Anda di halaman 1dari 62

Peledakan pada Tambang

Bawah Tanah

2006
Tambang Bawah Tanah

• Bijih (atau batubara) yang


dekat dengan permukaan
ditambang dengan metode
tambang terbuka.
• Lapisan penutup atau batuan
samping dipisahkan pada
kegiatan pemuatan dan
diangkut ke tempat
penimbunan (waste dump).
• Bijih (atau batubara) yang
terletak lebih dalam
ditambang dengan metode
tambang bawah tanah yang
pelaksanaannya lebih
kompleks.

©Ridho Kresna Wattimena


Tambang Bawah Tanah … (Lanjutan)

• Pemilihan metode penambangan akan


bergantung kepada kondisi badan
bijih dan batuan samping:
– Bentuk.
– Ukuran.
– Kekuatan.
• Targetnya adalah perolehan bijih
optimum dengan waste rock
seminimum mungkin.
• Petimbangan teknis, ekonomis dan
keamanan operasional.

©Ridho Kresna Wattimena


Tambang Bawah Tanah … (Lanjutan)

Infrastruktur yang dibutuhkan


bergantung kepada tataletak
dasar tambang untuk bekerja di
dalam tanah.

©Ridho Kresna Wattimena


Terowongan Nusantara

©Ridho Kresna Wattimena


Infrastruktur Umum

• Sumuran (shaft)
– Jalan masuk “tradisional” ke
level-level penambangan
bawah tanah dan jalan utama
untuk semua yang turun dan
naik. Saat ini umumnya
dibuat ramp dari permukaan
ke jalan utama pertama.
– Di dalam tambang, drifts dan
ramps menjadi rangkaian
lubang bukaan yang
menghubungkan lombong-
lombong (stopes) dan tempat
kerja sebagai jalur
transportasi orang dan alat.

©Ridho Kresna Wattimena


Infrastruktur Umum … (Lanjutan)

• Penanganan bijih (Ore


handling)
– Bijih hasil peledakan dibawa
dari lombong ke crusher di
dekat hoisting shaft.
– Bijih dikumpulkan di storage
silo atau ore bin sebelum
dimasukkan ke measuring
pocket pada skip station.
– Bijih selanjutnya diangkut
dengan skip ke permukaan
dan dikumpulkan di stockpile
atau ke dalam silo.

©Ridho Kresna Wattimena


Infrastruktur Umum … (Lanjutan)

• Power supply
– Untuk listrik bagi penerangan tempat kerja dan tempat
pengeboran, pompa-pompa dan berbagai jenis mesin lainya.
– Dipasang bersama-sama dengan instalasi udara bertekanan
untuk alat bor pneumatic dan peralatan lainnya.
• Water flushing
– Tersedia melalui jaringan pipa
– Digunakan untuk pelarutan debu dan pengeluaran cutting
bor.

©Ridho Kresna Wattimena


Infrastruktur Umum … (Lanjutan)

• Penyaliran (drainage)
– Rembesan air tanah akan terjadi secara kontinu melalui
rekahan dan air pemboran akan terakumulasi.
– Penyaliran melalui paritan, air dikumpulkan dan dialirkan ke
level yang lebih bawah, dan dipompa dengan pompa
bertekanan tinggi ke permukaan.
• Ventilasi
– High-pressure fans di permukaan meniupkan udara segar
melalui intake shaft.
– Pintu-pintu ventilasi mengontrol aliran udara melalui daerah
kerja aktif.
– Udara kotor dihisap dengan exhaust fans.

©Ridho Kresna Wattimena


Infrastruktur Umum … (Lanjutan)

©Ridho Kresna Wattimena


Infrastruktur Khusus

• Setiap metode penambangan bawah tanah


memerlukan beberapa infrastruktur khusus, misalnya:
– Jalan masuk ke sublevels.
– Drifts untuk long hole drilling
– Loading draw points.
• Secara bersamaan, infrastruktur merupakan jaringan
dari lubang bukaan, drifts, ramps, shafts, dan raises.
• Setiap obyek mempunyai fungsinya masing-masing
dalam infrastruktur.

©Ridho Kresna Wattimena


Tambang “Tradisional” – Shaft and Rail

• Banyak tambang yang


mempunyai tradisi panjang
sejak waktu dimana operasi
penambangan lebih sulit
dibandingkan sekarang.
• Shaft, sebuah komponen
penting tambang bawah
tanah, merupakan sebuah
long-lived installation.
• Saat ini, ada beberapa
tambang aktif yang
mengoperasikan shaft yang
telah berumur lebih dari 50
tahun.

©Ridho Kresna Wattimena


Tambang “Tradisional” … (Lanjutan)

• “Tambang dalam” umumnya


dicirikan oleh shaft sebagai akses
ke tempat kerja di bawah tanah.
• Di dalam tambang, shaft station
dihubungkan dengan salah satu
level dimana transportasi dari dan
ke lombong dilakukan dengan lori.

©Ridho Kresna Wattimena


Tambang “Tradisional” … (Lanjutan)

• Logistik untuk transportasi


dengan rel di bawah tanah
adalah rumit. Sistem dengan
switches, double, dan single
tracks serta lori yang
berbeda untuk bijih, waste,
dan material akan
menghadapi masalah antrian
dan koordinasi.
• Pekerja pada tambang
dengan sistem rail-track
harus menunggu
pengangkutan dengan cage
sampai pergantian shift atau
waktu yang telah ditentukan
©Ridho Kresna Wattimena
Mines going trackless

• Load Haul Dump (LHD) loader memperkenalkan mesin diesel dan


peralatan dengan ban karet pada tahun 1970-an. Peralatan ini
mampu mengatasi tanjakan dan dapat berjalan seluruh daerah
tambang.

©Ridho Kresna Wattimena


Mines going trackless … (Lanjutan)
• Keberhasilan LHD loader
menginspirasi penggunaan
mesin diesel dan ban karet
untuk peralatan lainnya.
• Inilah kelahiran trackless
mining, sebuah era baru dari
tambang mekanis. Pekerja
digantikan oleh mobile
equipment yang lebih
produktif bekerja dalam
jaringan drifts dan ramps
sehingga memberikan akses
yang lebih cepat ke semua
bagian dari tambang bawah
tanah.

©Ridho Kresna Wattimena


Mines going trackless … (Lanjutan)

• Permasalahannya, bagaimana jika sistem shaft telah


digunakan untuk menambang bijih di bagian atas?
Bagaimana mengubah penambangan di level-level
bawahnya ke trackless?
• Tidak ada masalah. Shaft tetap digunakan untuk
pengangkutan bijih dan komunikasi dengan level
terendah sistem yang lama.
• Pada level ini awal dari sistem trackless dibuat dan
dari sini ke bawah, sistem menjadi trackless. Mesin-
mesin dan komponen-komponen besar dilepas-lepas
sebelum dibawa ke dalam tanah. Perakitan dilakukan
di bawah tanah.

©Ridho Kresna Wattimena


Mines going trackless … (Lanjutan)

• Dengan penggunaan peralatan trackless, inclines dan


declines digunakan sebagai penghubung level.
Peralatan berjalan di atas batuan, dapat mengatasi
tanjakan dan dapat berbelok.
• Perencana tambang menjadi lebih bebas dalam
melakukan perencanaan,
• Shaft tetap penting untuk transportasi vertikal dan
pengangkutan bijih sedangkan transportasi lainnya
melalui ramps and drifts.
• Dengan menggunakan decline ramp dari permukaan,
peralatan-peralatan besar dapat masuk dengan tenaga
dari mesinnya sendiri.

©Ridho Kresna Wattimena


Mine Development

• Mine development mencakup


penggalian batuan untuk
tujuan spesifik.
• Obyek mine development
adalah vertical shafts,
horizontal drifts, inclined
ramps dan steep raises.
• Pengeboran dan peledakan
merupakan cara yang umum
digunakan, kecuali raise,
dimana kadang-kadang
digunakan Raise Boring
Machine.

©Ridho Kresna Wattimena


Shaft Sinking

• Shaft merupakan komponen


pertama dalam development
untuk tambang dalam.
• Sejak awal, shaft sebaiknya
digali sampai kedalaman
sekurang-kurangnya 500 m.
• Shaft yang dalam menjamin
produksi untuk bertahun-
tahun sebelum badan bijih di
atas skip station habis.
• Pendalaman shaft pada
tambang aktif sangat mahal
dan merupakan pekerjaan
yang sulit.

©Ridho Kresna Wattimena


Shaft Sinking … (Lanjutan)

• Shaft sinking memerlukan


pekerja yang terlatih dan
peralatan khusus.
• Akan lebih baik jika
dilakukan oleh kontraktor
yang berpengalaman.
• Shaft dapat berpenampang
segiempat, lingkaran, atau
elips.
• Penampang lingkaran lebih
mudah digali dan lebih
menguntungkan dari segi
distribusi tegangan.

©Ridho Kresna Wattimena


Drift dan Ramp

• Saat ini, penggunaan declined


ramp untuk akses ke bagian
yang dangkal dari tambang
bawah tanah semakin
meningkat.
• Ramp ini digunakan hanya
untuk pengangkutan bijih ke
bawah sampai ke kedalaman
tertentu karena adanya
peningkatan biaya yang
sangat signifikan.
• Pengangkutan bijih
selanjutnya dilakukan dengan
shaft dengan skip atau
inclined conveyor belt.

©Ridho Kresna Wattimena


Drift dan Ramp … (Lanjutan)

• Dengan cara ini, tambang


dapat berproduksi dan aliran
kas lebih cepat menjadi
positif.
• Drifts dan ramps menjadi
penghubung shaft tempat
kerja di dalam tambang.
• Drifts dirancang untuk
mengakomodasi mesin-mesin
yang melaluinya. Ruang
kosong harus mencakup
clearance, walkways,
ventilation ducts dan fasilitas
lainnya.
• Penampang 2.2 x 2.5 m - 5.5 x
6.0 m, dari 5 m2 to 25 m2.

©Ridho Kresna Wattimena


Drift dan Ramp … (Lanjutan)

• Drift 5 m2 cukup untuk


mengakomodasi rail-bound
rocker shovel, sedangkan
heavy mine truck bermuatan
bersama dengan ventilation
duct memerlukan terowongan
transportasi berukuran 25 m2.
• Kemiringan akan menentukan
panjang ramp yang
menghubungkan level-level.
• Kemiringan yang curam akan
lebih menghemat penggalian
tetapi lebih memberatkan
peralatan.

©Ridho Kresna Wattimena


Drift dan Ramp … (Lanjutan)

• Kemiringan curam harus


dihindari, tidaklah beralasan
untuk menghemat biaya
penggalian dengan
mengorbankan peralatan.
• Kemiringan ramp umumnya
1:7 pada seksi yang lurus dan
1:10 pada belokan. Radius
belokan umumnya 15 m.
• Jika ramp akan digunakan
untuk mengangkut bijih
dengan truck, konsultasi
dengan produsen truck
sebaiknya dilakukan.
Kemiringan optimum untuk
kapasitas muatan tertentu
perlu diketahui.

©Ridho Kresna Wattimena


Drift dan Ramp … (Lanjutan)

©Ridho Kresna Wattimena


Raise

• Raise merupakan lubang


bukaan dengan kemiringan
curam (550 – 900) yang
menghubungkan tempat-
tempat dengan elevasi
berbeda dalam tambang
bawah tanah.
• Raise dapat berfungsi
sebagai:
– Man-way.
– Ore-pass.
– Airway.
• Penampang raise 4 - 6 m2.
Umumnya digunakan
penampang bujursangkar
berukuran 2 m x 2 m.

©Ridho Kresna Wattimena


• Raise dapat digali secara manual Æ sukar Raise … (Lanjutan)
dan berbahaya.
• Raise dibagi menjadi dua kompartemen:
satu terbuka, satu berisi batuan hasil
peledakan yang dipisahkan dengan
dinding kayu.
• Pekerja memanjat raise pada bagian
terbuka dengan tangga, berdiri di atas
tumpukan batuan hasil peledakan,
mengebor, mengisi lubang ledak,
merangkai, turun dan meledakkan
rangkaian.
• Tinggi maksimum 50 m.

©Ridho Kresna Wattimena


Raise … (Lanjutan)

• Raise climber meniadakan


bagian paling berat pada
penggalian raise, pemanjatan
menggunakan tangga dan
pengangkatan peralatan
pemboran ke atas.
• Keselamatan kerja juga lebih
baik karena platform
melindungi pekerja pada saat
pemanjatan dan pengeboran
di bawah canopy kecil.
• Pemanjatan dengan motor
dapat mencapai 100 m,
sedangkan pemanjatan
dengan tenaga diesel dapat
mencapai lebih dari 300 m.

©Ridho Kresna Wattimena


Raise … (Lanjutan)

• Teknik “drop raise”


digunakan untuk raise yang
pendek.
• Raise dibor langsung dari
atas ke bawah. Peledakan
dilakukan secara bertahap
dari bawah.
• Pemboran yang teliti sangat
diperlukan. Lubang bor dapat
dibor dengan peralatan yang
sama untuk pemboran
produksi.
• Dapat juga digunakan teknik
“blind raise” dimana
pemboran dan peledakan
dilakukan dari bawah tanpa
lubang bukaan di atas Æ
panjang terbatas10-15 m.
©Ridho Kresna Wattimena
Raise … (Lanjutan)

• Pembuatan raise dapat juga


dilakukan dengan Raise
Boring Machine (RBM).
• RBM dipasang di atas rencana
raise dan dilakukan
pemboran pilot hole sampai
ke level di bawah.
• Pilot bit diganti dengan
reamer head dengan
diameter sama dengan
diameter rencana raise.
• RBM menarik reamer head ke
atas sambil memutarnya.

©Ridho Kresna Wattimena


Room and Pillar

• Metode room and pillar didesain untuk penambangan


endapan berbentuk lapisan yang relatif datar dengan
ketebalan tertentu, misalnya endapan-edapan
sedimen (copper shale, limestone, dolomite atau
sandstone yang mengandung timbal, batubara, garam,
potash).
• Pada metode ini endapan diambil pada room, pilar
ditinggalkan untuk menyangga atap.
• Untuk perolehan maksimum, diusahakan untuk
meninggalkan pilar sesedikit mungkin.
• Atap harus stabil dan pembautan sering dilakukan
untuk perkuatan atap.

©Ridho Kresna Wattimena


Room and Pillar … (Lanjutan)

• Rooms dan pillar umumnya


dibuat dengan pola yang
teratur. Pilar dapat dirancang
dengan penampang
lingkaran/bujursangkar atau
berbentuk dinding panjang
yang memisahkan rooms.
• Endapan pada pilar tidak
diambil, sehingga tidak
dimasukkan ke dalam
cadangan tambang.

©Ridho Kresna Wattimena


Classic Room and Pillar

• Hanya memerlukan sedikit


pekerjaan development.
• Jalan angkut bijih dan
komunikasi dibuat pada
lombong produksi.
• Penggalian jalan tambang
dikombinasikan dengan
produksi bijih, lombong yang
sudah ditambang digunakan
sebagai jalur transportasi.

©Ridho Kresna Wattimena


Classic Room and Pillar … (Lanjutan)

• Produksi bijih menggunakan


teknik pemboran dan
peledakan yang sama
dengan yang digunakan
untuk pembuatan drift.
Dimensi drift sama dengan
lebar dan tinggi room.
• Jika kondisi bijih baik, room
dapat dibuat luas dan
peralatan pengeboran
lubang tembak yang besar
dapat digunakan.
• Endapan dengan tinggi
vertikal besar ditambang
secara irisan.

©Ridho Kresna Wattimena


Classic Room and Pillar … (Lanjutan)

• Penambangan dimulai dari


atas, di bawah atap.
Pengontrolan atap dan
pemasangan baut batuan
dapat dilakukan dengan
mudah.
• Bagian bawah endapan
ditambang dengan sistem
jenjang dalam satu atau lebih
tahapan.
• Alat bor standard dan
peledakan jenjang
konvensional dapat
digunakan.

©Ridho Kresna Wattimena


Classic Room and Pillar … (Lanjutan)

• Pemboran horisontal dan


benching lebih praktis karena
alat bor dapat digunakan
sekaligus untuk top heading
dan benching
• Pemuatan material hasil
peledakan dilakukan di muck
pile menggunakan diesel
driven front end loaders.
• Bermacam-macam jenis alat
angkut dapat digunakan
bergantung kepada tinggi
lubang bukaan dan jarak
angkut.

©Ridho Kresna Wattimena


Classic Room and Pillar … (Lanjutan)

• Jika lubang cukup tinggi,


dump truck merupakan alat
angkut yang ekonomis.
• Untuk endapan yang tipis,
special low-built mine truck
dapat digunakan.
• Untuk atap yang sangat
rendah dapat digunakan LHD-
loader. Hasil peledakan
diangkut ke truck yang
diparkir di tempat pemuatan,
untuk selanjutnya
mengangkut hasil peledakan
untuk jarak yang lebih jauh.

©Ridho Kresna Wattimena


Post Room and Pillar

• Merupakan kombinasi antara


metode room and pillar dan
metode cut and fill.
• Endapan ditambang secara
irisan horisontal, mulai dari
bawah ke arah atas.
• Pilar-pilar ditinggalkan untuk
menyangga atap, lombong
yang sudah ditambang diisi
tailing, dan irisan berikutnya
ditambang dengan peralatan
yang diletakkan di atas
permukaan material pengisi.

©Ridho Kresna Wattimena


Post Room and Pillar … (Lanjutan)

• Pilar-pilar dapat dipertinggi


sampai setinggi beberapa
lapisan material pengisi.
• Material pengisi memberikan
kemungkinan untuk
memodifikasi tataletak
lombong, sehingga dapat
digunakan untuk bermacam
kondisi batuan.
• Material pengisi akan dapat
meningkatkan kemampuan
pilar untuk menyangga,
sehingga meningkatkan
perolehan.

©Ridho Kresna Wattimena


Narrow Vein Mining

• Bentuk badan bijih dapat


bervariasi. Dari bentuk masif
yang luasnya dapat mencapai
beberapa km sampai urat
kuarsa selebar 0,5 m dengan
kadar emas 20 g/ton.
• Jika digunakan peralatan
besar untuk menambang
endapan urat tipis, batuan
samping harus digali Æ
dilusi.
• Alternatifnya, digunakan
teknik manual Æ mahal dan
tidak efisien, serta sulit
mencari pekerja yang mau
bekerja dengan handheld
rockdrill dan “tenaga otot”.

©Ridho Kresna Wattimena


Narrow Vein Mining … (Lanjutan)

• Sekarang ini, peralatan “slim


size” sudah memungkinkan
penambangan mekanis
dengan drift selebar 2 m.
• Misalnya:
– Face drill rig for narrow
drifting
– Longhole rig berukuran kecil
– Drifter jumbo kecil
– LHD loader dengan bucket
berukuran 2 – 3 m3.

©Ridho Kresna Wattimena


Vertical Crater Retreat - VCR

• VCR merupakan metode yang


dikembangkan oleh INCO
dan saat ini merupakan
metode yang dipakai secara
luas.
• VCR diterapkan untuk
menambang badan bijih
dengan kemiringan curam.
• Badan bijih maupun batuan
samping merupakan batuan
kuat,
• Sebagian bijih hasil
peledakan ditinggalkan di
lombong sebagai penyangga.

©Ridho Kresna Wattimena


Vertical Crater Retreat – VCR … (Lanjutan)

• VCR didasarkan pada teknik


peledakan “crater”. Bahan
peledak kuat diletakkan
dalam lubang bor
berdiameter besar dan
diledakkan.
• Muatan diletakkan pada jarak
tertentu dari permukaan di
bawah dan peledakan akan
menghasilkan lubang-lubang
berbentuk crater dalam
batuan.
• Sebuah irisan horisontal akan
diperoleh jika beberapa
lubang diledakkan pada level
yang sama.

©Ridho Kresna Wattimena


Vertical Crater Retreat – VCR … (Lanjutan)

• Bijih digali mengikuti irisan


horisontal tersebut, mulai
dari dasar lombong ke arah
atas.
• Bijih hasil peledakan crater
jatuh ke ruang terbuka di
bawah, dimana sebagian dari
bijih akan didiamkan selama
kegiatan produksi.
• Akhirnya, hasil peledakan adi
lombong akan diambil semua
dan dilakukan persiapan
untuk cement stabilized
backfilling.

©Ridho Kresna Wattimena


Vertical Crater Retreat – VCR … (Lanjutan)

• Muatan bahan peledak


umumnya akan memberaikan
badan bijih setebal 3 m, yang
akan jatuh ke ruang kosong
di bawahnya.
• Hasil peledakan pada
lombong akan diambil
dengan remote controlled
LHD-loader atau dengan
sistem drawpoint di bawah
lombong, sama dengan yang
digunakan pada metode sub
level stoping.

©Ridho Kresna Wattimena


Sub Level Stoping

• Sub level stoping (SLS)


digunakan untuk menambang
badan bijih dengan
karakteristik:
– Kemiringan curam, lebih
besar angle of repose.
– Badan bijih dan batuan
samping kuat.
– Batas badan bijih teratur.
• Pada SLS, bijih diambil pada
lombong terbuka yang
umumnya diisi balik (back
filling) setelah habis
ditambang.

©Ridho Kresna Wattimena


Sub Level Stoping … (Lanjutan)

• Lombong umumnya
berukuran besar, dengan
dimensi terbesar pada arah
vertikal.
• Badan bijih dibagi menjadi
lombong-lombong terpisah.
Pillar ditinggalkan di antara
dua lombong untuk
menyangga hanging wall.
Seksi horisontal badan bijih
juga ditinggalkan sebagai
penyangga di atas lombong
produksi, dikenal sebagai
crown pillars.

©Ridho Kresna Wattimena


Sub Level Stoping … (Lanjutan)

• Perluasan dimensi lombong


sangat mempengaruhi
efisiensi penambangan. Oleh
karena itu, diusahakan untuk
menggunakan lombong
sebesar mungkin, dengan
mempertimbangkan kondisi
massa batuan.
• Sub level drifts untuk long
hole drilling disiapkan di
dalam badan bijih di antara
level utama.
• Drifts diletakkan sedemikian
untuk pemboran lubang
tembak.

©Ridho Kresna Wattimena


Sub Level Stoping … (Lanjutan)

• Pola pemboran merupakan


bagian terpenting untuk
longhole blasting. Pola ini
menentukan posisi,
kedalaman, dan sudut ubang
bor. Semua parameter harus
ditetapkan secara presisi.
• Drawpoints dibuat di bawah
lombong untuk keamanan
pemuatan dengan LHD-
loaders yang dikombinasikan
dengan trucks atau rail cars
untuk jarak angkut yang lebih
jauh.

©Ridho Kresna Wattimena


Cut and Fill

• Metode cut-and-fill
diterapkan untuk
menambang badan bijih
berkadar cukup tinggi,
berkemiringan curam,
berkekuatan sedang – tinggi
dengan batuan samping
berkekuatan sedang,
• Karena lebih memudahkan
untuk melakukan selective
mining, metode ini lebih
disukai untuk menambang
badan bijih bebentuk tak
beraturan dengan
mineralisasi tersebar-sebar.

©Ridho Kresna Wattimena


Cut and Fill … (Lanjutan)

• Pada metode ini badan bijih


ditambang secara irisan,
mulai dari sebelah bawah
dengan kemajuan ke atas.
• Badan bijih dibor dan
diledakkan, hasil peledakan
diangkut keluar dari
lombong.
• Jika seluruh lombong telah
ditambang, bekas lombong
akan diisi dengan material
pengisi berupa tailing atau
waste rock.

©Ridho Kresna Wattimena


Cut and Fill … (Lanjutan)

• Material pengisi berfungsi


untuk menyangga dinding
serta sebagai landasan kerja
untuk penambangan irisan
berikutnya.
• Tailing berpartikel kasar dari
pabrik pengolahan dicampur
dengan air sampai 60 – 70 %
solid dan didistribusikan di
lombong melalui rangkaian
pipa. Sebelumnya lombong
disiapkan dengan penutupan
jalan masuk dan pipa
dipasang di bagian bawah.

©Ridho Kresna Wattimena


Cut and Fill … (Lanjutan)

• Lombong diisi sampai hampir


seluruh tingginya. Karena
pada permukaan dibutuhkan
material pengisi yang lebih
keras, semen dicampurkan
pada pencampuran terakhir.
• Development:
– Footwall haulage drive
sepanjang badan bijih.
– Undercut pada area lombong.
– Spiral ramp pada footwall.
– Raise untuk ventilasi dan
material pengisi.

©Ridho Kresna Wattimena


Sub Level Caving

• Metode ini diterapkan pada


badan bijih besar yang
berkemiringan curam dan
menerus menurut kedalaman.
• Kemantapan sub level drifts
dijaga dengan penyangga
baut batuan sedangkan
hanging wall akan retak dan
ambruk. Subsidence akan
terjadi pada permukaan.
• Dengan diambilnya material
ambrukan, hanging wall akan
ambruk secara kontinu.

©Ridho Kresna Wattimena


Sub Level Caving … (Lanjutan)

• Ambrukan kontinu perlu


dicapai agar tidak terjadi
rongga di dalam massa
batuan yang jika terjadi
jatuhan tiba-tiba akan
membahayakan.
• Bijih akan diambil dari
material ambrukan, diangkut
melalui sub level drifts dan
dimasukkan ke ore passes.
Kondisi ini ideal untuk
penggunaan LHD-loaders.

©Ridho Kresna Wattimena


Sub Level Caving … (Lanjutan)

• Mucking out berlangsung


secara efisien. LHD loader
dapat digunakan dalam
operasi kontinu. Jika satu face
telah diselasikan, LHD loader
pindah ke drift terdekat.
• Kekurangan utama dari
metode ini adalah dilusi dan
kehilangan bijih. Dilusi
bervariasi antara 15 dan 40%,
sedangkan kehilangan bijih
antara 15 dan 25 %,
bergantung kepada kondisi
lokal.

©Ridho Kresna Wattimena


Block Caving

• Block caving merupakan


metode penambangan
dengan produksi skala besar
yang diterapkan pada badan
bijih masif berkadar`rendah
yang:
– Berdimensi besar baik
vertikal maupun horisontal.
– Massa batuan yang jika
diambrukkan menjadi blok-
blok yang dapat ditangani.
– Permukaan diperbolehkan
untuk mengalami subsidence.

©Ridho Kresna Wattimena


Block Caving … (Lanjutan)

• Kondisi-kondisi unik ini


membatasi penerapan metode
block caving.
• Di dunia, metode ini diterapkan
untuk menambang:
– Bijih besi.
– Bijih tembaga kadar rendah
– Diamond-bearing kimberlite
pipes.
• “Heavy weight” method jika
dibandingkan dengan metode
lainnya.

©Ridho Kresna Wattimena


Block Caving … (Lanjutan)

• Block caving didasarkan pada


gravitasi dan tegangan
internal batuan untuk
menghancurkan massa
batuan ke dalam fragmen
yang dapat ditangani.
• Pengeboran dan peledakan
yang dibutuhkan untuk
produksi minimal, tetapi
volume pekerjaan ini untuk
development sangat besar.
• Block Æ Tataletak tambang
(Pembagian badan bijih).

©Ridho Kresna Wattimena


Block Caving … (Lanjutan)

• Massa batuan di bagian


bawah blok diretakkan
(undercutting) dengan
peledakan sehingga tidak
dapat lagi menyangga massa
batuan di atasnya.
• Rekahan merambat ke
seluruh blok sehingga massa
batuan pecah menjadi
pecahan-pecahan kecil
masuk ke drawbell, dan
diambil oleh LHD-loader di
drawpoint.

©Ridho Kresna Wattimena


Block Caving … (Lanjutan)

• Jika undercutting telah


mencapai luas kritikal
tertentu, penarikan bijih akan
menyebabkan ambrukan
terpropagasi ke atas
sehingga massa batuan di
atas ini akan ikut ambruk
juga.
• Secara teoritis, tidak
diperlukan pengeboran dan
peledakan untuk produksi.
Dalam prakteknya, kadang-
kadang terjadi bongkah
besar yang menyumbat
drawbell Æ secondary
blasting.

©Ridho Kresna Wattimena

Anda mungkin juga menyukai