HUKUM BISNIS
Nama Kelompok :
Yulianto Nur Afandi 200810201135
Nurul Fina Tanzul Arifah 200810201111
Ananda Maudy Tamara 200810201236
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT. Atas segala taufik hidayah
serta inayah-Nya yang senantiasa tercurah sehingga dapat menyelesaikan makalah
Perlindungan Konsumen ini tanpa adanya halangan dan hambatan yang berarti.
Sholawat serta salam tidak lupa juga penulis panjatkan kepada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW.
Tanpa bantuan dari berbagai pihak, makalah ini tidak akan terwujud.
Dalam makalah ini kami telah banyak mendapat bimbingan dari berbagai pihak.
Terimakasih kepada yang terhormat Bapak Dr. Handriyono, M.Si selaku
pembimbing mata kuliah Hukum Bisnis yang telah membimbing kami dalam
mengerjakan tugas ini sehingga tugas ini dapat terselesaikan.
Adapun harapan dari penulis, semoga makalah yang telah disusun ini
dapat bermanfaat untuk para pembaca, khususnya mahasiswa Fakultas Ekonomi
dan Bisnis guna menambah pengetahuan dalam bidang Hukum Bisnis
(Perlindungan Konsumen).
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi lebih sempurnannya hasil makalah ini. Akhir kata, penulis sampaikan terima
kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah
ini dari awal sampai akhir. Terimakasih.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................1
1.3 Tujuan..............................................................................................2
1.4 Manfaat............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3
2.1 Pengertian dan Dasar Hukum...........................................................3
2.2 Hak dan Kewajiban Konsumen dan Pelaku Usaha..........................4
2.3 Perbuatan yang Dilarang Bagi Pelaku Usaha...................................5
2.4 Penegakkan Hukum Konsumen.......................................................10
BAB III PENUTUP.........................................................................................14
3.1 Kesimpulan......................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................16
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Para konsumen merupakan golongan yang rentan dieksploitasi oleh
pelaku usaha. Karena itu, diperlukan seperangkat aturan hukum untuk melindungi
konsumen. Yang dimaksud dengan konsumen adalah pengguna akhir dari suatu
produk. Dengan artian setiap pemakai barang atau jasa yang tersedia dalam
masyarakat, baik kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk
hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.
Perlindungan konsumen adalah keseluruhan peraturan dan hukum yang
mengatur hak dan kewajiban konsumen dan produsen yang timbul dalam
usahanya untuk memenuhi kebutuhannya dan mengatur upaya-upaya untuk
menjamin terwujudnya perlindungan hukum terhadap kepentingan konsumen
(Sidobalok 2014:39).
Perlindungan terhadap konsumen sangat berkaitan dengan kegiatan
bisnis, yakni perdagangan barang dan jasa dalam lingkup kegiatan ekonomi.
Namun demikian tidak dapat dilepaskan dari aspek-aspek lain, baik hukum,
agama, pendidikan, sosial dan budaya. Oleh karena itu berkaitan dengan
perlindungan konsumen, maka perlu ditelaah dari berbagai sudut pandang.
Hal ini dapat bersifat dalam segala transaksi jual beli, secara langsung maupun
secara online seperti yang kini kian marak. Walaupun adanya transaksi yang tidak
melalui tatap muka, konsumen tetap berhak untuk mendapatkan barang yang
sesuai dengan pemberitahuan sebelumnya atau barang yang sesuai dengan yang
dijanjikan.
1
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan definisi tentang perlindungan konsumen
2. Menjelaskan asas-asas dari perlindungan konsumen
3. Menjabarkan tujuan dari perlindungan konsumen
4. Menjelaskan perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha
5. Menganalisis cara menegakkan hukum pada suatu konsumen
1.4 Manfaat
1. Mengetahui definisi tentang perlindungan konsumen
2. Mengetahui asas-asas dari perlindungan konsumen
3. Memahami tujuan dari perlindungan konsumen
4. Memahami cara menegakkan hukum pada suatu konsumen
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
4. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur
kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk
mendapatkan informasi.
5. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya
perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan
bertanggung jawab dalam berusaha.
6. Meningkatkan kualitas barang dan atau jasa yang menjamin kelangsungan
usaha produksi barang dan atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan,
dan keselamatan konsumen.
Sebenarnya, hak dasar konsumen sudah berlaku secara universal adalah terdiri
dari 4 (empat) macam, yaitu sebagai berikut:
Selain dari 4 (empat) hak dasar seperti tersebut di atas, dalam literatur hukum
terkadang keempat hak dasar tersebut digandeng dengan hak untuk mendapat
lingkungan hidup yang bersih sehingga kelima-limanya disebut “Panca Hak
Konsumen”. Disamping itu, perundang-undangan di bidang perlindungan
konsumen selain 4 (empat) hak dasar seperti tersebut di atas, menambahkan
beberapa hak lagi bagi konsumen yang dapat disebut sebagai “Hak Tambahan”
bagi konsumen, yaitu sebagai berikut:
4
3. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang telah disepakati.
4. Mengikuti upaya penyelesaian hukum tentang sengketa konsumen secara
patut.
5
1. Larangan yang Berhubungan dengan Barang dan Jasa yang
Diperdagangkan
Berdasarkan perundang-undangan yang berlaku, produsen atau
pelaku usaha dilarang memproduksi dan memperdagangkan barang atau
jasa dan wajib menarikdari peredaran barang. Adapun beberapa ciri-ciri
dari larangan yang berhubungan dengan barang dan jasa yang
diperdagangkan, yaitu:
a. Yang tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan.
b. Yang tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih (netto) dan
jumlah dalam hitungan seperti tercantum dalam label.
c. Yang tidak sesuai dengan ukuran, takaran, dan timbangan.
d. Yang tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan
atau kemanjuran seperti tertera dalam label.
e. Yang tidak sesuai dengan mutu, tingkatan, komposisi,
proses pengolahan, gaya, mode, dan penggunaan tertentu
sebagaimana tertera dalam label.
f. Yang tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label
etiket atau iklan dan promosi penjualan.
g. Yang tidak mencantumkan kadaluwarsa atas barang
tertentu.
h. Yang tidak mengikuti ketentuan beproduksi secara halal
jika dalam label dicantumkan kata “halal”.
i. Yang tidak memasang label atau memuat penjelasan
tentang barang tersebut.
j. Yang tidak mencantumkan informasi dan petunjuk
penggunaan barang dalam bahasa Indonesia.
k. Yang memperdagangkan barang yang rusak, cacat,
tercemar atau barang bekas tanpa pemberian
informasi yang lengkap.
l. Yang memperdagangkan sediaan farmasi dan pangan yang
rusak, cacat, tercemar atau bekas tanpa pemberian
informasi yang lengkap.
2. Larangan yang Berhubungan dengan Promosi atau Iklan yang
Menyesatkan
Pelaku usaha oleh perundang-undangan dilarang untuk
menawarkan, mempromosikan, mengiklankan, dan membuat pernyataan
yang tidak benar atau menyesatkan mengenai:
a. Harga atau tarif suatu barang atau jasa.
b. Kegunaan suatu barang atau jasa.
6
c. Kondisi, tanggungan, jaminan, hak atau ganti rugi atas
suatu barang atau jasa.
d. Tawaran potongan harga atau hadiah menarik yang
ditawarkan.
e. Bahaya penggunaan suatu barang atau jasa.
7
c. Tidak berniat untuk menjual barang yang ditawarkan, untuk
menjual barang yang lain.
d. Tidak menyediakan barang dalam jumlah tertentu dan
jumlah yang cukup dengan maksud untuk menjual barang
yang lain.
e. Tidak menyediakan jasa dalam kapasitas tertentu dan
jumlah yang cukup dengan maksud menjual jasa yang lain.
f. Menaikkan harga atau tarif barang dan jasa sebelum
melakukan obral.
4. Larangan yang Berhubungan dengan Waktu dan Jumlah yang Tidak
Diinginkan
Pelaku usaha dilarang untuk menawarkan, mempromosikan, dan
mengiklankan suatu barang atau jasa dengan harga atau tarif khusus dalam
waktu dan jumlah tertentu. Jika pelaku usaha tersebut tidak bermaksud
untuk melaksanakannya sesuai dengan waktu dan jumlah yang ditawarkan,
dipromosikan, atau diiklankan.
5. Larangan Terhadap Tawaran dengan Iming-Iming Hadiah
Pelaku usaha dilarang untuk menawarkan, mempromosikan, dan
mengiklankan suatu barang atau jasa dengan cara menjanjikan pemberian
suatu hadiah berupa barang atau jasa secara cuma-cuma dengan maksud
tidak memberikannya atau memberikan tidak sebagaimana yang
dijanjikan. Dan juga pelaku usaha dilarang untuk menawarkan,
mempromosikan, dan mengiklankan obat, obat tradisional, suplemen
makanan, alat kesehatan, dan jasa pelayanan kesehatan dengan cara
menjanjikan pemberian hadiah berupa barang atau jasa lain. Disamping
itu, pelaku usaha dilarang menawarkan barang dan jasa dengan
memberikan hadiah melalui undian, jika:
a. Tidak melakukan penarikan hadiah setelah batas waktu
yang diperjanjikan.
b. Mengumumkan hasilnya tidak melalui media massa.
c. Memberikan hadiah yang tidak sesuai dengan yang
diperjanjikan.
d. Menggantikan hadiah yang tidak setara dengan nilai hadiah
yang diperjanjikan.
6. Larangan Terhadap Tawaran dengan Paksaan
Dalam menawarkan barang dan jasa, pelaku usaha dilarang untuk
melakukannya dengan cara pemaksaan atau cara lain yang dapat
menimbulkan gangguan, baik fisik maupun psikis dari konsumen.
7. Larangan Terhadap Tawaran dalam Hubungan dengan Pembelian Melalui
Pesanan.
8
Dalam hubungan dengan pembelian barang melalui pesanan,
dilarang:
a. Untuk tidak menepati pesanan dan kesepakatan waktu
penyelesaian sesuai dengan yang dijanjikan.
b. Tidak menepati janji atas suatu pelayanan atau prestasi.
8. Larangan yang Berhubungan dengan Pelaku Usaha Periklanan.
Dalam bidang periklanan, adapun Larangan untuk pelaku usaha
pada bidang periklanan tersebut, diantaranya:
a. Mengelabui konsumen mengenai kualitas, kuantitas, bahan,
kegunaan, dan harga barang ataupun jasa, tarif jasa serta
ketepatan waktu penerimaan barangatau jasa.
b. Mengelabui jaminan atau garansi terhadap barang dan jasa.
c. Memuat informasi yang keliru, salah, atau tidak tepat
mengenai barang atau jasa.
d. Tidak memuat informasi mengenai risiko pemakaian
barang atau jasa.
e. Mengekspresikan kejadian seseorang tanpa izin yang
berwenang atau persetujuan yang bersangkutan.
f. Melanggar etika dan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku.
9. Larangan yang Berhubungan dengan Klausula Baku.
Untuk membuat klausula baku, pelaku usaha dilarang membuat
klausula baku yang meliputi:
a. Letak atau bentuknya sulit terlihat atau tidak dapat dibaca
secara jelas, atau yang pengungkapannya sulit dimengerti.
b. Menyatakan pengalihan tanggung jawab pelaku usaha.
c. Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak
pembayaran kembali barang yang dibeli oleh konsumen.
d. Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak
pembayaran kembali uang yang dibayarkan atas barang
atau jasa yang dibeli oleh konsumen.
e. Menyatakan pemberian kuasa dari konsumen kepada
pelaku usaha secara langsung atau tidak langsung untuk
melakukan segala tindakan hukum sepihak yang berkaitan
dengan barang yang dibeli oleh konsumen secara angsuran.
f. Mengatur perihal pembuktian atas hilangnya kegunaan
barang atau pemanfaatan jasa yang dibeli oleh konsumen.
g. Memberi hak kepada pelaku usaha untuk mengurangi
manfaat jasa atau mengurangi harta kekayaan konsumen
yang menjadi objek jual beli jasa.
9
h. Menyatakan tunduknya konsumen terhadap aturan baru,
tambahan, lanjutan, dan pengubahan lanjutan yang dibuat
sepihak oleh pelaku usaha.
i. Menyatakan bahwa konsumen memberi kuasa kepada
pelaku usaha untuk membebankan hak tanggungan, hak
gadai, atau hak jaminan terhadap barang yang dibeli oleh
konsumen secara angsuran (Fuady, 2008).
10
d. Mendorong berkembangnya lembaga perlindungan
konsumen swadaya masyarakat.
e. Memasyarakatkan prinsip perlindungan konsumen.
f. Menerima pengaduan tentang perlindungan konsumen.
g. Melakukan survai yang menyangkut dengan kebutuhan
konsumen.
h. Bekerja sama dengan organisasi konsumen internasional.
3. Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat
Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat yang
memenuhi syarat diakui oleh pemerintah. Lembaga ini mempunyai tugas-
tugas sebagai berikut:
a. Menyebarluaskan informasi untuk meningkatkan kesadaran
tentang perlindungan konsumen.
b. Memberi nasihat kepada konsumen yang memerlukannya.
c. Bekerja sama dengan instansi terkait dalam upaya
mewujudkan perlindungan konsumen.
d. Membantu konsumen dalam memperjuangkan haknya,
termasuk menerima keluhan atau pengaduan dari
konsumen.
e. Melakukan pengawasan bersama dengan pemerintah dan
masyarakat terhadap jalannya upaya perlindungan
konsumen ini.
4. Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen
Penyelesaian sengketa konsumen dapat dilakukan di dalam
pengadilan (peradilan umum) maupun di luar pengadilan. Gugatan dapat
dilakukan oleh seorang konsumen yang dirugikan atau gugatan kelompok
(class action) yang dilakukan oleh:
a. Sekelompok konsumen yang mempunyai kepentingan yang
sama.
b. Lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat.
c. Pemerintah atau instansi terkait apabila menyangkut dengan
kerugian yang besar atau menyangkut korban yang banyak.
Penyelesaian sengketa di luar pengadilan dapat ditempuh oleh
Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen yang dibentuk oleh pemerintah
di Daerah Tingkat II. Putusan dari Badan Penyelesaian Sengketa
Konsumen merupakan bukti permulaan yang cukup bagi penyidik untuk
melakukan penyidikan, dan dapat dimintakan eksekusinya kepada
Pengadilan Negeri di wilayah tempat konsumen yang bersangkutan.
Adapun yang merupakan tugas dari Badan Penyelesaian Sengketa
Konsumen adalah sebagai berikut:
11
a. Menangani penyelesaian sengketa konsumen dengan cara
mediasi, konsolidasi, dan arbitrase.
b. Memberikan konsultasi perlindungan konsumen
c. Melakukan pengawasan terhadap pencantuman klausula
baku.
d. Melaporkan kepada penyidik umum apabila terjadi
pelanggaran ketentuan perundang-undangan di bidang
perlindungan konsumen.
e. Menerima pengaduan konsumen.
f. Melakukan penelitian dan pemeriksaan atas sengketa
perlindungan konsumen.
g. Memanggil pelaku usaha yang diduga melakukan
pelanggaran.
h. Memanggil dan menghadirkan saksi-saksi.
i. Meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan pelaku
usaha, saksi ahli, atau pihak-pihak lainnya.
j. Mendapatkan, meneliti dan menilai alat bukti dokumen atau
alat bukti lain.
k. Menetapkan ada atau tidaknya kerugian konsumen.
l. Memberikan pemberitahuan putusan kepada pelaku usaha
yang bersangkutan.
m. Menjatuhkan sanksi administrasi kepada pelaku usaha,
berupa ganti rugi maksimum Rp 200.000.000,00 (dua ratus
juta rupiah)
5. Penerapan Sanksi-sanksi
Sanksi-sanksi yang dapat dijatuhkan kepada konsumen adalah
sebagai berikut:
a. Sanksi Pidana
Sanksi pidana dapat dijatuhkan oleh pengadilan
(umum) setelah melalui proses pidana biasa, yaitu lewat
proses penyidikan, penuntutan, dan pengadilan. Proses
penyidikan dilakukan oleh Polisi Negara atau Pejabat
Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan instansi
pemerintah. Sedangkan yang melakukan proses penuntutan
adalah badan penuntut umum (jaksa). Dan proses
pengadilan dilakukan oleh badan pengadilan umum yang
berwenang.
Sanksi pidana berupa pidana pokok yaitu:
12
Penjara maksmimum 5 tahun atau denda Rp
2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah) untuk
perbuatan tertentu.
Penjara maksimum 2 tahun atau denda Rp
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) untuk
perbuatan tertentu.
Pidana penjara umum atau denda umum yang
berlaku.
Di samping itu, terdapat juga pidana tambahan berupa:
Perampasan barang tertentu
Pengumuman putusan hakim
Pembayaran ganti rugi
Penghentian kegiatan tertentu
Kewajiban penarikan barang dari peredaran
Pencabutan izin usaha
b. Sanksi Perdata
Sanksi perdata kepada pihak pelaku usaha yang
telah merugikan konsumen mungkin diberikan dalam
bentuk kompensasi atau ganti rugi perdata, yang dijatuhkan
oleh pengadilan perdata yang berwenang.
c. Sanksi Admnistrasi
Selain itu, tersedia juga sanksi administrasi bagi pelaku
usaha yang melanggar perundang-undangan yang berlaku,
berupa:
Sanksi administrasi berupa ganti rugi yang dapat
dijatuhkan oleh Badan Penyelesaian Sengketa
Konsumen atau pengadilan umum
Sanksi administrasi lainnya yang dijatuhkan oleh
pengadilan atau pejabat pemerintah yang
berwenang.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
14
menyelesaikan sengketa konsumen dapat dilakukan di dalam pengadilan
(peradilan umum) maupun di luar pengadilan. Gugatan yang dapat dilakukan oleh
seseorang konsumen yang dirugikan atau gugatan kelompok yang dilakukan oleh
sekelompok konsumen yang mempunyai kepentingan yang sama. Dan yang
terakhir terdapat penerapan sanksi yang dapat dijatuhkan kepada konsumen, yang
meliputi sanksi pidana, sanksi perdata, dan sanksi administrasi.
15
DAFTAR PUSTAKA
Fuady, Munir. 2008. Pengantar Hukum Bisnis. Bandung: Citra Aditya Bakti.
16