Anda di halaman 1dari 10

http://jurnal.fk.unand.ac.

id 439

Tinjauan Pustaka

Penguatan Intervensi Perilaku terhadap Pencegahan HIV pada


Kelompok Berisiko: Sistematic Review

Suarnianti, Yusran Haskas

Abstrak
Intervensi perilaku sangat penting dilakukan dalam pencegahan HIV sebagai intervensi dalam upaya
meningkatkan status kesehatan. Tujuan: Mengetahui bentuk intervensi perilaku untuk mengukur outcome dari
pencegahan terjadinya HIV terutama pada kelompok berisiko. Metode: Electronic database dari jurnal yang telah
dipublikasikan melalui ProQuest, PubMed., dan ScienceDirect. Hasil: Review dari delapan jurnal yang telah dipilih
menyatakan bahwa intervensi perilaku memberi pengaruh terhadap peningkatan pengetahuan tentang HIV/AIDS,
konseling bagi kelompok dengan rIsiko tinggi seperti pada Lelaki Seks dengan Lelaki (LSL) dan juga pelaksanaan tes
HIV atau yang dikenal dengan Voluntary Counseling and Testing (VST). Instrumen penelitian yang digunakan untuk
mengukur behavioral intervention pada penelitian kuantitaif yakni kuesioner, instrumen berbasis komputer dan internet
seperti sosial media, sedangkan pada penelitian kualitatif menggali informasi dengann indepth interview dan Focus
Group Discussion (FGD). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penguatan intervensi perilaku dalam pencegahan HIV
memberi manfaat dalam peningkatan pengetahuan, persepsi dan perilaku pencegahan HIV positif, serta penurunan
stigma bagi ODHA. Simpulan: Penguatan intervensi perilaku dapat mencegah terjadinya HIV pada kelompok berisiko
sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan.
Kata kunci: intervensi perilaku, pencegahan HIV, LSL

Abstract
Behavioral intervention is crucial in HIV prevention as an intervention to improve health status. Objectives: To
determined the form of a behavioral intervention to measure the outcome of HIV prevention, especially in risk groups.
Methods: Electronic database of journals that have been published through ProQuest, PubMed., And ScienceDirect.
Results: The review of 8 journals showed the behavioral interventions influence increasing knowledge about HIV /
AIDS, counseling for high-risk groups such as Men Sex with Men (MSM), and also the implementation of HIV testing or
what is known as Voluntary Counseling and Testing (VST). The research instruments used to measure behavioral
intervention in quantitative research are questionnaires, computer-based instruments and the internet, such as social
media. In contrast, qualitative research explores information with in-depth interviews and Focus Group Discussions
(FGD). The strengthening behavioral interventions in HIV prevention provided benefits in increasing knowledge,
perceptions, and behavior of HIV positive prevention and reducing stigma for People Living with HIV (PLHIV).
Conclusion: Strengthening behavioral interventions can prevent HIV occurrence in risk groups to improve health
status.
Keywords: behavioral intervention, HIV prevention, MSM

Affiliasi penulis: Departemen Keperawatan, akibat sistem kekebalan tubuh melemah disebabkan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nani Hasanuddin, Makassar 1
oleh infeksi HIV. AIDS merupakan penyebab infeksi
Korespondensi: Suarnianti, Email: suarnianti@stikesnh.ac.id
utama kematian orang dewasa di dunia. Penyakit yang
PENDAHULUAN disebabkan oleh HIV memiliki tingkat fatalitas kasus
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah yang mendekati 100%. AIDS telah menghancurkan
virus yang melemahkan sistem kekebalan tubuh keluarga dan menyebabkan penderitaan yang tak
manusia. AIDS (Acquired Immuno Deficiency terhitung di daerah-daerah yang paling parah,
Syndroms) merupakan sekumpulan gejala yang timbul termasuk beberapa bagian termiskin di dunia, HIV

Jurnal Kesehatan Andalas. 2020; 9(4)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 440

telah membalikkan peningkatan dalam harapan hidup AIDS, namun seringkala terjadi dilema yang kemudian
yang terdaftar dalam tiga dekade terakhir abad ke-20. menjadi penghalang mereka untuk melaksanakan
2
HIV/ AIDS adalah darurat kesehatan global utama. tindakan dalam mendapatkan kepastian mengenai
Pada tahun 2017, terdapat 36,9 juta orang hidup status kesehatannya. Apakah terindikasi sebagai
dengan HIV di seluruh dunia. Infeksi baru HIV di penderita HIV positif atau negatif, sehingga dilakukan
seluruh dunia pada 2017 mencapai 1,8 juta orang. Di cek status kesehatan melalui tindakan VCT perlu
Indonesia, sejak 2005 sampai dengan Maret 2019, untuk dilaksanakan. Tes yang dilakukan untuk mereka
jumlah kasus HIV mencapai 338.363 orang, yang telah siap, sadar diri atau menjalaninya dengan
sedangkan jumlah untuk kondisi AIDS yang sukarela. Jika terjadi risiko tinggi pada status HIV
dilaporkan sejak pertama kali ditemukan pada 1987 positif, maka orang tersebut telah dalam kondisi siap
sampai dengan Maret 2019 sudah mencapai 115.601 untuk menerima keadaannya serta diharapkan untuk
orang. Mulai dari Januari hingga Maret 2019 transmisi dapat melakukan suatu usaha yang dianggap sebagai
HIV yang dialporkan yakni sebanyak 11.081 orang, suatu perbaikan untuk dirinya dan orang lain, dalam
3 4
sedangkan kasus AIDS mencapai 1.536 orang. menjalankan kelangsungan hidup bermasyarakat.
Jumlah orang yang terinfeksi HIV sebenarnya Salah satu upaya yang telah dilaksanakan dalam
sudah semakin menurun, namun masih banyak orang menurunkan angka kesakitan dan kematian dari
yang tertinggal dalam penanganan terhadap program penanggulangan HIV/AIDS yaitu dengan
HIV/AIDS, terutama pada kelompok dengan resiko melakukan pencegahan dan pendidikan terhadap
tinggi infeksi HIV yang merupakan populasi kunci HIV. kelompok berisiko. Individu dan komunitas sebaiknya
Berdasarkan laporan UNAIDS (United Nations mengetahui fakta dasar mengenai HIV dan AIDS,
Programme on HIV/AIDS) 2018, pada 2017 47% dapat mengadopsi sikap kunci, mengetahui
infeksi baru HIV di seluruh dunia berasal dari populasi keterampilan dan mendapatkan akses ke produk atau
kunci dan pasangannya, di Asia Pasifik, sebanyak layanan yang sesuai. Sehingga dapat mengurangi
5
84% infeksi baru HIV berasal dari populasi kunci dan risiko serta dapat mengubah perilaku.
pasangan seksualnya. Di Indonesia, kasus HIV dalam Tujuan dari sistematik review ini adalah untuk
populasi kunci belum memperlihatkan penurunan, mengetahui bagaimana efek dari intervensi perilaku
kecuali pada Penasun (Pengguna Napza Suntik), apakah itu melalui media massa atau social media,
Wanita Pekerja Seks Tidak Langsung (WPSL), dan dukungan psikososial, pengobatan sebagai
prevalensi pada LSL (Laki-laki yang berhubungan pencegahan, konseling dan tes sukarela serta
3
seks dengan laki-laki) meningkat dua kali lipat. pendidikan sebaya dalam pencegahan HIV positif.
LSL yaitu istilah kesehatan untuk menjelaskan
perilaku seksual laki-laki yang berhubungan seksual METODE
dengan laki-laki tanpa melihat identitas gender, Ini merupakan tinjauan sistematis dengan
motivasi terlibat dalam hubungan seks, maupun sintesis narasi. Ulasan ini berdasarkan pedoman
identifikasi dirinya dengan komunitas tertentu. Jika ada PRISMA tentang penulisan laporan ulasan sistematik/
6
LSL yang tertular infeksi menular seksual atau HIV sistematic review. Proses yang digunakan untuk
atau dua-duanya sekaligus maka LSL itu pun melakukan sistematik review adalah reviewer mencari
menyebarkan HIV di komunitasnya. LSL yang memilik beberapa artikel jurnal penelitian yang dipublikasi
istri menularkan keistrinya, perempuan lain atau PSK. melalui data base elektronik. Adapun database
Apabila HIV menular ke isterinya maka terdapat risiko elektronik yang digunakan antara lain: PubMed,
penularan HIV kepada bayi yang dikandungnya kelak ProQuest, dan ScienceDirect dengan rentang waktu
ketika dikandungan, saat persalinan atau menyusui tahun 2012 hingga 2017. Proses pemilihan study yang
4
dengan Air Susu Ibu. diulas terdiri dari 6 langkah yang ditampilkan pada
Para LSL sebenarnya telah menyadari bahwa diagram 1. Maka selanjutnya diekslusikan dan pada
perilaku seksual berisiko yang mereka lakukan akhirnya study yang telah masukan tadi akan
tersebut dapat menyebabkan tertularnya HIV dan selanjutnya disintesis. Pada penelitian ini, alat untuk

Jurnal Kesehatan Andalas. 2020; 9(4)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 441

ekstraksi data dirancang untuk memandu informasi menggunakan pedoman untuk menganalisis kualitas
dari catatan sesuai dengan tujuan penelitian. Data pelaporan di antara studi yang dipilih. Pedoman yang
yang diekstraksi pada setiap study yang inklusi digunakan adalah dengan Critical Appraisal Skills
meliputi: penulis, tahun, negara, populasi dan setting, Programe tools / CASP) dan Quality Assesment untuk
7
desain studi, tujuan penelitian, metode dan intervensi, menilai resiko bias dari study yang dipilih.
instrument dan hasil ( Tabel 1). Ulasan sistematik ini

Referensi diidentifikasi melalui


pencarian basis data; PubMed,
Proquest, dan ScienceDirect
(n = 82) Publikasi ganda
(n = 4)

Hasil penyaringan
(n = 78)

Bukan artikel penelitian / uji coba klinis,


bukan teks lengkap, bukan akses
terbuka (n = 26)

Artikel terkait
(n = 52)

Pengecualian;
Tidak relevan dengan topik (n = 33)

Artikel lengkap teks yang sesuai


dengan topik (n = 19)

Kategori studi: studi protokol,


studi literatur, dan non-acak
(n = 11)

Artikel disertakan
(n = 8)

Gambar 1. PRISMA Flow diagram

Jurnal Kesehatan Andalas. 2020; 9(4)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 442

Tabel 1. Hasil studi literature penguatan intervensi perilaku terhadap pencegahan HIV pada kelompok berisiko
Jenis peneltian dan
Negara asal Penulis Metode Tujuan Penelitan Hasil

1 Indonesia. Jenis penelitian Quasi Untuk menganalisis Ada perbedaan yang signifikan dari stigma
Brief Psychoeducation eksperiment dengan efektivitas intervensi terkait HIV/ AIDS diantara istri di rumah
Intervention Against desain penelitian psikoedukasi singkat sebelum dan sesudah intervensi
Hiv/Aids Related pre-test–post-test terhadap stigma terkait psikoedukasi singkat dan ada juga
Stigma Among House menggunakan HIV/ AIDS di antara perbedaan antara kelompok kontrol
Wifes Lived In Coffee kelompok kontrol. T-test para ibu rumah yang dengan intervensi (nilai p = 0,000; CI 95%
8
Plantation Area. dependen dan tinggal di area < alpha = 0,05). Psikoedukasi singkat
independent perkebunan kopi di memiliki efek positif dalam mengurangi
dioperasikan dalam Jember. stigma terkait HIV/ AIDS diantara istri di
analisis data rumah yang tinggal di daerah perkebunan
kopi. Penting bagi penyedia layanan
kesehatan untuk meningkatkan dan
menerapkan intervensi psikoedukasi
singkat bagi masyarakat sebagai
intervensi yang mendukung untuk
mencapai target nol stigma bagi ODHA.

2 Indonesia. Penelitian Quasi Untuk menganalisis KIE ABAT (Aku Bangga Aku Tahu) efektif
Pencegahan Penularan Experiment Design efektivitas KIE ABAT dalam peningkatan pengetahuan, persepsi
HIV / AIDS : Efektivitas dengan Pre-test Post- terhadap pengetahuan, dan perilaku pencegahan, namun belum
Metode KIE “Aku test Control Group persepsi, stigma dan bisa menurunkan stigma. KIE ABAT
Bangga Aku Tahu Design. perilaku pencegahan multiple session memberikan pengaruh
9
(ABAT). HIV/AIDS pada lebih tinggi dari pada single session.
siswa/siswi SMA Dengan demikian, diperlukan
penyempurnaan metode KIE agar dapat
mendukung terjadinya peningkatan
pengetahuan, persepsi, penurunan stigma
dan peningkatan perilaku pencegahan
HIV/AIDS.

3 Indonesia. Riset operasional Untuk mengetahui Hasil penelitian menunjukkan bahwa


Penurunan Perilaku dengan penilaian efektivitas pendekatan terdapat 20% kuli bangunan yang pernah
Berisiko Tertular HIV sebelum dan setelah BCC terhadap melakukan hubungan seks dengan
pada Kuli Bangunan memberikan intervensi. penurunan perilaku pekerja seks komersial dan tidak ada yang
dengan Pendekatan Analisis data yang berisiko tertular HIV menggunakan narkoba. Selanjutnya
Behavior Change digunakan merupakan pada para kuli terdapat 50% kuli bangunan yang tidak
5
Communication (BCC). analisis kuantitatif dan bangunan. pernah diberikan informasi mengenai
kualitatif. HIV/AIDS dan sebanyak 48% tidak pernah
memanfaatkan layanan HIV/AIDS.
Motivasi eksternal kuli bangunan
berhubungan dengan perilaku
pemanfaatan layanan HIV/AIDS dengan
korelasi cukup. Hasil FGD dari stakeholder
yaitu memiliki pendapat serupa jika kuli
bangunan merupakan kelompok risiko
tinggi tertular HIV. Sebagian besar kuli
bangunan belum mempunyai pengetahuan
yang cukup terkait pencegahan penularan
HIV karena tidak mempunyai akses
dengan pelayanan HIV dan terdapat
perilaku berisiko tertular HIV pada kuli
bangunan.

4 Indonesia. Penelitian Quasi Untuk mengetahui Hasil menunjukkan adanya diperoleh


Efektifitas Peer Experimental Design efektifitas metode peer pengetahuan siswa kelompok eksperimen
Education Pada with Nonequivalent education terhadap meningkat sebesar 100% memiliki
Pengetahuan Dan control group design pengetahuan dan sikap pengetahuan baik sedangkan kelompok
Sikap Siswa SMA tentang pencegahan kontrol 84,2% memiliki pengetahuan baik.
Dalam Pencegahan penularan HIV/AIDS. Berdasarkan hasil uji beda independent t
10
HIV/AIDS. test, didapatkan hasil (p<0,05) yaitu
terdapat perbedaan yang signifikan antara
peer education dengan metode ceramah
terhadap pengetahuan siswa. Dengan
demikian diketahui bahwa metode peer
education lebih efektif untuk menjadi
metode pendidikan kesehatan.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2020; 9(4)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 443

Jenis peneltian dan


Negara asal Penulis Metode Tujuan Penelitan Hasil

5 United States of Peserta diambil Untuk meninjau dan Kita perlu memahami tidak hanya
America. secara acak untuk mendiskusikan secara bagaimana secara fungsional
Health Interventions for menerima pendidikan singkat intervensi menyebarluaskan intervensi semacam itu
11
HIV Prevention. pencegahan HIV. eHealth dalam ke dalam pengaturan dunia nyata, tetapi
Lebih dari 1500 pencegahan HIV. juga bagaimana keterlibatan aktif dan
(terutama Afrika- Bidang ini telah penggunaan intervensi semacam itu oleh
Amerika berkembang pesat populasi berisiko tinggi dan HIV-positif
dan Latin) orang dalam banyak arah, dan dapat dicapai. Kita juga membutuhkan
dewasa muda direkrut di sini kami fokus pada pemahaman tentang pemeliharaan
ke dalam intervensi yang intervensi, baik di tingkat individu maupun
belajar menggunakan dirancang untuk institusi. Pada akhirnya, tujuan kami
berbagai metode, dan pencegahan utama adalah untuk memindahkan banyak
mereka juga infeksi HIV melalui intervensi eHealth berbasis bukti dari
diminta untuk perubahan perilaku, laboratorium dan ke dalam kehidupan
membantu merekrut termasuk perilaku populasi berisiko tinggi dan HIV-positif di
peserta studi tambahan. berisiko seksual dan tes mana mereka dapat memiliki dampak
HIV. Kami memeriksa positif.
aplikasi/ intervensi apa
yang ada; keunggulan
unik mereka;
bagaimana mereka
telah diterapkan dan
diuji sampai saat ini;
dan akhirnya terbukti
kemanjurannya

6 Indonesia. Jenis penelitian ini Untuk mengetahui Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Pengaruh Pengetahuan adalah survey pengaruh pengetahuan 53,53% responden memiliki niat untuk
dan Perceived Behavior explanatory research. dan perceived behavior melakukan VCT. Variabel yang
Control terhadap Niat Analisa bivariat control terhadap niat berhubungan dengan niat LSL melakukan
Laki-Laki yang menggunakan uji chi LSL untuk melakukan VCT adalah perceived behavior control
Berhubungan Seksual square dan analisa VCT. mengenai VCT dan pengetahuan LSL
dengan Laki-Laki (LSL) multivariate tentang HIV/AIDS dan VCT. KPA
untuk Melakukan VCT menggunakan regresi kabupaten Madiun hendaknya melakukan
4
di Kabupaten Madiun. logistic. KIE dan layanan mobile VCT untuk
meningkatkan niat LSL melakukan VCT

7 Indonesia. Analisis faktor pada Penelitian ini menilai Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa
Analisis Faktor penelitian ini psikometris lebih lanjut, Intrumen Efikasi Diri Pencegahan Perilaku
Instrumen Efikasi Diri menggunakan aspek validitas dan Berisiko HIV memiliki keandalan dan
Pencegahan Perilaku pendekatan eksploratori realiabilitas dari validitas yang baik serta dapat mengukur
12
Berisiko HIV. dengan teknik analisis instrumen efikasi diri skala efikasi diri pencegahan perilaku
principal component pencegahaan perilaku berisiko HIV terutama pada kalangan
analysis. Principal berisiko HIV yang generasi muda dengan rentang usia 18
Component Analysis dirancangan Wilandika hingga 25 tahun atau usia kalangan
(PCA). Dilakukan and Ibrahim (2016), mahasiswa. Secara analisis faktor baik
analisis faktor dengan menggunakan analisis faktor eksploratori maupun
konfirmatori atau data pengukuran pada analisis faktor konfirmatori menunjukkan
Common Factor sampel yang digunakan bahwa setiap aspek perilaku yang
Analysis (CFA). dalam penelitian menyusun variabel efikasi diri pencegahan
tersebut. perilaku berisiko HIV dapat diterima dan
menentukan nilai skala efikasi diri dari
seseorang. Selain itu instrumen ini juga
dapat dipakai pada berbagai latar
belakang pendidikan keilmuan dan budaya
kalangan generasi muda.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2020; 9(4)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 444

Jenis peneltian dan


Negara asal Penulis Metode Tujuan Penelitan Hasil

8 United States of Randomized Controlled Umengembangkan Temuan menunjukkan pelatihan


America. Trial (Uji coba agenda penelitian dua meningkatkan efikasi diri pasien melalui
We are now free to terkontrol) dan tingkat: yang pertama kombinasi peningkatan pengetahuan
speak: Qualitative Qualitative Evaluation adalah untuk terkait HIV, keterampilan komunikasi yang
evaluation of an of Trainings menentukan efek dari lebih besar dan peningkatan kemampuan
education and pendidikan pasien dan untuk mengatasi hambatan psikososial
empowerment training pelatihan yang kompleks, seperti takut berbicara
for HIV patients in pemberdayaan pada kepada penyedia layanan. Studi ini
13
Namibia. interaksi pasien- menyarankan pelatihan pemberdayaan
penyedia melalui uji pasien mungkin merupakan metode yang
coba terkontrol secara ampuh untuk melibatkan pasien HIV
acak (RCT) di empat dalam perawatan dan pengobatan mereka
klinik ART di Namibia; sendiri.
yang kedua, yang
adalah untuk
memperkaya temuan
RCT dengan
memeriksa perspektif
masing-masing pasien
tentang efektivitas
pelatihan melalui studi
kualitatif.

HASIL menggunakan layanan HIV-AIDS jika sudah


Delapan penelitian yang terpilih diatas dilakukan 5
melakukan perilaku berisiko.
di Indonesia dan negara lain. Metode penelitian yang Pendidikan dan pelatihan pemberdayaan untuk
digunakan yaitu Randomized Controlled Trial (RCT), Pasien HIV dapat meningkatkan efikasi diri pasien
Quasi-Experimental, dan Principal Component melalui kombinasi peningkatan pengetahuan
Analysis (PCA) (n=8). Artikel penelitian ini terkait HIV, keterampilan komunikasi yang lebih
dipublikasikan dalam rentang 2012 sampai 2017. besar dan peningkatan kemampuan untuk
Intervensi perilaku untuk mencegah HIV adalah mengatasi hambatan psikososial yang kompleks,
sebagai berikut: seperti takut berbicara kepada penyedia layanan.
1. Intervensi perilaku dengan memberikan pendidikan Studi ini menyarankan pelatihan pemberdayaan
dan pelatihan pasien mungkin merupakan metode yang ampuh
Efektivitas dari metode KIE ABAT (Aku Bangga untuk melibatkan pasien HIV dalam perawatan dan
Aku Tahu) efektif dalam meningkatkan 13
pengobatan mereka sendiri.
pengetahuan, persepsi, dan perilaku pencegahan 2. Intervensi perilaku dengan pemberian konseling
penularan HIV, serta menurunkan stigma terhadap dan pelaksanaan tes LSL yang diistilahkan perilaku
ODHA. Metode single maupun multiple session seksual laki-laki yang melakukan hubungan
tidak berbeda secara bermakna dalam seksual dengan laki-laki tanpa melihat identitas
meningkatan pengetahuan dan menurunkan gender diberikan edukasi dan perceived behavior
stigma. Secara keseluruhan, metode multiple control yang merupakan konseling perilaku tentang
session lebih berpengaruh dibandingkan dengan HIV/AIDS serta dihubungkan dengan niat LSL
9
single session. melakukan VCT (Voluntary Counseling and
Pemberian intervensi lainnya melalui pendekatan Testing) atau pelaksanakan prosedur untuk
Behavioural Change Communication dilaksanakan mengecek status kesehatan melalui tindakan VCT
untuk mengetahui efektifitas berubahnya perilaku untuk mengetahui apakah terindikasi menderita
terjadi pada kuli bangunan mengenai perilakunya 4
HIV positif atau negatif.
terhadap pencegahan HIV. Tujuan umum yang Konseling perilaku juga bisa dilakukan oleh teman
disepakati dalam upaya menurunkan perilaku sebaya melalui peer education. Metode peer
berisiko adalah memberikan pemahaman pada kuli education lebih efektif untuk metode pendidikan
bangunan agar tidak tertular HIV dan bersedia kesehatan karena diketahui adanya setelah

Jurnal Kesehatan Andalas. 2020; 9(4)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 445

dilakukan edukasi kesehatan pengetahuan pada intervensi perilaku dengan dukungan psikososial dan
siswa meningkat dengan menggunakan metode konseling sangat efektif. Dukungan psikososial melalui
peer education, kemudian terdapat perbedaan intervensi brief psychoeducation yang diberikan pada
pengetahuan antara kelompok eksperimen dan kelompok perlakuan terbukti empat kali lebih efektif
10
kelompok kontrol. menurunkan stigma HIV/AIDS dari pada responden
3. Intervensi perilaku dengan media massa/social yang tidak mendapatkan tindakan melalui fase
media orientasi, fase kerja dan fase terminasi.
Pencegahan HIV dapat dilakukan dengan Sejalan dengan temuan Sabato et al (2013)
intervensi e-health yaitu intervensi berbasis bahwa kaum muda secara tidak proporsional
komputer dan internet yang dirancang secara dipengaruhi oleh HIV dan AIDS di Amerika Serikat
individual untuk pengambilan keputusan secara karena keterlibatan mereka dalam perilaku berisiko
virtual; melalui ruang obrolan; melalui pesan teks; yang lebih besar. Sangat penting bahwa lembaga
dan media sosial yang digunakan sebagai wadah pendidikan tinggi menggunakan pendekatan terpadu
untuk mempromosikan seks yang aman dan tes untuk HIV dan pendidikan pencegahan IMS lainnya,
11
HIV. secara kolektif melibatkan pusat kesehatan
4. Intervensi perilaku melalui dukungan psikososial universitas, pusat konseling, kehidupan tempat tinggal,
Intervensi brief psychoeducation melalui fase pemrograman urusan kemahasiswaan, dan outlet
orientasi, fase kerja dan fase terminasi memiliki media sosial. Pendekatan seperti itu harus mengatasi
efek positif dalam mengurangi stigma terkait HIV / tidak hanya prediktor perilaku risiko (mis., Alkohol,
AIDS. intervensi psikoedukasi singkat bagi penggunaan narkoba) tetapi juga dampak locus of
masyarakat merupakan intervensi yang control kesehatan dan perilaku protektif
mendukung untuk mencapai target nol stigma bagi mempromosikan kesehatan (misalnya, penggunaan
8
ODHA. kondom, komunikasi mitra dan pemberitahuan).
instrumen efikasi diri terhadap pencegahan Demikian pula, pendekatan pencegahan harus
perilaku berisiko HIV memiliki keandalan dan menjelaskan bahwa perilaku berisiko meningkatkan
14
validitas yang baik serta dapat mengukur skala kerentanan.
efikasi diri pencegahan perilaku berisiko HIV Penelitian Ifroh & Ayubi (2018) mengemukakan
terutama pada kalangan generasi muda dengan bahwa metode diskusi yang dilakukan merupakan
rentang usia yaitu 18 hingga 25 tahun atau usia proses dasar dalam memberikan pemahaman
kalangan mahasiswa. Secara analisis faktor, baik pengetahuan tentang informasi kesehatan HIV-AIDS
analisis faktor eksploratori maupun analisis faktor bagi remaja dalam memberi gambaran terhadap
konfirmatori menunjukkan bahwa setiap aspek persepsi remaja pada situasi dan kondisi yang
perilaku yang menyusun variabel efikasi diri menyangkut akibat-akibat yang ditimbulkan apabila
pencegahan perilaku berisiko HIV dapat diterima mereka melakukan tindakantindakan berisiko yang
12 15
dan menentukan nilai skala efikasi seseorang. dapat menyebabkan penularan HIV.
Pengetahuan komprehensif remaja mengenai
PEMBAHASAN HIV AIDS saat ini masih kurang. Kurangnya informasi
Pada delapan artikel penelitian tersebut terdapat dapat menyebabkan remaja dapat mengalami resiko
jenis penelitian: Randomized Controlled Trial (RCT), HIV AIDS dan juga berbagai pemikiran serta sikap
Quasi-Experimental, dan Principal Component negatif terhadap orang dengan HIV AIDS. Pendidikan
Analysis (PCA) untuk mengetahui intervensi perilaku kesehatan yang diberikan berguna dalam peningkatan
14
untuk pencegahan HIV pada kelompok berisiko pengetahuan mengenai HIV AIDS. Peer educator
melalui pendidikan kesehatan dan pelatihan; konseling merupakan pendidik yang dapat memberikan
dan tes HIV, melalui sosial media dan juga dalam pendidikan kesehatan dan memberi pengaruh bagi
bentuk dukungan psikososial efektif. Dari beberapa teman sebayanya karena memiliki karakteristik yang
16
sintesa yang direview dapat diketahui bahwa sama.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2020; 9(4)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 446

Seorang pendidik sebaya juga mempunyai mempengaruhi tindakan seseorang dalam berperilaku
hubungan yang lebih baik dengan teman sebayanya. menggunakan kondom. Hal ini didasarkan pada
Hubungan pribadi yang baik adalah sebuah modal keyakinannya untuk mampu melakukan perilaku
utama untuk mempengaruhi dan membentuk sikap pencegahan tersebut, semakin tinggi keyakinan diri
yang baik terhadap HIV dan AIDS. Ini diketahui dari untuk selalu menggunakan kondom maka perilaku
22
meningkatnya pengetahuan pada kelompok peer penggunaan kondom akan semakin baik pula.
group dengan ceramah interaktif setelah dilakukan Salah satu aspek yang penting dalam
post test, peningkatannya lebih signifikan pada pencegahan HIV diarahkan pada kelompok remaja
kelompok peer group karena paparan informasi dari dan dewasa muda. Intervensi perilaku melalui media
17
teman sebaya terus berlangsung. sosial juga tidak kalah pentingnya untuk pencegahan
Hal berbeda dikemukakan oleh Wulandari (2015) HIV. Media seperti internet dan koran erat kaitannya
bahwa minat remaja untuk memanfaatkan (Pusat dengan perilaku kesehatan reproduksi pada remaja.
Informasi Konseling Remaja) PIK-R dan lebih mencari Media sudah menjadi sarana pembelajaran pada
pengetahuan dari sumber lain. Sehingga remaja yang remaja termasuk sebagai wadah edukasi mengenai
mempunyai pengetahuan tinggi mengenai perilaku tentang kesehatan reproduksi remaja, oleh
pencegahan PMS dan HIV/AIDS ternyata banyak yang karena itu pemberian informasi yang mendukung serta
23
tidak memanfaatakan PIK-R. Hasil wawancara berkelanjutan sangat dibutuhkan. Pentingnya
memperkuat hasil analisis statistik rendahnya intervensi perilaku untuk pencegahan HIV positif
pemanfaatan PIK-R disebabkan responden belum melalui berbagai aspek seperti sosial media yang
memerlukan layanan PIK-R karena rahasia tidak sudah merupakan kebutuhan masyarakat.
terjamin informan PIK-R merupakan tempat curhat
18
bagi yang mempunyai masalah.
Kelompok yang paling berisiko tertular HIV SIMPULAN
adalah kelompok gay dan biseksual yang biasa Sistematik review ini memfokuskan pada
dikategorikan sebagai lelaki seks lelaki atau disebut penguatan intervensi perilaku untuk pencegahan HIV
LSL. Di banyak bagian wilayah di dunia, HIV pada pada kelompok berisiko yang tampaknya efektif
kelompok LSL muncul dengan penularan HIV yang melalui pendidikan kesehatan dan pelatihan; konseling
19 dan tes HIV, melalui sosial media dan juga dalam
sangat cepat. Praktik pencegahan HIV masih kurang
sehingga menunjukkan adanya kesenjangan bentuk dukungan psikososial. Upaya yang harus
20 dilakukan yaitu layanan berbasis web atau media
pengetahuan dan perilaku. Dukungan psikosial untuk
pencegahan HIV positif tidak kalah pentingnya pada sosial untuk pencegahan HIV ke dalam perawatan dan
kelompok berisiko yaitu LSL. Tingginya prevalensi LSL pengobatan HIV serta melaksanakan program
berhubungan dengan rendahnya perilaku konseling kepada penderita dan tes HIV kepada
pencegahan, kurangnya informasi, dan rendahnya kelompok berisiko. Karena banyak orang HIV positif
penggunaan kondom. Sehingga dengan adanya sikap memiliki kontak terbatas dengan layanan kesehatan.
dan norma subjektif dapat mempengaruhi niat, Program pencegahan HIV secara komprehensif
sehingga LSL memiliki niat yang kuat untuk mencegah sebaiknya tidak hanya memfokuskan pada
terindikasi HIV. LSL mendapatkan informasi mengenai pencegahan penularan HIV tetapi juga pada
HIV dan AIDS dari penyuluhan dan media massa pemeliharaan kesehatan fisik dan mental individu
(internet). Selain itu, LSL juga secara mandiri dengan HIV yang erat kaitannya dengan stigma yang
memanfaatkan teknologi untuk mencari informasi. ada di masyarakat. Kelompok berisiko yaitu para LSL
Para informan juga diberdayakan menjadi pendidik menganggap pelayanan kesehatan yang nyaman
sebaya untuk menyampaikan informasi kepada teman- dikunjungi oleh mereka yaitu apabila petugas
teman komunitas. Tindakan pencegahan yang kesehatan dapat dipercaya, memiliki fasilitas
dilakukan (seperti menggunakan kondom) diputuskan kesehatan yang memadai serta jarak pelayanan
21 kesehatan yang mudah dijangkau.
sendiri oleh para LSL. Persepsi kemampuan diri

Jurnal Kesehatan Andalas. 2020; 9(4)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 447

DAFTAR PUSTAKA 10. Kasih LC. Efektifitas peer education pada


1. Kementerian Kesehatan RI. Stop HIV AIDS. pengetahuan dan sikap siswa SMA dalam
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. pencegahan HIV/AIDS. Jurnal Ilmu Keperawatan
2017; 1–3. (diunduh 14 Februari 2020). Tersedia 2016;4:26–33.
dari: https://promkes.kemkes.go.id/?p=7430. 11. Noar SM, Willoughby JF. Health interventions for
2. World Health Organization (WHO). HIV / AIDS: HIV prevention. AIDS Care-Psychol Socio-
Confronting a Killer. World Health Organization Medical Asp AIDS/HIV. 2012;24: 945–52.
2003; 41–56. (diunduh 15 Februari 2020). 12. Wilandika A. Analisis faktor instrumen efikasi diri
Tersedia dari: https://www.who.int/whr/2003/ pencegahan perilaku berisiko HIV. J Chem Inf
chapter3/en/ Model. 2013; 53:1689–99.
3. Rahmawati M. Penanggulangan HIV/AIDS di 13. MacLachlan EW, Potter K, Hamunime N,
Indonesia dalam ancaman RKUHP: Proyeksi Shepard-Perry MG, Uusiku J, Simwanza R,
dampak kriminalisasi perilaku beresiko transmisi O’Malley G. ‘We are now free to speak’:
HIV/AIDS dalam RKUHP terhadap Qualitative evaluation of an education and
penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia. Jakarta empowerment training for HIV patients in
Selatan: Penerbit Institute Criminal Justice Namibia. PLoS One. 2016;11(4). e0153042.
Reform (ICJR). 2019.hlm.1-98. 14. Sabato TM, Burnett AJ, Kerr DL, Wagner L.
4. Lestari HEP, Shaluhiyah Z, Demartoto A. Examining behavioral and psychosocial
Pengaruh pengetahuan dan perceived behavior predictors of antibody testing among college
control terhadap niat laki-laki yang berhubungan youth: Implications for HIV Prevention education
seksual dengan laki-laki (LSL) untuk melakukan and testing. American Journal of Sexuality
VCT di Kabupaten Madiun. Jurnal Promosi Education. 2013;8(1-2):56-72.
Kesehatan Indonesia. 2015;10(1):73–88. 15. Ifroh RH, Ayubi D. Efektivitas kombinasi media
5. Purwaningsih, Nasronudin, Qur’ainiati N., Effendi audiovisual aku bangga aku tahu dan diskusi
F. Penurunan perilaku berisiko tertular HIV pada kelompok dalam upaya meningkatkan
kuli bangunan dengan pendekatan behavior pengetahuan remaja tentang HIV-AIDS. Perilaku
change communication (BCC). Jurnal Ners. dan Promosi Kesehatan. 2018;1(1): 32-43.
2014;9(2):217–25. 16. Avilla EAS, Herman, Sukarni. Pengaruh peer
6. Moher D, Liberati A, Tetzlaff J, Altman DG. The educator terhadap peningkatan pengetahuan dan
PRISMA Group. Preferred Reporting Items for sikap remaja mengenai HIV AIDS di Pontianak
Systematic Reviews and MetaAnalyses: The Barat. Jurnal ProNers, 2019;4(1).
PRISMA Statement. PLoS Med. 2009;6(6). 17. Haerana BT, Salfiantini, Ridwan M. Peningkatan
7. Green S, Higgins JP, Alderson P, Clarke M, pengetahuan komprehensif HIV dan AIDS
Mulrow CD, Oxman AD. Cochrane handbook for melalui Peer Group. Media Kesehatan
systematic reviews of interventions: Cochrane Masyarakat Indonesia. 2016;11(2):132-8.
book series. Naunyn-Schmiedeberg's Arch Exp 18. Wulandari S. Hubungan pengetahuan, sikap dan
Pathol Pharmakol. 2008;5:S38. perilaku pencegahan penyakit menular seksual
8. Rifai A. Brief psychoeducation intervention (PMS) dan HIV/AIDS dengan pemanfaatan pusat
against HIV/AIDS related stigma among house informasi konseling remaja (PIK-R) Pada remaja
wifes lived in coffee plantation area. Jurnal SMKN Tandun Kabupaten Rokan Hulu. J
Keperawatan Muhammadiyah. 2016;1(2):1-7. Martenity Neonatal. 2015; 2:10–22.
9. Hamdi AC, Wijaya M, Iskandar S. Pencegahan 19. Anggraeni RF, Riono P, Farid MN. Pengaruh
penularan HIV / AIDS : Efektivitas metode KIE “ tahu status hiv terhadap penggunaan kondom
Aku Bangga Aku Tahu ( ABAT )”. Buletin konsisten pada lelaki yang seks dengan lelaki di
Penelitan Kesehatan. 2016; 44(4):245–52. Yogyakarta dan Makassar (analisis data
surveilans terpadu biologi dan perilaku tahun

Jurnal Kesehatan Andalas. 2020; 9(4)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 448

2013). Midwifery J Kebidanan UM Mataram. 22. Barus DJ. Hubungan komponen health belief
2018;3:7. model (HBM) dengan penggunaan kondom pada
20. Sistiarani C, Hariyadi B, Munasib M, Sari SM. pekerja seks komersil (PSK) di wilayah kerja
Peran keluarga dalam pencegahan HIV/ AIDS di Puskesmas Bandar Baru tahun 2015. Jurnal
kecamatan Purwokerto Selatan. Jurnal Ilmu Mutiara Kesehatan Masyarakat. 2017;1:16–22.
Keluarga & Konsumen. 2018;11(2):96-107. 23. Solehati T, Rahmat A, Kosasih CE. Relation of
21. Kana IM, Nayoan CR, Limbu R. Gambaran media on adolescents’ reproductive health
perilaku pencegahan HIV dan AIDS pada lelaki attitude and behaviour. Jurnal Penelitian
suka lelaki (LSL) di Kota Kupang tahun 2014. Komunikasi dan Opini Publik. 2019; 23(1):40-53.
Unnes J Public Health. 2016;5:252.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2020; 9(4)

Anda mungkin juga menyukai