Anda di halaman 1dari 21

cara penanganan tumpahan bahan kimia – Tumpahan yang mungkin tidak disengaja ataupun

direncanakan, hal tersebut akan menyebabkan efek yang sangat berbahaya seperti kulit dan mata
Anda bisa saja terbakar, paru-paru juga bisa menjadi rusak, kerusakan pada material yang menjadi
karat dan bisa terjadi kebakaran ataupun ledakan. Namun, jika memang terjadi tumpahan bahan
kimia, maka ada cara penanganan tumpahan bahan kimia seperti di bawah ini yang bisa coba Anda
lakukan.

Cara Penanganannya Apabila Terjadi Tumpahan Bahan Kimia

Memang seperti yang kita ketahui bahwa bahan kimia ini sangat berbahaya apalagi jika terjadi
tumpahan dan mengenai Anda. Namun, waktu menghadapi tumpahan tersebut Anda seharusnya
bisa menangani jauh sebelumnya. Mengapa begitu? Karena sebelum Anda pergi ke lokasi atau
dimana tempat bahan kimia disimpan Anda harus mengecek atau mencari tau terlebih dahulu
mengenai bahan kimia tersebut. Setelah itu Anda bisa mencegah atau penanganannya dengan cara
menyediakan bahan-bahan yang dibutuhkan atau diperlukan sebagai upaya untuk perlindungan dan
juga pembersihannya.

Tak hanya itu saja cara selanjutnya, Anda juga harus melihat dan mengetahui seberapa bahayanya
bahan kimia tersebut, jika bahan kimia itu terpapar oleh oksigen, udara, air atau api? Kemudian
apakah bahan kimia tersebut bersifat korosi sehingga apabila terkena kulit manusia bisa
menyebabkan luka bakar atau jika masuk ke dalam pernafasan manusia, maka bisa merusak sistem
pernafasan sehingga menyebabkan Anda menjadi tidak sadar diri atau kematian? Nah, hal-hal
seperti itu wajib Anda ketahui karena itu sangat penting sekali, Anda bisa menemukan informasi-
informasi tersebut seperti Anda bisa menanyakan langsung kepada ketua pelatihan Anda, membaca
dari lembar data keselamatan material, atau sumber-sumber lainnya.

Sebelum kita membahas cara penanganan tumpahan bahan kimia, Anda harus mengetahui dahulu
apa penyebab terjadinya tumpahan atau kebocoran dari bahan kimia tersebut. Jika dilihat dari faktor
penyebab terjadinya dapat dibagi dua faktor yaitu intern dan ekstern.

1. Intern, merupakan sebuah faktor yang disebabkan oleh kesalahan atau kelalaian pekerja
laboratorium itu sendiri seperti kecerobohan, kurangnya pemahaman bekerja dan
ketiak sengajaan.
2. Ekstern, adalah dimana faktor yang terjadi atau disebabkan dari luar, yang berupa alat-alat
laboratorium tidak dapat berfungsi dengan baik.
Nah, jika kita berbicara masalah faktor, maka faktor di ataslah yang dapat menjadi penyebabnya
terjadi tumpahan atau kebocoran terhadap bahan kimia tersebut. Namun bagaimana cara
penanganan tumpahan bahan kimia? Apakah itu sulit?  Tentu saja tidak, penanganan yang paling
tepat untuk tumpahan bahan kimia adalah dengan cara mengikuti semua data atau petunjuk
mengenai bahan dalam MSDS atau disebut juga dengan Material Safety Data Sheet, dimana
penanganan tumpahan bahan kimia bisa dilakukan secara umum ataupun khusus.

Prosedur atau cara penanganan tumpahan bahan kimia secara umum:

1. Mengenali terlebih dahulu tumpahan mengenai bahan kimia tersebut serta mengetahui
bagaimana teknik aman penanganannya.
2. Anda harus memastikan semua penggunaan alat terhadap pengaman diri seperti sarung
tangan, pelindung untuk muka dan mata serta pelindung pernafasan apabila dibutuhkan juga.
3. Anda dapat mencegah tumpahan bahan kimia tersebut sehingga tidak meluas dan Anda
juga bisa menghentikan sumber tumpahan apabila hal tersebut memungkinkan dan aman
untuk dilakukan.

Cara penanganan tumpahan bahan kimia secara khusus berdasarkan jenisnya:

1. Cara Penanganan Tumpahan Bahan Kimia Padatan

Hal yang pertama yang harus dilakukan adalah jangan panik, kemudian Anda bisa memakai alat
pelindung diri yang telah dianjurkan sesuai dengan MSDS, setelah itu mengisolasi tempat atau
daerah yang terkena tumpahan serta memberi tanda peringatan sehingga tidak terkena orang lain
lagi. Tak hanya itu saja, Anda juga bisa memberikan tali pembatas sehingga tidak ada orang yang
melintas ke area tersebut. lalu tutuo tumpahan bahan kimia dengan menggunakan penjerap jenis
matras atau Anda bisa sedot tumpahan bahan kimia dengan vakum khusus, apabila dibutuhkan
penetralan Anda juga bisa melakukannya.

2. Cara Penanganan Tumpahan Bahan Kimia Jenis Cairan

Pada dasarnya cara penanganan tumpahan bahan kimia ini hampir sama dengan penanganan di
atas, tetapi di sini apabila tumpahannya jenis cairan, Anda bisa melakukannya dengan cara
menyerap tumpahan dengan menggunakan bahan penyerap yang inert. Tak hanya itu saja, jika
perlu Anda bisa menetralisasi dan cek derajat keasamannya dengan menggunakan pH indikator.
Setelah itu untuk membuangnya Anda harus memperlakukannya dengan benar seperti buangan
tumpahan B3 (bahan berbahaya beracun) sehingga nantinya Anda tidak membuat atau
menimbulkan masalah lainnya. Nah, perlu di ingat dalam membuang cobalah jangan membuang
langsung ke lingkungan.

3. Cara Penanganan Tumpahan Bahan Kimia Kering dan Padat

Cara penanganannya Anda bisa melakukannya dengan cara disapu dan disikat serta dimasukkan
ke dalam sebuah wadah yang sesuai.
Panduan APD Saat Menangani Bahan Kimia
Pemilihan APD yang sesuai didasarkan pada penilaian risiko bahan kimia berbahaya yang
digunakan atau operasi bahan kimia yang dilakukan. Proses pemilihan harus dimulai dengan
mempertimbangkan kategori APD yang diperlukan. Bagaimana bahan kimia berbahaya bisa
masuk ke dalam tubuh (dalam arti jalan masuknya) adalah pertimbangan utama dalam
menentukan kategori APD.

Di seluruh area kerja, dimana operasi bahan kimia dilakukan atau dimana lingkungan
kemungkinan terkontaminasi oleh bahan kimia berbahaya, maka standar K3LH yang tinggi
harus diberlakukan. Satu yang terpenting, yakni kewajiban menggunakan APD. Berikut
panduan pemilihan APD berdasarkan jalan masuk bahan kimia ke dalam tubuh:
Jalan Masuk Bentuk Bahan Kimia Kategori APD
Gas, uap, asap, aerosol,  Pakaian pelindung
Kontak kulit debu, partikel di udara,  Pelindung tangan
cairan  Pelindung kaki
 Pelindung mata dan
Gas, uap, asap, aerosol, wajah
Inhalasi (pernapasan)
debu, partikel di udara  Pelindung
pernapasan
 
Setelah menentukan kategori APD yang diperlukan, berikut panduan memilih APD yang
tepat sesuai dengan potensi bahaya dan tingkat perlindungan yang diperlukan:
 
Pakaian Pelindung
Pakaian pelindung berfungsi untuk melindungi tubuh atau pakaian pekerja saat terjadi
kontak dengan bahan kimia berbahaya dan mencegah penyebaran kontaminasi. Pemilihan
pakaian pelindung saat menangani bahan kimia tergantung pada risiko dan tingkat
perlindungan yang diperlukan.
Berikut beberapa pakaian pelindung yang dapat Anda gunakan saat menangani bahan
kimia, antara lain:
 

a. Jas laboratorium
Jas laboratorium dapat digunakan untuk penggunaan skala kecil dan penanganan bahan
kimia dengan risiko rendah. Pakaian pelindung ini berfungsi untuk mencegah kontaminasi
bahan ke dalam tubuh, melindungi tubuh dan pakaian pekerja dari percikan, cipratan, atau
tumpahan bahan kimia.
Jas laboratorium dapat diaplikasikan untuk pemakaian umum, perlindungan dari bahan
kimia, biologi, radiasi, dan bahaya fisik. Jas laboratorium harus terbuat dari bahan katun
dan sintetik seperti nilon atau terylene dengan water repellent (pori-pori kain tidak dapat
ditembus oleh air). Jas laboratorium tidak boleh dipakai di luar daerah laboratorium.
b. Apron
Apron biasanya diaplikasikan untuk penggunaan bahan kimia dalam jumlah besar dan
berisiko tinggi. Apron digunakan untuk melindungi pekerja dari bahan yang bersifat korosif
dan mengiritasi, cairan berbahaya, zat pelarut yang kuat, minyak dan pelumas padat/
gemuk (grease).
Pakaian pelindung berbentuk seperti celemek ini biasanya terbuat dari
bahan neoprene atau polyurethane dilapisi bahan nilon, terylene, atau karet alami. Ada juga
yang terbuat dari bahan plastik, dengan rekomendasi tidak boleh dikenakan di area yang
mengandung bahan kimia mudah terbakar karena bisa dapat menimbulkan kebakaran yang
dipicu listrik statis.
c. Jumpsuits atau coverall
Pakaian pelindung ini direkomendasikan untuk dipakai pada kondisi berisiko tinggi seperti
menangani bahan kimia yang bersifat karsinogenik dalam jumlah
banyak. Jumpsuit atau coverall berfungsi untuk melindungi pekerja dari percikan, cipratan,
atau tumpahan zat berbahaya berisiko tinggi.
Sumber: 3m.com
Jumpsuit atau coverall biasanya terbuat dari bahan karet, neoprene, viton, vinyl dan
material lain yang mampu memberikan perlindungan tingkat tinggi kepada pekerja dari
percikan bahan kimia yang bersifat karsinogen dan bahan kimia berisiko tinggi lainnya.
Pakaian pelindung ini tersedia dalam dua jenis, yakni disposable coverall (sekali pakai)
danreusable coverall.
Catatan: Untuk penggunaan bahan kimia dalam jumlah besar dan berisiko tinggi, pekerja
tidak diperkenankan menggunakan pakaian pelindung yang dijahit atau berpori (tidak tahan
terhadap permeasi). Penggunaan apron danjumpsuit/ coverall sangat direkomendasikan.
 

Pelindung Tangan
Fungsi utama pelindung tangan adalah melindungi tangan dari cedera akibat terkena bahan
kimia atau terkena peralatan laboratorium yang pecah atau rusak serta melindungi tangan
dari permukaan benda yang kasar atau tajam dan material panas atau dingin.

Bahan kimia biasanya dapat dengan cepat merusak material sarung tangan jika material
yang dipilih tidak sesuai dengan sifat bahan kimia yang ditangani. Maka, material dan
ketebalan menjadi pertimbangan utama saat memilih sarung tangan. Bahan sarung tangan
yang dipilih harus sesuai dengan sifat bahan kimia yang ditangani.
Sarung tangan yang digunakan saat menangani bahan kimia biasanya terbuat
dari neoprene, polyvinyl chloride (PVC),polyvinyl alcohol (PVA), karet butil atau alam, karet
sintetis, dan nitril.
  

Panduan umum pemilihan material sarung tangan berdasarkan jenis bahan kimia :
Keterangan:
S Suitable
F Fair (menawarkan perlindungan minimum namun tetap memadai, tidak direkomendasikan
untuk penggunaan jangka panjang)
NR Not recommended
S* Not suitable (tidak cocok digunakan untuk asam nitrat atau asam sulfat pada
konsentrasi tinggi)
Catatan: Konsultasikan dengan produsen saat Anda memilih sarung tangan untuk
penanganan bahan kimia.
 

Pelindung Kaki
Pelindung kaki (sepatu safety) digunakan untuk melindungi kaki dari kemungkinan
tumpahan bahan kimia beracun dan berbahaya serta mencegah penyebaran kontaminasi.
Pemilihan sepatu safety yang aman untuk penanganan bahan kimia didasarkan pada
bahaya dan kondisi lingkungan kerja.
Berikut beberapa poin yang harus diperhatikan dalam memilih sepatu safety untuk area
dengan potensi bahaya bahan kimia:

 Jenis sepatu safety harus mampu melindungi pemakainya dari bahaya yang dapat


mengakibatkan cedera. Jenis sepatu safety juga perlu dipertimbangkan, apakah
sepatu perlu menutupi pergelangan kaki, lutut atau paha, tergantung bagian-bagian
tubuh yang berisiko mengalami cedera saat menangani bahan kimia
 Material sepatu safety harus memiliki fitur ketahanan terhadap air dan bahan kimia.
Karet sintetis, karet butil atau alam, vinyl dan nitril  merupakan material sepatu
yang cocok digunakan saat operasi bahan kimia.
 Konstruksi sepatu safety juga harus memperhitungkan bahaya yang ada di
lingkungan kerja seperti lantai basah, lantai licin, dan jatuhan benda berat atau
berat. Pilih sepatu dengan fitur sol luar anti slip untuk menghindari risiko tergelincir
dan fitur pelindung jari kaki berbahan baja untuk melindungi kaki dari risiko jatuhan
benda berat atau tajam
 Bila Anda bekerja di area operasi bahan kimia mudah terbakar, maka sepatu dengan
fitur anti statis perlu digunakan
 Untuk melindungi sepatu dari kontaminasi bahan kimia berbahaya berbentuk debu,
serat, atau partikel di udara, sepatu safety sekali pakai atau penutup sepatu (shoe
cover) sekali pakai dapat digunakan. 

Pelindung Mata dan Wajah


Cipratan, percikan, hingga paparan kabut bahan kimia yang mengenai mata sering kali
menjadi penyebab terbanyak pekerja mengalami cedera mata. Oleh karena itu, OSHA
mewajibkan para pekerja untuk selalu menggunakan perangkat pelindung mata dan wajah
primer dan sekunder ketika bekerja di area dengan potensi bahaya tadi. 
Berikut jenis-jenis alat pelindung mata dan wajah yang berguna untuk menahan
dampak bahaya bahan kimia yang bisa mencederai mata, di antaranya:
a. Safety Goggles: pelindung primer yang berguna untuk melindungi mata dari percikan
dan cipratan bahan kimia. Pilihsafety goggles dengan ventilasi tidak langsung (indirect
ventilation ) atau tanpa ventilasi (non-ventilated goggles) saat menangani bahan kimia
berbahaya.
 
Safety goggles dengan ventilasi tidak langsung (indirect ventilation)
Sumber: thesafetysupplycompany.co.uk
 
b. Face Shields (tameng muka): pelindung sekunder yang berguna untuk melindungi
seluruh wajah dari paparan sumber bahaya. Face shileds yang dirancang menyatu
dengan headgear dapat melindungi wajah, namun tidak sepenuhnya melindungi mata. Agar
perlindungan dari berbagai sumber bahaya seperti partikel beterbangan, percikan atau cipratan bahan
kimia lebih maksimal, pekerja direkomendasikan menggunakan face shileds bersamaan dengan safety
goggles. Face shieldstidak cocok untuk melindungi pekerja dari debu, asap, atau gas. 
Tidak hanya jenisnya, tipe lensa yang digunakan pada pelindung mata dan wajah juga perlu
diperhatikan. Lensa harus transparan dan tidak mengganggu penglihatan. Berikut jenis
lensa yang direkomendasikan untuk pelindung mata dan wajah:

 Polycarbonates −  efektif untuk memberikan perlindungan terhadap partikel


beterbangan, namun tidak cocok memberikan perlindungan terhadap bahan kimia
korosif
 Acrylic resins − cocok untuk memberikan perlindungan terhadap berbagai jenis
bahan kimia, namun memiliki kemampuan yang lemah dalam menahan dampak
bahaya
 Plastik − perlindungan akan lebih maksimal jika diberi lapisan anti kabut.
 
Catatan: Untuk memberikan perlindungan maksimal, pastikan APD terpasang erat pada
mata dan wajah. Keadaan atmosfer ruangan dan ventilasi terbatas biasanya menyebabkan
lensa menjadi berkabut. Lakukan pembersihan sesering mungkin.
 

Pelindung Pernapasan
Kontaminasi bahan kimia yang paling sering masuk ke dalam tubuh manusia adalah melalui
pernapasan. Banyak partikel di udara, debu, uap dan gas yang dapat membahayakan
sistem pernapasan. Pelindung pernapasan yang tepat harus digunakan untuk meminimalkan
sumber-sumber bahaya tadi. Berikut jenis pelindung pernapasan yang dapat digunakan saat
menangani bahan kimia:
 
Air-Purifying Respirator (Respirator pemurni udara)
a. Particulate Respirator
Respirator ini hanya digunakan untuk melindungi pekerja dari bahaya paparan tingkat
rendah (seperti debu, kabut, dan asap). Tidak cocok digunakan untuk melindungi pekerja
dari paparan gas dan uap. Pada respirator jenis ini, filter menangkap partikel dari udara
dengan metode penyaringan, sehingga udara yang melewati respirator menjadi bersih.
Contoh dari particulate respirator adalah disposable dust masks dan respirator
dengan disposable filter.

 
b. Chemical Cartridge/ Gas Mask Respirator
Jenis respirator ini menggunakan cartridge atau canister untuk menyerap gas dan uap di
udara. Catridge dan canistermemiliki kemamp uan serap yang tinggi pada awal penggunaan
dan akan mengalami penurunan hingga akhir masa pakai (masa jenuh).
Lama masa jenuh sangat tergantung dari konsentrasi uap atau gas di udara dan perawatan
terhadap respirator tersebut. Cartridge atau canister harus diganti sebelum jenuh karena
bisa berdampak pada kemampuan daya serap terhadap kontaminan.

Sumber: 3m.com, aliexpress.com


Air-Supplied Respirator (Respirator dengan pemasok udara)
Alat pelindung pernapasan ini mirip seperti peralatan pernapasan untuk penyelam. Air-
supplied respirator menyimpan pasokan udara/ oksigen di dalam tabung sehingga alat ini
tidak memerlukan pasokan udara dari luar. Alat ini biasanya digunakan pada area yang
kontaminasi udaranya sangat tinggi atau rendah oksigen. Juga, tangki udara biasanya
hanya dapat digunakan selama satu jam atau kurang, tergantung rating tangki dan tingkat
pernapasan pekerja.
Sumber: scottsafety.com
APD merupakan upaya terakhir untuk meminimalkan risiko yang dapat terjadi akibat
kecelakaan atau bahaya di lingkungan kerja maupun saat operasi bahan kimia. Tidak hanya
pemilihan APD yang harus dilakukan secara tepat, pemeriksaan dan perawatan APD secara
rutin pun perlu dilakukan untuk memastikan APD yang digunakan dapat memberikan
perlindungan dalam menahan dampak bahaya bahan kimia.
Cara Mengatasi Tumpahan bahan Kimia
Penanganan Tumpahan Bahan Kimia 

 Tumpahan dapat terjadi kapan & di mana pun


 Tingkat bahaya dari zat yang tumpah sama
 Kenali karakteristik bahaya bahan kimia
 Perlu bahan penjerap & penetralisir yang sesuai
 Reaksi yang berbahaya dapat terjadi
 Perlu penampung yang tepat dan diperlakukan sama dengan pembuangan limbah B3
Tumpahan Bahan Kimia

1. Jenis padatan
2. Jenis cairan
Bahan Penjerap Tumpahan

Bahan Penjerap Organik


1. Serbuk gergaji (tidak direkomendasikan untuk zat pengoksidasi dan asam kuat)
2. Pasir kali (Murah, daya jerapnya rendah 10% berat tumpahan)
3. Butiran Arang kayu (kabon aktif) (Harus kering, tidak untuk zat pengoksidasi)
Bahan Penyerap Anorganik
Silikat

Bahan Penyerap Sintetik


Copolimer inert

Bahan Penjerap Tumpahan


  Bahan penjerap organik/anorganik dapat bereaksi dengan tumpahan
 Reaksi eksotermik/ ledakan
 Uap yang sangat beracun
 Pakailah bahan penjerap sintetik yang bersifat inert (tidak bereaksi dengan zat tumpahan)
 Siapkan peralatan bantu selain bahan penjerap: Sapu, ember, tanda peringatan, tali, serok,
spatula
Prosedur Penanganan Padatan
1. Jangan PANIK
2. Pakai Alat Pelindung Diri yang sesuai MSDS
3. Isolasi daerah tumpahan
4. Beri peringatan “Awas, ada tumpahan bahan kimia”
5. Beri “tali pembatas” agar tidak ada yang melintas
6. Tutup tumpahan dengan penjerap jenis matras atau disedot dengan vakum khusus, jika
perlu lakukan 
    penetralan
7. Perlakukan buangan tumpahan seperti tumpahan B3, jangan dibuang langsung ke
lingkungan
Prosedur Penanganan Tumpahan Cairan

1. Sama dengan prosedur penanganan tumpahan padatan


2. Jerap tumpahan dengan bahan penjerap yang inert
3. Jika perlu, lakukan netralisasi dan cek derajat keasamannya pH dengan pH indikator
4. Perlakukan buangan tumpahan seperti tumpahan B3, jangan dibuang langsung ke lingkungan
Tumpahan bahan kering dan padat:
• Disapu dan disikat masukkan wadah yang sesuai

Tumpahan larutan asam/basa:


• Tumpahan disiram dengan air, dinetralkan dengan
soda atau NaHCO3disapu ke saluran drainase.

Tumpahan bahan berminyak:


• Dilap dan dibersihkan dengan deterjen

Tumpahan pelarut volatil:


• Dilap pakai kain atau tisu dan dibuang di tempat
yang sesusai.

Prosedur Penanganan Tumpahan Merkuri

1. Gunakan selalu APD sebelum bekerja


2. Tetesan merkuri dihisap menggunakan pipet 
3. Isi pipet dituang ke dalam botol merkuri
4. Sisa merkuri  ditaburi dengan reagent inert
5. Area yang sudah tertutup kemudian disemprot dengan reagent inert
6. Setelah waktu reaksi berlangsung selama 15 – 30 menit, absorben yang berisi merkuri
diangkat dari permukaan dan diletakkan dalam tabung dengan menggunakan sekop kecil dan
spatula
7. Bahan yang tersisa dapat dibersihkan dengan menggunakan penyeka 
8. Zat buangan yang berisi merkuri merupakan limbah spesial yang harus dibuang
berdasarkan peraturan yang berlaku
9. Setelah semua proses selesai, semua alat bantu dan material kerja disimpan secara aman
dalam kaleng  besar.

memadamkan api di laboratorium kimia


Bekerja di sebuah laboratorium jelas tak bisa lepas dari kemungkinan
kecelakaan kerja atau bahaya yang salah satunya adalah kebakaran. Aspek
bahaya ini menjadikan pekerja laboratorium membuat dan menciptakan
suatu system keselamatan kerja. Selain itu perlu difahami pula bagaimana
proses terjadinya kebakaran, bahan-bahan kimia apa saja yang mudah
terbakar serta bagaimana cara penanggulangannya secara benar.
Bahasan ini akan saya uraikan secara lengkap mulai dari definisi api dan
kebakaran. Definisi api adalah suatu fenomena yang dapat diamati dengan
adanya cahaya dan panas serta adanya proses perubahan zat menjadi zat
baru melalui reaksi kimia oksidasi eksotermal. Api terbentuk karena adanya
interaksi beberapa unsur/elemen yang pada kesetimbangan tertentu dapat
menimbulkan api. Sedangkan kebakaran yaitu peristiwa bencana yang
ditimbulkan oleh api, yang tidak dikehendaki oleh manusia dan bisa
mengakibatkan kerugian nyawa dan harta.

Segitiga Api
Ditinjau dari jenis api, dapat dikategorikan menjadi jenis api jinak dan liar.
Jenis api jinak artinya api yang masih dapat dikuasai oleh manusia, sedang
jenis api liar tidak dapat dikuasai. Inilah yang dinamakan kebakaran.
Proses kebakaran atau terjadinya api sebenarnya bisa kita baca dari teori
segitiga api yang meliputi elemen bahan, panas dan oksigen. Tanpa salah
satu dari ketiga unsur tersebut, api tidak akan muncul. Oksigen sendiri harus
membutuhkan diatas 10% kandungan oksigen di udara yang diperlukan untuk
memungkinkan terjadinya proses pembakaran.

Sedang mengenai sumber panas bisa bisa muncul dari beberapa sebab antara
lain :
1. Sumber api terbuka yaitu penggunaan api yang langsung dalam beraktifitas
seperti : masak, las, dll. 
2. Listrik Dinamis yaitu panas yang berlebihan dari sistem peralatan/rangkaian
listrik seperti : setrika, atau karena adanya korsleting. 
3. Listrik Statis yaitu panas yang ditimbulkan akibat loncatan ion negatif dengan
ion positif seperti : peti. 
4. Mekanis yaitu panas yang ditimbulkan akibat gesekan/benturan benda seperti :
gerinda, memaku, dll.
Tetrahidral Api
5. Kimia yaitu panas yang timbul akibat reaksi kimia seperti : karbit dengan air
Bisa terjadi juga kecenderungan terjadi reaksi kimia akibat adanya elemen
ke empat. Inilah yang biasa dinamakan tetrahidral api seperti gambar
disamping.

Ada beberapa klasifikasi kebakaran berdasarkan jenis bahan yang terbakar


antara lain :

 Kelas A : Benda padat seperti kertas, kayu, plastik, karet, kain, dsb. 
 Kelas B : Benda cair seperti mInyak tanah, bensin, solar, tinner, gas
elpiji, dsb. 
 Kelas C : Kebakaran listrik, travo, kabel/konsleting arus listriknya. 
 Kelas D : Kebakaran khusus seperti Besi, aluminium, konstruksi baja.
 Tipe Kebakaran :

Bagaimana caranya untuk memadamkan api? 


Agar bisa memadamkan secara cepat, perlu difahami segitiga api seperti
yang telah diuraikan diatas yaitu menghilangkan salah satu unsur dari
segitiga api.
Selain itu harus ada sarana dan prasarana alat pemadam kebakaran. Alat
yang sifatnya tradisional masih bisa dipakai seperti karung goni, pasir,
termasuk keperluan komunikasi kentongan dll. Sedang untuk alat pemadam
kebakaran yang sifatnya umum antara antara lain Hidrant, Mobil pemadam
kebakaran, Alat pemadam api ringan (APAR), sprinkler, dll.
Disamping itu alat pemadam api lain yang mempunyai sifat sebagai racun
api, antara lain karbon dioksida, Bahan Kimia kering multi guna dan bubuk
kering. Dari beberapa macam alat pemadam api tersebut masing‐masing
mempunyai kegunaan dan aturan tersendiri.
Inilah contoh gambar Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

Media Alat Pemadam, Karakteristik dan Sifat Pemadamannya


1. Hydrospray
Alat pemadam dengan air ini umumnya digunakan untuk kebakaran kelas A.
Alat ini biasanya dilengkapi dengan penera untuk mengetahui tekanan air.
Penera berwarna hijau menunjukkan alat aman untuk digunakan, sedangkan
warna merah menunjukkan tekanan sudah berkurang.

2. Drychemical Powder
Jenis bubuk kering digunakan untuk kelas A,B, C dan D, sedang sifat
pemadaman jenis bubuk kering antara lain :

 Menyerap panas dan mendinginkan obyek yang terbakar. 


 Menahan radiasi panas. 
 Bukan penghantar arus listrik. 
 Menutup dengan cara melekat pada obyek yang terbakar karena
adanya reaksi kimia bahan tersebut saat terjadi kebakaran (reaksi panas
api). 
 Menghambat terjadinya oksidasi pada obyek yang terbakar.
 Tidak berbahaya. 
 Efek samping yang muncul adalah debu dan kotor.
 Dapat berakibat korosi dan kerusakan pada mesin ataupun perangkat
elektronik.
 Sekali pakai pada tiap kejadian.

3. Gas Cair Hallon Free/AF 11/Halotron 1


Alat pemadam gas cair ini bisa digunakan untuk semua jenis klasifikasi
kebakaran. Sifat alat pemadam ini antara lain :

 Bukan penghantar listrik


 Tidak merusak peralatan 
 Non Toxic (tidak beracun)
 Bersih tidak meninggalkan bekas.
 Memadamkan api dengan cara mengikat O2 disekitar area kebakaran
 Penggunaan yang multi purpose (semua klas kebakaran)
 Bisa digunakan berulang-ulang 
 Lebih tepat digunakan di dalam ruang
4. Carbon dioksida
Racun api CO2 ini cocok dan efektif digunakan untuk pemadaman api kelas B
dan C. Sifat-sifatnya antara lain :

•         Bersih tidak meninggalkan bekas.


•         Non Toxide ( tidak beracun ).
•         Bukan penghantar listrik.
•         Tidak merusak peralatan ( elektronik / mesin )
•         Cara pemadaman dengan mendinginkan dan menyelimuti obyek yang
terbakar.
•         Tepat untuk area generator dan instalasi listrik.
•         Tekanan kerja sangat besar.

5. Racun Api Busa 


Racun api berupa busa hanya digunakan untuk jenis kebakaran kelas A dan
B. Cara kerjanya menyelimuti dan membasahi obyek yang terbakar. Jika
obyek yang terbakar benda cair, racun api busa ini bekerja menutup
permukaan zat cair.
Sifat lainnya yaitu penghantar arus listrik sehingga tidak dapat digunakan
pada ruang yang berisi peralatan komponen listrik.
6. Fire Sprinkler System

Alat ini biasanya terinstal didalam gedung dan bersifat mengandung Hg.
Mekanisme kerja sprinkler yaitusecara otomatis akan mengeluarkan air bila
kepala sprinkler terkena panas.
Prinsip dasar alat ini adalah mampu menyerap kalor yang dihasilkan dari
bahan yang terbakar.

 
8. Hydrant 
Digunakan untuk jenis api kelas A dan B.

Secara ringkas, penggunaan media racun api berdasarkan klasifikasi bahan


terbakar jadi begini :

Agar bisa bekerja cepat dalam keadaan darurat perlu diperhitungkan


persyaratan dan cara pemasangan APAR (Alat Pemadam Api Ringan) yang
antara lain : 
 Tempat mudah dilihat dan dijangkau, tidak boleh digembok atau
diikat mati.
 Jarak jangkauan maksimum 15 m.
 Tinggi pemasangan maksimum 125 cm.
 Jenis media dan ukuran sesuai dengan klasifikasi kebakaran dan beban
api.
 Diperiksa secara berkala.
 Bisa diisi ulang (Refill).
 Kekuatan konstruksi terstandar.
Fasilitas yang harus dipunyai oleh laboratorium :

 APAR 
 Tangga darurat 
 Ada sistem alarm seperti Heat detector, Smoke detector dan Flame
detector (lidah api) 
 Hydrant (Box hydrant) 
 Baju tahan panas pelindung kerja lengkap tahan api 
 Pintu tahan Api 
 Jumping sheet 
 Penangkal petir
Perhatikan juga jika masuk ke laboratorium atau gedung manapun, cobalah
lihat dan cari tanda arah evakuasi ataupun pintu darurat. Biasanya
ditunjukkan dengan papan nama 'pintu darurat' atau "exit" seperi gambar
ini :

Usaha Preventif  Tanggap Kebakaran

 Penyuluhan dan pelatihan tentang pemadam kebakaran 


 Adanya SOP cara pengoperasian pada tabung pemadam 
 Pastikan listrik/api telah padam sebelum meniggalkan laboratorium 
 Usahakan bak kamar mandi selalu penuh

Bagaimana cara pelaksanaan pemadaman?

 Selalu siap mental dan jangan panik 


 Perhatikan arah angin (dengan melihat lidah api) 
 Membelakangi arah angin menghindar dari sisi lain 
 Semprotkan/arahkan pada sumber api 
 Harus tahu jenis benda yang terbakar 
 Usahakan mengatur dan menahan nafas

Sedangkan prosedur emergensi evakuasi seperti berikut :

 Bunyikan / tekan alarm terdekat 


 Keluar lewat pintu terdekat 
 Berkumpul ditempat yang berjarak minimal 30 meter dari sumber
kebakaran 
 Beritahu petugas emergensi mengenai orang-orang yang ada didalam 
 Beritahu petugas emergensi mengenai alasan pengosongan ruangan
 Jangan masuk kedalam gedung lagi sampai dijinkan oleh yang
berwenang

Anda mungkin juga menyukai