NDH : 08
Instansi : Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas 1 Medan
Laporan Benchmarking
1. Identfikasi Masalah
Kasus korupsi di Indonesia sudah menjadi kasus Extraordinari, sudah sangat sering
terjadi berbagai tindakan kasus korupsi yang merugikan Negara. Sudah banyak sekali
kerugian Negara yang terjadi akibat korupsi sehingga menghambat pembangunan Bangsa
dan Negara. tidak hanya itu, banyak sekali orang-orang kecil, sekotr-sektor yang sangat
dirugikan dari tindakan korupsi. bahkan yang terbaru adalah kasus korupsi dana bantuan
social di masa pandemi yang sangat menarik perhatian serta menyakiti hati masyarakat
Indonesia.
Seperti tidak ada habisnya, kasus korupsi ini selalu menjadi momok buruk bagi
negeri ini. Hukuman yang diberikan kepada koruptor juga terbilang ringan, yang bagi
masyarakat tidak sebanding dengan kerugian dan kekacauan yang diakibatkannya. Tingkat
kepercayaan publik terhadap para pejabat dan pelaksanaa pemerintahan menjadi menurun.
Tidak ada terlihat jera ketika satu persatu koruptor di tangkap dan diberi hukuman, tetap
masih ada saja tindakan korupsi lain yang lebih besar dan berbagai jenisnya.
Banyak sekali faktor yang mengakibatkan terjadi kasus korupsi baik itu faktor
internal maupun eksternal. tetapi ternyata tindakan korupsi bisa terbiasa dari hal-hal kecil
yang sering kita langgar, seperti telat hadir dalam pekerjaan, tidak jujur dalam pekerjaan,
menutupi kebenarany yang harusnya disampaikan, menerima sesuatu yang bukan haknya
walaupun kecil.
Kurangnya figur berintegritas yang dapat menjadi pedoman bagi pelaksanaan anti
korupsi juga sangat kurang. Sehingga tidak ada contoh nyata bagaimana tindakan yang
benar dan tidak benar dalam menjauhi tindakan korupsi. Pengetahuan kita tentang integritas
juga tidak tersebar luas di masyrakat sehingga hal itu hanya menjadi teori saja tanpa ada
implementasi yang jelas.
Begitu besarnya pengaruh isu korupsi ini, tentu memerlukan implementasi nyata atas
tindakan anti korupsi yang dapat dijadikan pedoman dalam melakukannya.dimulai dari
perlunya figur nyata pemberantasan dan anti korupsi, yang mengaplikasikan tindakan itu di
dalam kerjaan dan kesehariannya. Dengan mempelajarinya kita tau tahapan-tahapan dari hal
kecil hingga hal besar yang menyadarkan kita untuk bertindak anti korupsi.
2. Objek Benchmarking
Bapak Artidjo Alkostar. Beliau adalah seorang hakim penegak hukum yang bekerja
sebagai hakim di Mahkamah Agung. Beliau adalah hakim yang terkenal dengan ketegasan
dan keberaniannya dalam penegakan hukum dan keadilan terurama kepada para koruptor.
Bahkan beberapa kali beliau memberikan tambahan hukuman kepada Koruptor lebih besar
dari putusan peradilan tingkat satu dan dua. Sehingga beliau disebut Algojo Koruptor
Banyak kasus besar yang beliau tangani, dari mulai kasus korupsi yang menarik
perhatian public, kasus santa cruz di dili timor leste hingga kasus mantan presiden soeharto
dan kasus. semua kasusnya tersebut mendapatkan perhatian publik dan juga mendapatkan
berbagai ancama dari orang ingin menghalanginya
Beliau bertugas di Mahkamah Agung selama 18 tahun dari tahun 2000 dan pensiun
pada tahun 2018. Jabatan struktural tertingginya adalah Ketua Mahkamah Agung Pensiun di
umur 70 Tahun, sudah sekitar 9000 kasus yang ditanganinya. Terakhir beliau menjabat
sebagai dewan pengawas KPK tahun 2019. Beliau meninggal pada Februari 2021.
Kisah inspiratif dan integritas beliau sangat terkenal di kalangan hakim dan pejabat
bahkan masyarakat. ketegasan penegakan hukum yang dilakukannya menjadikan dirinya
disegani dan ditakuti oleh orang-orang yang berniat bermain curang kepadanya. Kejujuran
dan kesederhanaannya menjadi contoh bagi para masyarakat bahkan pejabat dalam
menjalankan kehidupan yang baik.
Beliau merupakan salah satu figur anti korupsi yang implementasinya dilakukan dalam
pekerjaan dan kesehariannya. Menjadi sosok yang berkarakter dalam menjalankan tuga
dengan tanggung jawab dan tanpa ada rasa takut akan resiko yang didapatkannya.
Karier Artidjo Alkostar di bidang hukum dimulai pada tahun 1976. Awalnya, ia
menjadi tenaga pengajar di FH UII Yogyakarta. Pada tahun 1981, ia menjadi bagian
dari Lembaga Bantuan Hukum Yogyakarta, masing-masing menjadi wakil direktur
(1981-1983) dan direktur (1983-1989). Pada saat yang sama, ia bekerja selama dua
tahun di Human Right Watch divisi Asia di New York. Sepulang dari Amerika, ia
mendirikan kantor hukum Artidjo Alkostar and Associates hingga tahun 2000.
Selanjutnya, pada tahun 2000 ia terpilih sebagai Hakim Agung Republik Indonesia.
Artidjo Alkostar mengawali kariernya sebagai hakim agung pada tahun 2000, dan
pensiun pada 22 Mei 2018. Sepanjang 18 tahun mengabdi, ia telah menyelesaikan
sebanyak 19.708 berkas perkara di Mahkamah Agung. Berbagai kasus besar telah ia
tangani, seperti kasus proyek pusat olahraga Hambalang, suap impor daging, dan suap
ketua Mahkamah Konstitusi.
Kiprah Artidjo sebagai hakim agung terkemuka sebab ia berani berbeda pendapat
dengan majelis hakim lain pada perkara mantan Presiden Soeharto dan skandal Bank
Bali dengan terdakwa Djoko Soegiarto Tjandra. Pada kasus Djoko Tjandra, ia
menyimpulkan terdakwa bersalah dan dihukum 20 tahun meski dua hakim agung lain
membebaskannya. Putusan kasus ini memperkenalkan dissenting opinion dari Artidjo
yang membuat namanya kian mencuat. Menurutnya, melalui dissenting opinion tersebut
ia berharap orang tidak menganggapnya sebagai pecundang, karena adanya dukungan
kepada pendapatnya. Sembari berkelakar, ia menambahkan adanya kemajuan dari
dirinya, sebab ketika jadi pengacara ia kerap kalah dalam menangani kasus karena tidak
mau memberi suap kepada hakim dan jaksa.
Sebagai Hakim Agung, ia kerap memberi putusan kasasi dengan tambahan masa
hukuman dalam kasus korupsi. Oleh karena itu, koruptor rajin mencabut perkaranya
ketika mengetahui Artidjo yang akan menangani perkaranya.
- Displin : Selama bekerja 18 tahun di Mahkamah Agung, Artidjo Alkostar tidak pernah
mengambil jatah cutinya. Dia selalu masuk kerja dan melaksanakan pekerjaannya
dengan disiplin bahkan beliau membawa perkara untuk dipelajarinya di rumahnya.
Beliau pernah tidak masuk kantor selama 9 bulan karena mendapat beasiswa short
course di Amerika Serikat. Karena tidak masuk kantor itu, beliau menolak menerima
gajinya karena merasa tidak bekerja. Artidjo mengatakan “ Saya bekerja itu ikhlas. Jadi
kalau ikhlas akan menjadi nutrisi kesehatan. Tapi kalau bekerja tidak ikhlas akan
menjadi ria. Racun dalam tubuh kita. Jadi semua tergantung kepada niatnya," kata
Artidjo dalam buku. Artidjo juga pernah mengeluarkan beberapa buku, diantaranya
berjudul "Artidjo Alkostar Titian Keikhlasan, Berkhidmat untuk Keadilan," "Dimensi
Filosofis Ilmu Hukum dan hukum Pidana (70 Tahun Artidjo Alkostar Mengabdi Kepada
Bangsa dan Negara)," dan "Alkostar Sebuah Biografi yang ditulis oleh Puguh
Windrawan."
4. Analisa
Nilai Anti Korupsi dari Artidjo Alkostar
1 Sederhana Tinggal di rumah kontrakan dan Menerima apa yang didapat dan
berkendara dengan bajaj sampai tidak meminta kepada Negara
mendapat rumah dinas dan supir walaupun mendapat jabatan dan
tidak gengsi
2 Jujur Mengusir orang yang berusaha Tidak menerima suap dan
memberikan suap kepadanya lainnya karena dapat
mengganggu ke kinerjanya
3 Berani Menangani kasus dengan Tidak takut dalam menjalani
menambah vonis hukuman bagi pekerjaan selama itu benar
koruptor yang merugikan negara
4 Disiplin Bekerja dengan disiplin, tidak Selalu bekerja dan berdedikasi
mengambil cuti selama masa dan ikhlas
kerja 18 tahun. Dan bekerja
dengan ikhlas
5. Tindakan
a. Bersyukur dan tidak mengedepankan gengsi dalam menjalankan pekerjaan dan
kehidupan agar tetap hidup sederhana
b. Bekerja dengan adil dan tidak menerima imbalan apapun dari orang lain yang
mengganggu pekerjaan
c. Berani bekerja dengan benar, dan menyampaikan sesuatu yang salah agar dapat
mendapatkan kinerja yang maksimal
d. Bekerja dengan ikhlas dan berdedikasi dengan menjalankan tugas secara dispilin