Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KIMIA ANALISIS

“Crude Palm Oil”

Disusun oleh Kelompok 4:

i
KATA PENGANTAR
Pertama kami mengucapkan puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala kebesaran dan limpahan nikmat yang diberikan-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “Crude Palm Oil“.
Dalam penulisan makalah ini, berbagai hambatan telah kami alami. Oleh karena
itu, terselesaikannya makalah ini tentu saja bukan karena kemampuan kami semata-mata. Namun
karena adanya dukungan dan bantuan dari pihak-pihak yang terkait. Sehubungan dengan hal
tersebut, perlu kiranya penulis dengan ketulusan hati mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Pengajar Mata kuliah Proses Industri Kimia yang telah membantu kami dalam menyelesaikan
makalah ini. Kami berterima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu
persatu, yang telah membantu menyelesaikanmakalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari pengetahuan dan pengalaman kami
masih sangat terbatas. Oleh karena itu, kami mohon maaf jika ada kesalahan yang sengaja
maupun tidak sengaja telah kami lakukan. Dan kami juga sangat mengharapkan adanya kritik
dan saran dari berbagai pihak agar makalah ini lebih baik dan bermanfaaat. Terima kasih.

                                                                                    Makassar, Agustus 2019

                                                                                                                                                             
                                                                      Penyusun

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah...........................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................................................3
2.1 Definisi CPO.....................................................................................................................................3
2.2 Proses Pembentukan CPO.............................................................................................................3
2.2.1 Tandan Buah Segar Sawit...........................................................................................................3
2.2.2 Jembatan Timbang......................................................................................................................4
2.2.3 Penyortiran.................................................................................................................................4
2.2.4 Perebusan....................................................................................................................................5
2.2.5 Perontokan Buah dari Tandan / Threser......................................................................................6
2.2.6 Pengolahan Minyak dari Daging Buah.......................................................................................6
2.3 Manfaat CPO...................................................................................................................................8
2.3.1 Minyak Kelapa Sawit Sebagai Bahan Makanan.........................................................................8
2.3.2 Minyak Kelapa Sawit Sebagai Bahan Adiktif.............................................................................8
2.3.3 Minyak Kelapa Sawit Sebagai Kosmetik....................................................................................9
2.3.4 Minyak Kelapa Sawit Sebagai Obat...........................................................................................9
2.3.5 Minyak Kelapa Sawit Sebagai Industri.......................................................................................9
2.4 Sampling CPO.................................................................................................................................9
2.4.1 In Bulk : contoh dari tangki timbun (storage tank), dan atau dalam palka kapal.......9
2.4.2 Contoh dari mobil tangki ( road tanker )..............................................................................10
2.5 Preparasi CPO...............................................................................................................................11
2.6 Analisa Mutu CPO.......................................................................................................................11
BAB IV PENUTUP..................................................................................................................................17
4.1 Kesimpulan....................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Crude Palm Oil (CPO) atau biasa disebut dengan minyak kelapa sawit kasar
adalah minyak hasil pengolahan bauh kelapa sawit yang diperoleh melalui proses
ekstraksi daging buah tanaman kelapa sawit. Buah kelapa sawit terdiri atas kulit buah
(exocarp), daging buah (pulp mesocarp), cangkang (shell endosperm), dan inti (kernel
endosperm). Exocarp dan mesocarp banyak mengandung CPO, sedangkan pada inti dapat
menghasilkan minyak inti sawit atau PKO. Minyak CPO mempunyai ciri-ciri fisik agak
kental, berwarna kuning jingga kemerah-merahan karena mengandung pigmen
karotenoida. CPO yang telah dimurnikan mengandung asam lemak bebas (ALB) sekitar
5% dan karoten atau pro-vitamin E (800-900 ppm). CPO (crude palm oil) bersifat
setengah padat pada suhu kamar, dengan titik cair antara 40-70º C. CPO berbeda dengan
PKO yaitu dapat dilihat pada warna. Pada PKO tidak berwarna jingga karna tidak
mengandung.
Merupakan komoditas yang penting karena kebutuhan akan minyak goreng dan
derivatnya di dalam negeri terus meningkat sejalan denganmeningkatnya standar
ekonomi masyarakat. minyak kelapa sawit merupakan sumber devisa negara yang sangat
potensial karena tidak semua negara dapat memproduksinya. Kelapa sawitnya dapat
tumbuh dan berproduksi dengan baik pada kawasan beriklim tropis seperti di indonesia
dan termasuk daerah Riau merupakan sangat potensial untuk tanaman kelapa
sawit.bukanya beberapa areal baru perkebunan kelapa sawit oleh perusahaan perkebunan
Swasta Nasional (PBSN) perkebunan Negara dan perkebunan Rakyat membawa imflikasi
baru mulai dari persediaan lahan,perbaikan infrastruktur , dampak lingkungan) sehingga
penyediaan sumber daya manusia. perkembangan kelapa sawit di indonesia mulai
berkembang pesat pada tahun 1969 pada saat itu luar areal perkebunan kelapa sawit
adalah 119.500 ha dengan total produksiminyak mentah (CPO dan KPO) 189.000 ton
per tahun. diperkirakan produksi minyak sawit indonesia akan mencapai 9.9 juta ton pada

1
tahun 2005. Tetapi disayangkan pertambahan luas areal tidak dibarengi dengan
peningkatan produktifitas yang optimal dan masih jauh dibawah standar.
Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas andalan $ndonesia dimana saat ini
indonesia menjadi negara penghasil kelapa sawit terbesar kedua setelah malaysia.
Dengan melihat usaha 4usaha yang dilakukan baik pemerintah maupun perusahaan
swasta yangmelakukan ekstensifikasi pertanian. indonesia diprediksi menjadi negara
penghasil CPO utama dunia tahun 2010 . habitat aslinya adalah daerah semak belukar.
Sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis. Tanaman ini tumbuh sempurna di
ketinggian 0 - 500m dari permukaan laut dengan kelembaban 80%-90%. Tingginya
dapat mencapai 38 meter. Sawit membutuhkan iklim dengan curah hujan stabil. 2000-
2500 mm setahun, yaitu daerah yang tidak tergenang air saat hujan dan tidak kekeringan
saat kemarau. pola curah hujan tahunan
Mempengaruhi perilaku pembungaan dan produksi buah sawit. minyak kelapa
sawit dapat diolah menjadi berbagai macam produk turunannya yang memiliki nilai
tambah yang jauhl ebih tinggi. Guna mendukung pengembangan industri kelapa sawit
dan produk4produk turunannya, diperlukan integritas yang tinggi terutama antara daerah
penghasil bahan baku, industri pengolah dan daerah pemasaran. industri minyak kelapa
sawil merupakan industriyang terpadu, dimana beberapa pemegang kepentingan saling
berkait. Keterkaitan dibagidalam dua kelompok yaitu kelompok daerah penghasil bahan
baku TBS dan daerah produsenatau pemasar produk turunan minyak kelapa sawit.

1.2 Rumusan masalah


1.2.1 Apa yang dimaksud dengan CPO ?
1.2.2 Bagaimana proses pembuata CPO ?
1.2.3 Apa manfaat dari CPO ?
1.2.4 Bagaimana cara sampling CPO ?
1.2.5 Bagaimana cara preparasi CPO ?
1.2.6 Bagaimana cara analisa mutu CPO ?

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi CPO


CPO adalah singkatan dari Crude Palm Oil atau Minyak sawit mentah. Minyak
sawit atau minyak kelapa sawit adalah minyak nabati yang dapat dikonsumsi, yang
didapatkan dari mesocarp buah pohon kelapa sawit, umumnya dari spesies Elaeis
guineensis, Minyak sawit secara alami berwarna mereha karena kandungan beta-karoten
yang tinggi. Minyak sawit berbeda dengan minyak inti kelapa sawit (palm kernel oil)
yang dihasilkan dari inti buah yang sama. Minyak kelapa sawit juga berbeda dengan
minyak kelapa yang dihasilkan dari inti buah kelapa (cocos nucifera). (p, 2017)

2.2 Proses Pembentukan CPO

2.2.1 Tandan Buah Segar Sawit


Tandan buah Segar (TBS) yang telah dipanen dari kebun diangkut ke lokasi
Pabrik pengolahan Minyak Sawit dengan menggunakan truk. Sebelum dimasukan ke
dalam Loading Ramp, Tandan Buah Segar tersebut harus ditimbang terlebih dahulu
pada jembatan penimbangan (Weighing Brigde) untuk mengetahui jumlah Tonase
dari TBS yang diterima oleh Pabrik.

3
2.2.2 Jembatan Timbang
Hal ini sangat sederhana, sebagian besar jenis jembatan timbang sekarang
menggunakan sel-sel beban, dimana tekanan beban menyebabkan variasi pada sistem
listrik yang diukur. Pabrik Kelapa Sawit sekarang ini pada umum nya sudah
menggunakan jembatan timbang yang terintegrasi langsung dengan sistem computer.

Prinsip kerja dari jembatan timbang yaitu truk yang melewati jembatan timbang
berhenti 5 menit, kemudian dicatat berat truk awal sebelum TBS dibongkar dan sortir,
kemudian setelah dibongkar truk kembali ditimbang, selisih berat awal dan akhir
adalah berat TBS yang diterima dipabrik.

TBS yang telah ditimbang kemudian diterima oleh bagian Loading ramp, untuk
dilakukan penyortiran. Hal ini dilakukan untuk memisahkan antara TBS yang layak
diolah atau tidak.

2.2.3 Penyortiran
Kualitas buah / TBS yang diterima pabrik harus diperiksa tingkat kematangan
nya. Jenis buah yang masuk ke PKS pada umumnya jenis Tenera dan jenis Dura. Kriteria
matang panen merupakan faktor penting dalam pemeriksaan kualitas buah pada stasiun
penerimaan TBS (Loading Ramp / penampungan TBS).

Kematangan TBS mempengaruhi terhadap rendemen minyak dan ALB (Asam


Lemak Bebas / FFA = Free Fatty Acid) yang dapat dilihat pada tabel berikut:
Kematangan buah, Rendamen minyak (%), Kadar ALB (%)
• TBS Mentah, Rendemen berkisar antara 11% – 14%, Kadar ALB = 1,3% – 2,0%
• TBS Setengah matang / Mengkal, Rendemen 14% – 18%. ALB = 1,7% – 2,4%
• TBS Matang, Rendemen 18% – 23%. ALB = 2,2% – 3%
• TBS lewat matang 23% – 26%. ALB = 3,0% – 3,6%

4
Catatan : Kadar Rendemen yang diperoleh dan besaran persentase ALB tergantung pada
jenis TBS yang diolah dan juga bergantung pada berapa lama TBS masuk ke tahap
pengolahan sejak dipanen dari kebun. Setelah TBS di panen, semakin lama waktu jeda
untuk diolah, semakin tinggi kadar ALB yang akan dihasilkan.

2.2.4 Perebusan
Setelah disortir, TBS yang layak olah lalu dimasukkan ke dalam lori rebusan yang
terbuat dari plat besi / baja berlubang-lubang (cage) dan langsung dimasukkan ke dalam
Sterilizer yaitu bejana perebusan yang menggunakan uap air yang bertekanan antara 2.6
sampai 3.0 Kg/cm2.

Proses perebusan ini dimaksudkan untuk mematikan enzim-enzim yang dapat


menurunkan kualitas minyak CPO. Disamping itu, juga dimaksudkan agar buah sawit
mudah lepas dari tandannya (berondolan) dan memudahkan pemisahan daging buah sawit
dari cangkang dan inti.
Tujuan perebusan :
a) Mengurangi peningkatan asam lemak bebas.
b) Mempermudah proses pembrodolan pada threser.
c) Menurunkan kadar air.
d) Melunakan daging buah, sehingga daging buah mudah lepas dari biji.

Sterilizer memiliki bentuk panjang 26 m dan diameter pintu 2,1 m (hal ini
tergantung dari design yang dipakai oleh pabrik). Dalam sterilizer dilapisi Wearing Plat
setebal 10 mm yang berfungsi untuk menahan uap / steam yang berasal dari Boiler.
Dibawah sterilizer terdapat lubang yang gunanya untuk pembuangan air condesat agar
pemanasan didalam sterilizer tetap seimbang.

Proses perebusan ini biasanya berlangsung selama 90 menit dengan menggunakan


uap air yang berkekuatan antara 280 sampai 290 Kg/ton TBS. Proses ini dapat
menghasilkan condensat (cairan) yang mengandung sekitar 0.5% minyak. Condensat ini
kemudian dimasukkan ke dalam Fat Pit, nanti nya dapat digunakan dalam membantu
proses Pressan daging sawit.

5
Tandan buah yang sudah selesai direbus dimasukan ke dalam Threser, yang
berfungsi untuk memisahkan antara berondolan sawit dengan janjangan / tandan nya,
dengan menggunakan Hoisting Crane atau Fruit Elevator (hal ini tergantung pada design
yang digunakan oleh Pabrik).

2.2.5 Perontokan Buah dari Tandan / Threser


Pada tahapan mesin Threser, buah yang masih melekat pada tandannya akan
dipisahkan dengan menggunakan prinsip bantingan, sehingga buah tersebut terlepas
(kemudian ditampung dan dibawa oleh Fruit Conveyor ke Digester).

Tujuan mesin Threser adalah untuk memisahkan brondolan dari tangkai tandan.
Alat yang digunakan pada mesin ini adalah drum berputar (rotari drum thresher). Hasil
stripping (perontokan) tidak selalu 100%, artinya masih ada brondolan yang melekat pada
tangkai tandan, ini yang disebut dengan USB (Unstripped Bunch). Untuk mengatasi hal
ini, maka dipakai sistem “Double Threshing”.

Sistem 'Double Thresing' bekerja dengan cara janjang kosong / EFB (Empty Fruit
Bunch) dan USB yang keluar dari thresher pertama, tidak langsung dibuang, tetapi masuk
ke threser kedua, supaya sisa berondolan yang masih tertinggal dari proses thresing
pertama dapat terambil.

Selanjutnya Empty Fruit Bunch dibawa ketempat pembakaran (incinerator) dan


dapat dimanfaatkan sebagai produk sampingan, sebagai pupuk misal nya.

2.2.6 Pengolahan Minyak dari Daging Buah


2.2.6.1 Digester
Buah yang sudah terlepas (berondolan) yang dibawa oleh Fruit Conveyor
dimasukkan ke dalam Digester atau peralatan pengaduk. Tujuan dari penggunaan
Digester adalah untuk memisahkan daging buah sawit terlepas dari biji (nut) nya. Dalam
proses pengadukan Digester ini digunakan uap air yang temperaturnya selalu dijaga agar
stabil antara 80° – 90°C.

6
Fungsi Digester :
1. Melumatkan daging buah.
2. Memisahkan daging buah dengan biji.
3. Mempersiapkan Feeding Press.
4. Mempermudah proses di Press.
5. Membantu menaikkan Temperatur pada Screw Press.
Didalam digester tersebut buah atau berondolan yang sudah terisi penuh diputar
atau diaduk dengan menggunakan pisau pengaduk yang terpasang pada bagian poros,
sedangkan pisau bagian dasar sebagai pelempar atau mengeluarkan buah dari digester ke
screw press.
Daging buah dari Digester yang telah diaduk secara bertahap dengan bantuan
pisau–pisau pelempar dimasukkan kedalam feed screw conveyor dan mendorongnya
masuk kedalam mesin pengempa (twin screw press) kemudian dimasukkan ke dalam alat
pengepresan (Screw Press) untuk memisahkan minyak keluar dari biji dan Serat (fibre).

2.2.6.2 Screw Press


Fungsi dari Screw Press adalah untuk memeras berondolan yang telah dicincang,
dilumat dari digester untuk mendapatkan minyak kasar. Oleh adanya tekanan screw yang
ditahan oleh cone, massa tersebut diperas sehingga melalui lubang – lubang press cage
minyak dipisahkan dari serabut dan biji. Selanjutnya minyak menuju stasiun clarifikasi,
sedangkan ampas dan biji masuk ke stasiun kernel.

Untuk memudahkan proses pengepresan ini perlu tambahan air panas (+ air
Condensat dari hasil perebusan) sekitar 10% s/d 15% terhadap kapasitas pengepresan.
Dari pengepresan tersebut akan diperoleh minyak kasar dan ampas / serat fiber serta biji.

Minyak kasar tersebut ditampung pada Crude Oil Tank, untuk dilakukan
pemisahan kandungan pasirnya pada Sand Trap yang kemudian dilakukan penyaringan
menggunakan Vibrating Screen. Sedangkan ampas dan biji yang masih mengandung
minyak (oil sludge) dikirim ke pemisahan ampas dan biji (Depericarper).

7
Dalam proses penyaringan minyak kasar perlu ditambahkan air panas untuk
melancarkan penyaringan minyak. Minyak kasar (Crude Oil) kemudian dipompakan ke
dalam mesin Decanter guna memisahkan Solid (kotoran padat) dan Effluent (kotoran
cair).

Pada Effluent masih terkandung unsur minyak, air dan masa jenis ringan lain nya,
kemudian ditampung pada Continious Settling Tank. Minyak dialirkan ke Oil Tank dan
pada fase berat (sludge) yang terdiri dari air dan padatan yang terlarut ditampung ke
dalam Sludge Tank yang kemudian dialirkan ke Sludge Separator untuk memisahkan
(mengutip) minyak yang masih terkandung didalam nya.

Minyak dari oil tank kemudian dialirkan ke dalam Oil Purifier untuk memisahkan
kotoran / solid yang mengandung kadar air. Selanjutnya dialirkan ke Vacuum Drier untuk
memisahkan air sampai pada batas standard. Kemudian melalui Sarvo Balance, minyak
sawit dipompakan ke tangki timbun (Oil Storage Tank).

2.3 Manfaat CPO


2.3.1 Minyak Kelapa Sawit Sebagai Bahan Makanan
Baik minyak kelapa sawit jenis CPO ataupun PKO, keduanya dapat diolah
menjadi bahan makanan. Di antaranya minyak goreng, mentega, dan asam lemak nabati.
Terdapat lima tahapan yang setidaknya harus dilakukan untuk mengubah minyak mentah
menjadi minyak konsumsi dimulai dari fractionating, hydrogenation, refining, bleaching
dan deodozing.

2.3.2 Minyak Kelapa Sawit Sebagai Bahan Adiktif


Bahan adiktif adalah bahan yang digunakan untuk membantu terbentuknya suatu
produk yang diinginkan. Sebagai bahan adiktif, minyak kelapa sawit biasanya digunakan
untuk pembuatan es krim, cokelat, vanaspati, dan pakan ternak. Tak hanya itu, minyak
dari kelapa sawit juga seringkali dijadikan sebagai bahan penolong dalam pembuatan
minyak pelumas, dempul, penyamak kulit, perekat insektisida, dan tinta cetak.

8
2.3.3 Minyak Kelapa Sawit Sebagai Kosmetik
Kandungan vitamin dan mineral yang tinggi di dalam minyak kelapa sawit
mendorong produsen kosmetik mengembangkan produk-produk yang terbuat dari bahan
ini. Perlu diketahui bahwa minyak dari kelapa sawit ini merupakan bahan yang
mengandung vitamin E berupa tocopherol dan tocotrienol yang terbilang tinggi.
Beberapa contoh produk yang umumnya menggunakan minyak kelapa sawit sebagai
bahan baku ialah cream, lotion, shampo, dan pomade.

2.3.4 Minyak Kelapa Sawit Sebagai Obat


Dalam dunia obat-obatan, minyak kelapa sawit banyak digunakan untuk membuat
produk-produk perawatan tubuh. Bahkan baru-baru ini dibuktikan jika minyak kelapa
sawit mempunyai kandungan senyawa dan zat antioksidan yang mampu mencegah
pembelahan sel tidak sempurna pada penyakit kanker.

2.3.5 Minyak Kelapa Sawit Sebagai Industri


Di dalam dunia industri berat dan ringan, minyak kelapa sawit merupakan bahan
baku yang teramat penting. Ada banyak sekali produk yang memakai minyak ini sebagai
bahan dasar pembuatannya. Minyak kelapa sawit bisa digunakan untuk membuat
oleochemical dasar dan oleochemical turunan. Beberapa produk turunan minyak kelapa
sawit antara lain fagtty acid, fatty amines, fatty alcohol, fatty ester, glycerol, methyl
etilene, dan opoksi compound. (abidin, 2015)

2.4 Sampling CPO


Menurut SNI 01-2901-2006 ada 2 cara sampling CPO yaitu :
2.4.1 In Bulk : contoh dari tangki timbun (storage tank), dan atau dalam palka
kapal.
Sebelum diambil contohnya, minyak sawit mentah terlebih dahulu
dipanaskan pada suhu 45◦C-55◦C dengan menggunakan steam pemanas ( heating coil ),
sehingga minyaknya mencair. Contoh diambil dari tangki timbun atau palka kapal dengan
menggunakan tabung silinder dilengkapi dengan penutup yang dihubungkan dengan tali
yang dimasukkan kedalam tangki timbun atau palka kapal. Pada bagian/level minyak
yang akan diambil contohnya, tali penghubung penutup ditarik sehingga minyak masuk

9
ke dalam tabung. Sesudah penuh, tali penghubung dikendorkan dan tabung diangkat.
Pengambilan contoh dilakukan pada tempat yang berbeda-beda ( atas, tengah dan
bawah ), kecuali bila isinya pada posisi kurang atau sama dengan ¼ dari ketinggian
tangki maka pengambilan contoh dapat diambil bagian atas dan bawah saja. Contoh-
contoh tersebut dicampur dan diaduk rata, kemudian diambil minimum 1 kg untuk
analisa.

2.4.2 Contoh dari mobil tangki ( road tanker ).


Semua iniet dan outlet dari mobil tangki (road tanker) harus diperiksa terlebih
dahulu dan harus dalam keadaan tersegel. Contoh harus dalam keadaan cair atau
semipadat dan diambil secra acak (Representative sampel) dari minimal 10 % total tangki
yang ada.
Contoh diambil dengan bagian/level minyak dengan menggunakan :
a. Pipa dengan diameter ±1 cm yang kedua ujungnya terbuka.
 Tutup bagian atas pipa dengan ibu jari kemudian celupkan pipa sampai pada
bagian/ level minyak yang akan diambil contohnya.
 Lepaskan ibu jari dari pipa sehingga minyak masuk kedalam pipa tersebut,
kemudian tutup lagi dengan ibu jari lalu pipa diangkat.

b. Pipa dicelupkan dengan diameter ±1 inci yang dilengkapi katup bagian bawahnya.
 Celupkan pipa kebagian bawah mobil tangki, tekan agar katup terbuka dan
minyak masuk ke dalam pipa, kemudian diangkat.
 Pengambilan contoh pada bagian atas diambil secara langsung dengan
menggunakan botol contoh.
c. Tabung silinder yang dilengkapi penutup dan tali penghubung.
 Celupkan tabung silinder pada bagian/level minyak yang akan diambil contohnya.
 Tarik tali penghubung penutup sehingga minyak masuk kedalam tabung. Sesudah
penuh, kendorkan tali penghubung dan tabung diangkat
Semua contoh tersebut dilakukan pada bagian atas dan bawah. Contoh-contoh ini
kemudian dicampur dan diaduk rata kemudian diambil minimum 1 kg untuk
dianalisa.

10
2.5 Preparasi CPO
Preparasi CPO dapat dilakukan dengan cara Apabila sampel CPO yang
diinginkan adalah sampel cairannya dan masih terdapat padatannya maka dilakukan cara
desintrifuge terlebih dahulu agar dapat terpisah dengan fase padatnya

2.6 Analisa Mutu CPO


Jenis analisa :
1. Penentuan kandungan asam lemak bebas (FFA)
2. Penentuan kadar air dalam minyak (Moisture)
3. Penentuan kadar kotoran dalam minyak (Dirty)
4. Penentuan bilangan peroksida

Alat-alat :
1. Timbangan elektronik cap. 200 gr
2. Water Bath
3. Piring kristal
4. Oven
5. Desikator
6. Kertas saring GF/B
7. Gooch crucible
8. Batang pengaduk
9. Pompa vacuum
10. Automatic burrete cap. 25 ml
11. Erlenmeyer
12. Pipet
13. Plat Pemanas (Hot Plate)

11
Bahan pereaksi :
• Hexane
• Larutan Penolphthalein AR (analitical reagent) 1%. Cara membuat : timbang 1 gram
dari penolpthalein dan campurkan dengan 100 ml ethanol.
• Sodium hydroxide AR 0,1 N lihat bagian lain-lain (seksi 7.4) mengenai standarisasi dari
sodium hydroxide.
• Iso propil alkohol (IPA) yang telah dinetralkan lebih dahulu dengan menggunakan
indikator pp dan larutan NaOH.
Catatan :
Pengambilan sampel dilakukan dengan mempergunakan alat pengambil sampel
kapasitas 200 cc.
Satu sampel harus diambil dari bagian atas, satu dari tengah dan satu lagi dari dasar
tangki (menyentuh plat).

A) Penentuan Kandungan Asam Lemak Bebas (Free Fatty Acid) FFA.


Prosedur :
1. Timbang 5 gram minyak sampai 0,0001 gram terdekat dalam tabung kerucut.
2. Ukur 50 ml IPA dan masukkan dalam gelas erlemeyer kapasitas 250 ml, tambahkan 4
tetes phenophtalein dan digoyang hingga campur dengan baik.
3. Titrasi dengan 0,1 N Sodium hydroxide (NaOH) tetes demi tetes dengan buret sampai
larutan menjadi berwarna jingga yang lemah.
4. Pindahkan IPA yang telah dinetralisir kedalam erlemeyer yang berisi minyak.
5. Letakkan gelas erlemeyer dan isinya pada magnetic stirrer, biarkan campuran tersebut
mendidih perlahan-lahan. Sementara itu digoyang agar minyak pecah menjadi tetesan
kecil-kecil.
6. Titrasi dengan larutan 0,1 N NaOH, goyang terus hingga timbul warna jingga yang
tidak hilang selama 30 detik.

12
REPORT THIS AD
Kalkulasi :
% FFA sebagai palmitic acid = (25,6 x t x N) / W
dimana :
t = Larutan NaOh dalam ml.
N = Normalitas Hydroxida
W = Berat minyak yang dipakai (gram)

B) Penentuan Kadar Air (Moisture)


Pertama kali sebelum menganalisa harus diperhatikan suhu minyak tersebut ± 55
– 66 derajat dan sudah homogen sebelum dilakukan sub sampling.

Prosedur :
1. Keringkan piring kristal yang bersih dalam oven selama 15 menit pada 105ºC.
2. Biarkan menjadi dinginkan dalam desikator ± ½ jam
3. Timbang piring yang kering ini sampai 0,0001 gram terdekat. (W1)
4. Timbang sampel minyak kira-kira 20 gr ± 0,1 gr (W2)
5. Keringkan minyak dalam oven selama 6 jam pada temperatur 105ºC.
6. Dinginkan sampel tersebut didesikator selama ½ jam sebelum ditimbang kembali.
(W3)
Kalkulasi :
% Kadar air = ((W2 – W1) – (W3-W1) / (W2 – W1)) x 100

C) Penentuan Kadar kotoran (Dirty)


Prosedur :
1. Letakkan selembar kertas whatmant GF/B pada gooch crucible, cuci dengan hexana
kira-kira 10 ml.
2. Keringkan pada 105ºC selama 30 menit
3. Dinginkan dalam desikator selama ½ jam dan timbang sampai 0,0001 gram terdekat.
(W1)

13
4. Sebuah piring kristal yang telah dikeringkan dan dingin ditimbang sampai 0,0001 gram
terdekat. (W2)
5. Ambil ± 20 gr sampel kedalam piring kristal. (W3)
6. Tambah 100 ml hexana dan aduk hingga homogen
7. Biarkan selama 5 menit sampai benda-benda yang tidak dapat larut mulai tenang.
8. Tuangkan cairan ini dengan hati-hati kedalam gooch crucible dengan dihisap oleh
vacum pump.
9. Pergunakan hexana baru untuk memindahkan minyak dan benda yang tidak larut
kedalam wadah gooch dan cuci gelas erlemeyer tersebut hingga bersih sampai tidak
ada minyak.
10. Bilamana semua pencucian telah selesai melewati filter, lepaskan vacuum.
11. Angkat wadah dan usap bagian luarnya dengan kertas tissue yang bersih.
12. Keringkan didalam oven pada 105ºC selama ½ jam.
13. Dinginkan dalam desikator selama ½ jam & timbang kembali wadah gooch dengan
isinya sampai 0,0001 gram terdekat. (W4)
Kalkulasi :
% Kotoran = ((W4 – W1) / (W3 – W2)) x 100
Catatan : Hasilnya harus dinyatakan dalam 3 desimal.

D) Penentuan Bilangan Peroksida


Alat-alat :
1. Pipet berskala 2 x 1 ml.
2. Labu bulat 150 atau 250 ml
3. Gelas Ukur 100 ml
4. Buret Automatis 25 ml pembagian 0,05 ml
5. Neraca analitis, mampu menimbang sampai 0,1 mg
6. Stop Watch, clock atau timer

14
Bahan-bahan :
• Pelarut asam cuka : khloroform 3:2 (AR-grade)
• Larutan Kalium Iodida jenuh
• Natrium Tiosulfat standard N/500 atau N/100
• Indikator kanji

Persiapan :
Sediakan larutan Kalium Iodida jenuh dengan menambahkan Kalium Iodida (AR)
dengan 25 ml air suling yang barusan dididihkan, sampai tidak ada lagi kristal Kalium
Iodida yang melarut.
Indikator kanji baru dibuat, yaitu timbanglah ± 0,5 gram pasta kanji kedalam
gelas piala 100 ml. Tambahkan 50 ml air suling. Tempatkan gelas piala dan isinya diatas
hot-plate, didihkan sambil diaduk. Kanji akan larut segera setelah pendidihan yang
singkat. Angkat dari hot-plate.
Prosedur :
1. Tempatkan contoh minyak dalam oven yang suhu sekitar 45 – 50ºC sampai jernih
seluruhnya.
2. Timbanglah dengan seksama 5 gr minyak kedalam labu.
3. Tambahkan 30 ml pelarut asam cuka-khloroform dan goyang-goyang hingga semua
minyak tadi larut.
4. Tambahkan 0,5 ml larutan kalium iodida jenuh dengan mempergunakan pipet berskala
dan goyang sampai semua ikut tercampur. Diamkan larutan selama 1 menit ditempat
gelap dan selama detik-detik ini labu dapat digoyang-goyang, lalu setelah satu menit
berlalu tambahkan 30 ml air suling.
5. Tambahkan 0,5 ml larutan kanji dan selanjutnya titrasi dengan larutan natrium
tiosulfat, sambil titrasi sambil digoyang. Titik akhir dari titrasi ialah saat warna biru
kehitam-hitaman (dibentuk oleh complex kanji iodida) hilang. (ivanemmoy, 2013)

15
Kalkulasi :
PV meq = (t x N x 1000) / B
dimana :
t : Volume titrasi (ml)ml.
N : Normalitas dari Natrium Thiosulphate
B : Berat contoh minyak (gr)

16
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
 Crude Palm Oil (CPO) atau minyak kelapa sawit adalah minyak nabati edibel
yang didapatkan dari mesocarp buah pohon kelapa sawit, umumnya dari spesies
Elaeis guineensis dan sedikit dari spesies Elaeis oleifera dan Attalea maripa.
 Proses produksi CPO yaitu : Tandan buah segarjembatan tiangpernyortiran
TBSPerebusanPerontokan buah dari tandanDigesterScrew Press
 Analisa mutu CPO :
 Penentuan kandungan asam lemak bebas (FFA)
 Penentuan Bilangan Peroksida
 Penentuan Bilangan Penyabunan
 Penentuan Bilangan Iod

17
DAFTAR PUSTAKA
abidin, z. (2015, agustus 28). Manfaat dan Kegunaan Minyak Kelapa Sawit. Retrieved from
kelapa sawit blogspot: http://klpswt.blogspot.com/2015/08/ini-dia-manfaat-dan-
kegunaan-minyak.html
ivanemmoy. (2013, juni 18). analisa laboratorium untuk analisa mutu cpo pada palm oil.
Retrieved from epc: https://ivanemmoy.wordpress.com/2013/06/18/analisa-
laboratorium-untuk-menentukan-kualitas-mutu-cpo-pada-palm-oil-mill/
p, i. e. (2017, september 28). cpo untuk pembangkit listrik. Retrieved from cpo untuk pembangkit
listrik: https://www.kompasiana.com/emmaindahp/59cce57ecd3bce35dd77de22/cpo-
untuk-pembangkit-listrik
saputri, o. (2017, agustus 19). Retrieved agustus 17, 2019, from https://www.academia.edu.com

18

Anda mungkin juga menyukai