Anda di halaman 1dari 25

KMB II

“GANGGUAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR PADA


GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN”

DI SUSUN

NAMA : TRI AISYA NOVIAH PUTRI

NIM :18112203

LOKAL : IIB

Dosen Pembimbing:

Ns. Nova Fridalni,S.KEP.,M.BIOMED

PRODID-IIIKEPERAWATAN

STIKesMERCUBAKTIJAYAPADANG

TA2018/20

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah penyusun haturkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan


karunia-Nya jualah penyusun dapat menyelesaikan  tugas pembuatan makalah
yang berjudul “GANGGUAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR PADA
GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN” guna memenuhi tugas mata kuliah KMB
II Penyusun sangat menyadari, bahwa dalam makalah ini masih banyak
kekurangan maupun kesalahan, untuk itu kepada para pembaca yang budiman
harap memaklumi adanya mengingat keberadaan penyusunlah yang masih banyak
kekurangannya. Dalam kesempatan ini pula penyusun mengharapakan kesediaan
pembaca untuk memberikan saran yang bersifat perbaikan, yang dapat
menyempurakan isi makalah ini dan dapat bermanfaat dimasa yang akan datang.

Ucapan terimakasih sangat perlu penyusun ucapkan kepada dosen mata


kuliah KMB II, sekaligus sebagai pembimbing dalam pembuatan makalah ini,
semoga atas atas kebesaran hati dan kebaikan beliau mendapat rahmat dari Allah
SWT. Amin

Akhir kata semoga makalah ini dapat membawa wawasan, khususnya bagi
penyusun dan umumnya bagi para pembaca yang budiman.

PADANG 26 MARET,2020

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................i

DAFTAR ISI .....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................3

A. Latar Belakang ....................................................................................3


B. Rumusan Masalah ...............................................................................5
C. Tujuan .................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAAN ...............................................................................6

A. Macam-macam Gangguan Tidur........................................................6


B. Mekanisme terjadinya gangguan tidur dengan gangguan istirahat dan
tidur ....................................................................................................11
C. Pengakajian teoritis pada penyakit luka bakar dan dermatitis............14
D. Nanda dan etiologi untuk gangguan kebutuhan istirahat dan tidur....20
E. Noc dan NIC diagnose keperawatan..................................................23

BAB III PENUTUP ..........................................................................................24

A. Kesimpulan ....................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................25

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tidur merupan suatu proses otak yang dibutuhkan oleh seseorang untuk dapat berfungsi
dengan baik. Pendapat yang menyatakan bahwa tidak ada orang yang meninggal kerana tidak
tidur adalah tidak benar. Beberapa gangguan tidur dapat mengancam jiwa baik secara
langsungatau secara tidak langsung.
Setiap orang membutuhkan istirahat dan tidur agar mempertahankan status, kesehatan
pada tingkat yang optimal. Selain itu proses tidur dapat memperbaiki berbagai sel dalam tubuh.
Pemenuh kebutuhan istirahat dan tidur terutama sangat penting bagi orang yang sedang sakit
agar lebih cepat sembuh memperbaiki kerusakan pada sel. Apabila kebutuhan istirahat dan tidur
tersebut cukup maka jumlah energi yang di harapkan dapat memulihkan status kesehatan dan
mempertahankan kegiatan dalam kehidupan sehari-hari terpenuhi. Selain itu,orang yang
mengalami kelelahan juga memerlukan istirahat dan tidur lebih dari biasanya.
Ketika manusia sedang tidur, manusia tekadang mengalami gangguan-gangguan yang
terjadi dalam tidur mereka. Entah itu mengalami gangguan dalam mimpi atau gangguan-
gangguan lainnya. Penyebabnya berbagai macam, ada akibat dari kelelahan, kondisi psikologi
yang rentan akibat trauma masa kecil dan sebagainya.
Gangguan tidur merupakan salah satu keluhan yang sering ditemukan. Gangguan tidur
dapat dialami oleh siapapun baik itu kaya,miskin berpendidikan tinggi dan rendan maupun yang
muda serta yang palimg sering ditemukan adalah orang lanjut usia. Pada orang normal gangguan
tidur yang berkepanjangan dapat mengakibatkan perubahan-perubahan pada siklus biolosnya,
menurunnya sistem kekebalan tubuh, dan dapat menurun prestasi kerjanya, mudah tersinggung,
depresi, kurang konsentrasi, kelelahan, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi keselamatan
diri sendiri atau orang lain. Angka kematian, angka kanker, angka sakit jantung lebih tinggi pada
seseorang yang mengalami sulit tidur lebih dari 9 jam atau kurang dari 6 jam per hari bila
dibandingkan dengan seseorang yang lama tidurnya antara 7-8 jam perhari.

4
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian gangguan pada tidur?
2. Apakah etiologi gangguan pada tidur?
3. Apakah gejala gangguan pada tidur?
4. Apakah penanganan gangguan pada tidur?
5. Apakah mekanisme gangguan pada tidur?
6. Apakh pengkajian teoritis pada penyakit luka bakar dan dermatitis?
7. Mengetahui nanda dan etiologi dari gangguan kebutuhan istirahat dan tidur?
8. Mengetahui noc nic dan diagnose keperawatan dari gangguan kebutuhan tidur dan
istirahat?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahu pengertian gangguan pada tidur
2. Untuk mengetahui etiologi gangguan pada tidur
3. Untuk mengetahui gejala gangguan pada tidur
4. Untuk mengetahui penanganan gangguan pada tidur
5. Untuk mengetahui mekanisme gangguan pada tidur
6. Untuk mengetahui pengkajian teoritis pada penyakit luka bakar dan dermatitis
7. Untuk Mengetahui nanda dan etiologi dari gangguan kebutuhan istirahat dan tidur
8. Untuk Mengetahui noc nic dan diagnose keperawatan dari gangguan kebutuhan tidur dan
istirahat

5
BAB II

PEMBAHASAN

1. Macam-macam Gangguan Tidur


A. Pengertian Gangguan Tidur

Gangguan Tidur atau Sleep Disorder adalah kelainan yang membuat penderitanya
mengalami kesulitan akan mengatur pola tidurnya. Ciri-ciri penderita Gangguan Tidur atau Sleep
Disorde antara lain: bangun tidur tak segar, cepat mengantuk, sulit berkonsentrasi, cepat lelah
dan daya ingat yang terus menurun. Sebuah survei dari 1,1 juta penduduk di Amerika yang
dilakukan oleh American Cancer Society. Mereka menemukan:

- Bahwa mereka yang dilaporkan tidur sekitar 7 jam setiap malam memiliki tingkat
kematian terendah.
- Orang-orang yang tidur kurang dari 6 jam atau lebih dari 8 jam lebih tinggi tingkat
kematiannya.
- Tidur selama 8,5 jam atau lebih setiap malam dapat meningkatkan angka kematian
sebesar 15%.
- Insomnia kronis – tidur kurang dari 3,5 jam (wanita) dan 4,5 jam (laki-laki) juga dapat
menyebabkan kenaikan sebesar 15% tingkat kematian.
- Setelah mengontrol durasi tidur dan insomnia, penggunaan pil tidur juga berkaitan
dengan peningkatan angka kematian.

Jenis-jenis Penyakit Gangguan Tidur atau Sleep Disorder


Berikut adalah beberapa jenis penyakit gangguan tidur atau sleep disorder yang umum
terjadi:
a. Gangguan Tidur atau Sleep Disorder Insomnia

Insomnia adalah Gangguan tidur atau Sleep Disorder ketika penderita kesulitan untuk
tidur atau kesulitan untuk hidup tertidur. Atau dengan kata lain gangguan tidur yang
membuat penderita merasa belum cukup tidur pada saat terbangun.

6
Ada Tiga macam insomnia :
- Transient Insomnia

Gangguan tidur atau Sleep Disorder hanya beberapa malam.

- Insomnia Jangka Pendek


Gangguan tidur atau Sleep Disorder dua atau empat minggu mengalami kesulitan
tidur.
- Insomnia Kronis
Gangguan tidur atau Sleep Disorder yang dialami hampir setiap malam selama
sebulan lebih.

b. Gangguan Tidur atau Sleep Disorder Narkolepsi


Narkolepsi adalah Gangguan tidur atau Sleep Disorder ini secara umum ditandai
munculnya keinginan tidur di siang hari secara tak terkendali. Penderita sering kali
jatuh tertidur di sembarang waktu dan tempat, juga terjadi berulang kali dalam sehari.
Narkolepsi adalah kelainan neourologis (yang menyerang otak dan syaraf) kronis
yang melibatkan system saraf pusat tubuh.

c. Gangguan Tidur atau Sleep Disorder Hipersomnia


Hipersomnia adalah Gangguan tidur atau Sleep Disorder dengan rasa kantuk yang
berlebihan walaupun sudah tidur cukup. Penderita hipersomnia bisa tidur 16 sampai
20 jam sehari. Menurut World Sleep Foundation, hipersomnia terdiri dari 3 tipe. Tipe
hipersomnia adalah hipersomnia berulang, hipersomnia idiopatik dan hipersomnia
post-trauma.

d. Gangguan Tidur atau Sleep Disorder Parasomnia


Parasomnia adalah Gangguan tidur atau Sleep Disorder yang membuat penderitanya
melakkan kegiatan fisik yang tidak diinginkan. Parasomnia adalah suatu kelainan
yang disebabkan kejadia perilaku atau psikologis abnormal yang muncul di kala tidur.
Tahapan tertentu atau transisi fase tidur-terjaga. Parasomnia lebih umum terjadi pada

7
anak-anak dan tidak selalu menandakan adanya masalah psikologis atau psikiatris
yang signifikan. Ciri parasomnia adalah: Dorongan membingungkan, Tidur jalan,
Makan sambil tidur, Gigi gemetrik, Tidur bicara dan lain sebagainya.

e. Gangguan Tidur atau Sleep Disorder Sleep Apnea


Tidur Apnea adalah Gangguan tidur atau Sleep Disorder dimana terjadinya
penghetian napas disaat tidur. Tidur apnea sangat umum terjadi. Tidur apnea bisa
muncul pada segala kelompok usia dan jenis kelamin, namun lebih umum menimpa
kaum pria. Sleep Apnea terjadi ketika sebagian salran pernapasan bagian atas
tersumbat dan menghalangi proses pernapasan sesaat. Hal itu membuat penderita
sleep apnea akan sering terjaga saat tidur dan akan sangat merasa mengantuk di siang
hari.

f. Gangguan Tidur atau Sleep Disorder Sleep Paralisis


Paralisis tidur adalah Gangguan tidur atau Sleep Disorder ditandai dengan
kelumpuhan mendadak saat tidur. Hal ini merujuk pada ketidakmampuan bergerak
ketika kita sedang tidur atau terjaga dari tidur. Sleep Paralisis biasanya akan
mengalami masalah untuk menggerakkan anggota badan, tidak bisa bersuara dan lain
sebagainya. Bila kita mengalami hal-hal seperti tersebut diatas, segeralah menemui
Psikolog atau Tenaga medis professional. Hal ini perlu kita lakukan agar terhindar
dari Gangguan tidur atau Sleep Disorder. Karena Gangguan tidur atau Sleep Disorder
akan membuat hidup kita jauh dari bahagia.

B. Etioligi Gangguan Tidur


1. Faktor Biologis
- Pola tidur, yang mencakup durasi dan waktu tidur, diatur oleh banyak gen dan
bersifat diwariskan. Sehingga terdapat individu-individu yang secara genetik
rentan mengalami gangguan tidur.

- Perubahan jam biologis, misalnya karena perubahan shift kerja atau bepergian ke
zona waktu yang berbeda, juga bisa memicu timbulnya gangguan tidur.

8
- Irama sirkadian fisiologis juga bisa berubah seiring bertambahnya usia
sebagaimana yang terjadi pada lansia.

2. Faktor Psikologis
- Gangguan tidur merupakan gejala yang umum ditemukan pada berbagai
gangguan psikiatri, misalnya gangguan afektif, gangguan cemas, gangguan
makan, penyalahgunaan zat, dan schizophrenia. Insomnia juga sering
berhubungan dengan gangguan fisik yang menimbulkan nyeri dan
ketidaknyamanan.
- Stressor psikologis juga bisa menjadi pemicu timbulnya gangguan tidur.

3. Faktor Sosiodemografik
- Biasanya gangguan tidur timbul ketika seseorang sedang mengalami stressor,
misalnya masalah pekerjaan atau perkawinan. Selain itu, insomnia lebih sering
ditemukan pada jenis kelamin perempuan, pasien usia lanjut, dan status sosial
ekonomi yang rendah.

C. Gejala Gangguan Tidur

Berikut adalah beberapa gejala yang dapat dialami seseorang yang mengidap gangguan
tidur, antara lain:

- Tidur berjalan atau somnabulisme (sleepwalking) adalah salah satu kondisi gangguan
tidur yang ditandai dengan seseorang bangun dan berjalan saat sedang tidur. Gangguan
ini tidak selalu terjadi dengan gestur berjalan saja, mereka yang sedang tidur, lalu
terbangun dan duduk di tempat tidur
- Sleep apnea merupakan gangguan tidur yang disebabkan oleh gangguan pernapasan dan
disertai dengan periode henti napas secara berulang ketika tidur. Gangguan tidur sleep
apnea termasuk kondisi berbahaya, karena menyebabkan otak dan bagian tubuh lain tidak
mendapatkan asupan oksigen yang cukup.
- Obstructive slee apnea merupakan gangguan pernapasan yang terjadi saat tidur. Pengidap
OSA akan mengalami napas berhenti sesaat, baik secara total maupun parsial, hal ini
disebabkan oleh obstruksi. OSA sangat berbahaya karena pengidap dapat kekurangan

9
oksigen ketika tidur dan berkali-kali terjaga. Selain itu, pengidap akan merasakan sensasi
tercekik ketika tidur.
- Insomnia, yaitu kondisi ketika seseorang mengalami kesulitan tidur. Gangguan tidur ini
membuat dirinya tak memiliki waktu tidur yang dibutuhkan oleh tubuh. Keadaan tersebut
menyebabkan kondisi fisik pengidap insomnia menjadi tidak cukup fit untuk melakukan
aktivitas keesokan harinya.
- Parasomnia. Pengidap gangguan tidur parasomnia akan makan dan minum dengan
lahapnya tanpa sadar karena dalam kondisi tidur. Parasomnia berbahaya karena dapat
menyebabkan obsesitas dan juga penyakit lain yang berhubungan dengan pencernaan jika
tidak ditangani dengan tepat.

D. Penanganan Gangguan Tidur

Penanganan gangguan tidur harus berdasarkan penyebab yang mendasarinya. Pengobatan


umumnya merupakan kombinasi antara perawatan medis dan perubahan gaya hidup.

Beberapa upaya untuk mencegah gangguan tidur, antara lain:


- Mengonsumsi banyak sayuran dan ikan.
- Mengurangi asupan gula.
- Mengurangi stres dan kecemasan dengan aktivitas fisik.
- Mengikuti jadwal tidur yang teratur dan konsisten.
- Minum air putih lebih sedikit sebelum tidur.
- Membatasi asupan kafein, terutama pada sore atau malam hari.
- Mengurangi penggunaan rokok dan alkohol.
- Mengurangi asupan karbohidrat menjelang tidur.

10
2. Mekanisme Terjadinya Gangguan Kebutuhan Istirahat Dan Tidur Pada Pasien Luka
Bakar Dan Dermatitis
A. Mekanisme gangguan istirahat dan tidur pada pasien luka bakar
Luka bakar (Combustio) disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu sumber panas
kepada tubuh.Panas dapat dipindahkan lewat hantaran atau radiasi elektromagnetik.Destruksi
jaringan terjadi akibat koagulasi, denaturasi protein atau ionisasi isi sel. Kulit dan mukosa
saluran nafas atas merupakan lokasi destruksi jaringan.Jaringan yang dalam termasuk organ
visceral dapat mengalami kerusakan karena luka bakar elektrik atau kontak yang lama dengan
burning agent.Nekrosis dan keganasan organ dapat terjadi.Kedalaman luka bakar bergantung
pada suhu agen penyebab luka bakar dan lamanya kontak dengan agen tersebut.Pajanan selama
15 menit dengan air panas dengan suhu sebesar 55°C mengakibatkan cidera full thickness yang
serupa.
Perubahan patofisiologik yang disebabkan oleh luka bakar yang berat selama awal periode
syok luka bakar mencakup hipoperfusi jaringan dan hipofungsi organ yang terjadi sekunder
akibat penurunan curah jantung dengan diikuti oleh fase hiperdinamik serta
hipermetabolik.Kejadian sistemik awal sesudah luka bakar yang berat adalah ketidakstabilan
hemodinamika akibat hilangnya integritas kapiler dan kemudian terjadi perpindahan cairan,
natrium serta protein dari ruang intravaskuler ke dalam ruanga interstisial.
Curah jantung akan menurun sebelum perubahan yang signifikan pada volume darah
terlihat dengan jelas. Karena berkelanjutnya kehilangan cairan dan berkurangnya volume
vaskuler, maka curah jantung akan terus turun dan terjadi penurunan tekanan darah. Sebagai
respon, system saraf simpatik akan melepaskan ketokelamin yang meningkatkan vasokontriksi
dan frekuensi denyut nadi.
Selanjutnya vasokontriksi pembuluh darah perifer menurunkan curah jantung.Umumnya
jumlah kebocoran cairan yang tersebar terjadi dalam 24 hingga 36 jam pertama sesudah luka
bakar dan mencapai puncaknya dalam tempo 6-8 jam. Dengan terjadinya pemulihan integritas
kapiler, syok luka bakar akan menghilang dan cairan mengalir kembali ke dalam kompartemen
vaskuler, volume darah akan meningkat. Karena edema akan bertambah berat pada luka bakar
yang melingkar. Tekanan terhadap pembuluh darah kecil dan saraf pada ekstremitas distal
menyebabkan obstruksi aliran darah sehingga terjadi iskemia.Komplikasi ini dinamakan sindrom
kompartemen. Volume darah yang beredar akan menurun secara dramatis pada saat terjadi syok

11
luka bakar. Kehilangan cairan dapat mencapai 3-5 liter per 24 jam sebelum luka bakar ditutup.
Selama syok luka bakar, respon luka bakar respon kadar natrium serum terhadap resusitasi cairan
bervariasi. Biasanya hipnatremia terjadi segera setelah terjadinya luka bakar, hiperkalemia akan
dijumpai sebagai akibat destruksi sel massif.
Hipokalemia dapat terjadi kemudian dengan berpindahnya cairan dan tidak memadainya
asupan cairan.Selain itu juga terjadi anemia akibat kerusakan sel darah merah mengakibatkan
nilai hematokrit meninggi karena kehilangan plasma.Abnormalitas koagulasi yang mencakup
trombositopenia dan masa pembekuan serta waktu protrombin memanjang juga ditemui pada
kasus luka bakar.Kasus luka bakar dapat dijumpai hipoksia.
Pada luka bakar berat, konsumsi oksigen oleh jaringan meningkat 2 kali lipat sebagai
akibat hipermetabolisme dan respon lokal.Fungsi renal dapat berubah sebagai akibat dari
berkurangnya volume darah. Destruksi sel-sel darah merah pada lokasi cidera akan menghasilkan
hemoglobin bebas dalam urin. Bila aliran darah lewat tubulus renal tidak memadai, hemoglobin
dan mioglobin menyumbat tubulus renal sehingga timbul nekrosis akut tubuler dan gagal ginjal.
Kehilangan integritas kulit diperparah lagi dengan pelepasan faktor-faktor inflamasi yang
abnormal, perubahan immunoglobulin serta komplemen serum, gangguan fungsi neutrofil,
limfositopenia.Imunosupresi membuat pasien luka bakar bereisiko tinggi untuk mengalmai
sepsis.Hilangnya kulit menyebabkan ketidakmampuan pengaturan suhunya. Beberapa jam
pertama pasca luka bakar menyebabkan suhu tubuh rendah, tetapi pada jam-jam berikutnya
menyebabkan hipertermi yang diakibatkan hipermetabolisme. (Arief, 2000 : 365)

B. Mekanisme gangguan istirahat dan tidur pada pasien dermatitis


Pada dermatitis kontak iritan kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang disebabkan
oleh bahan iritan melalui kerja kimiawi maupun fisik. Bahan iritan merusak lapisan tanduk,
dalam beberapa menit atau beberapa jam bahan-bahan iritan tersebut akan berdifusi melalui
membran untuk merusak lisosom, mitokondria dan komponen-komponen inti sel.
Dengan rusaknya membran lipid keratinosit maka fosfolipase akan diaktifkan dan
membebaskan asam arakidonik akan membebaskan prostaglandin dan leukotrin yang akan
menyebabkan dilatasi pembuluh darah dan transudasi dari faktor sirkulasi dari komplemen dan
system kinin. Juga akan menarik neutrofil dan limfosit serta mengaktifkan sel mast yang akan
membebaskan histamin, prostaglandin dan leukotrin.

12
PAF akan mengaktivasi platelets yang akan menyebabkan perubahan vaskuler. Diacil
gliserida akan merangsang ekspresi gen dan sintesis protein. Pada dermatitis kontak iritan terjadi
kerusakan keratisonit dan keluarnya mediator- mediator.Sehingga perbedaan mekanismenya
dengan dermatis kontak alergik sangat tipis yaitu dermatitis kontak iritan tidak melalui fase
sensitisasi.
Ada dua jenis bahan iritan yaitu : iritan kuat dan iritan lemah. Iritan kuat akan
menimbulkan kelainan kulit pada pajanan pertama pada hampir semua orang, sedang iritan
lemah hanya pada mereka yang paling rawan atau mengalami kontak berulang-ulang. Faktor
kontribusi, misalnya kelembaban udara, tekanan, gesekan dan oklusi, mempunyai andil pada
terjadinya kerusakan tersebut.

13
3. Pengkajian Teoritis Pada Penyakit Luka Bakar Dan Dermatitis
1) Pengkajian teoritis pada penyakit luka bakar
a. Identitas klien
1) Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan, suku bangsa,
tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor registrasi dan adekuat.
2) Identitas penanggung jawab.
Meliputi nama, jenis kelamin, pekerjaan, hubungan dengan klien dan alamat.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Keluhan utama yang dirasakan oleh klien luka bakar (Combustio) adalah nyeri,
sesak nafas.Nyeri dapat disebabakna kerena iritasi terhadap saraf. Dalam
melakukan pengkajian nyeri harus diperhatikan paliatif, severe, time, quality
(p,q,r,s,t). sesak nafas yang timbul beberapa jam / hari setelah klien mengalami
luka bakar dan disebabkan karena pelebaran pembuluh darah sehingga timbul
penyumbatan saluran nafas bagian atas, bila edema paru berakibat sampai pada
penurunan ekspansi paru.
2) Riwayat penyakit sekarang
Gambaran keadaan klien mulai tarjadinya luka bakar, penyabeb lamanya kontak,
pertolongan pertama yang dilakuakn serta keluhan klien selama menjalan
perawatan ketika dilakukan pengkajian. Apabila dirawat meliputi beberapa
fase : fase emergency (±48 jam pertama terjadi perubahan pola bak), fase akut
(48 jam pertama beberapa hari / bulan ), fase rehabilitatif (menjelang klien
pulang)
3) Riwayat penyakit masa lalu
Merupakan riwayat penyakit yang mungkin pernah diderita oleh klien sebelum
mengalami luka bakar. Resiko kematian akan meningkat jika klien mempunyai
riwaya penyakit kardiovaskuler, paru, DM, neurologis, atau penyalagunaan obat
dan alkohol
4) Riwayat penyakit keluarga

14
Merupakan gambaran keadaan kesehatan keluarga dan penyakit yang
berhubungan dengan kesehatan klien, meliputi : jumlah anggota keluarga,
kebiasaan keluarga mencari pertolongan, tanggapan keluarga mengenai masalah
kesehatan, serta kemungkinan penyakit turunan
5) Riwayat psiko sosial
Pada klien dengan luka bakar sering muncul masalah konsep diri body image
yang disebabkan karena fungsi kulit sebagai kosmetik mengalami gangguan
perubahan.Selain itu juga luka bakar juga membutuhkan perawatan yang laam
sehingga mengganggu klien dalam melakukan aktifitas.Hal ini menumbuhkan
stress, rasa cemas, dan takut.
c. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Umumnya penderita datang dengan keadaan kotor mengeluh panas sakit dan
gelisah sampai menimbulkan penurunan tingkat kesadaran bila luka bakar
mencapai derajat cukup berat
2) TTV
Tekanan darah menurun nadi cepat, suhu dingin, pernafasan lemah sehingga
tanda tidak adekuatnya pengembalian darah pada 48 jam pertama
3) Pemeriksaan kepala dan leher
a) Kepala dan rambut
Catat bentuk kepala, penyebaran rambut, perubahan warna rambut setalah
terkena luka bakar, adanya lesi akibat luka bakar, grade dan luas luka bakar
b) Mata
Catat kesimetrisan dan kelengkapan, edema, kelopak mata, lesi adanya benda
asing yang menyebabkan gangguan penglihatan serta bulu mata yang rontok
kena air panas, bahan kimia akibat luka bakar
c) Hidung
Catat adanya perdarahan, mukosa kering, sekret, sumbatan dan bulu hidung
yang rontok.
d) Mulut

15
Sianosis karena kurangnya supplay darah ke otak, bibir kering karena intake
cairan kurang
e) Telinga
Catat bentuk, gangguan pendengaran karena benda asing, perdarahan dan
serumen
f) Leher
Catat posisi trakea, denyut nadi karotis mengalami peningkatan sebagai
kompensasi untuk mengataasi kekurangan cairan
4) Pemeriksaan thorak / dada
Inspeksi bentuk thorak, irama parnafasan, ireguler, ekspansi dada tidak
maksimal, vokal fremitus kurang bergetar karena cairan yang masuk ke paru,
auskultasi suara ucapan egoponi, suara nafas tambahan ronchi
5) Abdomen
Inspeksi bentuk perut membuncit karena kembung, palpasi adanya nyeri pada
area epigastrium yang mengidentifikasi adanya gastritis.
6) Urogenital
Kaji kebersihan karena jika ada darah kotor / terdapat lesi merupakantempat
pertumbuhan kuman yang paling nyaman, sehingga potensi sebagai sumber
infeksi dan indikasi untuk pemasangan kateter.
7) Muskuloskletal
Catat adanya atropi, amati kesimetrisan otot, bila terdapat luka baru pada
muskuloskleletal, kekuatan oto menurun karen nyeri
8) Pemeriksaan neurologi
Tingkat kesadaran secara kuantifikasi dinilai dengan GCS. Nilai bisa menurun
bila supplay darah ke otak kurang (syok hipovolemik) dan nyeri yang hebat
(syok neurogenik)
9) Pemeriksaan kulit
a. Luas luka bakar
Untuk menentukan luas luka bakar dapat digunakan salah satu metode yang
ada, yaitu metode “rule of nine” atau metode “Lund dan Browder”
b. Kedalaman luka bakar

16
Kedalaman luka bakar dapat dikelompokan menjadi 4 macam, yaitu luka bakar
derajat I, derajat II, derajat III dan IV, dengan ciri-ciri seperti telah diuraikan
dimuka.
c. Lokasi/area luka
Luka bakar yang mengenai tempat-tempat tertentu memerlukan perhatian
khusus, oleh karena akibatnya yang dapat menimbulkan berbagai masalah.
Seperti, jika luka bakar mengenai derah wajah, leher dan dada dapat
mengganggu jalan nafas dan ekspansi dada yang diantaranya disebabkan
karena edema pada laring .Sedangkan jika mengenai ekstremitas maka dapat
menyebabkan penurunan sirkulasi ke daerah ekstremitas karena terbentuknya
edema dan jaringan scar.Oleh karena itu pengkajian terhadap jalan nafas
(airway) dan pernafasan (breathing) serta sirkulasi (circulation) sangat
diperlukan.Luka bakar yang mengenai mata dapat menyebabkan terjadinya
laserasi kornea, kerusakan retina dan menurunnya tajam penglihatan.
a. Pemenuhan nutrisi
Meliputi kebiasaan klien sehari-hari dirumah dan di RS dan apabila terjadi
perubahan pola menimbulkan masalah bagi klien.Pada pemenuhan kebutuhan
nutrisi kemungkinan didapatkan anoreksia, mual, dan muntah.
b. Eliminasi
Haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna mungkin hitam
kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot dalam; diuresis
(setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi); penurunan
bising usus/tak ada; khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar dari 20%
sebagai stres penurunan motilitas/peristaltik gastrik.
c. Pemeriksaan diagnostic
Pemeriksaan diagnostik dari luka bakar sebagai penunjang untuk menggunakkan
diagnosa keperawatan antara lain sebagai berikut :
1) Hitung darah lengkap
Peningkatan HT awal menunjukkan hemokonsentrasi sehubungan dengan
pemindahan atau kehilangan cairan.
2) Sel darah putih

17
Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan kehilangan sel pada sisi luka.
3) GDA (Gas Darah Arteri)
Penurunan Pa O2 atau peningkatan Pa CO2 mungkin terlihat pada retensi karbon
monoksida.Asidosis dapat terjadi sehubungan dengan penurunan fungsi ginjal
dan kehilangan kompensasi pernapasan.
4) CoHbg (Karboksi Hemoglobin)
Peningkatan lebih dari 15% mengindikasikan keracunan karbon monoksida atau
cedera inhalasi.
5) Elektrolit Serum
Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan cedera jaringan dan
penurunan fungsi ginjal: hipokalemi dapat terjadi apabila mulai terjadi diuresis.
Magnesium mungkin menurun, Natrium pada awal juga menurun.
6) Natrium Urine Random
Lebih besar dari 20 mEq/L, mengindikasikan kelebihan resusitasi cairan, kurang
dari 10 mEq/L, menduga ketidakadekuatan resusitasi cairan.
7) BUN
Untuk mengetahui apakah ada penurunan fungsi ginjal/tidak.

1. Pengkajian teoritis pada dermatitis


a. Identitas klien
1) Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan, suku bangsa,
tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor registrasi dan adekuat.
2) Identitas penanggung jawab
Meliputi nama, jenis kelamin, pekerjaan, hubungan dengan klien dan alamat.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan Utama.
Biasanya pasien mengeluh gatal, rambut rontok.
2) Riwayat penyakit sekarang
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada keluhan
utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk menanggulanginya.

18
3) Riwayat penyakit dahulu
Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit
lainnya.
4) Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit
kulit lainnya
5) Riwayat psikososial
Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan. Apakah sedang
mengalami stress yang berkepanjangan.
c. Pemeriksaan fisik
d. Pemenuhan nutrisi
1) Tanyakan bagaimana pola dan porsi makan sehari-hari klien ( pagi, siang dan
malam )
2) Tanyakan bagaimana nafsu makan klien, apakah ada mual muntah, pantangan
atau alergi
3) Tanyakan apakah klien mengalami gangguan dalam menelan
4) Tanyakan apakah klien sering mengkonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran
yang mengandung vitamin antioksidant
e. Eliminasi
1) Tanyakan bagaimana pola BAK dan BAB, warna dan karakteristiknya
2) Berapa kali miksi dalam sehari, karakteristik urin dan defekasi
3) Adakah masalah dalam proses miksi dan defekasi, adakah penggunaan alat bantu
untuk miksi dan defekasi.
f. Pemeriksaan diagnostik
1) Laboratorium
a) Darah : Hb, leukosit, hitung jenis, trombosit, elektrolit, protein total, albumin,
globulin
b) Urin : pemerikasaan histopatologi
2) Penunjang (pemeriksaan Histopatologi)
Pemeriksaan ini tidak memberi gambaran khas untuk diagnostik karena
gambaran histopatologiknya dapat juga terlihat pada dermatitis oleh sebab lain.

19
d. Diagnosa Keperawatan
1. Diagnosa keperawatan luka bakar
a. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan agens cidera kimiawi.
b. Resiko infeksi ditandai dengan hilangnya barrier dan terganggunya respon imun.
2. Daignosa keperawatan dermatitis
a. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan hipertemia.
b. Hambatan rasa nyaman berhubungan dengan kurang kontrol situasi.

Intervensi Keperawatan

1. Intervensi keperawatan luka bakar

No. Diagnosa NOC NIC


Keperawatan
1. Kerusakan integritas Integritas jaringan: kulit Manajemen elektrolit/ cairan. NIC
kulit berhubungan &membran mukosa. NC 2080
dengan agens cidera 1101 Definisi:
kimiawi. Definisi: Pengaturan dan pencegahan
NANDA 00046 Keutuhan struktur dan komplikasi dari perubahan cairan
fungsi fisiologis kulit dan dan/atau elektrolit.
selaput lendir seacra normal. Aktivitas-aktivitas:
- Suhu kulit, tidak - Pantau kadar serum elektrolit
terganggu (skala 5) yang abnormal
- Sensasi, tidak terganggu - Monitor perubahan status paru
(skala 5) atau jantung yang
- Elastisitas, tidak menunjukkan kelebihan cairan
terganggu (skala 5) atau dehidrasi
- Hidrasi, tidak terganggu - Pantau adanya tanda dan gejela
(skala 5) overhidrasi yang memburuk
- Keringat, tidak atau dehidrasi
terganggu (skala 5) - Dapatkan specimen

20
- Tekstur, tidak terganggu laboratorium untuk
(skala 5) pemantauan perubahan cairan
- Ketebalan, tidak atau elektrolit
terganggu (skala 5) - Timbang berat badan harian
- Perfusi jaringan, tidak dan pantau gejala
terganggu (skala 5) - Berikan cairan
- Pertumbuhan rambut - Tingkatkan intake/asupan
pada kulit, tidak cairan per oral
terganggu (skala 5) - Jaga infus intravena yang tepat
- Integritas kulit, tidak - Amati membrane bukal pasien,
terganggu (skala 5) sclera, dan kulit trhadap
- Pigmentasi abnormal, indikasi perubahan cairan dan
tidak ada (skala 5) keseimbangan elektrolit
- Lesi pada kulit, tidak ada - Lakukan tindakan tindakan
(skala 5) untuk mengontrol kehilanagan
- Lesi pada mukosa, tidak elektrolit yang berlebihan
ada (skala 5) - Monitor kehilangan cairan
- Jaringan parut, tidak ada - Tingkatkan citra tubuh dan
(skala 5) harga diri yang positif
- Pengelupasan kulit, tidak - Bantu pasien pasien dengan
ada (skala 5) gangguan fungsi mental dan
- Penebalan kulit, tidak fisik
ada (skala 5)
- Wajah pucat, tidak ada
(skala 5)
- Nekrosis, tidak ada
(skala 5)
- Pengerasan kulit, tidak
ada skala 5)

21
2. Intervensi keperawatan dermatitis

No. Diagnosa NOC NIC


Keperawatan
1. Kerusakan integritas Integritas jaringan: kulit & Manajemen elektrolit/ cairan. NIC
kulit berhubungan membran mukosa. NC 1101 2080
dengan hipertemia. Definisi: Definisi:
NANDA 00046 Keutuhan struktur dan Pengaturan dan pencegahan
fungsi fisiologis kulit dan komplikasi dari perubahan cairan
selaput lendir seacra normal. dan/atau elektrolit.
- Suhu kulit, tidak Aktivitas-aktivitas:
terganggu (skala 5) - Pantau kadar serum elektrolit
- Sensasi, tidak terganggu yang abnormal
(skala 5) - Monitor perubahan status paru
- Elastisitas, tidak atau jantung yang
terganggu (skala 5) menunjukkan kelebihan cairan
- Hidrasi, tidak terganggu atau dehidrasi
(skala 5) - Pantau adanya tanda dan
- Keringat, tidak gejela overhidrasi yang
terganggu (skala 5) memburuk atau dehidrasi
- Tekstur, tidak terganggu - Dapatkan specimen
(skala 5) laboratorium untuk
- Ketebalan, tidak pemantauan perubahan cairan
terganggu (skala 5) atau elektrolit
- Perfusi jaringan, tidak - Timbang berat badan harian
terganggu (skala 5) dan pantau gejala
- Pertumbuhan rambut - Berikan cairan
pada kulit, tidak - Tingkatkan intake/asupan
terganggu (skala 5) cairan per oral
- Integritas kulit, tidak - Jaga infus intravena yang tepat

22
terganggu (skala 5) - Amati membrane bukal pasien,
- Pigmentasi abnormal, sclera, dan kulit trhadap
tidak ada (skala 5) indikasi perubahan cairan dan
- Lesi pada kulit, tidak ada keseimbangan elektrolit
(skala 5) - Lakukan tindakan tindakan
- Lesi pada mukosa, tidak untuk mengontrol kehilanagan
ada (skala 5) elektrolit yang berlebihan
- Jaringan parut, tidak ada - Monitor kehilangan cairan
(skala 5) - Tingkatkan citra tubuh dan
- Pengelupasan kulit, tidak harga diri yang positif
ada (skala 5) - Bantu pasien pasien dengan
- Penebalan kulit, tidak gangguan fungsi mental dan
ada (skala 5) fisik
- Wajah pucat, tidak ada
(skala 5)
- Nekrosis, tidak ada
(skala 5)
- Pengerasan kulit, tidak
ada skala 5)

23
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang sangat dibutuhkan oleh semua orang.
Setiap individu mempunyai kebutuhan istirahatdan tidur yang berbeda dengan pola istirahat dan
tidur yang baik, benar, dan terarur akan memberikan efek terhadap kesehatan yaitu efek
fisiologis terhadap sistem saraf yang diperkirakan dapat memupulihkan kepekaan normal dan
keseimbangann diantara susunan saraf, serta berefek terhadap struktur tubuh dengan memulihkan
kesegaran dan fungsi organ tubuh.

24
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi.2008. Tehnik prosedural keperawatan: konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien.
Jakarta: Salemba Medika.

Kozier,B.,G.Erb. 2004. Fundamentals of Nursing: Concepts, process, and practice. Seventh


edition. New Jersey: Pearson Prentice Hall.

Mutaqin, Arif. 2000. Asuhan Keperawatan Luka Bakar. Jakarta : EGC

Corwin. 2001. Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

Andra & Yessie. 2013. Kamus Asuhan Keperawatan. Bandung : Sailemba

Smeltzer, suzanna. 2002. Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

Effendi. 1999. Kamus Asuhan Keperawatan Sistem Integumen. Jakarta : EGC

25

Anda mungkin juga menyukai