Anda di halaman 1dari 9

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

BERBASIS KEARIFAN LOKAL

Oleh

ASFA YOGIANA

UPBJJ UT MALANG PRODI MANAJEMEN


POKJAR KOTA KEDIRI
2020
BAB I
PENDAHULUAN

Seiring dengan reformasi dan arus desentralisasi sejak Undang-Undang Nomor 22


tahun 1999 tentang pemerintahan daerah yang kemudian diubah dengan Undang-Undang Nomor
32 tahun 2004, paradigma pembangunan nasional telah mengalami suatu perubahan yang
signifikan, dari pembangunan yang bertumpu pada negara menjadi paradigma pembangunan
yang bertumpu pada masyarakat atau lebih dikenal dengan istilah pembangunan masyarakat.
Dalam rangka otonomi daerah, masalah pembangunan perlu mendapat perhatian dari
pemerintah agar dapat menjadi Desa yang mandiri. Hal ini dikarenakan setiap Desa memiliki
sumber daya alam yang perlu digali dan dapat dipergunakan untuk dapat meningkatkan taraf
hidup dan kesejahteraan masyarakat Desa. Pelaksanaan pembangunan Desa, akan berhasil jika
pemerintah Desa terutama kepala Desa benar-benar dapat melaksanakan tugas
kepemimpinannya, terutama dalam membuat perencanaan pembangunan Desa dan
meningkatkan partisipasi masyarakat Desa
Partisipasi masyarakat dalam pembangunan Desa sangat penting untuk mendukung
setiap kemajuan suatu Desa dan sangat mempengaruhi sekali akan kemakmuran dan
kesejahteraan kehidupan masyarakat Desa. Setiap partisipasi masyarakat dalam pembangunan
Desa sangat berpengaruh dominan dalam kemandirian suatu Desa.
Berdasarkan uraian dan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka penulis tertarik
untuk membuat artikel dengan judul Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Daerah
Berbasis Kearifan Lokal.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Partisipasi Masyarakat
Di dalam suatu masyarakat yang sudah mampu berkembang maka tingkatan
partisipasi masyarakat tersebut pun boleh dikatakan cukup baik. Hal ini tergantung dari
pada kesadaran masyarakat dan tanggung jawabnya terhadap pembangunan. Rasa
tanggung jawab dan kesadaran ini baru muncul apabila mereka dapat menyetujui suatu
hal atau dapat menyerap suatu nilai. Untuk itulah diperlukan adanya perubahan sikap
mental kearah yang lebih yang dapat mendukung pembangunan. Partisipasi masyrakat
tentu saja tidak mungkin bergerak begitu saja tanpa adanya hal-hal yang mendorong
mereka untuk terlibat dalam pembangunan dan masyarakat tergerak untuk berpartisipasi.
Menurut Talizidhu Ndraha (1987:105) adalah:
1. Partisipasi itu memberi manfaat langsung kepada masyarakat yang bersangkutan
2. Manfaat yang diperoleh melalui partisipasi itu dapat memenuhi kepentingan
masyarakat
3. Dalam partisipasi itu terjamin adanya kontrol dari masyarakat
Berdasarkan konsep-konsep diatas, maka pengertian dari partisipasi masyarakat dalam
pembangunan adalah ikut serta masyarakat dalam proses pembangunan dimana
masyarakat memberi dukungan baik secara moril maupun materil. Sesuai dengan prinsip
pembangunan yang partisipatif, bahwa pembangunan harus dilaksanakan oleh pemerintah
bersama-sama dengan masyarakat, maka pembangunan tersebut mesti dilaksanakan
berdasarkan keseimbangan kewajiban yang serasi antara pemerintah dengan masyarakat.

B. Pembangunan Daerah
Didalam proses pembangunan, terdapat adanya kegiatan-kegiatan yang
dilakukan, dimana kegiatan tersebut selalu mempunyai keterkaitan satu sama lainnya dan
mempunyai fase tertentu. Begitu juga hal dengan partisipasi, adanya fase-fase ini
membantu kita untuk mengetahui dan menilai sampai sejauh mana tingkat partisipasi
yang deberikan oleh masyarakat. Adapun pengertian dalam Pembangunan menurut
adalah suatu usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencanayang dilakukan secara
sadar oleh suatu bangsa, Negara dan pemerintah menuju modernitas dalam rangka
membina bangsa (S.P.Siagian, 1982:67).
Sedangkan menurut undang-undang No 5 tahun 1979 tentang pemerintahan
Desa, Desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai
kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah
langsung dibawah camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam
ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Desa menurut undang-undang No 22 tahun
1999 diartikan sebagai suatu kesatuan masyarakat hukum yang dimiliki kewenangan
untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul
dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem Pemerintah Nasional dan berada
didaerah Kabupaten.
Dari keterangan diatas telah didukung oleh teori-teori yang berhubungan dengan
partisipasi masyarakat dalam pembangunan Desa, diharapkan mampu mengatasi
problematika partisipasi masyarakat dalam pembangunan Desa di Desa Sebangar
Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis. Maka dengan itu partisipasi masyarakat
sangat penting dalam pembangunan Desa, tanpa adanya partisipasi masyarakat maka
pembangunan Desa tidak akan berjalan lancar atau meningkat.

C. Kearifan lokal
Kearifan lokal digunakan oleh masyarakat sebagai pengontrol kehidupan sehari-
hari dalam hubungan keluarga, dengan sesama saudara, serta dengan orang-orang dalam
lingkungan yang lebih luas (Kamonthip & Kongprasertamorn, 2007: 2). Oleh karena
cakupannya adalah pengetahuan, budaya, dan kecerdasan pengetahuan lokal, maka
kearifan lokal dikenal juga dengan istilah lokal knowledge, lokal wisdom, atau genious
lokal. Adapun karakteristik kearifan lokal, yaitu (1) harus menggabungkan pengetahuan
kebajikan yang mengajarkan orang tentang etika dan nilai-nilai moral; (2) kearifan lokal
harus mengajar orang untuk mencintai alam, bukan untuk menghancurkannya; dan (3)
kearifan lokal harus berasal dari anggota komunitas yang lebih tua (Mungmachon,
2012:174). Kearifan lokal dapat berbentuk nilai, norma, etika, kepercayaan, adat-istiadat,
hukum, adat, aturan-aturan khusus.
Dari beberapa uraian di atas dapat peneliti simpulkan bahwa kearifan lokal
adalah satu perangkat pandangan hidup, ilmu pengetahuan, dan strategi kehidupan yang
berwujud dalam aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal, yang mampu menjawab
berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka, dan juga sebagai gagasan-
gagasan, nilai-nilai, pandangan-pandangan setempat yang bersifat bijaksana, penuh
kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota-anggota masyarakatnya.
BAB III
PEMBAHASAN

Keberhasilan sebuah pembanguan tak lepas dari partsisipasi dan peran serta masyarakat.
Perencanaan pembangunan di daerah harus memperhatikan adanya sinkronisasi, koordinasi dan
integrasi dengan perencanaan pembangunan nasional, karena capaian tujuan pembangunan
daerah harus bersifat mendukung pencapaian tujuan pembangunan secara nasional. Dengan
demikian perencanaan pembangunan harus berpedoman pada Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional. UU Nomor 25 Tahun 2004 mengatakan bahwa Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional adalah satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana-
rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan
oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat Pusat dan Daerah. 
Pentingnya keterlibatan masyarakat di dalam penyusunan perencanaan pembangunan
sangat ditekankan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional. Pendekatan partisipatif masyarakat  terdapat pada  4 (empat) pasal
Undang-Undang ini yaitu  pada Pasal 2, Pasal 5, Pasal 6 dan Pasal 7. Sistem perencanaan yang
diatur dalam UU 25/2004 dan aturan pelaksanaannya menerapkan kombinasi pendekatan antara
top-down ( atas-bawah) dan bottom-up (bawah-atas), yang lebih menekankan cara-cara aspiratif
dan partisipatif.
Dengan adanya program-program partisipatif memberikan kesempatan secara langsung
kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam rencana yang menyangkut kesejahteraan mereka
dan secara langsung juga melaksanakan sendiri serta memetik hasil dari program tersebut. Selain
uu no. 25 tahun 2004 terdapat peraturan perundang- undangan lain yang menekankan perlunya
partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan yakni : Undang-Undang Nomor  32
Tahun 2004 Tentang Pemerintahan    Daerah dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah.
Dengan menggunakan kearifan lokal sebagai strategi utama dalam perbaikan ekonomi
di masa depan khususnya ekonomi berkelanjutan sangatlah tepat. Dikarenakan masyarakat dapat
mengetahui lebih jauh apa yang harus dilakukan dan dibutuhkan dalam melakukan kegiatan
ekonomi sesuai dengan potensi yang dimiliki suatu daerah. Dengan demikian kegiatan
perekonomian di suatu daerah dapat berjalan dengan baik tanpa adanya.
BAB
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kearifan lokal merupakan pengetahuan yang eksplisit yang muncul dari periode
panjang yang berevolusi bersama masyarakat dan lingkungannya dalam sistem lokal yang
sudah dialami bersama. Oleh karena itu sangat strategis apabila dijadikan suatu terobosan
terbaru dalam pembangunan karena masyarakat mengetahui apa yang dibutuhkan dan baik
untuk mereka.
Kearifan lokal yang dikelola dengan sinergitas dapat menjadi motivasi yang kuat
untuk mendapatkan insentif yang paling bernilai untuk pembangunan jangka panjang.

B. Saran
Diperlukan kesinergisan antara stakeholder yang terkait agar kearifan lokal dapat
terlaksana dengan maksimal guna pembangunan yang lebih baik. Diperlukannya manajemen
kolaboratif dalam pengembangan kearifan Lokal.
Perlu diterapkan suatu konsep keberlanjutan, kebersamaan, keanekaragaman hayati,
kepatuhan terhadap ukum adat dan subsisten dalam pengembangan kearifan lokal agar
menghasilkan suatu pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan, yang
mencakup ekonomi yang bermanfaat, secara ekologis tidak merusak dan secara budaya
menghormati nilai-nilai kemanusiaan.
DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan. Nasional


Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

Ndraha, Taliziduhu, 1987, Pembangunan Masyarakat Mempersiapkan. Masyarakat Tinggal


Landas, Bina Aksara, Jakarta

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan

http://repository.uin-suska.ac.id/10623/1/2010_2010392ADN.pdf

Sistem Perbankan di Indonesia diatur dalam UU No.7 Tahun 1992 (diubah dengan UU No.10
Tahun 1998). Perbankan di Indonesia dapat dikelompokkan menurut jenis :
1. Bank Umum (BU)
2. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Kedua jenis bank tersebut melaksanakan Kegiatan konvensional atau syariah
Sedangkan menurut Kepemilikan
1.Bank Milik Pemerintah (Bank Pesero)
2.BPD (milik pemerintah Daerah)
3.Bank Swasta Nasional
4.Bank Asing
Menurut Ruang Lingkup Kegiatan : Bank Devisa dan Bank Nondevisa

Anda mungkin juga menyukai