Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


DALAM KEPERAWATAN

KELOMPOK 3 :

Maghvirah (2011316021)

Prillisia Deazri (2011316022)

Tesa Sedana (2011316023)

Miftahul Jannah (2011316024)

Zita Inka Putri Mahira (2011316025)

Laras Hayuning Astuti (2011316026)

Septria Rossa (2011316027)

Putri Prihandini (2011316028)

Lili Resta Septiana (2011316029)

Aulia Tri Ananda (2011316030)

S1 KEPERAWATAN PROGRAM B
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, yang atas berkat rahmat-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Dalam Keperawatan”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam
mata kuliah Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Fakultas Keperawatan Universitas Andalas.
Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan saran
dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada pihakpihak
yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada Dosen kami yang telah
memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Padang, September 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………… ii


DAFTAR ISI ……………………………………………………………… iii
BAB I ……………………………………………………………… 1
A. Latar Belakang ……………………………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah ……………………………………………………………… 2
C. Tujuan Penulisan ……………………………………………………………… 2
BAB II ……………………………………………………………… 3
A. K3 Dalam Keperawatan ……………………………………………………………… 3
B. Ruang Lingkup K3 ……………………………………………………………… 6
Dalam Keperawatan
C. Kebijakan K3 yang ……………………………………………………………… 9
Berkaitan Dengan
Keperawatan Di
Indonesia
D. Konsep Dasar K3 ……………………………………………………………… 10
BAB III ……………………………………………………………… 15
A. Kesimpulan ……………………………………………………………… 15
B. Saran ……………………………………………………………… 15
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu isu penting di dunia kerja saat ini.
Hasil riset yang di lakukan oleh badan dunia ILO menyebutkan bahwa setiap hari rata-rata
6.000 orang meninggal, setara dengan satu orang setiap 15 detik atau 2,2 juta orang per
tahun akibat sakit atau kecelakaan yang berkaitan dengan pekerjaannya (Rahayuningsih &
Hariyono, 2011). Di USA, setiap tahunnya terdapat 5 ribu petugas kesehatan yang terinfeksi
hepatitis B 47 positif HIV dan setiap tahun 600 ribu - 1 juta mengalami luka akibat tertusuk
jarum (Kepmenkes RI, 2010,). Sedangkan di Israel, angka prevalensi cedera punggung
tertinggi pada perawat (16.8%) dibandingkan pekerja lainnya (Kepmenkes RI, 2007).
Di Indonesia sendiri, data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2015) total
kecelakaan kerja yang terjadi di Indonesia pada tahun 2014 sebanyak 24.910 kasus.
Kecelakaan kerja menjadi salah satu masalah urgen di lingkungan rumah sakit. Hal ini
diakibatkan karena rumah sakit merupakan suatu unit pelayanan kesehatan yang
memberikan pelayanan pada semua bidang dan jenis penyakit. Oleh sebab itu rumah sakit
dituntut untuk dapat menyediakan dan menerapkan suatu upaya agar semua sumber daya
manusia yang ada di rumah sakit dapat terlindungi, baik dari penyakit maupun kecelakaan
akibat kerja (Ivana, Widjasena & Jayanti, 2014). Pemerintah melakukan berbagai upaya
untuk mengatasi kecelakaan kerja di rumah sakit, salah satunya dengan dikeluarkannya
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 dan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
tentang penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di rumah sakit (Kepmenkes RI, 2010).
National Safety Council (dalam Kepmenkes RI, 2007) menyebutkan bahwa terjadinya
kecelakaan di rumah sakit 41% lebih besar dari pekerja di industri lain, selain itu Annizar
(2012, p.3) menyatakan bahwa secara umum sebanyak 80-85 % kecelakaan kerja
disebabkan oleh perilaku yang tidak aman. Data dan fakta Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Rumah Sakit (K3RS) secara global yang dipaparkan oleh WHO (dalam Kepmenkes RI,
2010) menyebutkan bahwa dari 35 juta petugas kesehatan, 3 juta terpajan patogen darah dan
lebih dari 90% terjadi di negara berkembang. Di Indonesia penelitian dr Joseph tahun 2005-
2007 mencatat bahwa angka Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) needle stick injury (NSI)
mencapai 38 - 73% dari total petugas kesehatan dan prevalensi gangguan mental emosional
17,7% pada perawat di suatu rumah sakit di Jakarta berhubungan bermakna dengan stressor
kerja (Kepmenkes RI, 2010).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pentingnya K3 dalam keperawatan?
2. Bagaimana tujuan K3 dalam keperawatan?
3. Apa manfaat dan etika K3 dalam keperawatan?
4. Bagaimana ruang lingkup K3 dalam keperawatan?
5. Bagaimana konsep dasar K3?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Pentingnya K3 dalam keperawatan.
2. Untuk mengetahui tujuan K3 dalam keperawatan.
3. Untuk mengetahui manfaat dan etika K3 dalam keperawatan.
4. Menjelaskan ruang lingkup K3 dalam keperawatan.
5. Menjelaskan konsep dasar K3.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Dalam Keperawatan


1. Pentingnya K3 Dalam Keperawatan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah bidang yang terkait dengan
kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan manusia yang bekerja di sebuah institusi
aupun lokasi proyek. Kesehatan dan keselamatan kerja cukup penting bagi moral,
legalitas, dan finansial.
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan salah satu faktor penting yang
dapat mempengaruhi produktivitas karyawan. Resiko kecelakaan serta penyakit akibat
kerja sering terjadi karena program K3 tidak berjalan dengan baik. Hal ini dapat
berdampak pada tingkat produktivitas karyawan. Pada umumnya kecelakaan kerja
disebabkan oleh dua faktor yaitu manusia dan lingkungan. Faktor manusia yaitu
tindakan tidak aman dari manusia seperti sengaja melanggar peraturan keselamatan
kerja yang diwajibkan atau kurang terampilnya pekerja itu sendiri. Sedangkan faktor
lingkungan yaitu keadaan tidak aman dari lingkungan kerja yang menyangkut antara
lain peralatan atau mesin-mesin.
Perusahaan yang baik adalah perusahaan yang benar-benar menjaga keselamatan
dan kesehatan karyawannya dengan membuat aturan tentang keselamatan dan kesehatan
kerja yang dilaksanakan oleh seluruh karyawan dan pimpinan perusahaan. Perlindungan
tenaga kerja dari bahaya dan penyakit akibat kerja atau akibat dari lingkungan kerja
sangat dibutuhkan oleh karyawan agar karyawan merasa aman dan nyaman dalam
menyelesaikan pekerjaannya. Tenaga kerja yang sehat akan bekerja produktif, sehingga
diharapkan produktivitas kerja karyawan meningkat. Memperhatikan hal tersebut, maka
program K3 dan produktivitas kerja karyawan menjadi penting untuk dikaji, dalam
tujuannya mencapai visi dan misi perusahaan. Ravianto (1990) menyatakan bahwa
produktivitas sebagai efisiensi dari pengembangan sumber daya untuk menghasilkan
keluaran. Lebih lanjut dapat dikatakan bahwa produktivitas merupakan rasio yang
berhubungan dengan keluaran (output) terhadap satu atau lebih dari keluaran tersebut.
Lebih spesifik, produktivitas adalah volume barang dan jasa yang sebenarnya digunakan
secara fisik pula.
Keselamatan kerja menunjukkan pada kondisi yang aman atau selamat dari
penderitaan, kerusakan atau kerugian di tempat kerja (Mangkunegara, 2000). Sedangkan
menurut Suma’mur (1996) keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan
mesin, alat kerja, proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungan serta
cara-cara melakukan pekerjaan. Dalam hal ini, keselamatan kerja menyangkut peralatan
yang dipakai oleh karyawan dalam bekerja, guna melindunginya dari resiko-resiko
tertentu agar terhindar dari kecelakaan kerja.
Menurut Mangkunegara (2000) Program kesehatan kerja menunjukkan pada
kondisi yang bebas dari gangguan fisik, mental, emosi atau rasa sakit yang disebabkan
oleh lingkungan. Resiko kesehatan merupakan faktor-faktor dalam lingkungan kerja
yang bekerja melebihi periode waktu yang ditentukan. Lebih lanjut, Suma’mur (1996)
menerangkan bahwa kesehatan kerja bertujuan guna mewujudkan tenaga kerja sehat,
produktif dalam bekerja, berada dalam keseimbangan yang mantap antara kapasitas
kerja, beban kerja dan keadaan lingkungan kerja, serta terlindungi dari penyakit yang
disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa keselamatan dan kesehatan
kerja (K3) merupakan kajian yang penting agar dapat meningkatkan produktifias kerja
karyawan. Bila perusahaan secara khusus memperhatikan K3 maka, karyawan dapat
bekerja dengan aman, tentram dan produktif dalam bekerja.

2. Tujuan K3
Tujuan Penerapan K3 pada dasarnya adalah untuk mencari dan
mengungkapkan kelemahan yang memungkinkan terjadinya kecelakaan. Fungsi ini
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu mengungkapkan sebab-akibat suatu
kecelakaan dan meneliti apakah pengendalian secara cermat dilakukan atau tidak.  
Menurut Mangkunegara (2000), tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja adalah
sebagai berikut: 
a) Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik
secara fisik, sosial, dan psikologis.
b) Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya selektif
mungkin.
c) Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
d) Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi
pegawai.
e) Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
f) Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau
kondisi kerja.
g) Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.

3. Manfaat K3 Dalam Keperawatan


Manfaat K3 ini tidak hanya berdampak pada Rumah sakit saja , tapi Perawat Rumah
Sakit dan Pasien serta Pengunjung
1. Manfaat bagi Rumah Sakit
a. Meningkatkan mutu pelayanan
b. Mempertahankan kelangsungan operasional Rumah Sakit
c. Meningkatkan citra Rumah Sakit
2. Manfaat bagi Perawat RS
a. Melindungi Perawat dari Penyakit Akibat Kerja (PAK)
b. Mencegah terjadinya Kecelakaan Akibat Kerja (KAK)
3. Manfaat bagi Pasien dan Pengunjung
a. Mutu layanan yang baik
b. Kepuasan pasien dan pengunjung

4. Etika
Kode Etik Profesi Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3) Etika Ahli Kesehatan
Kerja merupakan seperangkat perilaku anggota profesi Ahli Kesehatan Kerja dalam
hubungannya dengan klien/ pasien, teman sejawat dan masyarakat pekerja serta
merupakan bagian dari keseluruhan proses kesehatan kerja ditinjau dari segi norma
dan nilai moral. Masalah-masalah kecelakaan, penyakit akibat kerja, keluhan-
keluhan tenaga kerja, kehilangan waktu bekerja, banyaknya angka absens
menurunnya angka produktifitas tenaga kerja, dan sebagainya, memerlukan perhatian
penuh pihak profesi Ahli Kesehatan Kerja, hukum, agama dan masyarakat luas.
Etika yang berlaku dimasyarakat modern saat ini adalah Etika Terapan (applied
ethics) yang biasanya menyangkut suatu profesi, dimana didalamnya membicarakan
tentang pertanyaan-pertanyaan etis dari suatu individu yang terlibat. Sehingga pada
masing-masing profesi telah dibentuk suatu tatanan yang dinamakan Kode Etik
Profesi. Perilaku ini memang agak sulit menanganinya, kecuali kesadaran sendiri
masing-masing Tenaga Kesehatan dalam menerapkan, mengaplikasikan,menghayati,
memahami, kode etik profesinya. Karena, etika profesi lebih bersifat moral, maka
kesalahan yang terjadi apabila dilakukan oleh tenaga kesehatan kerja, sanksi yang
diberikan bersifat moral dan yang paling dirugikan adalah para kliennya (tenaga
kerja), sehingga untuk menangani pelanggaran yang dilakukan oleh para pelaku
pelayanan agar tidak terlalu merugikan pengguna pelayanan, dibentuklah suatu
Majelis Kode Etik Profesi yang berlandaskan pada Etika dan Hukum yang berlaku

B. Ruang Lingkup K3 Dalam Keperawatan


Keselamatan dan Kesehatan Kerja Untuk Perawat di Rumah Sakit; Dalam dunia
kesehatan, tentunya petugas kesehalan menjaga dan meningkatkan kesehatan klien
namun juga menjaga dan meningkatkan kesehatan dan terlebih keselamatan kerja dari
pelugas kesehatan tersebut (dalam hal ini perawat). Menurut Occupational Safety and
Health Administration (OSHA, 2004) yang merupakan agen federal dalam bidang
kesehatan mengatakan misinya unluk merancang dan menjamin keselamatan dan
kesehatan kerja dari pekerja dengan menegakan sesuai standard, memberi pelatihan.
penyuluhan. dan pendidikan ; dan mendirikan kemitraan dan mendorong terus menerus
peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja. Perawat telah menyatakan keprihatinan
mengenai keamanan di lingkungan kerja selama bertahun-tahun. Sebagai perawat atau
karyawan, berhak memperoleh lingkungan kerja yang aman. Beberapa rumah sakit
mungkin memperkerjakan perawat untuk memeriksa keamanan lingkungan dan
mengunakan praktik kerja untuk menigkatkan keselamatan kerja. Ada beberapa hal
tentang keselamatan kerja perawat di rumah sakit :
1) Nurse Staffing Levels
Penyetaraan kerja dalam bagian kesehatan. khususnya ruang lingkup k3
dalam keperawatan di rumah sakit telah menjadi perhatian yang menonjol.
Pembagian Ienaga kerja atau staff yg tidak memadai menyebabkan terjadinya
kelelahan pada perawat yang menyebabkan cenderung terjadi kesalahan yang dapat
membahayakan pasien ataupun perawat tersebut. American Nurse Association
(ANA) telah melakukan kampanye besar besaran bertema “Staffing Saves Lives" hal
tersebut memberi gambaran kalau penyetaraan tenaga kerja sangat besar
hubungannya dengan Kesehatan dan Keselamatan kerja untuk perawat.

2) Infection as an Occupational Hazard


Penularan infeksi yaitu perhatian utama ketika perawat merawat pasien
infeksi. Dengan adanya infeksi maka penaganan dan perlu perhatian ekstra dari
petugas kesehatan unruk menangani pasien ini. Biasanya, disetiap rumah sakit
memiliki petugas kesehatan khusus yang menangani permasalahan infeksi ini.
Kewaspadaan universal Ielah diamanatkan oleh Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Administration (OSHA) kalau harus melindungi perawat dari pathogen darah.
Karena darah dapat menularkan penyakit HIV, Hepatitis B dan lainnya yang dapat
menyebar melalui darah. Salah satu tindakan utama dalam menjaga agar tidak tejadi
infeksi maka harus ada pengaturan khusus tentang limbah jarum bekas, selain itu RS
harus menyediakan sarung tangan (glove) dan kaca mata pelindung dalam melakukan
komak dengan pasien infeksi. American Nurse Association (ANA) telah aktif dalam
advokasi tempat kerja berkaitan dengan luka jarum suntik dan mensupport melaui
situs website ditujukan untuk tema ini. Selain jarum suntik, RS harus menyediakan
masker untuk para pekerja atau staff dalam rangka mencegah dan pengendalian
penyebaran infeksi pemapasan, contoh kasus TB. Selain itu, jangan lupa tangan
adalah media penyebaran mikroorganisme yang seringkali digunakan. Maka dari itu
rajinlah membersihkan langan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.

3) Hazardous Chemical Agents


Bicara tentang zat kimia beresiko yang ada di rumah sakit maka perlu juga
perhatian khusunya untuk perawat anastesi atau para perawat fisiotherapy.
Contohnya gas anastesi bisa membuat malformasi janin yang bisa membuat
keguguran spontan pada wanita hamil yang terpapar secara terus menerus.
Diperlukan protokol khusus dalam pengolahan penggunaan ataupun pemrosesan
limbah zat beracun ini. RS berlanggungjawab dalam menyediakan perlengkapan
yang di butuhkan untuk menjaga keselamatan perawat daiam memakai beberapa zat
ini.

4) Ergonomic Hazards In The Workplace


Ergonomic dalam bahasa inggris "Ergonomics is the science of fitting a task
to one's physical characteristics in order to enhance safety, efficiency, and well
being", jadi hal tersebut berhubungan dengan effiensi keamaman dan kesehjateraan
atau seseorang itu merasa nyaman dalam melakukan suatu pekerjaan. Sering dalam
dunia keperawatan terutama dalam sistem perpindahan pasien, perawat sering salah
dalam prosedur mengangkat pasien ataupun mengangkat benda yang jatuh di lantai.
Perawat sering membungkukan tubuhnya dari pada duduk jongkok untuk mengambil
benda yang jatuh. Hal tersebut mungkin menimbulkan permasalahan pada tulang
belakang ; penyakit LBP (Lower back pain) atau juaga menurut NIOSH (2009)
musculoskelelal disorders (MSD). Jadi pola kebiasaan yang buruk dari perawat dapat
mengganggu kesehatan dan kesclamatan kerja dari perawat tersebut.

5) Violence In the Workplace


Biasanya mahasiswa keperawatan menganggap rumah sakit jadi tempat
dimana korban kekerasan dibantu. Jarang mereka menganggap diri mereka jadi calon
korban kekerasan ditempat kerja mereka sendiri. Belakangan ini banyak terjadi
serangan pada perawat dan petugas kesehatan lainnya dilayanan kesehatan dan
sosial. Sebagian besar kekerasan ditempat kerja terjadi dibagian Kesehatan Kejiwaan
dan Gawat Darurat. Bisanya pengunjung dari luar yang mengakibatkan kekerasan
dalam kerja di Ruang Darurat. Untuk kejiwaan sendiri kita semua sendiri tahu
bersama bila di kejiwaan terdapat jenis dari kejiwaan ini. biasanya pasien dengan
perilaku kekerasan yang biasanya mengakibatkan kekerasan di lingkungan kerja.
OSHA sudah membuat dasar untuk membangun sarana dan lingkungan kerja yang
aman. Hal tersebut dilakukan dengan memberi pelatihan dan pengelolaan dalam
kekerasan. Selain itu bisa pula melalui pengguanaan detector logam,tombol panik,
dan kaca anti peluru, sesuai dengan keperluan dari RS. Selain itu instansi keseham
haru bekerja sama dengan penegak hokum agar dengan cepat dan mudah
memberikan laporan isiden perilaku kekerasan di RS.

C. Kebijakan K3 Yang Berkaitan Dengan Keperawatan Di Indonesia


Salah satu kebijakan K3 yang berkaitan dengan keperawatan adalah Peraturan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja Bagi Tenaga
Para Medis Perusahaan. Dimana peraturan itu berbunyi :

Pasal 1 : Setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga Para Medis diwajibkan untuk
mengirimkan setiap tenaga tersebut untuk mendapatkan latihan dalam bidang
Hygiene Perusahaan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja.

Pasal 2 : Yang dimaksud tenaga Para Medis ialah tenaga Para Medis yang ditunjuk atau
ditugaskan untuk melaksanakan atau membantu penyelenggaraan tugas-tugas
Hygiene Perusahaan, Kesehatan dan Keselarnatan Kerja diperusahaan atas
petunjuk dan bimbingan dokter perusahaan.

Pasal 3 : Pusat dan Balai Bina Hygiene Perusahaan dan Kesehatan dan Keselamatan
Kerja ditunjuk untuk menyelenggarakan latihan dalam lapangan hygiene
perusahaan kesehatan dan keselamatan kerja dalam pasal 1 serta melaporkan
tugas-tugas tersebut kepada Direktur Jenderal Perlindungan dan Perawatan
Tenaga Kerja.

Pasal 4 : (1) Setiap tenaga Para Medis yang telah dapat menyelenggarakan latihan akan
mendapatkan sertifikat.
(2) Dengan sertifikat tersebut tenaga kerja medis yang bersangkutan telah
memenuhi syarat-syarat untuk menyelenggarakan pelayanan hygiene
perusahaan dan kesehatan kerja sesuai dengan fungsinya.
Pasal 5 : Segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan Latihan Hygiene
Perusahaan,Kesehatan Kerja tersebut akan ditentukan oleh Kepala Pusat Bina
Hygiene Perusahaan,Kesehatan dan Keselamatan Kerja.

Pasal 6 : Perusahaan-perusahaan yang tidak melaksanakan ketentuan-ketentuan tersebut


pada pasal 1 dari peraturan ini diancam dengan hukuman sebagaimana
dimaksud pada pasal 15 ayat (2) Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja.

Pasal 7 : Pegawai Pengawas Kesehatan Kerja akan melakukan pengawasan terhadap


ditaatinya ketentuan sebagaimana tersebut pada pasal 1.

Pasal 8 : Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

D. Konsep Dasar K3
1. Kesehatan kerja
Suatu bidang khusus yang memberikan dan menyediakan program kesehatan
dan keselamatan kerja serta pelayanan kesehatan pada pekerja di tempat kerja. Fokus
perawatan kesehatan kerja yaitu promosi dan pemeliharaan kesehatan, pencegahan
penyakit akibat kerja dan hazard (potensi bahaya) di lingkungan kerja. Adapun tugas
perawat dalam perawatan kesehatan kerja menurut American Association of
Occupational Health Nurses yaitu :
a. Health promotion / protection (promosi kesehatan / perlindungan)
Meningkatkan derajat kesehatan, kesadaran dan pengetahuan tenaga kerja akan
paparan zat toksik di lingkungan kerja
b. Hazard Assessment and Surveillance (penilaian hazard dan surveilans)
Mengidentifikasi masalah kesehatan tenaga kerja dan menilai jenis pekerjaanya
c. Workplace Surveillance and Hazard Detection (Surveillance di tempat kerja dan
deteksi hazard)
Mengidentifikasi potensi bahaya yang mengancam kesehatan dan keselamatan
tenaga kerja. Bekerjasama dengan tenaga profesional lain dalam penilaian dan
pengawasan terhadap bahaya.
d. Primary care (Pelayanan Prima)
Merupakan pelayanan kesehatan langsung terhadap penyakit lain dan kecelalaan
pada tenaga kerja termasuk diagnosis keperawatan, pengobatan, rujukan dan
perawata emergency.
e. Counseling (Konseling)
Membantu tenaga kerja dalam memahami permasalahan kesehatanna da
membantu untuk mengatasi dan keluar dari situasi kritis.
f. Management and Administration (Manajemen dan Administrasi)
Sebagai manager pelayanan kesehatan dengan tanggung jawab pada program
perencanaan dan pengembangan, program pembiayaan serta manajemen.
g. Research (Penelitian)
Mengenali pelayanan yang berhubungan dengan masalah kesehatan, mengenali
faktor-faktor yang berperan untuk mengadakan perbaikan.
h. Legal ethical Monitoring (Monitoring Etika Hukum)
Paramedis hiperkes harus sepenuhnya memahami ruang lingkup pelayanan
kesehatan pada tenaga kerja sesuai perundang-undangan, mampu menjaga
kerahasiaan dokumen kesehatan tenaga kerja.
i. Community Organization (Organisasi Kemasyarakatan)
Mengembangkan jaringan untuk meningkatkan pelayanan kepada tenaga kerja

2. Potensi Bahaya (Hazard)


Semua sumber, situasi ataupun aktivitas yang berpotensi menimbulkan cidera
(kecelakaan kerja) dan atau gangguan kesehatan (penyakit akibat kerja) pada
manusia atau pekerja serta dapat mneyebabkan kerusakan harta benda atau
lingkkungan yang berakibat pada kerugian. Klasifikasi potensi bahaya (hazard) di
lingkungan kerja :
a. Hazard Fisik
Hazard fisik merupakan potensi bahaya di tempat kerja yang bersifat fisik dan
terdiri dari iklim kerja (suhu), kebisingan, getaran, pencahayaan atau penerangan,
gelombang mikro dan sinar ultra violet.
b. Hazard Kimia
Hazard Kimia merupakan potensi bahaya di tempat kerja yang bersifat kimia
dimana dapat berbentuk padatan (partikel), cair, gas, kabut dan uap yang berasal
dari unsur atau senyawa kimia maupun campurannya. Seperti contohnya para
tenaga kesehatan lebih sering kontak dengan bahan kimia, terpapar dengan sinar
rontgen dan obat-obatan seperti antibiotika dan juga bahan lain seperti antiseptik
dan desinfektan. Semua bahan tersebut cepat atau lambat dapat menimbulkan
dampak negaif terhadap kesehatan pekerja.
c. Hazard Biologi
Hazard biologi merupakan potensi bahaya yang disebabkan oleh virus, jamur,
bakteri pathogen di tempat kerja yang dapat membahayakan kesehatan pekerja.
Pekerja yang berpotensi mengalami penyakit infeksi yaitu pekerja di rumah sakit,
laboratorium, juru masak, penjaga binatang, dokter hewan dan lainnya. Contohnya
: hepatitis, HIV, tuberculosis, tetanus, salmonella dan lain-lain. Risiko kesehatan
yang akan dialami pekerja tergantung dengan jenis bakteri tau virus yang kontak
dengan pekerja.
d. Hazard Psikososial
Hazard psikososial merupakan potensi bahaya yang berhubungan dengan stres
akibat kerja. Sebagai contoh seorang perawat bekerja di ruang perawatan dimana
dalam satu shift hanya ada 2 orang perawat dengan pasien 10 orang. Hal ini
menyebabkan kelelahan kerja bagi perawat saat melakukan tindakan perawatan.

3. Risiko
Risiko adalah kombinasi dan konsekuensi suatu kejadian yang berbahaya
dan peluang terjadinya kejadian tersebut. Ada banyak hazard dan risiko di sekitar
lingkungan kita khususnya di tempat kerja.
4. Hazard dan Risiko Dalam Pelaksanaan Asuhan Keperawatan
a. Hazard dan Risiko dalam Pengkajian Asuhan Keperawatan
Faktor lingkungan kerja adalah potensi-potensi bahaya yang
kemungkinan terjadi di lingkungan kerja akibat adanya suatu proses kerja.
Kegiatan yang dilakukan dalam suatu organisasi baik itu dalam perorangan
ataupun sekelompo orang tidak terlepas dari yang namanya risiko. Semakin
besar risiko yang diambil maka pengembalian yang diterima juga semakin besar
(Qoriawaty, 2016). Risik dan hazard tidak bisa terlepas dalam sebuah pekerjaan,
menurut Prayitno (2017) risiko dan hazard juga terdapat dalam proses asuhan
keperawatan seperti dalam pengkajian. Beberapa hal yang bisa menimbulkan
hazard dan risiko yaitu :
1) Pasien dan keluarga kurang efektif dan akurat (menyembunyikan keluhan
atau sesuatu hal) dalam memberikan informasi sehingga isi data yang
didapat tidak sesuai dengan yang terjadi. Contohnya seperti disaat pandemi
covid-19 ini banyak sekali pasien dan keluarga menutup-nutupi keluhan
yang dirasakan pasien sehingga tenaga kesehatan dapat salah dalam
memberikan asuhan keperawatan selanjutnya dimana akan membahayakan
pasien sendiri.
2) Risiko tertularnya suatu penyakit yang dapat membahayakan pasien dan
perawat sendiri. Seperti saat melakukan pengkajian, perawat tidak
menggunakan APD yang lengkap. Maka risiko penularan suatu penyakit
semakin tinggi.
3) Saat melakukan pengakajian tidak dipungkiri seorang tenaga kesehatan
(perawat) mendapatkan kekerasan verbal ataupu kekerasan fisik disebabkan
karena pasien ataupun keluarganya kurang menyukainya. Seperti saat
melakukan wawancara terkadang keluarga pasien menyembunyikan data
tentang pasien namun dengan alasan medis data tersebut harus digali, dari
situ keluarga pasien malah marah dan bertindak kurang menyenangkan
kepada perawat.
b. Hazard dan Risiko dalam Diagnosa, Intervensi
Seperti yang sudah dijelaskan diatas, dapat disimpulkann bahwa
pengkajian adalah kunci dari terlaksananya asuhan keperawatan yang baik dan
benar. Prayitno, dkk (2017) kesalahan saat merencanakan pengkajian. Apabila
sudah terjadi kesalahan dalam pengkajian contohnya saat wawancara ada data
yang tidak sesuai maka akan berdampak pada kesalahan dalam penegakan
diagnosa keperawatan. Hal ini akan berlanjut saat perawat merencanakan
tindakan yang akan diberikan pada pasien. Maka dari itu pasien dan perawat
harus membangun komunikasi terapeutik yang baik agar terhindar dari risiko
dan bahaya dalam pekerjaan.
c. Hazard dan risiko dalam Keperawatan dalam Implementasi Keperawatan
Menurut Putri, T E R (2017) apabila terjadi kesalahan dalam
implementasi keperawatan akan berdampak fatal bagi pasien dan perawat.
Seperti yang sudah dijelaskan diatas, mulai dari pengkajian hingga intervensi
harus didasari dengan data yang akurat. Apabila hal tersebut keliru maka
pelaksanaan (implementasi) keperawatan juga akan keliru dimana hal ini akan
berdampak pada kondisi pasien dan merugikan pasien itu sendiri. Saat
melakukan tindakan keperawatan (implementasi), perawat juga tidak terhindar
dari risiko dan bahaya tertularnya suatu penyakit yang disebabkan dari
kurangnya perlindungan diri yang dilakukan perawat atau saat perawat salah
memberikan obat kepada pasien dikarenakan
d. Hazard dan risiko dalam Keperawatan dalam Evaluasi Keperawatan
Kesalahan dalam melakukan tindakan keperawatan mulai dari pengkajian
hingga implementasi menyebabkan pendokumentasian dalam asuhan
keperawatan menjadi tidak sesuai dan data yang didapatkan juga kurang (Putri,
T E R, 2017). Seringkali perawat lupa dalam mendokumentasikan tindakan
yang sudah diberikan kepada pasien sehingga tindakan yang sudah dilakukan
tidak ada dalam dokumentasi keperawatan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari materi diatas dapat disimpulkan bahwa pentingnya pelaksanaan keamanan,
kesehatan dan keselamatan kerja, sehingga akan merasa aman, nyaman dan terlindungi
keselamatannya dalam bekerja serta untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja, dengan
mentaati peraturan dan ketentuan kerja yang berlaku. Dampak dari pentingnya pelaksanaan
keamanan, kesehatan dan keselamatan kerja adalah terjaminnya kesehatan dan keselamatan
kerja sehingga akan merasa aman dan nyaman dalam bekerja, merasa tenang dan
diperhatikan kesejahteraannya. Hal tersebut akan meningkatkan semangat karyawan dalam
bekerja, penyelesaian pekerjaan dengan penuh kecermatan dan ketelitian sehingga karyawan
dapat menyelesaikan pekerjaan dengan lancar, tuntas, tidak perlu menunda – nunda
pekerjaan dan hasilnya memuaskan. Semakin baik tingkat keamanan, kesehatan dan
keselamatan kerja semakin baik pula produktivitas kerja.

B. Saran
Dari penjelasan diatas dapat kita jadikan pembelajaran terkhusunya sebagai profesi
keperawatan untuk terus mengembangkan pengetahuan dan keterampilan di bidang
manajemen keperawatan khususnya terkait Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) sehingga
pelayanan yang diberikan dapat lebih optimal dan berkualitas tanpa melupakan tingkat
kesehatan dan keselamatan bagi pemberi asuhan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Anggeria, Elis.2017.Ruang Lingkup dan Kebijakan K3 dalam Keperawatan

Permenaker.1979. Kewajiban Pelatihan Hygiene K3 bagi Para Medis Perusahaan.

Online : https://dokumen.tips/documents/permenaker-no-01-thn-
1979kewajibanpelatihan-hygiene-k3-bagi-para-medis-perusahaan.html

Prameswari. W. B, 2017,

Prayitno, dkk. 2017. Resiko dan Hazard dalam Pengkajian

Putri, Syifa.2017. Peranan K3 dalam Keperawatan di Rumah Sakit.

Qoriawaty, F. (2016). Manajemen Risiko Dalam Pelayanan Kesehatan Di Instansi Farmasi Dan
Contoh Kasus Yang Terjadi Di IFRS RSUD dr.Adjidarmo Kab.Lebak.

online :
https://www.researchgate.net/publication/298439495_MANAJEMEN_RISIKO_DALA
M_PELAYANAN_KESEHATAN_DI_INSTALASI_FARMASI_DAN_CONTOH_KA
SUS_YANG_TERJADI_DI_IFRS_RSUD_dr_ADJIDARMO_KAB_LEBAK. Diakses
pada 19 September 2020

Ramli, S. (2010). Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja, OHSAS 18001.Jakarta:
Dian Rakyat

Selviana, 2017, Pentingnya K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) Dalam Meningkatkan


Produktivitas Kerja, Buletin KPIN, Vol. 2, No.10, ISSN: 2477-1686

Staff.Safetynet. Keselamatan dan Kesehatan Kerja untuk Perawat di Rumah Sakit.

Yuswardi, Riska. N, 2017, Perilaku Perawat Dalam Penerapan Manajemen Kesehatan Dan
Keselamatan Kerja (K3) Di Aceh. Idea Nursing Journal, Vol. VIII, No. 3, ISSN : 2087-
2879.

Anda mungkin juga menyukai