Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Section caesaria merupakan proses persalinan atau pembedahan
melalui insisi pada dindinig perut dan rahin bagian depan untuk
melahirkan janin. Tindakan operasi sectio caesarea menyebabkan nyeri
dan mengakibatkan terjadinya perubahan kontinuitas jaringan karena
adanya pembedahan.
Indikasi medis dilakukan operasi section caesaria ada dua faktor
yaitu faktor janin dan faktor ibu. Faktor dari janin meliputi : bayi terlalu
besar, kelainan letak janin, ancaman gawat janin, janin abnormal, faktor
plasenta, kelainan tali pusat dan bayi kembar. Sedangkan faktor ibu terdiri
atas : usia, jumlah anak yang dilahirkan, keadaan panggul, penghambat
jalan lahir, kelainan kontraksi lahir, ketuban pecah dini dan preeklamsia
(Hutabalian, 2011).
Tindakan section caesarea (SC) menyebabkan nyeri yang
menimbulkan berbagai masalah, salah satunya masalah laktasi. sebanyak
86% ibu post sectio caesarea mengalami kesulitan dengan perawatan bayi,
bergerak naik turun dari tempat tidur dan mengatur posisi yang nyaman
selama menyusui akibat adanya nyeri. Akibat rasa nyeri tersebut
menyebabkan pasien menunda pemberian asi sejak awal pada bayinya.
Masa nifas adalah masa keritis baik bagi ibu maupun bayinya.
WHO menyatakan bahwa persalinan dengan bedah Caesar sekitar 10-15%
dari semua proses persalinan di negara berkembang.

B. Tujuan Penulisan
1. Untuk memenuhi capaian tugas dari praktik mata kuliah maternitas
2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada ibu post partum section
caearea (SC).
3. Untuk mengetahui kesenjangan antara teori dan praktik asuhan
keperawatan pada ibu post partum sectio caesarea (SC)

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Persalinan adalah akhir kehamilan dan titik dimulainya kehidupan di
luar rahim bayi baru lahir. Dengan faktor- faktor insensial persalinan, proses
persalinan itu sendiri, kemauan persalinan, adaptasi ibu dan bayi, proses
keperawatan baik pada wanita maupun pada keluarga (Alden, 2004).
Sectio caesarea adalah adalah suatu pembedahan guna melahirkan anak
lewat linsisi pada dinding abdomen dan uterus (Oxorn & william, 2010).
Menurut Amru Sofian (2012), Sectio caesarea adalah suatu cara
melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui
dinding depan perut (Amin & Hardhi, 2012).

B. Etiologi
1) Masalah Traktus Urinarius
Pada 24 jam pertama pasca persalinan, pasien umumnya menderita
keluhan miksi akibat defresi pada refleks aktivitas detrusor yang disebabkan
oleh tekanan dasar vesika urinaria saat persalinan, keluhan ini bertambah berat
oleh karena adanya fase dieresis pasca persalinan, bila perlu retensio urine
dapat diatasi dengan melakukan kateterisasi.
Rortveit, dkk (2003) menyatakan bahwa resiko inkontinensia urine pada
pasien dengan persalinan pervaginam sekitar 70% lebih tinggi dibandingkan
section Caesar. 10% pasien pasca persalinan menderita inkkontinensia
(biasanya stress inkontinensia) yang kadang–kadang menetap sampai beberapa
minggu pasca persalinan.Untuk mempercepat penyembuhan keadaan ini dapat
dilakukan latihan otot dasar panggul (Serri, 2009).
2) Nyeri punggung
Nyeri punggung sering dirasakan pada trimester ketiga kehamilan dan
menetap setelah persalinan pada anak masa nifas. kejadian ini terjadi pada
25% wanita dalam masa post partum namun keluhan ini dirasakan oleh 50%

2
dari mereka sejak sebelum kehamilan. Keluhan ini menjadi semakin hebat
bila mereka harus merawat anaknya sendiri (Serri, 2009).
3) Anemia
Resiko anemia ini dapat terjadi bila ibu mengalami poendarahan yang
banyak,apalagi bila sudah sejak masa kehamilan ada riwayat kekurangan
darah. Di masa nifas, anemia bisa menyebabkan rahim susah berkontraksi. Ini
karena darah tidak cukup memberikan oksigen kedalam rahim. Ibu yang
mengidap anemia dengan kondisi membahayakan, apalagi mengalami
perdarahan post partum, maka segera haris diberi transfusi darah. Jika
kondisinya tidak berbahaya maka cukup ditolong dengan pemberian obat–
obatan penambah darah yang mengandung zat besi (Serri,2009).
4) Masalah Psikologi: defresi masa nifas
Depresi yang terjadi pada masa nifas biasanya dapat dilihat di minggu–
minggu pertama setelah melahirkan, dimana kadar hormone masih tinggi.
Gejalanya adalah gelisah, sedih, dan ingin menangis tanpa sebab yang jelas.
Tingkatannya pun bermacam–macam, mulai dari neurologis, atau gelisah saja
yang disertai kelainan tingkah laku. Situasi depresi ini akan sembuh bila ibu
bisa beradaptasi dengan situaasi yang nyatanya. Defresi masa nifas
seharusnya dikenali oleh suami dan juga keluarga. Gejalanya sama dengan
depresi prahaid. Hal ini dikarenanakan pengaruh perubahan hormonal, adanya
proses involusi, dan ibu kurang tidur serta lelah karena mengurus bayi, dan
sebagainya. Depresi juga bisa timbul jika ibu dan keluarganya mengalami
konflik rumah tangga, anak yang lahir tak diharapkan, keadaan sosial
ekonominya lemah, atau trauma karenamengalami cacat Keberadaan bayi
tidak jarang justru menimbulkan “stress” bagi beberapa ibu yang baru
melahirkan. Ibu merasa bertanggung jawab untuk merawat bayi, melanjutkan
mengurus suami, setiap malam merasa terganggu dan sering merasakan
adanya ketidak mampuan dalam mengatasi semua beban tersebut (Serri,
2009).

3
C. Patofisiologi dan pathway
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun
eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaaan sebelum hamil.
Perubahan-perubahan alat genetalia ini dalam keseluruhan disebut “involusi”. Di
samping involusi terjadi perubahan-perubahan penting lain yakni memokonsetrasi
dan timbilnya laktasi yang terakhir ini karena pengaruh laktogenik hormon dari
kelenjar hipofisis terhadapkelenjar-kelenjar mamae.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post partum, pembuluh-pembuluh
darah yang ada antara anyaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan
menghentikan perdarahan setelah plasenta lahir. Perubahan-perubahan yang
terdapat pada serviks ialah segera post partum bentuk serviks ialah segera post
partum bentuk serviks agak menganga seperti corong, bentuk ini disebabkan oleh
korpus uteri terbentul semacam cincin. Perubahan-perubahan yang terdapat pada
endometrium ialah timbulnya trombosis, degerasi dan nekrosis ditempat
implantasi plasenta pada hari pertama endometrium yang kira-kira setebal 2-5 mm
itu mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin
regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang memakai
waktu 2 sampai 3 minggu. Ligamen-ligamen dan diafragma palvis serta fasia yang
merenggang sewaktu kehamilan dan setelah janin lahir berangsur-angsur kembali
seperti sedia kala.
Ada beberapa kelainan atau hambatan pada proses persalinan yang
menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal/spontan, misalnya plasenta
previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi cephalo pelvic, rupture
uteri, partus lama, partus tidak maju, pre-eklamsia, distorsia serviks, dan
malpresentasi janin. Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan
pembedahan, yaitu Sectio Caesarea.
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan
menyebabkan pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah
intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan
menyebabkan pasien tidak mampu melakukan aktivitas perawatan diri pasien
secara mandiri sehingga timbul masalah defisit perawatan diri.

4
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan
perawatan post operasi akan menimbulkan ansietas pada pasien. Selain itu, dalam
proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen
sehingga menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan, pembuluh darah, dan
saraf-saraf di sekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin
dan prostaglandin yang akan menimbulkan rasa nyeri (nyeri akut). Setelah proses
pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka post
operasi yang bila tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan masalah resiko
infeksi.

5
D. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala yang muncul sehingga memungkinkan untuk dilakukan
tindakan sectio caesarea adalah:
a. Fetal distress
b. His lemah atau melemah
c. Janin dalam posisi sungsang atau melintang
d. Bayi besar (BBL> 4,2 kg)
e. PLASENTa pravia
f. Klainan letak
g. Disproposi cevalo-pelvik (ketidak seimbangan antar ukuran kepada dan
panggul)
h. Rupture mengancam
i. Hydrocephalus
j. Primi muda atau tua
k. Kehamilan dengan komplikasi
l. Panggul sempit
m. Problem plasenta
E. Komplikasi
a. Hipoksia akibat sindrom hipotensi
b. Depresi pernafasan karena anesthesia
c. Sindroma gawat pernafasan,jelas lebih lazim pada bayi yang dilahirkan
dengan sectio.
1. Kompliasi ibu
a. Infeksi yang didapat dirumah sakit,terutama setelah dilakukan
seksio pada persalinan.
b. Fenomena tromboemboli, terutama pada pada multipara dengan
varikositas.
c. Ileus, terutama karena peritonitas dan kurang sering karena dasar
obstruksi.
d. Kecelakaan anastesi (Mrtius,1995)
Komplikasi menurut Mochtar (1998) yaitu :

6
a. Infeksi puerperal (nifas)
1. Ringan,,dengan kenaikan suhu beberapa hari saja
2. Sedang, dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai
dehidrasi dan perut sedikit kembung.
3. Berat: dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Hal ini
sering kita jumpai pada partus terlantar, dimana sebelumnya
telah terjadi infeksi intrapartal karena ketuban yang telah
pecah terlalu lama.
b. Perdarahan disebabkan karena :
1. Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
2. Atonia uteri
3. Perdarahan pada placental bled
c. Luka kandung kemih emboli baru dan keluhan kandung kemih
bila reperionealisasi terlalu tinggi.
d. Kemungkinan rupture uteri spontan pada kehamilan
mendatang komplikasi yang bisa timul
a. Ibu
1. Infeksi puerperal
komplikasi ini bersifat ringan, seperti kenaikan suhu
selama beberapa hari dalam masa nifas, atau bersifat
berat seperti peritonitis, sepsis dan sebagainya. Infeksi
post operatif terjadi apabila sebelum pembedahan
sudah ada gejala-gejala infeksi intra partum atau ada
faktor-faktor yang merupakan predisposisi terhadap
kelainan itu (pertus lama khususnya setelah ketuban
pecah, tindakan vaginal sebelumnnya).
Bahaya infeksi sangat diperkecil dengan pemberian
antibiotic akan tetapi tidak dapat dihilangkan sema
sekali terutama SC klasik dalm hal ini lebih berbahaya
dari pada SC transperitonoalis perfunda.
2. Perdarahan

7
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pemedahan
jika cabang-cabang arteri utorina ikut terbuka
a. komplikasi-komplikasi lain seperti luka kandung
kencing, embolisme paru-paru dan sebagainya tapi
sangat jarang terjadi
b. suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah
kurang kuatnya parut pada dinding uterus,sehingga
pada kehamilan berikutnya bisa terjadi rupture
uteri. Kemugkinan peristiwa ini lebih banyak
ditemukan sesudan SC klasik.

b. Anak
nasib anak yan dilahirkan dengan SC banyak tergantung
dari keadaan yang menjadi alasan untuk melakukan SC.

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Darah Lengkap
Memberikan informasi tentang jumlah dari sel-sel darah merah
(RBC), sel-sel darah putih (WBC), nilai hematokrit (Ht) dan haemoglobin
(Hb).
2. Pemeriksaan Pap Smear
Mencari kemungkinan kelainan sitologi sel serviks atau sel
endometrium.
3. Pemeriksaan Urine: Urine lengkap (UL)
Pemeriksaan ini mencari kemungkinan terdapatnya bakteri dalam
urine seperti streptokokus.
G. Penatalaksanaan (Medis dan Keperawatan)
1. Tes Diagnostik
a. Jumlah darah lengkap, hemoglobin/hematokrit (Hb/Ht)
b. Urinalisis: Kadar Urin
2. Terapi

8
a. Memberikan tablet zat besi untuk mengatasi anemia\
b. Memberikan antibiotik bila ada indikasi

H. Asuhan Keperawatan Sesuai Teori


1. Pengkajian
A. Data Umum Klien meliputi: nama klien, usia, agama, status perkawinan,
pekerjaan, pendidikan terakhir, nama suami, umur suami, agama,
pekerjaan suami, pendidikan terakhir suami, dan alamat
B. Anamnesa meliputi: keluhan utama, keluhan saat pengkajian, riwayat
penyakit sekarang, riwayat menstruasi (menarchea, siklus, jumlah,
lamanya, keteraturan, dan apakah mengalami dismenorhea), riwayat
perkawinan, riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu, riwayat
kehamilan sekarang (ANC).
C. Riwayat persalinan sekarang meliputi:
a. Jenis persalinan apakah spontan atau operasi SC
b. Tanggal/jam persalinan
c. Jenis kelamin bayi
d. Jumlah perdarahan
e. Penyulit dalam persalinan baik dari ibu maupun bayi
f. Keadaan air ketuban meliputi warna dan jumlah
D. Riwayat genekologi kesehatan masa lalu apakah ibu pernah mengalami
operasi atau tidak
E. Riwayat KB baik jenis maupun lama penggunaan
F. Riwayat kesehatan keluarga apakah ada penyakit menurun atau menular
dari keluarga
G. Pola aktivitas sehari-hari meliputi Eliminasi, nutrisi, istirahat. Kebersihan
H. Riwayat psikososial
Adaptasi psikologis post partum menurut teori rubin dibagi dalam 3
periode yaitu sebagai berikut:
1. Periode Taking In
 Berlangsung 1-2 hari setelah melahirkan

9
 Ibu pasif terhadap lingkungan. Oleh karena itu, perlu menjaga
komunikasi yang baik.
 Ibu menjadi sangat tergantung pada orang lain, mengharapkan
segala sesuatru kebutuhan dapat dipenuhi orang lain.
 Perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan perubahan tubuhnya
 Ibu mungkin akan bercerita tentang pengalamannya ketika
melahirkan secara berulang-ulang
 Diperlukan lingkungan yang kondusif agar ibu dapat tidur dengan
tenang untuk memulihkan keadaan tubuhnya seperti sediakala. 
 Nafsu makan bertambah sehingga dibutuhkan peningkatan nutrisi,
dan kurangnya nafsu makan menandakan ketidaknormalan proses
pemulihan.
2. Periode Taking Hold
 Berlangsung 3-10 hari setelah melahirkan
 Pada fase ini ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya
dalam merawat bayi
 Ibu menjadi sangat sensitive, sehingga mudah tersinggung. Oleh
karena itu, ibu membutuhkan sekali dukungan dari orang-orang
terdekat
 Saat ini merupakan saat yang baik bagi ibu untuk menerima
berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya. Dengan
begitu ibu dapat menumbuhkan rasa percaya dirinya
 Pada periode ini ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi
tubuhnya, misalkan buang air kecil atau buang air besar, mulai
belajar untuk mengubah posisi seperti duduk atau jalan, serta
belajar tentang perawatan bagi diri dan bayinya
3. Periode Letting Go
 Berlangsung 10 hari setelah melahirkan. 
 Secara umum fase ini terjadi ketika ibu kembali ke rumah

10
 Ibu menerima tanggung jawab sebagai ibu dan mulai menyesuaikan
diri dengan ketergantungan bayinya
 Keinginan untuk merawat bayi meningkat
 Ada kalanya ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan dengan
bayinya, keadaan ini disebut baby blues
I. Pemeriksaan Fisik meliputi:
a. Status Obstetri
b. TTV: nadi, suhu, tekanan darah, dan pernapasan
c. Pemeriksaan mata: konjungtiva, sclera pucat atau tidak.
d. Pemeriksaan mulut: mukosa bibir kering atau tidak.
e. Pemeriksaan thorax: retraksi otot dada, bunyi nafas, bunyi jantung.
f. Pemeriksaan abdomen: luka jaritan operasi, keadaan luka, bising usus.
g. Pemeriksaan ekstremitas: pergerakan, edema, sianosis, terpasang infus
IVFD atau tidak, akral dingin.
h. Pemeriksaan genetalia: pengeluaran lochea, kebersihan.
i. Obat-obatan yang dikonsumsi
j. Pemeriksaan penunjang seperti darah lengakap: WBC, HCT, HGB.
2. Diagnosa yang Mungkin Muncul
a. Aktual
 Nyeri akut berhubungan dengan bekas luka post op sc atau robekan
jalan lahir
 Gangguan eliminasi BAK berhubungan dengan sensasi pada
kandung kemih
 Kurang perawatan diri berhubungan dengan efek-efek anestesi,
penurunan kekuatan dan ketahanan, ketidaknyamana fisik
b. Resiko
 Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan tubuh
terhadap bakteri pembedahan

3. Intervensi
a) Nyeri berhubungan dengan bekas luka

11
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, nyeri
hilang, berkurang.
Kriteria hasil:
 Klien mengungkapkan nyeri berkurang
 Klien tampak tenang
Intervensi Rasional
1. Kaji karakteristik, skala nyeri 1. untuk mengetahui skala nyeri
2. Motivasi untuk mobilisasi dan memberikan tindakan
sesuai indikasi selanjutnya
3. Anjurkan penggunaaan teknik 2. memperlancar pengeluaran
relaksasi. lochea, mempercepat involusi
4. Kolaborasi pemberian dan mengurangi nyeri secara
analgetik bertahap.
3. Untuk mengatur rasa nyeri luka
post op
4. Obat analgetik di berikan untuk
menghilangkan rasa nyer

b) Gangguan eliminasi urine


Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam,  ibu
tidak mengalami gangguan eliminasi (BAK)
Kriteria Hasil: ibu dapat berkemih sendiri dalam 6-8 jam post partum tidak
merasa sakit saat BAK, jumlah urine 1,5-2 liter/hari.
Intervensi Rasional
1. Kaji dan catat cairan masuk 1. Mengetahui balance cairan pasien
dan keluar tiap 24 jam sehingga diintervensi dengan
2. Anjurkan berkemih 6-8 jam tepat.
post partum 2. Melatih otot-otot perkemihan.
3. Berikan teknik merangsang 3. Agar kencing yang tidak dapat
berkemih keluar, bisa dikeluarkan sehingga
4. Kolaborasi pemasangan tidak ada retensi.
kateter 4. Mengurangi distensi kandung

12
kemih.

c) Kurang perawatan diri berhubungan dengan efek-efek anestesi,


penurunan kekuatan dan ketahanan, ketidaknyamana fisik
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam
diharapkan ibu dapat memenuhi ADLnya dengan mandiri.
Kriteria hasil:
 Ibu dapat melakukan perawatan terhadap dirinya
 Kebutuhan ADL terpenuhi
Intervensi Rasional
1. Bimbing dan demonstrasikan 1. Bimbingan dan demonstrasi yang
pada ibu tentang bagaimana cara benar dapat memberi contoh bagi
melakukan perawatan diri ibu untuk dapat melakukannya
2. Beri bantuan sesuai dengan dengan baik bila telah pulang
kebutuhan (misalnya : perawatan dari rumah sakit
mulut, mandi dan vulva hygiene) 2. Bantuan tindakan dapat
3. Jelaskan kepada ibu tentang membantu ibu dalam memenuhi
pentingnya menjaga kondisi perawatan dirinya yang tidak
tubuh dengan mempertahankan mampu dilakukan secara mandiri
nutrisi dan kebersihan ibu 3. Untuk mempercepat proses
penyembuhan dan mencegah
terjadinya komplikasi

d) Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan tubuh


terhadap bakteri pembedahan
Tujuan: untuk mencegah terjadinya infeksi yang tidak diharapkan dan
dapat berdampak buruk bagi klien.
Kriteria hasil:
 Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
 Menunjukan perilaku hidup sehat
Intervensi Rasional
1. Bersihkan lingkungan setelah 1. Mencegah terjadi penularan

13
dipakai pasien lain penyakit dari pasien satu ke
2. Cuci tangan setiap sebelum pasien lainnya
dan sesudah tindakan 2. Dengan cuci tangan dapat
keperawatan memutuskan rantai penularan
3. Menganjurkan ibu menganti penyakit
softek setiap 3-4 jam sekali 3. Menganti softek secara rutin
4. Melakukan rawat luka pada dan sering menjaga daerah
waktunya reproduksi dari kelembaban
5. Ajarkan pasien dan keluarga dimana bakteri dan jamur sering
tanda dan gejala infeksi berkembang biak
4. Rawat luka dapat memp[ercepat
penyembuhan sehingga resiko
infeksi kecil
5. Dengan pasien dan keluarga
mengetahui tanda dan gejala,
mereka akan segera melapor
kepada pelayan kesehatan.

F. Implementasi
Implementassi merupakan pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan atau intervensi.
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil
implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat
berhasilnya suatu tindakan.pada bagian evaluasi terbagi menjadi dua, yaitu:
- Evaluasi formatif
Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan dan hasil
tindakan keperawatan. Evaluasi formatif ini dilakukan segera setelah perawat
mengimplementasikan rencana keperawatan guna menilai keefektifan
tindakan keperawaatan yang telah dilaksanakan. Perumusan evaluasi formatif
ini meliputi empat komponen yang dikenal dengan istilah SOAP, yakni

14
subjektif (data berupa keluhan klien), objektif (data hasil pemeriksaan),
analisis data (perbandingan data denagn teori), dan perencanaan.
- Evaluasi sumatif
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua aktivitas
proses kepwrawatan seelsai dilakukan. Evalusi sumatif ini bertujuan menilai
dan memonitor kualitas asuhan keperawatan yang telah diberikan. Metode
yang dapat digunakan pada evaluasi jenis ini adalah melakukan wawancara
pada akhir layanan, menanyakan respon klien dan keluarga terkait layanan
keperawatan, mengadakan pertemuan pada akhir layanan.

BAB III
KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN

15
PADA NY. D DENGAN POST SECTIO CAESAREA DI RUANG ASTER
RSUD KABUPATEN TANGERANG

Tgl/Jam masuk rumah sakit : 27 Januari 2020


Tanggal/Jam Pengkajian : 29 Januari 2020/ 09.00
Diagnosa Medis : Post SC hari pertama dengan plasenta menutupi
jalan lahir
No. Medis : 002508032

I. PENGKAJIAN
A. Identitas Klien ( Data Subjektif )
BIODATA ISTRI SUAMI
Nama Ny. D Tn. S
Umur 33 th 38 th
Suku Bangsa Jawa Jawa
Agama Islam Islam
Pendidikan SMA SMA
Pekerjaan Ibu rumah tangga Wirausaha
Golongan Darah O+ -
No.Medrec 002508032 -
Diagnosa Medis Post SC -
Alamat Rumah Kp.koli jaya Rt 01/02 Kp.koli jaya Rt 01/02
Teluk Naga Teluk Naga
No.Telp/Hp - -
Status Perkawinan Nikah Nikah
Alamat Rumah - -
Alamat Kantor - -

B. Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama
Klien mengatakan nyeri pada bagian luka oprasi dengan skala 6 (0-10)
nyeri bertambah pada saat bergerak.
C. Riwayat Operasi
Klien mengatakan baru pertama kali operasi. Operasi dilakukan pada
tanggal 28 januari 2020 pukul 21.00 WIB.
D. Riwayat Obstetri :

16
Paritas : P2 A0
Manarche : 12 tahun
Siklus Haid : 28 hari
Lama Haid : 7 hari
Dismenorche :-
HPHT : 22 Mei 2019
Tapsiran Persalinan :27 Februari 2020

E. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu


Kehamilan Persalinan Nifas
No Umur Tgl. Jenis Penolon Jenis BB P Keadaa Penyuli Perdaraha Laktas
. Kehamila Persalinan Persalina g Kelami B n bayi t n i
n n n
1. 37 5 Normal Bidan L 3,0 3 Baik - Normal ada
minggu Novembe 0 3
r 2007

F. Riwayat Kesehatan /Penyakit Dahulu


Riwayat kesehatan kelurga : Hipertensi
Riwayat penyakit menular : Tidak ada
Riwayat KB terahir
Jenis kontrasepsi : KB suntik
Lamanya : 6 Bulan selama 10 tahun
Alasan dilepas : Hamil anak ke 2
Dukungan keluarga : keluarga mendukung keputusan klien
Pengambilan keputusan dalam keluarga : Suami
Kebiasaan hidup
Merokok : Tidak
Minuman keras : Tidak

G. Pola aktivitas sehari-hari


1. Pola nutrisi

17
1.1 Makan
a. Frekuensi : 3 kali sehari
b. Jenis : Nasi, daging, sayur
c. Porsi/Jumlah : 1 Porsi
d. Keluhan : Tidak ada
e. Makanan yang di pantang : Nanas, telur, dan ikan
Alasan : Klien mengatakan keluarganya tidak
memperbolehkan makan nanas, telur dan ikan karena
larangan budaya
f. Alergi terhadap makanan : Tidak ada
g. Sumplemen yang dikonsumsi : -

1.2 Minum
a. Jenis : Air putih
b. Jumlah : ±2 liter
2. Pola eliminasi
2.1 BAB
a. Frekuensi : 1 kali sehari
b. Warna : kuning
c. Konsisteni : padat
d. Bau : khas
2.2 BAK
a. Frekueni : 4 kali sehari
b. Warna : kuning jernih
c. Bau : normal
3. Pola istirahat/tidur
a. tidur siang : 1 jam
b. tidur malam : 7 jam
c. keluhan tidur : tidak ada
4. Personal Hygiene
a. Mandi : 2 kali sehari

18
b. Ganti pembalut : 2 kali sehari ketika mandi
c. Jenis pakaian : katun
d. Perawatan gigi : 2 kali sehari ketika mandi
e. Perawatan payudara: -
f. Vulva hygiene : dibersihkan ketika mandi, BAB/BAK
5. Pola aktivitas : normal
6. Hubungan seksual post natal : -

H. Pemeriksaan Fisik ( Data Objektif )


1. Keadaan umum
Kesadaran : Klien dalam kedaaan sadar sepenuhnya (Compos mentis)
2. Tanda-tanda vital
Nadi : 80 x/menit tensi : 108/76 MmHg
Suhu : 36,6 C Respirasi : 15 x/menit
3. Kepala
 Rambut : Rambut klien terlihat bersih
Distribusi : Distribusi rambut klien terlihat merata
Mata
Penglihatan : Klien mengatakan penglihatan jelas
Konjungtiva : Konjungtiva klien terlihat tidak anemis
Kelopak mata : Terlihat tidak ada oedema di klopak mata klien
Reaksi pupil : Mengecil ketika di beri cahaya
Gerakan bola mata : Gerakan bola mata klien terlihat sejajar
Telinga
Kebersihan : Telinga klien terlihat bersih
Fungsi : Klien mengatakan masi bisa mendengar ketika di
tes menggunakan garputala
Pendengaran : Baik
 Hidung
kebersihan :Hidung klien terlihat bersih
Fungsi : Klien mampu membedakan beberapa aroma

19
 Mulut
Bibir : Bibir berwarna merah muda
Gusi : Gusi berwarna merah muda
gigi : Gigi klien terlihat berlubang
4. Leher
Pembengkakan : Tidak ada pembengkakan klenjar tiroid
Pergerakan leher : Terlihat normal
5. Dada
Pergerakan Nafas :Normal
Bunyi paru-paru : Terdengar reguler
Bunyi jantung : Bunyi jantung pertama terdengar LUP
Bunyi jantung kedua terdengar DUP
Payudara : Payudara klien tidak terdapat pembengkakan
Putting susu terlihat menonjol
6. Abdomen
Abdomen klien terlihat luka bekas oprasi, panjang luka oprasi 10 cm
indikasi operasi:
TFU terhadap sympisis/Pusat :1 jari di bawah pusat
Kontraksi uterus : Kuat
Kandung kemih : Kandung kemih kosong
Diastosis rektus abdominalis : Tidak ada
Bising usus = 14 x /menit
7. ekstrimitas atas
Bentuk : Terlihat Simetris, tidak terdapat Oedema, reflek bisep dan
trisep normal, kuku jari terlihat bersih
ekstrimitas bawah
Bentuk : Terlihat simetris, tidak terdapat Oedema, reflek patella
positif, terdapat varises di ke dua kaki, kuku jari terlihat
bersih
8. Pemeriksaan genetalia

20
Vulva/vagina : Tidak terdapat oedema, perineum utuh, lochea rubra
berwarna merah kecoklatan berbau khas dengan volume
40cc.
G. Data Psikologi
Status emosi : Emosi klien tampak stabil
Pola Koping : Dalam menghadapi stress, klien berdiam diri dan
melamun
Pola komunikasi : Klien dapat menyimak dan menjawab pertanyaan
dengan baik
Konsep diri
Gambaran diri : Klien merasa bahagia karena merasa sudah
menjadi ibu yang baik
Peran diri : Klien
Identitas diri : Baik
H. Data Sosial
Klien mengatakan sering mengikuti kegiatan sosial di sekitar rumah
seperti pengajian dan gotong royong.
I. Data spiritual
1. Kegiatan dalam melaksanakan ibadah klien melaksanakana solat 5 waktu
2. Kegiatan ibadah selama dalam perawatan tidak solat karena dalam masa
nifas
3. Keyakinan terhadap pertolongan tuhan klien sangat yakin terhadap
pertolongan tuhan
4. Keyakinan terhadap perawatan dan pengobatan klien sangant yakin
dengan pengobatan yang dilakukan
5. Keyakinan untuk penyembuhan/pemulihan kesehatannya sangat yakin
bahwa semua yang terjadi ada hikmahnya
J. Data Penunjang
Leukosit : 34.000 mm HIV: non reaktif
Hb: 12,8 Hbsag: -
K. Data Terapi

21
Nama obat jumlah dosis frekuensi Cara pemberian
Adalut oral 1 1x300 mg Oral
Asam 3 3x500 mg IV
mafenamat
cefadelozil 2 2x500 mg Oral

2. Analisa Data
No Data Interpretasi Masalah
Data
1 Ds : Klien mengatakan Intek kurang dari Kurang
banyaknya pantangan makanan kebutuhan pengetahuan
seperti telur dan ikan.
Do : Klien menolak ketika Defisiensi protein
perawat menyarankan untuk dan kalori
makan makanan yang Kurang
berprotein tinggi pengetahuan
2 Ds: Klien mengatakan nyeri Tindakan SC Risiko infeksi
pada bagian perut bawah dan
Insisi
belum di bersihkan
Luka
Do: Hasil pemeriksaan leukosit
37.000 mm Risiko infeksi
3 Ds : Klien mengatakan nyeri Tindakan SC Nyeri
dibagian luka oprasi nyeri
Insisi
bertambah ketika bergerak.
Luka
Do: Skala nyeri 6 dari 10
Terdapat luka post oprasi Nyeri

II. Diagnosa Keperawatan


1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kurangnya
pengetahuan tentang kebutuhan nutrisi post SC
2. Risiko infeksi b.d faktor risiko bantuan pertolongan persalinan
3. Nyeri b.d terputusnya kontinuitas jaringan akibat operasi

22
23
III. Perencanaan Tindakan Keperawatan

No Tanggal Diagnosa Perencanaan


dan Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
Jam

1 29-01 Ketidak Setelah 1.Beri 1.Mengerti tentang


2020 seimbangan dilakukan asuhan informasi nutrisi
08.00 keperawatan tentang
nutrisi Kurang 2.Mempercepat
selama 1x15 mengenai
dari menit nutrisi setelah penyembuhan luka
kebutuhan diharapkan post SC
tubuh b.d dengan kriteria 2.Anjurkan
hasil :
kurangnya klien untuk
pengetahuan 1.klien makan
mengetahui makanan yang
tentang nutrisi post SC tinggi protein
kebutuhan
nutrisi post
SC.

2 29-01- Risiko infeksi Setelah 1. Monitor 1. Untuk


2020 b.d faktor dilakukan TTV mengetahui
tindakan tanda-tanda vital
08.15 risiko bantuan 2. Jelaskan
keperawatan
pertolongan selama 2x24 jam pada klien 2. Untuk
diharapkan cara mengetahui
persalinan
infeksi tidak mengidentifi tanda-tanda
menyebar. kasi risiko infeksi
dengan KH ; infeksi
3. Untuk membantu
1. Leukesit 3. Anjurkan pertumbuhan
dalam klien untung jaringan baru
batas mengkonsu
msi 4. Untuk menjaga
normal dari iritasi
makanan
2. TTV yang bakteri
dalam berprotein 5. Mencegah
batas tinggi penyebaran

24
normal 4. Ajarkan infeksi
klien untuk
3. Tidak ada personal 6. Mempercepat
tanda- higyne penyembuhan
tanda infeksi
infeksi 5. Lakukan
ganti verban
luka

6. Kolaborasi
pemberian
antibiotik

3 29-01- Nyeri b.d Setelah 1. Kaji 1. Pengkajian yang


2020 terputusnya dilakukan intesitas spaesifik
tindakan karakteristi membantu
08.30 kontinuitas
keperawatan k nyeri memilih
jaringan selama 3x24 jam intervensi yang
2. Memperta
akibat operasi diharapkan klien tepat
dapat beradaptasi hankan
nyeri yang di tirah 2. Meminimalkan
alami. baring stimulasi atau
meningkatkan
KH: 3. AIjarkan relaksasi
teknik
1. skala nyeri relaksasi 3. Mengurangi
berkuran nafas presepsi nyeri
dalam
2. TTV dalam 4. Pemberian
batas normal 4. Kolaborasi analgesic dapat
pemberian mengurangi
analgesik nyeri

25
IV. Pelaksanaan Tindakan Keperawatan & Evaluasi Formatif

No Jam/tanggal Diagnosa Tindakan keperawatan paraf


keperawatan

1 29-01-2020 Ketidak
12.00 seimbangan nutrisi 1. Memberi informasi
mengenai nutrisi setelah
kurang dari
post SC
kebutuhan tubuh respon : klien mengatakan
b.d kurangnya sudah mengerti tentang
pengetahuan nutrisi yang dinjurkan
2. Menganjurkan klien untuk
tentang makan makanan yang
kebutuhan nutrisi tinggi protein
post SC respon : klien mengatakan
sudah makan makanan
yang tinggi protein

2. 29-01-2020 Risiko infeksi b.d 1. Memonitor TTV


bersihan luka respon : klien mengatakan
10.15 ttv normal

2. Menjelaskan pada klien


cara mengidentifikasi risiko
infeksi
respon : klien mengatakan
sudah mengetahui risiko
infeksi

3. Menganjurkan klien untuk


mengkonsumsi makanan
yang berprotein tinggi
respon : klien mengatakan
mengerti tentang makanan
yang dianjurkan

4. Mengajarkan klien untuk


personal higyne

26
respon : klien mengatakan
mengerti tentang
kebersihan vulva

5. Melakukan ganti verban


luka
respon : klien mengatakan
sudah nyaman diganti
perban

6. Pemberian kolaborasi
pemberian antibiotic
respon : klien mengatakan
nyeri berkurang

3 29-01-2020 Nyeri b.d 1. mengkaji intesitas


terputusnya karakteristik nyeri
9.30 respon : klien mengatakan
kontinuitas
masih nyeri
jaringan akibat
2. mempertahankan tirah
operasi
baring
respon : klien mengatakan
posisi sudah nyaman

3. mengajarkan teknik
relaksasi nafas dalam
respon : klien mengatakan
sudah bisa melakukan
nafas dalam

4. pemberian kolaborasi
pemberian analgesic
respon : klien mengatakan
nyeri berkurang

J. Catatan perkembangan (evaluasi sumatif)

27
Tanggal/ja Diagnosa keperawatan Catatan perkembangan paraf
m

28
29-01-2020 ketidak seimbangan S: klien mengatakan sudah
nutrisi Kurang dari mengerti tentang kebutuhan
12.15 nutrisi
kebutuhan tubuh b.d
kurangnya O: klien tidak tampak bingung

pengetahuan tentang A: masalah teratasi


kebutuhan nutrisi post
P: intervensi di hentikan
SC

31-01-2020 Risiko infeksi b.d S: klien mengatakan nyeri


ketidak seimbangan dibagian bawah perut berkurang
11.50 dan sudah mengerti tentang
nutrisi Kurang dari
personal hygiene
kebutuhan tubuh b.d
O: Hasil pemeriksaan leukosit
kurangnya
berkurang menjadi 20.000
pengetahuan tentang
A : Masalah teratasi sebagian
kebutuhan nutrisi post
SC P : Intervensi dilanjutkan

I:

- Memonitor TTV

r : Klien mengatakan TTV


normal

- Menganjurkan klien untung


mengkonsumsi makanan
yang berprotein tinggi

r : Klien mengatakan sudah


makan makanan yang
berprotein tinggi

- Menganjurkan klien untuk


personal higyne

r : Klien mengatakan sudah


melakukan tindakan bersihan
diri secara mandiri

29
- Mengganti verban luka

r :Klien mengatakan merasa


nyaman setelah di ganti
verban

- Menganjurkan perawatan
luka mandiri

r : Klien mengatakan belum


bisa merawat luka secara
mandiri

- Melanjutkan kolaborasi
pemberian antibiotic

r : Klien mengatakan
bersedia melanjutkan
pengobatan selanjutnya

12.10 E: klien mengatakan lebih


nyaman setelah di ganti verban
dan luka tampak terdapat sedikit
push

S: klien mengatakan sudah tidak

01/02/2020 Nyeri b.d terputusnya nyeri


kontinuitas jaringan O: skala nyeri berkurang dari 6
09.30 menjadi 2 (0-10)
akibat operasi
P: masalah teratasi

A: (rencana pulang) intervensi


dihentikan

BAB IV

PEMBAHASAN

30
Dalam BAB ini penulis akan menguraikan kesenjangan teori dan praktik
pada klien Ny. D dengan Post sectio caesaria di Ruang Aster RSU Kabupaten
Tangerang.

A. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal proses keperawatan, tahapan
pengkajian yang dilakukan oleh kelomppok adalah pengumpulan
data,klasifikasi data,analisa data.

Teori Askep

Pengkajian

Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri akut 1. Ketidakseimbangan


berhubungan dengan nutrisi kurang dari
bekas luka post op sc kebutuhan tubuh b.d
atau robekan jalan kurangnya
lahir pengetahuan tentang
2. Gangguan eliminasi kebutuhan nutrisi
BAK berhubungan post SC
dengan sensasi pada 2. Risiko infeksi b.d
kandung kemih faktor risiko bantuan
3. Kurang perawatan pertolongan
diri berhubungan persalinan
dengan efek-efek 3. Nyeri b.d
anestesi, penurunan terputusnya
kekuatan dan kontinuitas jaringan
ketahanan, akibat operasi
ketidaknyamana fisik
4. Resiko infeksi
berhubungan dengan
peningkatan
kerentanan tubuh
terhadap bakteri
pembedahan

31
Intervensi

Implementasi

Evaluasi

BAB V

32
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Tindakan section caearea (SC) menyebabkan nyeri yang


menimbulkan berbagai masalah, salah satunya masalah laktasi. sebanyak
86% ibu post sectio caesarea mengalami kesulitan dengan perawatan bayi,
bergerak naik turun dari tempat tidur dan mengatur posisi yang nyaman
selama menyusui akibat adnya nyeri. akibat rasa nyeri tersebut
menyebabkan pasien menunda pemberian asi sejak awal pada bayinya.
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berahir
ketika alat–alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa
nifas atau puerpenium dimulai 2 jam setelah melahirkan plasenta sampai
dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Dalam bahasa latin, waktu mulai
tertentu setelah melahirkan anak ini disebut puerperium yaitu dari kata ‘puer’
yang artinya bayi dan ‘parous’ melahirkan. Jadi puerperium berarti masa
setelah melahirkan bayi. Puerperium adalah masa pulih kembali, mulai dari
persalinan selesai sampai alat–alat kandungan kembali seperti sebelum hamil,
sekitar 50% kematian ibu terjadi dalam 24 jam pertama postpartum sehingga
pertolongan pasca persalinan yang berkualitas harus terselenggara pada masa
itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi (Vivian, 2011).

B. SARAN
Semoa pembaca dapat memahami makalah dan asuhan keperawatan yang di buat

DAFTAR PUSTAKA

33
- Nurarif, Aminhuda. 2015. Nanda Nic Noc Media Action Jogja. Jogjakarta.
- Aminah, M.S. 2011. Seri Buku Pintar Bab’s Corner Kamus Bayi 0-12 Bulan.
Jakarta: Luxima
- Hidayat, A. 2007. Metode Penelitian Kebidanan Dan Teknik Analisis Data.
Jakarta: Salemba Medika
- Julianti, DK. 2014. Materi Pelatihan Post Natal Care. Jakarta: UI
- Wati, Dewi Kartika. 2011. Dasar-Dasar Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta:
Salemba Medika

34

Anda mungkin juga menyukai