Anda di halaman 1dari 6

Dinamika Teknik Mesin, Volume 3 No.

2 Juli 2013 Diah, Susilo, Sutikno: Optimasi Cairan Pencuci Film Radiograf
ISSN: 2088-088X

OPTIMASI CAIRAN PEMBANGKIT MESIN PENCUCI FILM RADIOGRAF


PADA LABORATORIUM FISIKA MEDIK UNNES

Diah Rahayu Ningtias, Susilo, Sutikno


Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Semarang
Semarang, Indonesia
E-mail: smadnasri@yahoo.com

Abstrak

Telah berhasil dilakukan optimasi mesin pencuci film otomatis Laboratorium Fisika Medik
FMIPA Unnes dengan memvariasikan suhu pada cairan pengembang dan cairan fixer sehingga
diketahui gambar hasil film radiograf yang paling bagus dan jelas. Obyek yang digunakan pada
penelitian ini adalah stepwedge dengan tujuh undakan (step). Variasi suhu yang diberikan mulai
dari 28˚C sampai dengan 40˚C dengan interval suhu 2˚C. Pada mulanya dilakukan variasi
cairan pengembang dengan suhu fixer yang digunakan adalah 30˚C, kemudian dianalisis
dengan mencari nilai kerapatan (densitas) pada masing-masing undakan di film radiograf.
Setelah diketahui suhu cairan pengembang paling optimal yang dapat digunakan untuk mencuci
film radiograf maka suhu tersebut digunakan pada pemvariasian suhu cairan fixer. Suhu cairan
pengembang paling optimal yang dapat digunakan untuk mencuci film radiograf adalah pada
32˚C dan untuk suhu cairan fixer yaitu pada 32˚C.

Kata kunci: Mesin pencuci film otomatis; suhu; cairan pengembang; cairan fixer

Abstract

Automatic film washing machine (TAEHN, model TM 300E in Physics Laboratory of FMIPA
Unnes was successfully optimized by variating temperatures of developer and fixer solution in
the range of 28˚C until 40˚C with temperat ure interval of 2˚C. At the first, developer solution was
variated at controlled fixer temperature namely 30˚C, then it was analyzed to fixer determine
density of each radiograph film. The optimum temperature of developer solution is available to
varying temperature of fixer solution. The optimum temperatures of developer solution and fixer
solution are 32˚C and 32˚C, respectively.

Keywords: Automatic film washing machine, temperature, developer solution, fixer solution.

PENDAHULUAN Saat ini telah mulai dikembangkan


pencucian radiograf dengan menggunakan
Aplikasi teknologi sinar-X telah mesin otomatis yang memiliki banyak
banyak dimanfaatkan dalam berbagai kelebihan, diantaranya menghemat waktu
bidang, salah satunya dalam bidang dimana untuk mendapatkan film kering
kesehatan atau medik di bagian radiologi. hanya diperlukan waktu 5 menit. Selain itu,
Salah satu peralatan penunjang medik di dalam pencucian film dengan mesin
instalasi radiologi adalah pesawat Roentgen otomatis ini pengendalian dan proses
yang menggunakan radiasi pengion untuk standarisasi mudah dipertahankan. Untuk
mendiagnosis suatu penyakit dalam bentuk mendapatkan mutu gambar yang bagus,
gambaran anatomi tubuh yang digambarkan perlu dilakukan optimasi mesin pencucinya,
dalam film radiografi. Sinar-X menghasilkan dengan begitu akan dihasilkan film radiograf
radiasi yang menimbulkan efek luminisensi yang memiliki kualitas ketajaman gambar
pada bahan pembentuk lapisan film setelah yang optimal (Garret, 2001).
sinar-X melewati bahan yang ditembusnya Pengolahan film secara otomatis
dan menimbulkan efek menghitamkan film diharapkan mampu menghasilkan radiograf
setelah dilakukan pemrosesan film di kamar yang standar dan konsisten. Namun
gelap (Suyatno, 2008). demikian, meskipun telah dilakukan secara

121
Dinamika Teknik Mesin, Volume 3 No. 2 Juli 2013 Diah, Susilo, Sutikno: Optimasi Cairan Pencuci Film Radiograf
ISSN: 2088-088X

otomatis tetapi masih memungkinkan hasil mengetahui nilai kerapatan (densitas) pada
pengolahan film tersebut tidak sesuai masing-masing undakan (step) pada film
dengan yang diharapkan. Hal ini dapat radiografi. Bahan yang digunakan pada
terjadi karena kinerja mesin pengolah film penelitian ini adalah cairan pembangkit yang
otomatis perlu dilakukan uji terhadap hasil terbuat dari hydroquinone dan cairan fixer
kinerja mesin pengolah film otomatis yang berfungsi sebagai penghalus pada film
(Raharjo, 2006). Ada 3 faktor yang radiografi yang telah dibangkitkan
mempengaruhi pembangkitan pada film gambarnya. Sementara alat yang digunakan
radiograf, yaitu: suhu cairan pembangkit, pada penelitian ini adalah satu unit Mobile
kesegaran cairan atau keadaan cairan X-ray dengan merk/type Mednif/SF-100BY
pembangkit dan waktu pembangkitan dan unit automatic processing film dengan
(Septiadi, 2008). Model: TM-300E. Peralatan dan bahan
Awal Maret 2012 Laboratorium berupa komponen lepas lainnya adalah:
Fisika Medik FMIPA Unnes mendapatkan kaset x-ray, kaset stand, safety lamp,
peralatan baru berupa satu unit Mobile X-ray lightbox, film agfa ukuran 18x24 cm.
(biasa digunakan pada rumah-sakit Daerah Penelitian ini dilakukan dengan
atau Puskesmas), dengan merk/type memvariasikan suhu pada cairan
Mednif/SF-100BY dan unit satuan pengembang dan cairan fixer yang
pemrosesan film otomatis Model: TM-300E digunakan untuk proses pecucian film
(Anonymous, 2012). radiografi mesin pencuci film otomatis yang
Permasalahan yang ada dalam hal ada di Laboratorium Fisika Medik FMIPA
ini adalah belum dilakukannya Unnes. Film radiografi yang telah dipapar
pengoptimasian pada mesin pencuci film menggunakan pesawat sinar-X dengan
otomatis yang dimiliki oleh laboratorium stepwedge sebagai obyeknya kemudian
fisika medik FMIPA Unnes, sehingga dalam dicuci dengan mesin pencuci film otomatis
proses pencucian film radiograf hanya dengan suhu cairan fixer yang digunakan
mengikuti panel indikator dari pabrik yang adalah 30˚C dan suhu cairan pengembang
memproduksi mesin tersebut. Dengan yang divariasikan antara adalah 28˚C dan
belum dilakukannya pengoptimasian pada 40˚C dengan interval suhu 2˚C . Setelah
mesin pencuci film otomatis tersebut maka didapatkan nilai kerapatan untuk masing
juga belum diketahui faktor apa saja yang undakan pada obyek dan diketahui suhu
perlu dilakukan untuk mendapatkan hasil cairan pengembang paling optimal yang
film radiografi dengan gambar citra mutu dapat digunakan untuk mencuci film
terbaik. radiografi maka untuk selanjutnya dilakukan
Berdasarkan permasalahan yang pemvariasian pada cairan fixer dengan
terdapat dalam penggunaan mesin pencuci variasi suhu yang digunakan secara
film otomatis tersebut maka penelitian ini berturut-turut adalah sama seperti pada
bertujuan untuk mengoptimasikan mesin variasi cairan pengembang.
pencuci film otomatis yang baru dimiliki oleh Untuk analisis data yang dilakukan
laboratorium fisika medik FMIPA Unnes, yaitu dengan mengetahui nilai kerapatan
karena pada dasarnya setiap kali terdapat pada masing-masing vaiasi suhu yang telah
barang baru maka lebih baik untuk dilakukan. Alat yang digunakan untuk
dilakukan pengoptimasian supaya dapat mengetahui nilai kerapatan adalah dengan
dilakukan secara maksimal dalam menggunakan densitometer. Pada awalnya
pemakaiannya. Pada penelitian ini upaya dilakukan kalibrasi densitometer yang akan
untuk melakukan optimasi mesin pencuci digunakan dengan menekan tombol “zero”
film otomatis dilakukan dengan (warna biru) pada densitometer hingga
pengoptimalan pada suhu cairan muncul tulisan “Densitometer zero
pengembangnya yaitu cairan pengembang processing” selanjutnya menekan tuas
dan cairan fixer. pengukuran hingga muncul tulisan “density :
0.00”, setelah itu meletakkan film radiografi
METODE yang akan diketahui nilai kerapatannya pada
Penelitian ini memiliki beberapa tuas pengukuran. Kemudian menekan tuas
tahapan yaitu memapar film dengan pengukuran hingga muncul hasil kerapatan
menggunakan pesawat radiografi pengukuran pada layar. Untuk setiap step
konvensional (RK), mencuci film yang telah yang ada diambil tiga titik dan kemudian
dipapar menggunakan mesin pencuci diambil rata-ratanya sehingga hasil yang
otomatis untuk kemudian dianalisis didapatkan merupakan hasil yang valid.
menggunakan densitometer untuk Setelah didapatkan nilai kerapatan untuk

122
Dinamika Teknik Mesin, Volume 3 No. 2 Juli 2013 Diah, Susilo, Sutikno: Optimasi Cairan Pencuci Film Radiograf
ISSN: 2088-088X

masing-masing step pada setiap film diketahui hasil nilai kerapatan untuk variasi
radiografi yang telah diekspose dengan suhu pengembang, maka untuk selanjutya
stepwedge sebagai obyeknya, maka adalah membuat grafik hubungan antara
selanjutnya dibuat grafik hubungan antara variasi suhu yang digunakan dengan nilai
variasi suhu pada cairan dengan nilai kerapatan yang dihasilkan.
kerapatan yang didapatkan sehingga dapat
dilihat suhu yang paling optimal pada cairan
pengembang dan cairan fixer yang
digunakan untuk mencuci film radiografi.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Setelah proses pencucian film
radiografi selesai dilakukan, maka untuk
dapat mengetahui nilai kerapatan dari
masing-masing film adalah dengan
menggunakan densitometer. Pada
densitometer akan langsung terlihat besar
nilai kerapatan di tiap-tiap undakan
obyeknya, sehingga untuk mengukur nilai
kerapatan dilakukan dengan mengambil Gambar 1. Grafik hubungan antara suhu
beberapa titik untuk tiap-tiap stepnya dan cairan pengembang dengan nilai kerapatan
pada penelitian ini diambil tiga titik untuk Pada Grafik 1 diinformasikan
tiap-tiap undakan pada obyek yang hubungan antara variasi suhu pengembang
digunakan. Setelah dihasilkan nilai dengan nilai kerapatan yang dihasilkan
kerapatan untuk tiap-tiap step pada obyek, menunjukkan bahwa terdapat nilai kerapatan
maka selanjutnya adalah dihitung nilai rata- yang semakin tinggi pada setiap kenaikan
ratanya dan hasil akhir pengukuran variasi suhu yang dilakukan. Pada grafik,
kerapatan adalah sebagai berikut : terdapat titik dimana hal tersebut
menunjukkan nilai kerapatan yang paling
Tabel 1. Nilai kerapatan pada masing- optimal atau tinggi yaitu pada suhu 32ºC.
masing undakan untuk variasi suhu Hal tersebut terjadi karena pada suhu 32ºC
cairan pengembang. merupakan suhu yang mendekati dengan
suhu ruangan yaitu 28ºC dan suhu tersebut
28˚ 30˚ 32˚ 34˚ 36˚ 38˚ 40˚
menunjukkan bahwa mesin pencuci film
1 0.57 0.53 0.76 0.73 0.68 0.84 0.99 telah siap dan mampu melakukan proses
2 0.63 0.61 0.84 0.80 0.76 0.91 1.05 pencucian film radiografi dengan baik. Pada
kenaikan suhu dari mulai 28ºC hingga 32ºC
3 0.69 0.68 0.93 0.86 0.84 1 1.13
merupakan kenaikan yang wajar terjadi pada
4 0.84 0.90 1.13 1.03 1.03 1.20 1.3 setiap mesin yang masih dalam kondisi
5 1.09 1.22 1.42 1.32 1.34 1.48 1.59 awal, hal tersebut terlihat bahwa grafiknya
6 1.36 1.56 1.73 1.60 1.66 1.79 1.87
terus naik dan berada di titik puncak ketika
suhu menunjukkan 32ºC. Hal tersebut
7 1.87 2.11 2.23 2.09 2.19 2.29 2.36 dikarenakan pada suhu 32ºC terlihat citra
radiografi yang ditunjukkan pada film telah
Dari Tabel 1 tersebut dapat dilihat menunjukkan gradasi yang baik yaitu
bahwa nilai kerapatan pada semua suhu perbedaan warna dari putih terang hingga
yang divariasikan telah berada dalam hitam pekat yang sempurna dan perbedaan
rentang nilai kerapatan yang dianjurkan warna dari tiap-tiap step yang dihasilkan
untuk film radiografi yaitu mulai dari 0,25 tersebut merupakan hasil yang baik untuk
sampai dengan 2,25 sehingga pada suhu pembacaan pada film radiografi. Dan setelah
pengembang 28ºC hingga 40ºC tersebut itu nilai kerapatan mulai menurun dimulai
merupakan suhu yang dianjurkan untuk dari suhu 34ºC namun terlihat terjadi
melakukan proses pencucian film radiografi kenaikan pada suhu mulai dari 36ºC hingga
di mesin pencuci otomatis yang dimiliki 40ºC. Terjadinya penurunan suhu yang
Laboratorium Fisika Medik FMIPA Unnes. dimulai dari 34ºC merupakan titik kritis
Namun pada prakteknya masih harus dimana hal tersebut dapat terjadi karena
dilakukan pengoptimasian pada mesin beberapa faktor baik dari mulai dilakukan
tersebut untuk mengatahui suhu yang paling proses pengeksposan hingga proses
baik digunakan guna pencucian film. Setelah pencucian film radiografi pada mesin

123
Dinamika Teknik Mesin, Volume 3 No. 2 Juli 2013 Diah, Susilo, Sutikno: Optimasi Cairan Pencuci Film Radiograf
ISSN: 2088-088X

pencuci otomatis. Apabila dilihat dari mendapatkan hasil yang valid dan kemudian
penurunan nilai kerapatan yang tidak terlalu dilakukan penghitungan nilai rata-ratanya
signifikan maka dapat diambil hasil bahwa sehingga didapatkan nilai kerapatan yang
pada suhu 34ºC tersebut bukan merupakan berbeda-beda untuk tiap-tiap stepnya pada
suhu optimal untuk proses pencucian film setiap kenaikan variasi suhu fixer yang
radiografi karena dihasilkan citra radiografi digunakan. Dan hasil penghitungan nilai
yang tidak terlalu jelas apabila dibandingkan kerapatan dengan menggunakan
pada suhu antara 28ºC hingga 32ºC. Faktor densitometer yang digunakan adalah
penyebabnya adalah ketika pencucian film sebagai berikut :
radiografi pada suhu cairan pengembang
34ºC tersebut tidak merupakan yang baik Tabel 2. Nilai kerapatan pada masing-
untuk proses pencucian dikarenakan pada masing undakan untuk variasi suhu cairan
suhu tersebut menyebabkan cairan fixer.
pengembang terlalu banyak melakukan
pembangkitan pada film ketika proses 28 30 32 34 36 38 40
pencucian sehingga hasil yang didapatkan 1 0.57 0.55 0.68 0.68 0.69 0.81 0.74
pada film radiografi adalah terlalu terang
2 0.64 0.72 0.82 0.77 0.75 0.83 0.83
yang menyebabkan nilai kerapatannya
menurun atau kecil serta muncul kabut 3 0.72 0.85 0.94 0.86 0.81 0.88 0.92
dimana hal tersebut menyebabkan citra 4 0.89 1.03 1.19 1.07 0.93 0.95 1.09
yang dihasilkan tampak kabur dan tidak
5 1.13 1.29 1.47 1.37 1.11 1.04 1.34
fokus atau cerah. Sementara kenaikan nilai
kerapatan kembali terjadi pada suhu cairan 6 1.40 1.57 1.75 1.67 1.28 1.17 1.63
pengembang mulai dari 36ºC hingga 40ºC, 7 1.85 2.05 2.17 2.16 1.62 1.43 2.13
dimana pada suhu tersebut cairan
pengembang yang ada pada mesin pencuci Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa
otomatis cukup baik untuk melakukan nilai kerapatan yang diperoleh untuk masing-
pencucian. Hal ini ditunjukkan melalui grafik masing step pada tiap variasi suhu cairan
hubungan antara suhu pengembang dengan fixer adalah berbeda dengan nilai hasil
nilai kerapatan yang semakin naik. Memang kerapatan pada variasi suhu cairan
pada suhu ini citra yang dihasilkan pengembang. Dimana pada variasi suhu
menunjukkan hasil yang baik dengan cairan fixer nilai kerapatan yang didapatkan
ditandai tidak terdapat kabut pada film adalah lebih kecil dibandingkan dengan nilai
radiografi yang dapat mengganggu dalam kerapatan pada variasi suhu cairan
penglihatan. Dari analisis dan pembahasan pengembang. Hal ini disebabkan karena
yang telah dilakukan untuk variasi suhu cairan fixer merupakan cairan yang bersifat
cairan pengembang maka didapatkan suhu asam dengan nilai pH antara 3 sampai
yang paling optimal pada cairan dengan 4, sementara cairan pengembang
pengembang guna pencucian film adalah merupakan cairan yang memiliki nilai pH
32ºC dimana pada suhu tersebut citra yang jauh lebih besar karena termasuk kedalam
dihasilkan menunjukkan tingkat kualitas cairan yang bersifat basa dengan nilai pH
yang tinggi karena terlihat jelas dan tidak antara 10 sampai dengan 11,5. Pada nilai
terdapat kabut pada film radiografinya. kerapatan untuk variasi suhu cairan fixer ini
Setelah diketahui suhu yang optimal pun masih dalam rentang nilai kerapatan
untuk cairan pengembang pada mesin yang dianjurkan untuk film radiografi dimana
pencuci film otomatis di Laboratorium Fisika antara rentang 0,25 hingga 2,50. Dengan
Medik FMIPA Unnes, maka selanjutnya demikian dapat diketahui bahwa untuk
adalah melakukan pengoptimasian dengan variasi cairan fixer yang dilakukan yaitu
variasi cairan fixer dimana suhu cairan antara suhu 28ºC sampai dengan suhu 40ºC
pengembang yang digunakan adalah 32ºC. masih dalam batas suhu yang dianjurkan
Langkah untuk mencuci film radiografi pada untuk proses pencucian film radiografi.
variasi suhu fixer adalah sama seperti ketika Untuk analisis kerapatan dengan
melakukan pencucian pada variasi suhu menggunakan densitometer pada variasi
pengembang. Bagitu pula dengan analisis suhu cairan fixer dapat dilihat melalui grafik
yang dilakukan, sama seperti pada variasi yang telah dibuat, yaitu sebagai berikut :
suhu pengembang yaitu dengan mngukur
nilai kerapatan film radiografi menggunakan
densitometer. Pengukuran nilai kerapatan ini
diambil tiga titik untuk setiap stepnya supaya

124
Dinamika Teknik Mesin, Volume 3 No. 2 Juli 2013 Diah, Susilo, Sutikno: Optimasi Cairan Pencuci Film Radiograf
ISSN: 2088-088X

Faktor lain yang menyebabkan penurunan


nilai kerapatan yang sangat signifikan
tersebut adalah kondisi suhu cairan fixer
yang terlalu tinggi, namun apabila dikatakan
seperti itu ketika pada suhu cairan fixer 40ºC
terjadi kenaikan nilai kerapatan lagi secara
signifikan. Jadi kenaikan suhu cairan fixer
yang tinggi tidak dapat dikatakan untuk
menyebutkan bahwa apabila suhu cairan
fixer yang digunakan terlalu tinggi akan
mengakibatkan nilai kerapatan yang sangat
rendah. Untuk itu faktor nilai pH lah yang
menyebabkan terjadinya penurunan nilai
kerapatan secara signifikan dan begitu pula
Gambar 2. Grafik hubungan antara suhu dengan kenaikan nilai kerapatan secara
cairan fixer dengan nilai kerapatan. signifikan yang terjadi juga dapat dikatakan
sebagai akibat dari pH yang bersifat asam
Apabila dilihat dari grafik pada pada cairan fixer tersebut. Jadi, telah
Gambar 2 yang telah dibuat, maka dapat diketahui suhu yang paling optimal untuk
diketahui nilai kerapatan pada film radiografi cairan fixer yang digunakan pada mesin
yang paling tinggi dan yang paling rendah pencuci otomatis di Laboratorium Fisika
untuk setiap variasi suhu yang digunakan. Medik FMIPA Unnes adalah terletak pada
Didapatkan nilai hasil film radiografi yang suhu 32ºC.
paling bagus yaitu terlihat jelas dan tidak
terdapat fog atau kabut dalam filmnya yaitu SIMPULAN
pada suhu cairan fixer 32ºC. Hal tersebut Telah dilakukan optimasi mesin
juga dapat dilihat melalui grafik hubungan pencuci film radiografi yang dimiliki oleh
antara suhu cairan fixer dengan nilai laboratorium fisika medik FMIPA Unnes
kerapatan yang telah dibuat yaitu tampak dengan memvariasikan suhu pada cairan
bahwa pada suhu cairan fixer 32ºC pengembang dan cairan fixer sehingga
menunjukkan nilai tertinggi, sementara nilai dapat diperoleh hasil film radiografi dengan
terendah terdapat pada suhu cairan fixer kualitas yang baik yaitu terlihat jelas tanpa
38ºC. Nilai kerapatan tertinggi pada suhu adanya kabut. Semakin tinggi suhu cairan
32ºC dapat terjadi dikarenakan pada suhu pengembang yang diberikan ketika proses
tersebut cairan fixer telah dalam keadaan pencucian film radiografi, maka nilai
suhu yang sempurna dimana mendekati kerapatan masing-masing step pada obyek
suhu kamar normal yaitu 28ºC sehingga akan semakin besar. Dengan begitu hasil
pemanasan yang dilakukan pada mesin film radiografi yang ada juga semakin jelas
pencuci otomatis juga telah pas dan dan memiliki kualitas yang baik, dimana
sempurna pula dan pada akhirnya dihasilkan suhu pengembang yang divariasikan yaitu
film radiografi yang paling bagus. Sementara antara 28˚C hingga 40˚C dengan interval
hasil film radiografi yang paling rendah 2˚C dalam rentang nilai kerapatan yang
kualitasnya adalah terletak pada variasi dianjurkan untuk pembacaan film radiografi
suhu fixer 38ºC karena citra radiografi yang yakni antara 0,57 hingga 2,3 dan rentang
dihasilkan tampak buram, tidak jelas dan kerapatan pada variasi suhu cairan fixer
terdapat banyak fog atau kabut. Hal tersebut antara 0,54 hingga 2,13. Suhu cairan
dikarenakan pada suhu 38ºC tidak terjadi pengembang yang paling optimal untuk
pemanasan yang sempurna dimana suhu proses pencucian film radiografi adalah 32˚C
yang digunakan terlalu tinggi untuk proses dan suhu cairan fixer yang paling optimal
pencucian film radiografi sehingga untuk proses pencucian film radiografi
menghasilkan nilai kerapatan yang rendah. adalah 32˚C. Diharapkan pada penelitian
Tampak pada grafik bahwa terjadi lanjutan untuk dapat melakukan
penurunan yang sangat signifikan pada suhu pengoptimasian mesin radografi dengan
tersebut, dimana nilai kerapatan pada suhu variabel lain misalnya saja penggunaan
cairan fixer sebelumnya yaitu mulai dari cairan-cairan pembangkit yang lebih ramah
34ºC terus menurun hingga pada suhu 38º. lingkungan atau lain sebagainya.
Ketika pada penurunan ini dapat disebut
juga sebagai titik kritis dimana suhu yang
memiliki nilai kerapatan sangat rendah.

125
Dinamika Teknik Mesin, Volume 3 No. 2 Juli 2013 Diah, Susilo, Sutikno: Optimasi Cairan Pencuci Film Radiograf
ISSN: 2088-088X

DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2009. The mobile diagnostic X- Oky, R.D., Azam, M & Umiati, N.A.K. 2006.
ray machine – The user manual, Uji hasil kinerja mesin pengolah film
Type SF100 BY, Shanghai Guang otomatis mini medical. Jurnal
Zheng medical instrument limited Berkala Fisika. Vol 9, NO 2. ISSN :
company. 1410-9662.
Boel & Trelia. 2009. Dental radiografi prinsip Susilo, Maesadi TN, Kusminarto & Wahyu
dan teknik. Medan : USU Press. SB. 2011. Kajian fisika indeks-
Garret, W.R. 2001. Radiography in modern keabuan dengan teknik radiografi
industry 4th edition. Rochester, New digital pada pemeriksaan tulang
York : Eastman Kodak Company. metastatik. Jurnal Pendidikan Fisika
Jujun, S., Anam, C., & Azam, M. 2008. Indonesia. Vol 8, NO 1. ISSN 1693-
Pengaruh kenaikan suhu cairan 1246.
pengembang terhadap kerapatan Susilo, Sutikno & Sunarno. 2012. Optimasi
radiograf. Jurnal Berkala Fisika. Vo sistem radiografi sinar-x untuk
11, NO 3. ISSN : 1410-9662. pengembangan laboratorium fisika
Kakooei, H., Ardakani, M.B., & Sadighi, A. medik unnes semarang. Proceeding
2007. Determinant of exposure to Seminar Nasional MIPA Unnes
chemical pollutants in wet x-ray film Tahun 2012. ISBN 978-602-18553-
processing in iran. Pakistan Journal 2-4.
of Biological Science, 10 (14): 23- Suyatno, F. 2008. Aplikasi radiasi sinar-x
41-2347. ISSN 1028-8880. dibidang kedokteran untuk
Krupinski, et al. 2007. Digital radiograhy menunjang kesehatan masyarakat.
image quality: image processing and Yogyakarta : Balai Press.
display. American college of
radiology, 4:389-400.
Kasap, S.O and Rowlands J.A. 2002. Direct-
convertion plat-panel x-ray image
detectors. iee procedings circuit
devices. Sysx, Vol 149, NO 2.

126

Anda mungkin juga menyukai