2 Juli 2013 Diah, Susilo, Sutikno: Optimasi Cairan Pencuci Film Radiograf
ISSN: 2088-088X
Abstrak
Telah berhasil dilakukan optimasi mesin pencuci film otomatis Laboratorium Fisika Medik
FMIPA Unnes dengan memvariasikan suhu pada cairan pengembang dan cairan fixer sehingga
diketahui gambar hasil film radiograf yang paling bagus dan jelas. Obyek yang digunakan pada
penelitian ini adalah stepwedge dengan tujuh undakan (step). Variasi suhu yang diberikan mulai
dari 28˚C sampai dengan 40˚C dengan interval suhu 2˚C. Pada mulanya dilakukan variasi
cairan pengembang dengan suhu fixer yang digunakan adalah 30˚C, kemudian dianalisis
dengan mencari nilai kerapatan (densitas) pada masing-masing undakan di film radiograf.
Setelah diketahui suhu cairan pengembang paling optimal yang dapat digunakan untuk mencuci
film radiograf maka suhu tersebut digunakan pada pemvariasian suhu cairan fixer. Suhu cairan
pengembang paling optimal yang dapat digunakan untuk mencuci film radiograf adalah pada
32˚C dan untuk suhu cairan fixer yaitu pada 32˚C.
Kata kunci: Mesin pencuci film otomatis; suhu; cairan pengembang; cairan fixer
Abstract
Automatic film washing machine (TAEHN, model TM 300E in Physics Laboratory of FMIPA
Unnes was successfully optimized by variating temperatures of developer and fixer solution in
the range of 28˚C until 40˚C with temperat ure interval of 2˚C. At the first, developer solution was
variated at controlled fixer temperature namely 30˚C, then it was analyzed to fixer determine
density of each radiograph film. The optimum temperature of developer solution is available to
varying temperature of fixer solution. The optimum temperatures of developer solution and fixer
solution are 32˚C and 32˚C, respectively.
Keywords: Automatic film washing machine, temperature, developer solution, fixer solution.
121
Dinamika Teknik Mesin, Volume 3 No. 2 Juli 2013 Diah, Susilo, Sutikno: Optimasi Cairan Pencuci Film Radiograf
ISSN: 2088-088X
otomatis tetapi masih memungkinkan hasil mengetahui nilai kerapatan (densitas) pada
pengolahan film tersebut tidak sesuai masing-masing undakan (step) pada film
dengan yang diharapkan. Hal ini dapat radiografi. Bahan yang digunakan pada
terjadi karena kinerja mesin pengolah film penelitian ini adalah cairan pembangkit yang
otomatis perlu dilakukan uji terhadap hasil terbuat dari hydroquinone dan cairan fixer
kinerja mesin pengolah film otomatis yang berfungsi sebagai penghalus pada film
(Raharjo, 2006). Ada 3 faktor yang radiografi yang telah dibangkitkan
mempengaruhi pembangkitan pada film gambarnya. Sementara alat yang digunakan
radiograf, yaitu: suhu cairan pembangkit, pada penelitian ini adalah satu unit Mobile
kesegaran cairan atau keadaan cairan X-ray dengan merk/type Mednif/SF-100BY
pembangkit dan waktu pembangkitan dan unit automatic processing film dengan
(Septiadi, 2008). Model: TM-300E. Peralatan dan bahan
Awal Maret 2012 Laboratorium berupa komponen lepas lainnya adalah:
Fisika Medik FMIPA Unnes mendapatkan kaset x-ray, kaset stand, safety lamp,
peralatan baru berupa satu unit Mobile X-ray lightbox, film agfa ukuran 18x24 cm.
(biasa digunakan pada rumah-sakit Daerah Penelitian ini dilakukan dengan
atau Puskesmas), dengan merk/type memvariasikan suhu pada cairan
Mednif/SF-100BY dan unit satuan pengembang dan cairan fixer yang
pemrosesan film otomatis Model: TM-300E digunakan untuk proses pecucian film
(Anonymous, 2012). radiografi mesin pencuci film otomatis yang
Permasalahan yang ada dalam hal ada di Laboratorium Fisika Medik FMIPA
ini adalah belum dilakukannya Unnes. Film radiografi yang telah dipapar
pengoptimasian pada mesin pencuci film menggunakan pesawat sinar-X dengan
otomatis yang dimiliki oleh laboratorium stepwedge sebagai obyeknya kemudian
fisika medik FMIPA Unnes, sehingga dalam dicuci dengan mesin pencuci film otomatis
proses pencucian film radiograf hanya dengan suhu cairan fixer yang digunakan
mengikuti panel indikator dari pabrik yang adalah 30˚C dan suhu cairan pengembang
memproduksi mesin tersebut. Dengan yang divariasikan antara adalah 28˚C dan
belum dilakukannya pengoptimasian pada 40˚C dengan interval suhu 2˚C . Setelah
mesin pencuci film otomatis tersebut maka didapatkan nilai kerapatan untuk masing
juga belum diketahui faktor apa saja yang undakan pada obyek dan diketahui suhu
perlu dilakukan untuk mendapatkan hasil cairan pengembang paling optimal yang
film radiografi dengan gambar citra mutu dapat digunakan untuk mencuci film
terbaik. radiografi maka untuk selanjutnya dilakukan
Berdasarkan permasalahan yang pemvariasian pada cairan fixer dengan
terdapat dalam penggunaan mesin pencuci variasi suhu yang digunakan secara
film otomatis tersebut maka penelitian ini berturut-turut adalah sama seperti pada
bertujuan untuk mengoptimasikan mesin variasi cairan pengembang.
pencuci film otomatis yang baru dimiliki oleh Untuk analisis data yang dilakukan
laboratorium fisika medik FMIPA Unnes, yaitu dengan mengetahui nilai kerapatan
karena pada dasarnya setiap kali terdapat pada masing-masing vaiasi suhu yang telah
barang baru maka lebih baik untuk dilakukan. Alat yang digunakan untuk
dilakukan pengoptimasian supaya dapat mengetahui nilai kerapatan adalah dengan
dilakukan secara maksimal dalam menggunakan densitometer. Pada awalnya
pemakaiannya. Pada penelitian ini upaya dilakukan kalibrasi densitometer yang akan
untuk melakukan optimasi mesin pencuci digunakan dengan menekan tombol “zero”
film otomatis dilakukan dengan (warna biru) pada densitometer hingga
pengoptimalan pada suhu cairan muncul tulisan “Densitometer zero
pengembangnya yaitu cairan pengembang processing” selanjutnya menekan tuas
dan cairan fixer. pengukuran hingga muncul tulisan “density :
0.00”, setelah itu meletakkan film radiografi
METODE yang akan diketahui nilai kerapatannya pada
Penelitian ini memiliki beberapa tuas pengukuran. Kemudian menekan tuas
tahapan yaitu memapar film dengan pengukuran hingga muncul hasil kerapatan
menggunakan pesawat radiografi pengukuran pada layar. Untuk setiap step
konvensional (RK), mencuci film yang telah yang ada diambil tiga titik dan kemudian
dipapar menggunakan mesin pencuci diambil rata-ratanya sehingga hasil yang
otomatis untuk kemudian dianalisis didapatkan merupakan hasil yang valid.
menggunakan densitometer untuk Setelah didapatkan nilai kerapatan untuk
122
Dinamika Teknik Mesin, Volume 3 No. 2 Juli 2013 Diah, Susilo, Sutikno: Optimasi Cairan Pencuci Film Radiograf
ISSN: 2088-088X
masing-masing step pada setiap film diketahui hasil nilai kerapatan untuk variasi
radiografi yang telah diekspose dengan suhu pengembang, maka untuk selanjutya
stepwedge sebagai obyeknya, maka adalah membuat grafik hubungan antara
selanjutnya dibuat grafik hubungan antara variasi suhu yang digunakan dengan nilai
variasi suhu pada cairan dengan nilai kerapatan yang dihasilkan.
kerapatan yang didapatkan sehingga dapat
dilihat suhu yang paling optimal pada cairan
pengembang dan cairan fixer yang
digunakan untuk mencuci film radiografi.
123
Dinamika Teknik Mesin, Volume 3 No. 2 Juli 2013 Diah, Susilo, Sutikno: Optimasi Cairan Pencuci Film Radiograf
ISSN: 2088-088X
pencuci otomatis. Apabila dilihat dari mendapatkan hasil yang valid dan kemudian
penurunan nilai kerapatan yang tidak terlalu dilakukan penghitungan nilai rata-ratanya
signifikan maka dapat diambil hasil bahwa sehingga didapatkan nilai kerapatan yang
pada suhu 34ºC tersebut bukan merupakan berbeda-beda untuk tiap-tiap stepnya pada
suhu optimal untuk proses pencucian film setiap kenaikan variasi suhu fixer yang
radiografi karena dihasilkan citra radiografi digunakan. Dan hasil penghitungan nilai
yang tidak terlalu jelas apabila dibandingkan kerapatan dengan menggunakan
pada suhu antara 28ºC hingga 32ºC. Faktor densitometer yang digunakan adalah
penyebabnya adalah ketika pencucian film sebagai berikut :
radiografi pada suhu cairan pengembang
34ºC tersebut tidak merupakan yang baik Tabel 2. Nilai kerapatan pada masing-
untuk proses pencucian dikarenakan pada masing undakan untuk variasi suhu cairan
suhu tersebut menyebabkan cairan fixer.
pengembang terlalu banyak melakukan
pembangkitan pada film ketika proses 28 30 32 34 36 38 40
pencucian sehingga hasil yang didapatkan 1 0.57 0.55 0.68 0.68 0.69 0.81 0.74
pada film radiografi adalah terlalu terang
2 0.64 0.72 0.82 0.77 0.75 0.83 0.83
yang menyebabkan nilai kerapatannya
menurun atau kecil serta muncul kabut 3 0.72 0.85 0.94 0.86 0.81 0.88 0.92
dimana hal tersebut menyebabkan citra 4 0.89 1.03 1.19 1.07 0.93 0.95 1.09
yang dihasilkan tampak kabur dan tidak
5 1.13 1.29 1.47 1.37 1.11 1.04 1.34
fokus atau cerah. Sementara kenaikan nilai
kerapatan kembali terjadi pada suhu cairan 6 1.40 1.57 1.75 1.67 1.28 1.17 1.63
pengembang mulai dari 36ºC hingga 40ºC, 7 1.85 2.05 2.17 2.16 1.62 1.43 2.13
dimana pada suhu tersebut cairan
pengembang yang ada pada mesin pencuci Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa
otomatis cukup baik untuk melakukan nilai kerapatan yang diperoleh untuk masing-
pencucian. Hal ini ditunjukkan melalui grafik masing step pada tiap variasi suhu cairan
hubungan antara suhu pengembang dengan fixer adalah berbeda dengan nilai hasil
nilai kerapatan yang semakin naik. Memang kerapatan pada variasi suhu cairan
pada suhu ini citra yang dihasilkan pengembang. Dimana pada variasi suhu
menunjukkan hasil yang baik dengan cairan fixer nilai kerapatan yang didapatkan
ditandai tidak terdapat kabut pada film adalah lebih kecil dibandingkan dengan nilai
radiografi yang dapat mengganggu dalam kerapatan pada variasi suhu cairan
penglihatan. Dari analisis dan pembahasan pengembang. Hal ini disebabkan karena
yang telah dilakukan untuk variasi suhu cairan fixer merupakan cairan yang bersifat
cairan pengembang maka didapatkan suhu asam dengan nilai pH antara 3 sampai
yang paling optimal pada cairan dengan 4, sementara cairan pengembang
pengembang guna pencucian film adalah merupakan cairan yang memiliki nilai pH
32ºC dimana pada suhu tersebut citra yang jauh lebih besar karena termasuk kedalam
dihasilkan menunjukkan tingkat kualitas cairan yang bersifat basa dengan nilai pH
yang tinggi karena terlihat jelas dan tidak antara 10 sampai dengan 11,5. Pada nilai
terdapat kabut pada film radiografinya. kerapatan untuk variasi suhu cairan fixer ini
Setelah diketahui suhu yang optimal pun masih dalam rentang nilai kerapatan
untuk cairan pengembang pada mesin yang dianjurkan untuk film radiografi dimana
pencuci film otomatis di Laboratorium Fisika antara rentang 0,25 hingga 2,50. Dengan
Medik FMIPA Unnes, maka selanjutnya demikian dapat diketahui bahwa untuk
adalah melakukan pengoptimasian dengan variasi cairan fixer yang dilakukan yaitu
variasi cairan fixer dimana suhu cairan antara suhu 28ºC sampai dengan suhu 40ºC
pengembang yang digunakan adalah 32ºC. masih dalam batas suhu yang dianjurkan
Langkah untuk mencuci film radiografi pada untuk proses pencucian film radiografi.
variasi suhu fixer adalah sama seperti ketika Untuk analisis kerapatan dengan
melakukan pencucian pada variasi suhu menggunakan densitometer pada variasi
pengembang. Bagitu pula dengan analisis suhu cairan fixer dapat dilihat melalui grafik
yang dilakukan, sama seperti pada variasi yang telah dibuat, yaitu sebagai berikut :
suhu pengembang yaitu dengan mngukur
nilai kerapatan film radiografi menggunakan
densitometer. Pengukuran nilai kerapatan ini
diambil tiga titik untuk setiap stepnya supaya
124
Dinamika Teknik Mesin, Volume 3 No. 2 Juli 2013 Diah, Susilo, Sutikno: Optimasi Cairan Pencuci Film Radiograf
ISSN: 2088-088X
125
Dinamika Teknik Mesin, Volume 3 No. 2 Juli 2013 Diah, Susilo, Sutikno: Optimasi Cairan Pencuci Film Radiograf
ISSN: 2088-088X
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2009. The mobile diagnostic X- Oky, R.D., Azam, M & Umiati, N.A.K. 2006.
ray machine – The user manual, Uji hasil kinerja mesin pengolah film
Type SF100 BY, Shanghai Guang otomatis mini medical. Jurnal
Zheng medical instrument limited Berkala Fisika. Vol 9, NO 2. ISSN :
company. 1410-9662.
Boel & Trelia. 2009. Dental radiografi prinsip Susilo, Maesadi TN, Kusminarto & Wahyu
dan teknik. Medan : USU Press. SB. 2011. Kajian fisika indeks-
Garret, W.R. 2001. Radiography in modern keabuan dengan teknik radiografi
industry 4th edition. Rochester, New digital pada pemeriksaan tulang
York : Eastman Kodak Company. metastatik. Jurnal Pendidikan Fisika
Jujun, S., Anam, C., & Azam, M. 2008. Indonesia. Vol 8, NO 1. ISSN 1693-
Pengaruh kenaikan suhu cairan 1246.
pengembang terhadap kerapatan Susilo, Sutikno & Sunarno. 2012. Optimasi
radiograf. Jurnal Berkala Fisika. Vo sistem radiografi sinar-x untuk
11, NO 3. ISSN : 1410-9662. pengembangan laboratorium fisika
Kakooei, H., Ardakani, M.B., & Sadighi, A. medik unnes semarang. Proceeding
2007. Determinant of exposure to Seminar Nasional MIPA Unnes
chemical pollutants in wet x-ray film Tahun 2012. ISBN 978-602-18553-
processing in iran. Pakistan Journal 2-4.
of Biological Science, 10 (14): 23- Suyatno, F. 2008. Aplikasi radiasi sinar-x
41-2347. ISSN 1028-8880. dibidang kedokteran untuk
Krupinski, et al. 2007. Digital radiograhy menunjang kesehatan masyarakat.
image quality: image processing and Yogyakarta : Balai Press.
display. American college of
radiology, 4:389-400.
Kasap, S.O and Rowlands J.A. 2002. Direct-
convertion plat-panel x-ray image
detectors. iee procedings circuit
devices. Sysx, Vol 149, NO 2.
126