Anda di halaman 1dari 19

PERLINDUNGAN KONSUMEN

HUKUM BISNIS

Makalah Disusun Untuk Memenuhi Tugas Hukum Bisnis


Dosen Pengampu :
Dr. Handriyono, M.Si

Nama Kelompok :
Yulianto Nur Afandi 200810201135
Nurul Fina Tanzul Arifah 200810201111
Ananda Maudy Tamara 200810201236

PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JEMBER
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT. Atas segala taufik hidayah
serta inayah-Nya yang senantiasa tercurah sehingga dapat menyelesaikan makalah
Perlindungan Konsumen ini tanpa adanya halangan dan hambatan yang berarti.
Sholawat serta salam tidak lupa juga penulis panjatkan kepada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW.

Tanpa bantuan dari berbagai pihak, makalah ini tidak akan terwujud.
Dalam makalah ini kami telah banyak mendapat bimbingan dari berbagai pihak.
Terimakasih kepada yang terhormat Bapak Dr. Handriyono, M.Si selaku
pembimbing mata kuliah Hukum Bisnis yang telah membimbing kami dalam
mengerjakan tugas ini sehingga tugas ini dapat terselesaikan.

Adapun harapan dari penulis, semoga makalah yang telah disusun ini
dapat bermanfaat untuk para pembaca, khususnya mahasiswa Fakultas Ekonomi
dan Bisnis guna menambah pengetahuan dalam bidang Hukum Bisnis
(Perlindungan Konsumen).

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi lebih sempurnannya hasil makalah ini. Akhir kata, penulis sampaikan terima
kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah
ini dari awal sampai akhir. Terimakasih.

Jember,28 Februari 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................1
1.3 Tujuan..............................................................................................2
1.4 Manfaat............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3
2.1 Pengertian dan Dasar Hukum...........................................................3
2.2 Hak dan Kewajiban Konsumen dan Pelaku Usaha..........................4
2.3 Perbuatan yang Dilarang Bagi Pelaku Usaha...................................5
2.4 Penegakkan Hukum Konsumen.......................................................10
BAB III PENUTUP.........................................................................................14
3.1 Kesimpulan......................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................16

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Para konsumen merupakan golongan yang rentan dieksploitasi oleh
pelaku usaha. Karena itu, diperlukan seperangkat aturan hukum untuk melindungi
konsumen. Yang dimaksud dengan konsumen adalah pengguna akhir dari suatu
produk. Dengan artian setiap pemakai barang atau jasa yang tersedia dalam
masyarakat, baik kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk
hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.
Perlindungan konsumen adalah keseluruhan peraturan dan hukum yang
mengatur hak dan kewajiban konsumen dan produsen yang timbul dalam
usahanya untuk memenuhi kebutuhannya dan mengatur upaya-upaya untuk
menjamin terwujudnya perlindungan hukum terhadap kepentingan konsumen
(Sidobalok 2014:39).
Perlindungan terhadap konsumen sangat berkaitan dengan kegiatan
bisnis, yakni perdagangan barang dan jasa dalam lingkup kegiatan ekonomi.
Namun demikian tidak dapat dilepaskan dari aspek-aspek lain, baik hukum,
agama, pendidikan, sosial dan budaya. Oleh karena itu berkaitan dengan
perlindungan konsumen, maka perlu ditelaah dari berbagai sudut pandang.
Hal ini dapat bersifat dalam segala transaksi jual beli, secara langsung maupun
secara online seperti yang kini kian marak. Walaupun adanya transaksi yang tidak
melalui tatap muka, konsumen tetap berhak untuk mendapatkan barang yang
sesuai dengan pemberitahuan sebelumnya atau barang yang sesuai dengan yang
dijanjikan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari perlindungan konsumen?
2. Apa asas-asas dari perlindungan konsumen?
3. Apa tujuan dari perlindungan konsumen?
4. Apa saja perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha?
5. Bagaimana cara menegakkan hukum pada suatu konsumen?

1
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan definisi tentang perlindungan konsumen
2. Menjelaskan asas-asas dari perlindungan konsumen
3. Menjabarkan tujuan dari perlindungan konsumen
4. Menjelaskan perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha
5. Menganalisis cara menegakkan hukum pada suatu konsumen

1.4 Manfaat
1. Mengetahui definisi tentang perlindungan konsumen
2. Mengetahui asas-asas dari perlindungan konsumen
3. Memahami tujuan dari perlindungan konsumen
4. Memahami cara menegakkan hukum pada suatu konsumen

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Dasar Hukum

Perlindungan konsumen adalah keseluruhan peraturan dan hukum yang


mengatur hak dan kewajiban konsumen dan produsen yang timbul dalam
usahanya untuk memenuhi kebutuhannya dan mengatur upaya-upaya untuk
menjamin terwujudnya perlindungan hukum terhadap kepentingan konsumen
(Sidobalok 2014:39). Para konsumen merupakan golongan rentan dieksploitasi
oleh pelaku usaha. Karena itu, diperlukan seperangkat aturan hukum untuk
melindungi konsumen. Yang dimaksud dengan konsumen adalah “pengguna
akhir” (end user) dari suatu produk, yaitu setiap pemakai barang dan atau jasa
yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga,
orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.
Sedangkan yang dimaksud dengan produsen atau pelaku usaha adalah setiap
perorangan atau badan usaha yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan
kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri-sendiri
maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha
dalam berbagai kegiatan ekonomi. Tentang perlindungan konsumen ini diatur oleh
seperangkat aturan hukum di bidang perlindungan konsumen.

Yang merupakan asas dari perlindungan konsumen adalah sebagai berikut:

 Untuk mendapatkan keadilan


 Untuk mencapai asas manfaat
 Untuk mencapai asas keseimbangan
 Untuk mendapatkan keamanan dan keselamatan konsumen
 Untuk mendapatkan kepastian hukum

Sedangkan yang merupakan tujuan dari perlindungan konsumen adalah


sebagai berikut:

1. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk


melindungi diri.
2. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara
menghindarkannya dari ekses negatif pemakaian barang dan atau jasa.
3. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih menentukan dan
menuntut hak-haknya sebagai konsumen.

3
4. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur
kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk
mendapatkan informasi.
5. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya
perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan
bertanggung jawab dalam berusaha.
6. Meningkatkan kualitas barang dan atau jasa yang menjamin kelangsungan
usaha produksi barang dan atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan,
dan keselamatan konsumen.

2.2 Hak dan Kewajiban Konsumen dan Pelaku Usaha

Sebenarnya, hak dasar konsumen sudah berlaku secara universal adalah terdiri
dari 4 (empat) macam, yaitu sebagai berikut:

1. Hak atas keamanan dan kesehatan


2. Hak atas informasi yang jujur
3. Hak pilih
4. Hak untuk didengar.

Selain dari 4 (empat) hak dasar seperti tersebut di atas, dalam literatur hukum
terkadang keempat hak dasar tersebut digandeng dengan hak untuk mendapat
lingkungan hidup yang bersih sehingga kelima-limanya disebut “Panca Hak
Konsumen”. Disamping itu, perundang-undangan di bidang perlindungan
konsumen selain 4 (empat) hak dasar seperti tersebut di atas, menambahkan
beberapa hak lagi bagi konsumen yang dapat disebut sebagai “Hak Tambahan”
bagi konsumen, yaitu sebagai berikut:

1. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan dan upaya penyelesaian


sengketa konsumen.
2. Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan konsumen.
3. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar, jujur dan tidak
diskriminatif.
4. Hak untuk mendapatkan kompensasi yang layak atas pelanggaran haknya.
5. Hak-hak yang diatur dalam berbagai perundang-undangan lainnya.

Sedangkan kewajiban konsumen menurut peraturan perundang-undangan


yang berlaku adalah sebagai berikut:

1. Membaca atau mengikuti petunjuk, informasi dan prosedur pemakaian


atau pemanfaatan barang dan atau jasa demi keamanan dan keselamatan.
2. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan atau jasa.

4
3. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang telah disepakati.
4. Mengikuti upaya penyelesaian hukum tentang sengketa konsumen secara
patut.

Kemudian, yang menjadi hak pelaku usaha adalah sebagai berikut:

1. Menerima pembayaran sesuai kesepakatan.


2. Mendapatkan perlindungan hukum dari perlakuan konsumen yang tidak
beritikad baik.
3. Melakukan pembelaan diri sepatutnya dalam penyelesaian sengketa
konsumen.
4. Merehabilitasi nama baik apabila ternyata dalam penyelesaian sengketa
dengan konsumen, ternyata kerugian konsumen bukan disebabkan oleh
barang dari pelaku usaha tersebut.
5. Hak-hak lain yang diatur dalam berbagai perundang-undangan.

Sedangkan yang menjadi kewajiban pelaku usaha adalah sebagai berikut:

1. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya.


2. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur tentang kondisi dan
penggunaan barang dan jasa.
3. Memberlakukan dan melayani konsumen secara benar, jujur dan tidak
diskriminatif.
4. Menjamin mutu barang/ jasa sesuai standar mutu yang berlaku.
5. Memberi kesempatan yang masuk akal kepada konsumen untuk menguji
atau mencoba barang/ jasa tertentu, serta memberikan garansi atas barang
yang diperdagangkan.
6. Memberikan ganti rugi manakala terjadi kerugian bagi konsumen dalam
hubungan dengan penggunaan barang/ jasa.
7. Memberikan ganti rugi manakala terjadi kerugian bagi konsumen jika
ternyata barang/ jasa tidak sesuai dengan yang diperjanjikan.
8. Menyediakan suku cadang dan atau fasilitas purnajual oleh produsen
minimal untuk jangka waktu 1 (satu) tahun.
9. Memberikan jaminan atau garansi atas barang yang diproduksikannya.

2.3 Perbuatan yang Dilarang Bagi Pelaku Usaha

Perundang-undangan memberika beberapa larangan untuk melindungi


pihak konsumen dari ketidakadilan kepada pelaku usaha dalam hubungan
kegiatannya sebagai pelaku usaha. Larangan-larangan tersebut, diantaranya:

5
1. Larangan yang Berhubungan dengan Barang dan Jasa yang
Diperdagangkan
Berdasarkan perundang-undangan yang berlaku, produsen atau
pelaku usaha dilarang memproduksi dan memperdagangkan barang atau
jasa dan wajib menarikdari peredaran barang. Adapun beberapa ciri-ciri
dari larangan yang berhubungan dengan barang dan jasa yang
diperdagangkan, yaitu:
a. Yang tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan.
b. Yang tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih (netto) dan
jumlah dalam hitungan seperti tercantum dalam label.
c. Yang tidak sesuai dengan ukuran, takaran, dan timbangan.
d. Yang tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan
atau kemanjuran seperti tertera dalam label.
e. Yang tidak sesuai dengan mutu, tingkatan, komposisi,
proses pengolahan, gaya, mode, dan penggunaan tertentu
sebagaimana tertera dalam label.
f. Yang tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label
etiket atau iklan dan promosi penjualan.
g. Yang tidak mencantumkan kadaluwarsa atas barang
tertentu.
h. Yang tidak mengikuti ketentuan beproduksi secara halal
jika dalam label dicantumkan kata “halal”.
i. Yang tidak memasang label atau memuat penjelasan
tentang barang tersebut.
j. Yang tidak mencantumkan informasi dan petunjuk
penggunaan barang dalam bahasa Indonesia.
k. Yang memperdagangkan barang yang rusak, cacat,
tercemar atau barang bekas tanpa pemberian
informasi yang lengkap.
l. Yang memperdagangkan sediaan farmasi dan pangan yang
rusak, cacat, tercemar atau bekas tanpa pemberian
informasi yang lengkap.
2. Larangan yang Berhubungan dengan Promosi atau Iklan yang
Menyesatkan
Pelaku usaha oleh perundang-undangan dilarang untuk
menawarkan, mempromosikan, mengiklankan, dan membuat pernyataan
yang tidak benar atau menyesatkan mengenai:
a. Harga atau tarif suatu barang atau jasa.
b. Kegunaan suatu barang atau jasa.

6
c. Kondisi, tanggungan, jaminan, hak atau ganti rugi atas
suatu barang atau jasa.
d. Tawaran potongan harga atau hadiah menarik yang
ditawarkan.
e. Bahaya penggunaan suatu barang atau jasa.

Selain itu, pelaku usaha juga dilarang menawarkan,


mempromosikan, mengiklankan suatu barang atau jasa secara tidak benar,
seolah-olah:

a. Barang tersebut telah memenuhi potongan harga, harga


khusus, standar mutu tertentu, gaya atau mode tertentu
karakteristik tertentu, sejarah atau guna tertentu.
b. Barang tersebut dalam keadaan baik atau baru.
c. Barang atau jasa tersebut telah mendapatkan atau memiliki
sponsor, persetujuan, perlengkapan tertentu, keuntungan
tertentu, ciri-ciri kerja atau akseson tertentu.
d. Barang atau jasa tersebut dibuat oleh perusahaan yang
mempunyai sponsor, persetujuan, dan afiliasi.
e. Barang atau jasa tersebut tersedia.
f. Barang tersebut tidak mengandung cacat tersembunyi.
g. Barang tersebut merupakan kelengkapan dari barang
tertentu.
h. Barang tersebut berasal dari daerah tertentu.
i. Secara langsung atau tidak langsung merendahkan barang
atau jasa lain.
j. Menggunakan kata-kata yang berlebihan, seperti aman,
tidak berbahaya, tidak mengandung risiko atau efek
sampingan tanpa keterangan lengkap.
k. Menawarkan sesuatu yang mengandung janji yang belum
pasti.
3. Larangan dalam Hubungan Penjualan Barang Secara Obral atau Lelang
yang Menyesatkan
Dalam hubungan dengan penjualan barang secara obral atau lelang,
pelaku usaha dilarang menyesatkan konsumen dengan jalan sebagai
berikut:
a. Menyesatkan barang atau jasa tersebut seolah-olah telah
memenuhi standar mutu tertentu.
b. Menyatakan barang atau jasa seolah-olah tidak
mengandung cacat yang tersembunyi.

7
c. Tidak berniat untuk menjual barang yang ditawarkan, untuk
menjual barang yang lain.
d. Tidak menyediakan barang dalam jumlah tertentu dan
jumlah yang cukup dengan maksud untuk menjual barang
yang lain.
e. Tidak menyediakan jasa dalam kapasitas tertentu dan
jumlah yang cukup dengan maksud menjual jasa yang lain.
f. Menaikkan harga atau tarif barang dan jasa sebelum
melakukan obral.
4. Larangan yang Berhubungan dengan Waktu dan Jumlah yang Tidak
Diinginkan
Pelaku usaha dilarang untuk menawarkan, mempromosikan, dan
mengiklankan suatu barang atau jasa dengan harga atau tarif khusus dalam
waktu dan jumlah tertentu. Jika pelaku usaha tersebut tidak bermaksud
untuk melaksanakannya sesuai dengan waktu dan jumlah yang ditawarkan,
dipromosikan, atau diiklankan.
5. Larangan Terhadap Tawaran dengan Iming-Iming Hadiah
Pelaku usaha dilarang untuk menawarkan, mempromosikan, dan
mengiklankan suatu barang atau jasa dengan cara menjanjikan pemberian
suatu hadiah berupa barang atau jasa secara cuma-cuma dengan maksud
tidak memberikannya atau memberikan tidak sebagaimana yang
dijanjikan. Dan juga pelaku usaha dilarang untuk menawarkan,
mempromosikan, dan mengiklankan obat, obat tradisional, suplemen
makanan, alat kesehatan, dan jasa pelayanan kesehatan dengan cara
menjanjikan pemberian hadiah berupa barang atau jasa lain. Disamping
itu, pelaku usaha dilarang menawarkan barang dan jasa dengan
memberikan hadiah melalui undian, jika:
a. Tidak melakukan penarikan hadiah setelah batas waktu
yang diperjanjikan.
b. Mengumumkan hasilnya tidak melalui media massa.
c. Memberikan hadiah yang tidak sesuai dengan yang
diperjanjikan.
d. Menggantikan hadiah yang tidak setara dengan nilai hadiah
yang diperjanjikan.
6. Larangan Terhadap Tawaran dengan Paksaan
Dalam menawarkan barang dan jasa, pelaku usaha dilarang untuk
melakukannya dengan cara pemaksaan atau cara lain yang dapat
menimbulkan gangguan, baik fisik maupun psikis dari konsumen.
7. Larangan Terhadap Tawaran dalam Hubungan dengan Pembelian Melalui
Pesanan.

8
Dalam hubungan dengan pembelian barang melalui pesanan,
dilarang:
a. Untuk tidak menepati pesanan dan kesepakatan waktu
penyelesaian sesuai dengan yang dijanjikan.
b. Tidak menepati janji atas suatu pelayanan atau prestasi.
8. Larangan yang Berhubungan dengan Pelaku Usaha Periklanan.
Dalam bidang periklanan, adapun Larangan untuk pelaku usaha
pada bidang periklanan tersebut, diantaranya:
a. Mengelabui konsumen mengenai kualitas, kuantitas, bahan,
kegunaan, dan harga barang ataupun jasa, tarif jasa serta
ketepatan waktu penerimaan barangatau jasa.
b. Mengelabui jaminan atau garansi terhadap barang dan jasa.
c. Memuat informasi yang keliru, salah, atau tidak tepat
mengenai barang atau jasa.
d. Tidak memuat informasi mengenai risiko pemakaian
barang atau jasa.
e. Mengekspresikan kejadian seseorang tanpa izin yang
berwenang atau persetujuan yang bersangkutan.
f. Melanggar etika dan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku.
9. Larangan yang Berhubungan dengan Klausula Baku.
Untuk membuat klausula baku, pelaku usaha dilarang membuat
klausula baku yang meliputi:
a. Letak atau bentuknya sulit terlihat atau tidak dapat dibaca
secara jelas, atau yang pengungkapannya sulit dimengerti.
b. Menyatakan pengalihan tanggung jawab pelaku usaha.
c. Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak
pembayaran kembali barang yang dibeli oleh konsumen.
d. Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak
pembayaran kembali uang yang dibayarkan atas barang
atau jasa yang dibeli oleh konsumen.
e. Menyatakan pemberian kuasa dari konsumen kepada
pelaku usaha secara langsung atau tidak langsung untuk
melakukan segala tindakan hukum sepihak yang berkaitan
dengan barang yang dibeli oleh konsumen secara angsuran.
f. Mengatur perihal pembuktian atas hilangnya kegunaan
barang atau pemanfaatan jasa yang dibeli oleh konsumen.
g. Memberi hak kepada pelaku usaha untuk mengurangi
manfaat jasa atau mengurangi harta kekayaan konsumen
yang menjadi objek jual beli jasa.

9
h. Menyatakan tunduknya konsumen terhadap aturan baru,
tambahan, lanjutan, dan pengubahan lanjutan yang dibuat
sepihak oleh pelaku usaha.
i. Menyatakan bahwa konsumen memberi kuasa kepada
pelaku usaha untuk membebankan hak tanggungan, hak
gadai, atau hak jaminan terhadap barang yang dibeli oleh
konsumen secara angsuran (Fuady, 2008).

2.4 Penegakan Hukum Konsumen

1. Konsekuensi Yuridis terhadap Pelanggaran Perundang-undangan tentang


Perlindungan Konsumen
Pelaku usaha yang melanggar ketentuan perundang-undangan
tentang perlindungan konsumen berakibatkan terhadap konsekuensi-
konsekuensi hukum sebagai berikut:
a. Kewajiban pelaku usaha atau importer atau penjual untuk
menghentikan kegiatannya atau menarik barangnya dari
peredaran.
b. Memberikan ganti rugi kepada konsumen dalam waktu 7
hari setelah transaksi dengan beban pembuktian di pihak
pelaku usaha atau importer atau penjual
c. Tuntutan pidana kepada pelaku usaha atau importer atau
penjual dengan beban pembuktian pada pelaku usaha atau
importer atau penjual tersebut.
2. Badan Perlindungan Konsumen Nasional
Untuk mengembangkan upaya perlindungan konsumen, dibentuk
Badan Perlindungan Konsumen Nasional yang berkedudukan di ibukota
Negara, dengan anggotanya diangkat dan diberhentikan oleh Presiden atas
usulan menteri setelah dikonsultasikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat
Republik Indonesia. Bila perlu, Badan Perlindungan Konsumen Nasional
dapat membentuk perwakilan di daerah tingkat provinsi.
Badan Perlindungan Konsumen Nasional mempunyai tugas-tugas
sebagai berikut:
a. Memberikan saran dan rekomendasi kepada pemerintah
dalam rangka menyusun kebijaksanaan di bidang
perlindungan nasional.
b. Melakukan penelitian dan pengkajian terhadap perundang-
undangan.
c. Melakukan penelitian terhadap barang atau jasa yang
menyangkut keselamatan konsumen.

10
d. Mendorong berkembangnya lembaga perlindungan
konsumen swadaya masyarakat.
e. Memasyarakatkan prinsip perlindungan konsumen.
f. Menerima pengaduan tentang perlindungan konsumen.
g. Melakukan survai yang menyangkut dengan kebutuhan
konsumen.
h. Bekerja sama dengan organisasi konsumen internasional.
3. Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat
Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat yang
memenuhi syarat diakui oleh pemerintah. Lembaga ini mempunyai tugas-
tugas sebagai berikut:
a. Menyebarluaskan informasi untuk meningkatkan kesadaran
tentang perlindungan konsumen.
b. Memberi nasihat kepada konsumen yang memerlukannya.
c. Bekerja sama dengan instansi terkait dalam upaya
mewujudkan perlindungan konsumen.
d. Membantu konsumen dalam memperjuangkan haknya,
termasuk menerima keluhan atau pengaduan dari
konsumen.
e. Melakukan pengawasan bersama dengan pemerintah dan
masyarakat terhadap jalannya upaya perlindungan
konsumen ini.
4. Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen
Penyelesaian sengketa konsumen dapat dilakukan di dalam
pengadilan (peradilan umum) maupun di luar pengadilan. Gugatan dapat
dilakukan oleh seorang konsumen yang dirugikan atau gugatan kelompok
(class action) yang dilakukan oleh:
a. Sekelompok konsumen yang mempunyai kepentingan yang
sama.
b. Lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat.
c. Pemerintah atau instansi terkait apabila menyangkut dengan
kerugian yang besar atau menyangkut korban yang banyak.
Penyelesaian sengketa di luar pengadilan dapat ditempuh oleh
Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen yang dibentuk oleh pemerintah
di Daerah Tingkat II. Putusan dari Badan Penyelesaian Sengketa
Konsumen merupakan bukti permulaan yang cukup bagi penyidik untuk
melakukan penyidikan, dan dapat dimintakan eksekusinya kepada
Pengadilan Negeri di wilayah tempat konsumen yang bersangkutan.
Adapun yang merupakan tugas dari Badan Penyelesaian Sengketa
Konsumen adalah sebagai berikut:

11
a. Menangani penyelesaian sengketa konsumen dengan cara
mediasi, konsolidasi, dan arbitrase.
b. Memberikan konsultasi perlindungan konsumen
c. Melakukan pengawasan terhadap pencantuman klausula
baku.
d. Melaporkan kepada penyidik umum apabila terjadi
pelanggaran ketentuan perundang-undangan di bidang
perlindungan konsumen.
e. Menerima pengaduan konsumen.
f. Melakukan penelitian dan pemeriksaan atas sengketa
perlindungan konsumen.
g. Memanggil pelaku usaha yang diduga melakukan
pelanggaran.
h. Memanggil dan menghadirkan saksi-saksi.
i. Meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan pelaku
usaha, saksi ahli, atau pihak-pihak lainnya.
j. Mendapatkan, meneliti dan menilai alat bukti dokumen atau
alat bukti lain.
k. Menetapkan ada atau tidaknya kerugian konsumen.
l. Memberikan pemberitahuan putusan kepada pelaku usaha
yang bersangkutan.
m. Menjatuhkan sanksi administrasi kepada pelaku usaha,
berupa ganti rugi maksimum Rp 200.000.000,00 (dua ratus
juta rupiah)
5. Penerapan Sanksi-sanksi
Sanksi-sanksi yang dapat dijatuhkan kepada konsumen adalah
sebagai berikut:
a. Sanksi Pidana
Sanksi pidana dapat dijatuhkan oleh pengadilan
(umum) setelah melalui proses pidana biasa, yaitu lewat
proses penyidikan, penuntutan, dan pengadilan. Proses
penyidikan dilakukan oleh Polisi Negara atau Pejabat
Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan instansi
pemerintah. Sedangkan yang melakukan proses penuntutan
adalah badan penuntut umum (jaksa). Dan proses
pengadilan dilakukan oleh badan pengadilan umum yang
berwenang.
Sanksi pidana berupa pidana pokok yaitu:

12
 Penjara maksmimum 5 tahun atau denda Rp
2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah) untuk
perbuatan tertentu.
 Penjara maksimum 2 tahun atau denda Rp
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) untuk
perbuatan tertentu.
 Pidana penjara umum atau denda umum yang
berlaku.
Di samping itu, terdapat juga pidana tambahan berupa:
 Perampasan barang tertentu
 Pengumuman putusan hakim
 Pembayaran ganti rugi
 Penghentian kegiatan tertentu
 Kewajiban penarikan barang dari peredaran
 Pencabutan izin usaha
b. Sanksi Perdata
Sanksi perdata kepada pihak pelaku usaha yang
telah merugikan konsumen mungkin diberikan dalam
bentuk kompensasi atau ganti rugi perdata, yang dijatuhkan
oleh pengadilan perdata yang berwenang.
c. Sanksi Admnistrasi
Selain itu, tersedia juga sanksi administrasi bagi pelaku
usaha yang melanggar perundang-undangan yang berlaku,
berupa:
 Sanksi administrasi berupa ganti rugi yang dapat
dijatuhkan oleh Badan Penyelesaian Sengketa
Konsumen atau pengadilan umum
 Sanksi administrasi lainnya yang dijatuhkan oleh
pengadilan atau pejabat pemerintah yang
berwenang.

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Para konsumen merupakan golongan yang rentan dieksploitasi oleh pelaku


usaha. Sedangkan produsen atau pelaku usaha adalah setiap perorangan atau
badan usaha yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam
wilayah hukum negara Republik Indonesia. Asas dari perlindungan konsumen
yaitu untuk mendapatkan keadilan, untuk mencapai asas manfaat, untuk mencapai
asas keseimbangan, untuk mendapatkan keamanan dan keselamatan konsumen,
serta untuk mendapatkan kepastian hukum. Salah satu tujuan dari perlindungan
konsumen adalah meningkatkan kesadaran, kemampuan, dan kemandirian
konsumen untuk melindungi diri.

Terdapat beberapa hak dasar konsumen yang sudah berlaku secara


universal, diantaranya hak atas keamanan dan kesehatan, hak atas infromasi yang
jujur, hak pilih, dan hak untuk didengar. Namun dalam empat hak dasar yang
telah ditetapkan tetapi di dalam literatur hukum terkadang digandeng dengan hak
untuk mendapat lingkungan hidup yang bersih sehingga kelima hak tersebut
disebut dengan Panca Hak Konsumen. Adapun perbuatan yang dilarang bagi
pelaku usaha, yaitu larangan yang berhubungan dengan barang atau jasa yang
diperdagangkan, larangan yang berhubungan dengan promosi/iklan yang
menyesatkan, larangan dalam hubungan dengan penjualan barang secara obral
atau lelang yang menyesatkan, larangan yang berhubungan dengan waktu dan
jumlah yang tidak diinginkan, larangan terhadap tawaran dengan iming-iming
hadiah, larangan terhadap tawaran dengan paksaan, larangan terhadap tawaran
dalam hubungan pembelian melalui pesanan, larangan yang berhubungan dengan
pelaku usaha periklanan, dan larangan yang berhubungan dengan klausula baku.

Dalam penegakan hukum konsumen, konsekuensi yuridis terhadap


pelanggaran perundang-undangan tentang perlindungan konsumen berakibatkan
terhadap konsekuensi hukum bagi pelaku usaha yang melanggar ketentuan
perundang-undangan, salah satunya kewajiban pelaku usaha/importir/penjual
untuk menghentikan kegiatannya atau menarik barangnya dari peredaran. Badan
perlindungan konsumen nasional dibentuk oleh Badan Perlindungan Konsumen
Nasional yang berkedudukan di ibukota negara. Salah satu tugasnya yaitu
memberikan saran dan rekomendasi kepada pemerintah dalam rangka menyusun
kebijaksanaan di bidang perlindungan nasional. Adapun salah satu tugas dari
lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat yaitu menyebarluaskan
informasi untuk meningkatkan kesadaran tentang perlindungan konsumen. Untuk

14
menyelesaikan sengketa konsumen dapat dilakukan di dalam pengadilan
(peradilan umum) maupun di luar pengadilan. Gugatan yang dapat dilakukan oleh
seseorang konsumen yang dirugikan atau gugatan kelompok yang dilakukan oleh
sekelompok konsumen yang mempunyai kepentingan yang sama. Dan yang
terakhir terdapat penerapan sanksi yang dapat dijatuhkan kepada konsumen, yang
meliputi sanksi pidana, sanksi perdata, dan sanksi administrasi.

15
DAFTAR PUSTAKA

Fuady, Munir. 2008. Pengantar Hukum Bisnis. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Perlindungan Konsumen Aman Oleh UU Perlindungan Konsumen. (2020, May


8). Retrieved February 28, 2021, from DSLA (Daud Silalahi & Lawencon
Associates) website: https://www.dslalawfirm.com/perlindungan-
konsumen/#:~:text=Perlindungan%20konsumen%20adalah%20keseluruhan
%20peraturan,(Sidobalok%202014%3A39)

16

Anda mungkin juga menyukai