dan jiwa baik ibu
maupun anak. 1
trimester akhir dalam kehamilan sampai bayi lahir. Perdarahan antepartum pada umumnya
disebabkan oleh kelainan implantasi plasenta (letak rendah dan previa), kelainan insersi tali
pusat atau pembuluh darah pada selaput amnion (casa previa) dan separasi plasenta sebelum
bayi lahir.1
1. Solusio Plasenta
a. Definisi
plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada lapisan desidua endometrium
plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasi normalnya sebelum janin
lahir, dan definisi ini hanya berlaku apabila terjadi pada kehamilan di atas 22 minggu
atau berat janin di atas 500 gram. Proses solusio plasenta dimulai dengan terjadinya
b. Klasifikasi
14
1) Trijatmo Rachimhadhi membagi solusio plasenta menurut derajat pelepasan
plasenta:
c. Etiologi
Penyebab primer solusio plasenta belum diketahui secara pasti, namun ada
1) Faktor trauma
b) Tarikan pada tali pusat yang pendek akibat pergerakan janin yang
Lebih banyak dijumpai pada multipara dari pada primipara. Holmer mencatat
bahwa dari 83 kasus solusio plasenta yang diteliti dijumpai 45 kasus terjadi pada
plasenta sejalan dengan meningkatnya umur ibu. Hal ini dapat diterangkan karena
15
4) Leiomioma uteri (uterine leiomyoma) yang hamil dapat menyebabkan solusio
leiomioma.
Ibu yang perokok juga merupakan penyebab peningkatan kasus solusio plasenta
sampai dengan 25% pada ibu yang merokok ≤ 1 (satu) bungkus per hari. Ini dapat
diterangkan pada ibu yang perokok plasenta menjadi tipis, diameter lebih luas dan
melaporkan bahwa resiko terjadinya solusio plasenta meningkat 40% untuk setiap
Hal yang sangat penting dan menentukan prognosis ibu dengan riwayat solusio
berikutnya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ibu hamil lainnya yang tidak
8) Pengaruh lain, seperti anemia, malnutrisi/defisiensi gizi, tekanan uterus pada vena
cava inferior dikarenakan pembesaran ukuran uterus oleh adanya kehamilan, dan
lain-lain.
d. Patofisiologi
basalis dan terbentuknya hematom subkhorionik yang dapat berasal dari pembuluh
16
darah miometrium atau plasenta, dengan berkembangnya hematom subkhorionik
Apabila perdarahan sedikit, hematom yang kecil hanya akan sedikit mendesak
jaringan plasenta dan peredaran darah utero-plasenter belum terganggu, serta gejala
dan tandanya pun belum jelas. Kejadian baru diketahui setelah plasenta lahir, yang
dengan bekuan darah lama yang berwarna kehitaman. Biasanya perdarahan akan
besar, kemudian akan medesak plasenta sehingga sebagian dan akhirnya seluruh
plasenta akan terlepas dari implantasinya di dinding uterus. Sebagian darah akan
masuk ke bawah selaput ketuban, dapat juga keluar melalui vagina, darah juga dapat
kondisi uterus yang biasanya disebut dengan istilah Uterus Couvelaire, dimana pada
kondisi ini dapat dilihat secara makroskopis seluruh permukaan uterus terdapat
bercak-bercak berwarna biru atau ungu. Uterus pada kondisi seperti ini (Uterus
Couvelaire) akan terasa sangat tegang, nyeri dan juga akan mengganggu kontraktilitas
(kemampuan berkontraksi) uterus yang sangat diperlukan pada saat setelah bayi
dilahirkan sebagai akibatnya akan terjadi perdarahan post partum yang hebat . Akibat
17
hipofibrinogenemia ini terjadi gangguan pembekuan darah yang tidak hanya di uterus,
e. Diagnosis
1) Anamnesis
e) Kadang ibu dapat menceritakan trauma dan faktor kausal yang lain.
2) Inspeksi
3) Palpasi
b) Uterus tegang dan keras seperti papan yang disebut uterus in bois (wooden
4) Auskultasi
18
Sulit dilakukan karena uterus tegang, bila DJJ terdengar biasanya di atas 140,
kemudian turun di bawah 100 dan akhirnya hilang bila plasenta yang terlepas
5) Pemeriksaan dalam
b) Kalau sudah terbuka maka plasenta dapat teraba menonjol dan tegang
c) Apabila plasenta sudah pecah dan sudah terlepas seluruhnya, plasenta ini
placenta
6) Pemeriksaan umum
penyakit vaskuler, tetapi akan turun dan pasien jatuh dalam keadaan syok. Nadi
7) Pemeriksaan laboratorium
a) Urin : Albumin (+), pada pemeriksaan sedimen dapat ditemukan silinder dan
leukosit.
pembekuan darah hipofibrinogenemia
8) Pemeriksaan plasenta
19
Pada pemeriksaan USG yang dapat ditemukan antara lain :Terlihat daerah
terlepasnya plasenta, Janin dan kandung kemih ibu, Darah, Tepian plasenta
f. Komplikasi
1) Syok perdarahan
kontraksi uterus yang tidak kuat untuk menghentikan perdarahan pada kala III
persalinan dan adanya kelainan pada pembekuan darah. Pada solusio plasenta
berat keadaan syok sering tidak sesuai dengan jumlah perdarahan yang terlihat.
2) Gagal ginjal
Gagal ginjal merupakan komplikasi yang sering terjadi pada penderita solusio
yang terjadi. Biasanya terjadi nekrosis tubuli ginjal yang mendadak, yang
umumnya masih dapat ditolong dengan penanganan yang baik. Perfusi ginjal
akan terganggu karena syok dan pembekuan intravaskuler. Oliguri dan proteinuri
akan terjadi akibat nekrosis tubuli atau nekrosis korteks ginjal mendadak. Oleh
karena itu oliguria hanya dapat diketahui dengan pengukuran pengeluaran urin
yang harus secara rutin dilakukan pada solusio plasenta berat. Pencegahan gagal
20
bulan ialah 450 mg%, berkisar antara 300-700 mg%. Apabila kadar fibrinogen
plasma kurang dari 100 mg% maka akan terjadi gangguan pembekuan darah.
Pada solusio plasenta yang berat terjadi perdarahan dalam otot-otot rahim dan
menjadi biru atau ungu yang biasa disebut Uterus couvelaire. Tapi apakah uterus
ini harus diangkat atau tidak, tergantung pada kesanggupannya dalam membantu
menghentikan perdarahan.
g. Terapi
Ekspektatif, bila usia kehamilan kurang dari 36 minggu dan bila ada perbaikan
(perdarahan berhenti, perut tidak sakit, uterus tidak tegang, janin hidup) dengan
tirah baring dan observasi ketat, kemudian tunggu persalinan spontan .Bila ada
pada pemantauan dengan USG daerah solusio plasenta bertambah luas), maka
kehamilan harus segera diakhiri. Bila janin hidup, lakukan seksio sesaria, bila
persalinan.
Apabila tanda dan gejala klinis solusio plasenta jelas ditemukan, penanganan
di rumah sakit meliputi transfusi darah, amniotomi, infus oksitosin dan jika perlu
21
perdarahan telah terjadi sekurang-kurangnya 1000 ml. Maka transfusi darah harus
mengalami gangguan.
2. Plasenta Previa
a. Definisi
Plasenta previa adalah plasenta yang ada didepan jalan lahir, (prae: didepan;
vias: jalan). Jadi yang dimaksud adalah plasenta yang implantasinya tidak normal
ialah rendah sekali hingga menutupi seluruh atau sebagian osium internum.
Implantasi plasenta yang normal ialah pada dinding depan atau dinding belakang
Plasenta Previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim
sedemikian rupa sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari ostium uteri internum.2
Plasenta previa cukup sering dijumpai dan pada tiap perdarahan antepartum
kemungkinan plasenta previa harus dipikirkan. Plasenta previa lebih sering terjadi
2) Plasenta previa lateralis: hanya sebagian dari ostium tetutup oleh plasenta.
22
3) Plaseta previa marginalis: hanya pada pingir ostium terdapat jaringan plasenta.3
Selain itu ada juga Low-lying placenta (plasenta letak rendah, lateralis
placenta atau kadang disebut juga dangerous placenta), posisi plasenta beberapa
mm atau cm dari tepi jalan lahir. Risiko perdarahan tetap ada, namun bisa
dibilang kecil, dan bisa dilahirkan per-vaginam dengan aman, asal hat-hati.
Dari klasifiskasi tersebut yang sama sekali tidak dapat melahirkan pervaginam
c. Etiologi
multipara. Primigravida tua. Bekas seksiosesarea, bekas aborsi, kelainan janin dan
leiomioma uteri.
2) myoma uteri
3) kuretase berulang
lebih luas untuk mencukupi kebutuhan janin sehingga mendekati atau menutupi
ostium uteri internum. Plasenta previa mungkin juga disebabkan oleh implantasi telur
yang rendah.
23
d. Faktor Risiko Plasenta-Previa
2) Multiparitas, apalagi bila jaraknya singkat. Secara teori plasenta yang baru
3) Kehamilan kembar.
5) Adanya jaringan parut pada rahim oleh operasi sebelumnya. Dilaporkan, tanpa
menjadi 0,65% setelah 1 kali, 1,8% setelah 2 kali, 3% setelah 3 kali dan 10%
e. Gejala
1) Gejala yang utama adalah perdarahan tanpa nyeri. Biasanya perdarahan baru
abortus
24
Setelah bulan ke-4 terjadi regangan pada dinding uterus karena isi uterus lebih
cepat tumbuhnya dari uterus itu sendiri. Akibatnya adalah istmus uteri tertarik
menjadi dinding kavum uteri (segmen bawah rahim/SBR). Pada plasenta previa,
hal ini tidak mungkin terjadi tanpa pergeseran antara plasenta dan dinding uterus.
Saat perdarahan tergantung pada kekuatan insersi plasenta dan kekuatan tarikan
pada istmus uteri. Jadi dalam kehamilan tidak perlu ada his untuk menimbulkan
perdarahan karena plasenta akan terlepas dari dasarnya. Perdarahan pada plasenta
2) Bagian terendah janin tinggi. Plasenta terletak pada kutub bawah uterus sehingga
kehamilan, maka plasenta previa atau solusio plasenta harus diduga. Kewajiban
dokter atau bidan untuk mengirim pasien ke rumah sakit tanpa lebih dahulu
plasenta previa darah keluar dari ostium uteri eksternum. Sebelum tersedia darah
dan kamar operasi siap tidak boleh dilakukan pemeriksaan dalam karena dapat
25
dengan hati-hati. Jika tulang kepala dan sutura-suturanya dapat teraba dengan
mudah, maka kemungkinan plasenta previa kecil. Sebaliknya jika antara jari-jari
kita dan kepala teraba bantalan (yaitu plasenta), maka kemungkinan plasenta
previa besar. Pemeriksaan ini hanya dapat dilakukan pada presentasi kepala
Diagnosa pasti dibuat dengan pemeriksaan dalam di kamar operasi dan bila
sudah ada pembukaan. Pemeriksan harus dilakukan dengan hati-hati supaya tidak
f. Komplikasi
1) Pada ibu dapat terjadi perdarahan hingga syok akibat perdarahan, anemia karena
2) Pada janin biasanya terjadi persalinan premature dan komplikasi seperti Asfiksi
berat.4
g. Gambaran Kinik
Pendarahan tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri merupakan gejala utama dan
bekerja biasa, perdarahan pertama biasanya tidak banyak, sehingga tidak akan
berakibat fatal. Perdarahan berikutnya hampir selalu banyak dari pada sebelumnya,
minggu segmen bawah uterus, pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan
serviks tidak dapat diikuti oleh plasenta yang melekat dari dinding uterus. Pada saat
plasenta dari dinding uterus perdarahan tidak dapat dihindari karena ketidak
26
mampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi menghentikan
perdarahan, tidak sebagai serabut otot uterus untuk menghentikan perdarahan kala III
dengan plasenta yang letaknya normal makin rendah letak plasenta makin dini
terjadi lebih dini dari pada plasenta letak rendah, yang mungkin baru berdarah setelah
persalinan mulai.5
h. Pemeriksaan diagnostik
tanpa nyeri terutama pada multigravida, banyaknya perdarahan tidak dapat dinilai
2) Pemeriksaan Luar. Bagian bawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul
presentasi kepala, biasanya kepala masih terapung di atas pintu atas panggul
perdarahan berasal dari osteum uteri eksternum atau dari ostium uteri eksternum,
4) Penentuan Letak Plasenta Tidak Langsung. Penentuan letak plasenta secara tidak
Ultrasonagrafi penentuan letak plasenta dengan cara ini ternyata sangat tepat,
tidak menimbulkan bahaya radiasi bagi ibu dan janinnya dan tidak menimbulkan
rasa nyeri.5
plasenta atau jarak tepi plasenta terhadap ostium bila jarak tepi 5 cm disebut
27
6) Diagnosis Plasenta Previa Secara Defenitif.. Dilakukan dengan PDMO yaitu
yang sangat banyak dan pada ibu dengan anemia berat, tidak dianjurkan
i. Penatalaksanaan
1) Terapi ekopektif
a) Tujuan terapi ekopektif ialah supaya janin tidak terlahir premature, penderita
e) Uji pematangan paru janin dengan tes kocok(bubble tes) dan hasil
amniosentesis.
f) Bila setelah usia kehamilan diatas 24 minggu, plasenta masuh berada disekitar
ostium uteri internum, maka dugaan plasenta previa menjadi jelas, sehingga
28
perlu dilakukan observasi dan konseling untuk menghadapi kemungkinan
2) Terapi aktif
a) Wanita hamil diatas 2 minggu dengan perdarahan pervaginam yang aktif dan
maturnitas janin.
a. Infuse atau tranfusi telah terpasang, kamar dan tim operasi telah siap.
anensefali).
d. Perdarahan dengan bagian bawah janin telah jauh melewati pintu atas
3) Seksio sesarea
ibu, sehingga walaupun janin meninggal atau tidak punya harapan untuk
29
c. Lakukan perawatan lanjut paska bedah termaksud pemantauan perdarahan,
.
1. Perdarahan tanpa nyeri Perdarahan dengan nyeri
2. Perdarahan berulang Perdarahan tidak berulang
3. Warna perdarahan merah segar Warna perdarahan merah coklat
4. Adanya anemia dan renjatan yang Adanya anemia dan renjatan yang tidak
sesuai dengan keluarnya darah sesuai dengan keluarnya darah
5. Timbulnya perlahan-lahan Timbulnya tiba-tiba
6. Waktu terjadinya saat hamil Waktu terjadinya saat hamil inpartu
7. His biasanya tidak ada His ada
8. Rasa tidak tegang (biasa) saat Rasa tegang saat palpasi
palpasi
9. Denyut jantung janin ada Denyut jantung janin biasanya tidak ada
10. Teraba jaringan plasenta pada Teraba ketuban yang tegang pada periksa
periksa dalam vagina dalam vagina
11. Penurunan kepala tidak masuk Penurunan kepala dapat masuk pintu atas
pintu atas panggul panggul
12. Presentasi mungkin abnormal. Tidak berhubungan dengan presentasi
1. Insertio Velamentosa
30
Insertio velamentosa adalah insersi tali pusat pada selaput janin. Insersi
velamentosa sering terjadi pada kehamilan ganda. Pada insersi velamentosa, tali pusat
dihubungkan dengan plasenta oleh selaput janin. Kelainan ini merupakan kelainan
berjalan antara funiculus umbilikalis dan plasenta melewati membran. Bila pembuluh
darah tersebut berjalan didaerah ostium uteri internum, maka disebut vasa previa.
Vasa previa ini sangat berbahaya karena pada waktu ketuban pecah, vasa previa dapat
terkoyak dan menimbulkan perdarahan yang berasal dari anak. Gejalanya ialah
perdarahan segera setelah ketuban pecah dan karena perdarahan ini berasal dari anak
2. Vasa previa
a. Definisi
melintasi atau berada di dekat ostium uteri internum (cervical os). Pembuluh
darah tersebut berada didalam selaput ketuban (tidak terlindung dengan talipusat
atau jaringan plasenta) sehingga akan pecah bila selaput ketuban pecah.
b. Etiologi
Vasa previa terjadi bila pembuluh darah janin melintasi selaput ketuban yang
berada di depan ostium uteri internum. Pembuluh darah tersebut dapat berasal
dari insersio velamentosa dari talipusat atau bagian dari lobus suksenteriata
(lobus aksesorius). Bila pembuluh darah tersebut pecah maka akan terjadi
31
c. Patofisiologi
Penyebab dari pendarahan vasa previa yakni adaya pembuluh darah janin
melintasi selaput ketuban yang berada di depan ostium uteri internum. Dimana
pendarahan vasa previa disini hampir sama dengan etiologinya karena hampir
semua berhubungan.
d. Maninfestasi klinik.
4) Perdarahan segera setelah ketuban pecah dan karena perdarahan ini berasal
dari anak maka dengan cepat bunyi jantung anak menjadi buruk.
e. Diagnosa
2) Tes Apt : uji pelarutan basa hemoglobin. Diteteskan 2 – 3 tetes larutan basa
campuran akan tetap berwarna merah. Jika darah tersebut berasal dari ibu,
eritrosit akan segera pecah dan campuran berubah warna menjadi coklat.
plasenta
bahwa sedikit perdarahan yang terjadi sudah berdampak fatal bagi janin
f. Pemeriksaan penunjang
32
1) USG : biometri janin, plasenta (letak, derajat maturasi, dan kelainan), ICA.
Sangat bergantung pada status janin. Bila ada keraguan tentang viabilitas janin,
tentukan lebih dahulu umur kehamilan, ukuran janin, maturitas paru dan
hidup dan cukup matur dapat dilakukan seksio sesar segera namun bila janin
3. Plasenta Sirkumvalata
a. Definisi
Pada permukaan foetal dekat pada pinggir plasenta terdapat cincin putih.
luarnya terdiri dari vili yang timbul ke samping, dibawah desidua. Sebagai
akibatnya pinggir plasenta mudah terlepas dari dinding uterus dan perdarahan
sebelum plasenta diperiksa pada akhir kehamilan. Bila cincin putih ini
33
letaknya dekat sekali dengan pinggir plasenta , disebut juga Plasenta marginata
b. Penyebab
1) Insiden : 2 – 18 %
c. Diagnosis
Plasenta sirkumvalata baru dapat ditegakkan setelah plasenta lahir, tetapi dapat
BAB III
PEMBAHASAN
dari jam 11.00 (20/12/19), nyeri (-), lendir (-), pusing (+), sesak (+), mual (-),
muntah (-).
34
HPHT : 04 – 05 - 2019
TP USG: 11 - 02 - 2020
dilakukan
Hb 7,3 g%, Leukosit 11.300, PCV 26, Trombosit 266.000, MCV 81, MCH 25,
MCHC 31.
yang telah dilakukan pasien pada kasus ini didiagnosis sebagai Antepartum Bleeding
(APB) e.c Plasenta Previa Total. Diagnosis APB e.c plasenta previa total didasarkan
agar mencapai Hb normal. Setelah pasien mencapai perbaikan KU dengan baik , pada
Berdasarkan faktor risiko yang sudah disebutkan diatas, pasien ini memiliki
paritas yang tinggi terhadap terjadinya antepartum bleeding e.c plasenta previa total,
yaitu kehamilan ketiga dengan usia >35 tahun disertai dengan gejala yang didapatkan
35
dari anamnesa perdarahan baru timbul setelah bulan ke-7 tanpa disertai nyeri dan
plasenta di SBR (Segmen Bawah Rahim) menutupi OUI (Osteum Uteri Internum)
total.
DAFTAR PUSTAKA
4. Arief Mansjoer, dkk. 2002. Askariasis. Dalam : Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1,
36
37