Anda di halaman 1dari 17

FORMAT LAPORAN PENDAHULUAN

BUAT GANGGUAN REPRODUKSI

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN REPRODUKSI AKIBAT
MIOMA UTERI

NAMA : Rinrin Novitasari


NIM : 1801483

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KAMPUS SUMEDANG
2020

Buku Panduan PBK Keperawatan Maternitas 2020


ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengertian
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot polos
dinding uterus. Beberapa istilah untuk mioma uteri adalah fibromioma,
miofibroma, laiomioma, fibroleiomioma, atau uterin fibroid. Mioma
merupakan tumor uterus yang ditemukan pada 20-25% wanita diatas umur 35
tahun (wim de jong).
Mioma Uteri adalah suatu tumor jinak, berbatas tegas, tidak
berkapsul, yang berasal dari otot polos dan jaringan ikat fibrous. Biasa juga
disebut fibromioma uteri, leiomioma uteri atau uterine fibroid. Tumor jinak
ini merupakan neoplasma jinak yang paling sering ditemukan pada traktus
genitalia wanita,terutama wanita usai produktif. Walaupun tidak sering,
disfungsi reproduksi yang dikaitkan dengan mioma mencakup infertilitas,
abortus spontan, persalinan prematur, dan malpresentasi (Crum, 2003).
Mioma uteri adalah suatu neoplasma jinak dari lapisan miometrium
atau otot rahim yang bersifat konsistensi padat dan kenyal serta berbatas
tergas dan mempunyai pseudokapsul (Hanifa Wignyo Sastro, 1994).
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan
jaringan ikat yang menumnpang, sehingga dalam kepustakaan  dikenal
dengan istilah Fibromioma, leiomioma, atau fibroid (Mansjoer, 2007).
Menurut letaknya, dibagi menjadi:
1. Mioma Submukosum : di bawah endometrium dan meninjol ke cavum
uteri.
2. Mioma intramural : berada di dinding uterus diantara serabut
myometrium.
3. Mioma Subserosum : tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol
pada permukaan uterus, diliputi oleh serosa.

Buku Panduan PBK Keperawatan Maternitas 2020


2. Etiologi
Mioma Uteri yang berasal dari sel otot polos miometrium, dan dibagi
menjadi 2 faktor yaitu insiator dan promotor, faktor-faktor yang menginisiasi
pertumbuhan mioma uteri masih belum diketahui dengan pasti. Dari
penelitian menggunakan glucose-6-phosphatase dihydrogenase diketahui
bahwa mioma berasal dari jaringan yang uniseluler. Transformasi neoplastik
dari miometrium menjadi mioma melibatkan mutasi somatik dari miometrium
normal dan interaksi kompleks dari hormon steroid seks dan growth factor
lokal. Mutasi somatik ini merupakan peristiwa awal dalam proses
pertumbuhan tumor. Tidak didapat bukti bahwa hormon estrogen berperan
sebagai penyebab mioma, namun diketahui estrogen berpengaruh dalam
pertumbuhan mioma.
Mioma terdiri dari reseptor estrogen dengan konsentrasi yang lebih
tinggi dibanding endometrium. Hormon progesteron meningkatkan aktifitas
mitotik dari mioma pada wanita muda namun mekanisme dan faktor
pertumbuhan yang terlibat tidak siketahui secara pasti. Progesteron
memungkinkan pembesaran tumor dengan cara down-regulation apoptosis
dari tumor. Estrogen berperan dalam pembesaran tumor dengan
meningkatkan produksi matriks ekstraseluler.
Walaupun mioma uteri terjadi banyak tanpa penyebab, namun dari
hasil penelitian Miller dan Lipschultz yang mengutarakan bahwa terjadi
mioma uteri tergantung pada sel-sel otot imatur yang terdapat pada “Cell
Buku Panduan PBK Keperawatan Maternitas 2020
Nest” yang selanjutnya dapat dirangsang, terus menerus oleh estrogen.
(Prawirohardjo, Sarwono 1994 ; 282 ).
Namun demikian, beberapa factor yang dapat menjadi factor
pendukung terjadinya mioma adalah : wanita usia 35-45 tahun, hamil pada
usia muda, genetik, zat-zat karsinogenik, sedangkan yang menjadi factor
pencetus dari terjadinya myoma uteri adalah adanya sel yang imatur dan
terjadi pada grandemultipara.
Faktor Risiko terjadinya mioma uteri yaitu:
1.      Usia penderita
Mioma uteri ditemukan sekitar 20% pada wanita usia reproduksi dan
sekitar 40%-50% pada wanita usia di atas 40 tahun (Suhatno, 2007). Mioma
uteri jarang ditemukan sebelum menarke (sebelum mendapatkan haid).
Sedangkan pada wanita menopause mioma uteri ditemukan sebesar 10%
(Joedosaputro, 2005).
2.      Hormon endogen (Endogenous Hormonal)
Konsentrasi estrogen pada jaringan mioma uteri lebih tinggi daripada
jaringan miometrium normal. (Djuwantono, 2005)
3.      Riwayat Keluarga
Wanita dengan garis keturunan tingkat pertama dengan penderita
mioma uteri mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk menderita mioma
dibandingkan dengan wanita tanpa garis keturunan penderita mioma uteri.
(Parker, 2007)
4.      Indeks Massa Tubuh (IMT)
Obesitas juga berperan dalam terjadinya mioma uteri. (Parker,
2007)
5.      Makanan
Dilaporkan bahwa daging sapi, daging setengah matang (red meat),
dan daging babi menigkatkan insiden mioma uteri, namun sayuran hijau
menurunkan insiden mioma uteri (Parker, 2007).
6.      Kehamilan

Buku Panduan PBK Keperawatan Maternitas 2020


Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena tingginya kadar
esterogen dalam kehamilan dan bertambahnya vaskularisasi ke uterus. Hal ini
mempercepat pembesaran mioma uteri (Manuaba, 2003).
7.      Paritas
Mioma uteri lebih banyak terjadi pada wanita dengan multipara
dibandingkan dengan wanita yang mempunyai riwayat frekuensi melahirkan
1 (satu) atau 2 (dua) kali (Khashaeva, 1992).

3. Tanda dan Gejala


Gejala yang timbul sangat tergantung pada tempat mioma, besarnya
tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi. Gejala yang mungkin timbul
diantaranya:

Buku Panduan PBK Keperawatan Maternitas 2020


1. Perdarahan abnormal, berupa hipermenore, menoragia dan metroragia.
Faktor-faktor yang menyebabkan perdarahan antara lain:
a. Terjadinya hiperplasia endometrium sampai adenokarsinoma
endometrium karena pengaruh ovarium
b. Permukaan endometrium yang lebih luas daripada biasanya
c. Atrofi endometrium di atas mioma submukosum
d. Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya mioma di
antara serabut miometrium
2. Rasa nyeri yang mungkin timbul karena gangguan sirkulasi darah pada
sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan. Nyeri
terutama saat menstruasi
3. Pembesaran perut bagian bawah
4. Uterus membesar merata
5. Infertilitas
6. Perdarahan setelah bersenggama
7. Dismenore
8. Abortus berulang
9. Poliuri, retention urine, konstipasi serta edema tungkai dan nyeri panggul.
(Chelmow, 2005)

4. Pemeriksaan Penunjang
1. Tes laboratorium
Hitung darah lengkap dan apusan darah : leukositosis dapat disebabkan
oleh nekrosis akibar torsi atau degenerasi. Menurunnya kadar
hemoglobin dan hematokrit menunjukan adanya kehilangan darah
yang kronik.
2. Tes kehamilan terhadap chorioetic gonadotropin
Sering membantu dalam evaluasi suatu pembesaran uterus yang
simetrik menyerupai kehamilan atau terdapat bersama-sama dengan
kehamilan
3. Ultrasonografi

Buku Panduan PBK Keperawatan Maternitas 2020


Apabila keberadaan masa pelvis meragukan, sonografi dapat
membantu.
4. Pielogram intravena
Dapat membantu dalam evaluasi diagnostic
5. Pap smear serviks
Selalu diindikasikan untuk menyingkap neoplasia serviks sebelum
histerektomi.
6. Histerosal pingogram
Dianjurkan bila klien menginginkan anak lagi dikemudian hari untuk
mengevaluasi distorsi rongga uterus dan kelangsungan tuba falopi.

5. Penatalaksanaan
1. Penanganan mioma menurut usia, paritas, lokasi dan ukuran tumor
Penanganan mioma uteri tergantung pada usia, paritas, lokasi dan ukuran
tumor, dan terbagi atas :
a. Penanganan konservatif
Cara penanganan konservatif dapat dilakukan sebagai berikut :
1. Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6
bulan.
2. Monitor keadaan Hb
3. Pemberian zat besi
4. Penggunaan agonis GnRH untuk mengurangi ukuran mioma
b. Penanganan operatif
Intervensi operasi atau pembedahan pada penderita mioma uteri adalah :
1. Perdarahan uterus abnormal yang menyebabkan penderita anemia
2. Nyeri pelvis yang hebat
3. Ketidakmampuan untuk mengevaluasi adneksa (biasanya karena
mioma berukuran kehamilan 12 minggu atau sebesar tinju dewasa)
4. Gangguan buang air kecil (retensi urin)
5. Pertumbuhan mioma setelah menopause
6. Infertilitas

Buku Panduan PBK Keperawatan Maternitas 2020


7. Meningkatnya pertumbuhan mioma (Moore, 2001).
Jenis operasi yang dilakukan pada mioma uteri dapat berupa :
a. Miomektomi
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma tanpa
pengangkatan rahim/uterus (Rayburn, 2001). Miomektomi lebih sering di
lakukan pada penderita mioma uteri secara umum. Penatalaksanaan ini
paling disarankan kepada wanita yang belum memiliki keturunan setelah
penyebab lain disingkirkan (Chelmow, 2005).
b. Histerektomi
Histerektomi adalah tindakan operatif yang dilakukan untuk
mengangkat rahim, baik sebagian (subtotal) tanpa serviks uteri ataupun
seluruhnya (total) berikut serviks uteri (Prawirohardjo, 2001).
Histerektomi dapat dilakukan bila pasien tidak menginginkan anak lagi,
dan pada penderita yang memiliki mioma yang simptomatik atau yang
sudah bergejala. Ada dua cara histerektomi, yaitu :
1. Histerektomi abdominal, dilakukan bila tumor besar terutama
mioma intraligamenter, torsi dan akan dilakukan ooforektomi
2. Histerektomi vaginal, dilakukan bila tumor kecil (ukuran < uterus
gravid 12 minggu) atau disertai dengan kelainan di vagina
misalnya rektokel, sistokel atau enterokel (Callahan, 2005).
Kriteria menurut American College of Obstetricians Gynecologists
(ACOG) untuk histerektomi adalah sebagai berikut :
1. Terdapatnya 1 sampai 3 mioma asimptomatik atau yang dapat
teraba dari luar dan dikeluhkan oleh pasien.
2. Perdarahan uterus berlebihan, meliputi perdarahan yang banyak
dan bergumpal-gumpal atau berulang-ulang selama lebih dari 8
hari dan anemia akibat kehilangan darah akut atau kronis.
3. Rasa tidak nyaman di pelvis akibat mioma uteri meliputi nyeri
hebat dan akut, rasa tertekan punggung bawah atau perut bagian
bawah yang kronis dan penekanan pada vesika urinaria
mengakibatkan frekuensi miksi yang sering (Chelmow, 2005).

Buku Panduan PBK Keperawatan Maternitas 2020


2. Penatalaksanaan mioma uteri pada wanita hamil
Selama kehamilan, terapi awal yang memadai adalah tirah baring,
analgesia dan observasi terhadap mioma. Penatalaksanaan konservatif
selalu lebih disukai apabila janin imatur. Seksio sesarea merupakan
indikasi untuk kelahiran apabila mioma uteri menimbulkan kelainan letak
janin, inersia uteri atau obstruksi mekanik.

10. Data Fokus/Pengkajian


Pengkajian adalah langkah awal dalam melakukan asuhan
keperawatan secara keseluruhan. Pengkajian awal terdiri dari tiga tahapan
yaitu pengumpulan data, pengelompokkan data atau analisa data dan
perumusan diagnose keperawatan.
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data merupakan kegiatan dalam menghimpun
informasi (data-data) dari klien. Data yang dapat dikumpulkan pada klien
sesudah pembedahan Total Abdominal Histerektoni dan Bilateral
Salphingo Oophorectomy (TAH-BSO) adalah sebagai berikut :
Usia :
1. Mioma biasanya terjadi pada usia repoduktif, paling sering ditemukan
pada usia 35 tahun keatas.
2. Makin tua usia maka toleransi terhadap nyeri akan berkurang.
3. Orang dewasa mempunyai adanya mengetahui cara efektif dalam
menyesuaikan diri terutama terhadap perubahan yang terjadi pada
dirinya akibat tindakan TAH-BSO.
b.     Keluhan utama
Keluhan yang timbul pada hamper tiap jenis operasi adalah rasa
nyeri karena terjadinya tolerant tarikan, manipulasi jaringan organ. Rasa
nyeri setelah bedah biasanya berlangsung 24-48 jam.
c.      Riwayat reproduksi
1. Menstruasi

Buku Panduan PBK Keperawatan Maternitas 2020


Kaji tentang riwayat menarche dan haid terakhir, sebab mioma
uteri tidak pernah ditemukan sebelum menarche dan mengalami atrofi
pada masa menopause.
2. Kehamilan dan Persalinan
Kehamilan mempengaruhi pertumbuhan mioma, sebab mioma
uteri tumbuh cepat pada masa hamil ini dihubungkan dengan hormone
estrogen, pada masa ini dihasilkan dalam jumlah yang besar. Jumlah
kehamilan dan anak yang hidup mempengaruhi psikologi klien dan
keluarga terhadap hilangnya organ kewanitaan.
d.     Data psikologi
Pengangkatan organ reproduksi dapat sangat berpengaruh terhadap
emosional klien dan diperlukan waktu untuk memulai perubahan yang
terjadi. Organ reproduksi merupakan komponen kewanitaan, wanita
melihat fungsi menstruasi sebagai lambing feminist, sehingga berhentinya
menstruasi bisa dirasakan sebagai hilangnya perasaan kewanitaan.
Perasaan seksualitas dalam arti hubungan seksual perlu ditangani.
Beberapa wanita merasa cemas bahwa seksualitas terhalangi atau
hilangnya kepuasan. Pengetahuan klien tentang dampak yang akan terjadi
sangat perlu persiapan psikologi klien.
e.      Status respiratori
Respirasi biasanya meingkat atau menurun, pernafasan yang ribur
dapat terdengar tanpa stetoskop. Bunyi pernafasan akibat lidah jatuh
kebelakang atau akibat terdapat secret. Suara paru yang kasar merupakan
gejala terdapat secret pada saluran napas. Usaha batuk dan bernafas dalam
dilaksanakan segera pada klien yang memakai anastesi general.
f.      Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran dibuktikan melalui pertanyaan sederhana yang
harus dijawab oleh klien atau di suruh untuk melakukan perintah. Variasi
tingkat kesadaran dimulai dari siuman sampai ngantuk, harus di
obeservasi dan penurunan tingkat kesadaran merupakan gejala syok.
g.     Status urinaria

Buku Panduan PBK Keperawatan Maternitas 2020


Retensi urine paling umum terjadi setelah pembedahan
ginekologi, klien yang hidrasinya baik biasanya kencing setelah 6-8 jam
setelah pembedahan. Jumlah output urine yang sedikit akibat kehilangan
cairan tubuh saat operasi, muntah akibat anastesi.
h.     Status gastrointestinal
Fungsi gastrointestinal biasanya pulih pada 24-74 jam setelah
pembedahan, tergantung pada kekuatan efek narkose pada penekanan
intestinal. Ambulatori dan kompres hangat perlu diberikan untuk
menghilangkan dan dalam usus.
i.        Pemeriksaan fisik
1. Palpasi abdomen didapatkan tumor di abdomen bagian bawah.
2. Pemeriksaan ginekologik dengan pemeriksaan bimanual didapatkan
tumor tersebut menyatu dengan Rahim atau mengisi kavum douglasi.
3. Konsultasi padat, kenyal, permukaan tumor umunya rata.
j.       Pemeriksaan luar
Teraba masa tumor pada abdomen bagian bawah serta
pergerakkan yumor dapat terbatas atau bebas.
k.      Pemeriksaan dalam
Teraba tumor yang berasal dari rahim dan pergerakan tumor dapat
terbatas atau bebas dan inti ditemukan secara kebetulan.

11. Analisa Data

Data Etiologi Masalah


1. Pembesaran Uterus Nyeri
DS:
- Pasien merasa nyeri Gg Sirkulasi
saat bergerak dan
saat BAK Nekrosis
DO:
- Pasien lemas Radang

Buku Panduan PBK Keperawatan Maternitas 2020


- Sering memegang
perutnya Nyeri

2. penekanan Resiko gangguan


DS : eliminasi urin
- pasien mengatakan Uretra
sering kencing
sedikit dan merasa Retensio Urin
sakit
DO: Gangguan Eliminasi Urin
- pasien saat berkemih
merasa kesakitan
- sering berkemih
3. Idiopatik Resiko kekurangan
DS : volume cairan tubuh
- Klien mengeluh Factor predisposisi
dehidrasi
DO: (estrogen, progesteron. Growt
- Klien terlihat hormone)
Muntah
Sel Matur

Pertumbuhan cepat ( Mioma uteri)

Submukosa

Endometrium tambah luas

Seing terjadi toksi

Pendarahan Abnormal

Buku Panduan PBK Keperawatan Maternitas 2020


Kekurangan Volume cairan

12. Diagnose keperawatan


1. Nyeri b/d perjalanan penyakit ( mioma uteri )
2. Resiko gangguan eliminasi urin b/d gangguan sensoori akibat penekanan
uretra
3. Resiko kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan perdarahan
dan muntah.

Buku Panduan PBK Keperawatan Maternitas 2020


1. Intervensi Keperawatan

NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan 1.Kaji karakteristik nyeri ( PQRST ) 1.Untuk memeriksa jenis skala
nekrosa dan perlengketan. keperawatan selama 1x24 jam, 2.Berikan posisi yang nyaman 2.mengubah posisi yang sesuai akan
DS: diharapkan nyeri pasien dapat 3.Ajarkan relaksasi mengurangi nyeri
- Pasien merasa nyeri saat berkurang dengan 3.Untuk mengurangi nyeri
bergerak dan saat BAK kriteria hasil:
- Skala nyeri (3-4)
DO: -Klien dapat beristirahat dengan
- Pasien lemas nyaman
Sering memegang perutnya

Buku Panduan PBK Keperawatan Maternitas 2020


2. Resiko gangguan eliminasi Setelah dilakukan tindakan 1.Latih kandung kemih 1.Meningkatkan fungsi kandung kemih
urin b/d gangguan sensoori keperawatan selama 1x 24 jam, 2.Managemen eliminasi/urine 2.Mempertahakan pola eliminasi
akibat penekanan uretra kutimensia urine 3.Pantau eliminasi urine 3.Mengetahui masukan dan keluaran
DS : kriteria hasil : 4.Ajarkan pasien untuk minum 200 ml 4.Memenuhi kebtuhan ciran dan melatih
- pasien mengatakan sering - Mempertahankan pola berkemih pada saat makan dan awal pulang refleksi kandung kemih
kencing sedikit dan merasa - Eliminasi urine tidak terganggu
sakit
DO:
- pasien saat berkemih
merasa kesakitan
- sering berkemih

NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


KEPERAWATAN
3. Resiko kekurangan volume Setelah dilakukan tindakan 1. Hitung balance cairan. 1. Pemantauan terhadap
cairan tubuh berhubungan keperawatan selama 1x 24 jam, balance/keseimbangan cairan

Buku Panduan PBK Keperawatan Maternitas 2020


dengan perdarahan dan diharapkan tidak terjadi tubuh dapat membantu dalam
muntah. kekurangan volume cairan mengetahui tingkat dehidrasi
DS : dengan klien.
i. Klien mengeluh dehidrasi kriteria hasil : 2. Obeservasi tanda-tanda vital. 2. Tanda-tanda yang dalam batas
DO: iii. Klien menunjukkan normal menunjukkan keadaan
ii. Klien terlihat Muntah keseimbangan cairan dengan umu klien.
parameter individual yang 3. Kolaborasi dalam pemberian 3. Cairan parenteral yang diberikan
tepat (misal : membrane cairan parenteral. dapat meminimalkan tingkat
mukosa lembab, turgor kulit dehidrasi klien.
baik, pengisian kapiler cepat, 4. Kolaborasi dalam pemberian 4. Antiametik yang diberikan dapat
tanda-tanda vital normal). antiametik sesuai kebutuhan. meminimalkan iritasi pada
lambung.

2. Daftar Pustaka

Crum MD, Christopher P & Kenneth R. Lee MD. 2003. Tumors of the Myometrium in Diagnostic Gynecologic and Obstetric Pathology. Boston : Elsevier
Saunders

Buku Panduan PBK Keperawatan Maternitas 2020


Parker WH. 2007. Etiology, Symptomatology and Diagnosis of Uterine Myomas. Volume 87. Department of Obstetrics and gynecology UCLA School of
Medicine. California : American Society for Reproductive Medicine
Joedosapoetro MS. 2003.  Ilmu Kandungan. Wiknjosastro H, Saifudin AB, Rachimhadi T. Editor. Edisi Ke-2. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Djuwantono T. 2004. Terapi GnRH Agonis Sebelum Histerektomi atau Miomektomi. Farmacia. Vol III NO. 12. Juli 2004. Jakarta
Manuaba IBG. 2003. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetric dan Ginekologi. Edisi 2. Jakarta : EGC
Chelmow.D. 2005. GynecologicMyomectomy Http://www.emedicine.com/med/topic331 9.html.
Moore JG. 2001. Essensial obstetri dan ginekologi. Edisi 2. Jakarta : Hipokrates
Rayburn WF. 2001. Obstetri dan Ginekologi. Alih Bahasa: H. TMA Chalik. Jakata. Widya Medika,
Callahan MD MPP, Tamara L. 2005. Benign Disorders of the Upper Genital Tract in Blueprints Obstetrics & Gynecology. Boston : Blackwell Publishing,

Buku Panduan PBK Keperawatan Maternitas 2020

Anda mungkin juga menyukai