Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN GERONTIK PADA TN.

DENGAN DIAGNOSA MEDIS STROKE

DISUSUN OLEH :

1. Dinda Ainun Nisa (P1337421018071)

2. Fadia Anisa Putri (P1337421018102)

3. Lia Andina Wulandari (P1337421018071)

4. Nita Dwi Kurnia (P1337421018078)

5. Meidina Nurul Shafira (P1337421018072)

6. Muchammad Yusrin T (P1337421018073)

7. Nabila Firda M (P1337421018031)

8. Rangga Kurniawan (P1337421018083)

9. Rendi Nur Wijaya (P1337421018025)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN KOTA TEGAL

TAHUN AJARAN 2020/2021


BAB I

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP TEORI
1. DEFINISI
Stroke adalah gangguan peredaran darah otak yang menyebabkan defisit
neurologis mendadak sebagai akibat iskemia atau hemoragi sirkulasi saraf otak
(Sudoyo Aru). Istilah stroke biasanya digunakan secara spesifik untuk
menjelaskan infark serebrum.
2. ETIOLOGI
Stroke dibagi menjadi dua jenis yaitu : stroke iskemik dan stroke hemoragik.
a. Stroke iskemi (non hemoragik) yaitu tersumbatnya pembuluh darah yang
menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan tehenti. 80 %
stroke adalah stroke iskemik.
Stroke iskemik ini dibagi menjadi 3 jenis yaitu :
1) Stroke trombolitik : proses terbentuknya thrombus yang membuat
penggumpalan.
2) Stroke embolik : tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah.
3) Hipoperfusion sistemik : Berkurangnya aliran darah keseluruh bagian
tubuh karena adanya gangguan denyut jantung.
b. Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh
darah otak. Hampir 7% kasus stroke hemoragik terjadi pada penderita
hipertensi.
Stroke hemoragik ada 2 jenis yaitu :
1) Hemoragik intraserebral : perdarahan yang terjadi didalam jaringan otak.
2) Hemoragik subarakhnoid : perdarahan yang terjadi pada ruang
subrakhnoid (ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan
yang menutupi otak.

Faktor-faktor yang menyebabkan stroke

a. Faktor yang tidak dapat dirubah (non reversible).


Jenis kelamin : pria lebih sering ditemukan menderita stroke dibanding
wanita.
Usia : makin tinggi usia makin tinggi pula resiko terkena stroke.
Keturunan : adanya riwayat keluarga yang terkenastroke.
b. Faktor yag dapat dirubah (reversible)
1) Hipertensi
2) Penyakit jantung
3) Kolesterol tinggi
4) Obesitas
5) Diabetes Melitus
6) Polisetemia
7) Stress emosional
c. Kebiasaan hidup
1) Merokok
2) Peminum alkohol
3) Obat-obatan terlarang
4) Aktivitas yang tidak sehat : kurang olahraga, makanan berkolesterol.

3. TANDA DAN GEJALA


Manifestasi klinis stroke bergantung pada arteri serebral yang tekena, fungsi
otak dikendalikan atau diperantarai oleh bagian otak yang terkena, keparahan
kerusakan serta ukuran darah otak yang terkena selain bergantung pula pada
derajat sirkulasi kolatera (Hartono, 2009).
Menurut oktavianus (2014) manifestasi klinis stroke sebagai berikut :
a. Stroke iskemik
Tanda dan gejala yang sering muncul
1) Transiet ischemic attack (TIA)
Timbul hanya sebentar selama beberapa menit sampai beberapa jam dan
hilang sendiri dengan atau tanpa pengobatan. Serangan bisa muncul lagi
dalam wujud sama, memperberat atau malah menetap.
2) Reversible Ischemic neurogic defisit (RIND).
Gejala timbul lebih dari 24 jam
3) Progressing stroke atau stroke inevolution
Gejala makin lama makin berat (progresif disebabkan gangguan aliran
darah makin lama makin berat.
4) Sudah menetap atau permanen
b. Stroke hemoragik
Tanda dan gejala yang mucul sangat tergantung dengan daerah otak yang
terkena.
1) Lobus parietal, fungsinya yaitu untuk sensasi somatik, kesadaran
menempatkan posisi
2) Lobus temporal, fungsinya yaitu untuk mempengaruhi indra dan memori
3) Lobus oksipital, fungsinya yaitu untuk penglihatan
4) Lobus frontal fungsinya untuk mempengaruhi mental, emosi, fungsi
fisik, intelektual.

Stroke dapat mempengaruhi fungsi tubuh. Adapun beberapa gangguan yang


dialami pasien yaitu :

1) Pengaruh terhadap status mental tidak sadar, confuse


2) Pengaruh secara fisik : paralise, disfagia, gangguan penglihatan,
hemiplegi (lumpuh tubuh sebelah).
3) Pengaruh terhadap komunikasi : afasi (kehilangan bahasa), disatria
(bicara tidak jelas).

Pasien stroke hemoragik dapat mengalami trias TIK yang mengindikasikan


adanya peningkatan volume didalam kepala. Trias TIK yaitu muntah
proyektil, pusing, dan pupil edema.

4. PATOFISIOLOGI
Otak sangat tergantung pada oksigen dan tidak mempunyai cadangan oksigen.
Jika aliran darah kesetiap bagian otak tehambat karena thrombus dan embolus,
maka mulai terjadi kekurangan oksigen ke jaringan otak. Kekurangan selama 1
menit dapat mengarah pada gejala yang dapat menyebabkan nekrosis
mikroskopikneuron-neuron. Area nekrotik kemudian disebut infark. Kekurangan
oksigen pada awalnya mungkin akibat iskemiamum (karena henti jantung atau
hipotensi) atau hipoksia karena akibat proses anemia dan kesukaran untuk
bernafas. Stroke karena embolus dapat mengakibatkan akibat dari bekuan darah,
udara, palque, ateroma fragmen lemak. Jika etiologi stroke adalah hemorrhagi
maka faktor pencetus adalah hipertensi. Abnormalitas vaskuler. Aneurisma
serabut dapat terjadi ruptur dan dapat menyebabkan hemorragi (Wijaya & Putri,
2013).
Pada stroke trombosis atau metabolik maka otak mengalami iskemia dan
infark sulit ditentukan. Ada peluang dominan stroke akan meluas setelah
serangan pertama sehingga dapat terjadi edema serebral dan peningkatan tekanan
intrakranial (TIK dan kematian pada area yang luas. Prognosisnya tergatung pada
daerah otak yang terkena dan luasnya saat terkena (Wijaya, Putri 2013). Bila
terjadi kerusakan padaotak kiri, maka akan terjadi gangguan dalam hal fungsi
bicara, bahasa, dan matematika (Farida & Amalia, 2009).
Akibat penurunan CBF regional suatu daerah otak terisolasi dari jangkauan
aliran darah, yang mengangkut O2 dan glukosa yang sangat diperlukan untuk
metabolisme oksidatif serebral. Daerah yang terisolasi itu tidak berfungsi lagi dan
karena itu timbullah manifestasi defisit neurologik yang biasanya berupa
hemiparalisis, hemihipestesia, hemiparestesia yang bisa juga disertai defisit
fungsi luhur seperti afasia (Mardjono, siaharta 2014). Apabila arteri serebri
mediatersumbat didekat percabangan kortikal utamnya (pada cabang arteri dapat
menimbulkan afasia berat bila yang terkena hemisfer serebri dominan bahasa
(Mutaqin,2011).
Lesi (infark, perdarahan dan tumor) pada bagian posterior dari girus
temporalis superior (area wernicke menyebabkan afasia reseptif, yaitu klien tidak
dapat memahami bahasa lisan dan tertulis, kelainan ini dicurigai bila klien tidak
bisa memahami setiap perintah dan pertanyaan yang diajukan. Lesi pada area
fasikulus arkuatas yang menghubungkan area wernicke dengan area broca
mengakibatkan afasia konduktif, yaitu klien, tidak dapat mengulangi kalimat-
kalimat dan sulit menyebutkan nama-nama benda tetapi dapat mengikuti perintah.
Lesi padabagian posterior girus frontalis inferior (broca) disebut dengan afasia
eksprektif, yaitu klien mampu mengerti terhadap apa yang didengar tetapi tidak
dapat menjawab dengan tepat, bicaranya tidak lancar (Mutaqin,2011).
Pathway
Faktor pencetus/etiologi Penimbunan Lemak yang Menjadi
lemak/kolesterol yang sudah nekrotik & kapur/menduku
meningkat dalam berdegenerasi ng kolesterol
darah dengan infiltrasi
limfosit
(thrombus)

Ateriosklerosis
Pembuluh darah menjadi Penyempitan
kaku dan pecah pembuluh darah
(oklusi vaskuler)
Thrombus/emboli
di cerebral

Aliran darah
terhambat
Stroke hemoragic Stroke hemoragic Kompresi
jaringan otak
Eritrosit bergumpal,
endotel rusak

Suplai darah dan Proses


O2 ke otak metabolisme dan Cairan plasma hilang
menurun otak terganggu

Resiko Peningkatan TIK Edema cerebral


ketidakefektifan
perfusi jaringan otak

Arteri arotis interna Ararteri vertebra Ararteri cerebri Gangguan rasa


basilaris media nyaman nyeri

Disfungsi N II (optikus)

Penurunan Kerusakan N.1 Kerusakan Disfungsi N.XI


fungsi N.X (olfaktorius), N II neurocerebrospinal (assesoris)
(vagus) N.IX (optikus),N N.VII (facialis), N IX
(glosovaringeus) IV(troklearis), N XII (glossofaringeaus)
(hipoglosus)
Penurunan aliran Perubahan Control otot facial Pola fungsi motorik
darah ke retina ketajaman sensasi menjadi lemah dan muskuloskletal
penghidu,
penglihatan, dan
Penurunan pengecapan Kelemahan pada
Ketidakmampuan
kemampuan retina satu/keempat
bicara
untuk menangkap anggota gerak
obyek/bayangan Ketidakmampuan
menghidu, melihat,
Kerusakan articular Hemiparise/plegi
mengecap
tidak dapat kanan dan kiri
Kebutaan berbicara (disatria)

Gangguan
perubahan
Kerusakan
Resiko jatuh persepsi sensori
komunikasi verbal

Proses menelan
Hambatan
tidak efektif
mobilitas fisik

Tirah baring lama


Refluks

Luka dekubitus
Disfagia Anorexia Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh Kerusakan
integritas kulit
5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk memastikan jenis serangan stroke,
letak sumbatan atau penyempitan pembuluh darah. Letak pendarahan, serta luas
jaringan otak yang mengalami kerusakan (Indrawati, Sari & Dewi 2008).
a. CT scan
b. Pemeriksaan magnetic resonance imaging (MRI)
c. Pemeriksaan magnetic resonance angiography (MRA)
d. Pemeriksaan ultrasonografi katori dan doples transkranial
e. Pemeriksaan lumbal fungsi
f. Pemeriksaan EKG
g. pemeriksaan darah
h. EEG (elektro encephalografi)
i. angiografi serebraL
j. sinar-x tengkorak
k. Pemeriksaan foto thorax
6. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penanganan stroke ditentukan oleh penyebab stroke dan dapat berupa terapi
farmasi radiologi intervensional, ataupun pembedahan. Untuk stroke iskemik,
terapi bertujuan untuk meningkatkan perfusi darah ke otak, membantu lisis
bekuan darah dan mencegah trombosis lanjutan, melindungi jaringan otak yang
masih aktif, dan mencegah cedera sekunder lain titik pada stroke hemoragik
bertujuan terapi adalah mencegah kerusakan sekunder dengan mengendalikan
tekanan intrakranial dan vasospasme,bserta mencegah perdarahan lebih lanjut
(Hartono, 2010).
a. Farmakologis
1) Dasodiktator meningkatkan aliran darah cerebri (ADS) secara
percobaan, tetapi maknanya pada tubuh manusia belum dapat
dibuktikan.
2) Dapat diberikan histamin, aminophilin, acetazolamide, papaverin
intenarterial.
3) Mitigasi antitrombosit dapat diresepkan karena trombosit memainkan
peran sangat penting dalam pembentukan trombus dan embolisasi
antiagresi trombosis seperti aspirin digunakan untuk menghambat reaksi
pelepasan agregasi yang terjadi sesudah ulserasi alteroma.
4) Antikoagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya atau beratnya
trombosis atau embolisasi dari tempat lain dalam system kardiovaskuler
(Mutaqin, 2011)
b. Non-farmakologis
1) Terapi wicara
2) Fisioterapi
3) Akupuntur
4) Terapi ozon
5) Terapi sonolisis
6) Hidroterapi
7) Senam ergonomik
8) Terapi musik
9) Terapi bekam
10) Terapi nutrisi
11) Aromaterapi
12) Terapi herbal
13) Hippo terapi
14) Psikoterapi
c. Pembedahan
Tujuan utama adalah memperbaiki aliran darah serebral denganan :
1) Endoseterektommy karotis membentuk kembali arteri karotis, yaitu
dengan membuka arteri karotis di leher
2) Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan
manfaatnya paling dirasakan oleh klien
3) Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut
4) Ligasi arteri karotis komunis dileher khususnya pada aneurisma
(Mutaqin, 2011)
d. Pemeriksaan saraf kranial
1) Saraf 1 olfaktorius
2) Saraf2 optikus
3) Saraf 3 okulomotor
4) Saraf 4 troklearis
5) Saraf 5 trigeminus
6) Saraf 6 abdusen
7) Saraf 7 facial
8) Saraf 8 vestibulokoklearis, saraf akustikus
9) Saraf IX dan x glosofaringeus dan vagus
10) Saraf XI asesorius
11) Saraf XII hipoglosus
7. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu
proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (nursalam, 2008). Pada
konsep asuhan keperawatan menggunakan pendekatan konsep 13 domain Nanda,
karena pada pengkajian 13 domain tersebut ada beberapa domain yang tempat
menunjang data fokus pada masalah keperawatan yang di ambil, yaitu hambatan
komunikasi verbal.
Fokus pengkajian pada pasien dengan hambatan komunikasi verbal adalah
pada domain 1 (health promotion) domain 4 activity, domain 5 relationship, dan
domain 6 self-perception, kurangnya health promotion tentang aktivitas pada
pasien stroke dengan hambatan komunikasi verbal dapat menyebabkan pola
hubungan dan peran ter ganggu dan menyebabkan pasien menjadi putus asa.
Pengkajian 13 domain NANDA :
a. Biodata
1) Usia
2) Jenis
3) Lingkungan tempat tinggal
4) Tingkat pendidikan
a) Domain 1 : helth promotion
1.1 Kesehatan umum
 Keluhan utama
Biasanya klien dengan datang ke rumah sakit dalam
keadaan penurunan kesadaran atau koma serta disertai
kelumpuhan dan keluhan sakit kepala hebat bila masih
sadar (Padilla, 2012).
 Riwayat penyakit dahulu:
Perlu dikaji adanya riwayat DM, hipertensi, kelainan
jantung, pernah TIA, polisitemia karena hal ini
berhubungan dengan penurunan kualitas pembuluh darah
otak menjadi menurun (Padilla, 2011).
 Riwayat pekerjaan dan pola hidup :
Menanyakan situasi tempat klien bekerja dan
lingkungannya. Kebiasaan sosial dengan menanyakan pola
hidup misalnya minum alkohol atau obat tertentu.
Kebiasaan merokok dengan menanyakan tentang kebiasaan
merokok. Sudah berapa lama, berapa batang perhari dan
jenis rokok (Mutaqin, 2011).
b) Domain 2: nutrition
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kanim, Pateda, Hadju &
Nur header (2007), suplementasi ekstrak albumin ikan gabus terdapat
status gizi dan imunitas pasien stroke. Pasien dengan penyakit stroke
pada umumnya mengalami mal nutrisi, keadaan malnutrisi ini
menyebabkan immunodefisiensi dan menurunkan cell medirted
immunity, pada malnutrisi kronik terdapat kelainan yang bermakna
pada imunitas seluler yaitu penurunan jumlah limfosit, penurunan
aktifitas sel natural killer (NK), dan produksi IL -2 dan TNf a.
 A (Antropometri).
Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan
menurun, penurunan BB akibat gangguan menelan, mual dan
muntah pada fase akut (mutaqin, 2011)
 B ( biochemical)
Hemoglobin dan albumin menurun (Nursalam, 2008)
 C (clinical)
 Kepala
Bagaimana penyebaran rambut, alopesia, kebersihan kepala,
benjolan abnormal, dan hematoma yang bisa di indikasikan
pada tekanan intra cranial (Nursalam,2008)
 Kulit
Kasar, kering, bersisik, pucat, ptekie, kehilangan lemak
subkutan (Nursalam,2008)
 Mulut
Mulut mencong dan penurunan koordinasi gerakan
mengunyah akibat paralisis saraf tigeminus ( saraf V)
gangguan pada saraf IX dan X yang menyebabkan
kemampuan menelan kurang baik dan kesulitan membuka
mulut, sianosis. Akibat penurunan suplay oksigen, kebersihan
rongga mulut dan gigi terganggu akibat kelemahan fisik yang
mengakibatkan pasien kesulitan dalam membersihkannya
secara mandiri, disatria, afasia. (Nursalam,2008)
 Mata
Konjungtiva pucat akibat kurangnya suplay darah ke jantung
karena kerja jantung yang munurun sekunder terhadap
penurunan kesadaran, pupil anisokor dapat di jumpai pada
pasien yang mengalami penurunan kesadaran papiledema
akibat peningkatan tekanan . intra cranial yang mendesak
tekanan pada intraokuler, penglihatan dan lapangan pandang
kurang pada sisi yang sakit akibat gangguan saraf ke III,
IV,VI sehingga terjadi paralisis pada sisi otot okulasi yang
sakit ( Nursalam, 2008).
 D (diet)
Ketidakmampuan untuk makan karena gangguan menelan, nafsu
makan menurun(mutaqin,2011)
c) Domain 3 : Eliminasi and change
Perubahan pola berkemih seperti : inkontinensia urine, anemia,
distensi abdomen bising usus (-). (wijaya &putri,2013)
 Inspeksi : adanya benjolan abnormal, ascites
 Auskultasi : penurunan peristaltik usus akibat bedret yang lama
 Perkusi : tympani
 Palpasi : kuadran kiri bawa dapat ditemukan penumpukan skibala
karena penurunan perstaltik sekunder terhadap bedrest yang
lama(Nuralan,2008)
d) Domain 4 : activity/rest
 Istirahat /tidur.
Merasa mudah lelah, susah untuk beristirahat (nyeri, kejang
otot),(doengoes, moothouse, & gelsser,2012)
 Aktivitas
Merasa kesulitan untuk melakukan aktivitas karena kelemahan,
kehilangan sensasi atau paralisis (hemiplagia) (wijaya & purti,
2013)
 Cardio respon
 Palpasi : frekuensi nadi dapat bervariasi (karena ketidak
stabilan fungsi jantung, obat-obatan, efek stroke pada pusat
vasomotor).
 Auskultasi : desiran pada karotis, femoralis, dan arteri
ilika/aorta yang abnormal ( wijaya & putri 2013).
 Pulmonalry respon
Perlu dikaji adanya :
 Sumbatan jalan nafas karena penumpukan sputum dan
kehilangan refleks batuk
 Adakah tanda-tanda lidah jatuh kebelakang.
 Auskultasi suara nafas mungkin ada stridor
 Catat jumlah dan irama nafas (padila,2012)
 Saraf kranial
 Saraf I (olfaktorius) : pada pasien stroke perdarahan tidak ada
kelainan pada fungsi penciuman
 Saraf II (optikus) : disfungsi persepsi visual karena gangguan
jarak sensori primer diantaranya mata dan korteks visual.
Gangguan hubungan visual spasial sering terlihat pada pasien
dengan hemiplegi kiri, pasien mungkin tidak dapat memakai
pakaian tanpa bantuan karena ketidak mampuan untuk
mencocokan pakaian kebagian tubuh.
 Saraf III (okulomotor), IV (troklearis), VI(abdusen)
Stroke mengakibatkan paralisis pada suatu sisi otot okularis,
sehingga di dapatkan penurunan kemampuan gerak dan
lapang pandang pada sisi yang sakit
 Saraf V (tigemimus)
 Optal mikus : reflek kornea menurun, sensasi kulit wajah
dahi dan paranasal menurun.
 Maksilaris : sensasi kulit wajah bagian kanan berkurang
sesisi
 Mandibularis : gerakan rahang terganggu . pasien
kesulitan membuka mulut.
 Saraf VII (fasialis) : wajah asimetris dan otot wajah tertarik
ke bagian sisi yang sehat
 Saraf VIII (vestibulokoklearis) : tidak ditemukan adanya tuli
konduktif dan tuli persepsi
 Saraf VIII (glosofaringeal) dan X (vagus) : tergangguanya
kemampuan menelan dan kesulitan membuka mulut
 Saraf XI (aksesorius) : atrofi otot ekstremitas sesi akibat
kurangnya pergerakan ekstremitas sekunder terhadap
kelemahan/kelumpuhan sesisi
 Saraf XII (hipoglossus) : lidah moncong (mutaqin, 2011)
e) Domain 5 : perseption/cognition
Penurunan dalam ingatan dan memori baik jangka pendek maupun
jangka panjang (mutaqin,2011)
f) Domain 6 : self perception
 Perasaan tidak berdaya, perasaan putus asa
 Emosi labil, ketidak siapan untuk makan sendiri dan gembira
 Kesulitan untuk mengekspresikan diri (wijaya & putri 2013)
g) Domain 7 relation ship
Adanya perubahan hubungan dan peran karena mengalami kesulitan
untuk berkomunikasi akibat gangguan (mutaqin 2011).
h) Domain 8 sexsuality
Adanya penurunan gairah sexsual (mutaqin,2011)
i) Domain 9 coping/stress tolerance
Biasanya dijumpai tanda kecemasan karena ancaman kematian
diekspresikan dengan menangis , klien dan keluarga sering bertanya
tentang pengobatan dan kesembuhan (padila, 2012)
j) Domain 10 life principle
Klien biasanya jarang melakukan ibadah karena tingkah laku yang
tidak stabil, kelemahan, atau kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh
(mutaqin, 2011)
k) Domain 11 safety/protection
Masalah dalam penglihatan, kesulitan menelan, mudah lelah dan
koordinasi yang kurang pada otot-otot (mutaqin, 2011)
l) Domain 12 comfort
Pengkajian objektif pada pasien ditemukan waajah meringis,
menangis, merintih, mengerang, dan menglihat perasaan tidak
nyaman seperti mual & muntah (mutaqin, 2011)
m) Domain 13 groloth/defelopment
Biasanya pada pasien stroke tidak ada masalah dalam pertumbuhan
(mutaqin, 2011)
8. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Gangguan menelan b.d penurunan fungsi nervus vagus atau hilangnya refluks
muntah
b. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidak
mampuan untuk mencerna makanan, penurunan fungsi nervus hipoglofus.
c. Nyeri akut
d. Hambatan mobilitas fisik b.d hemiprases kehilangan keseimbangan dan
koordinaasi, spastisitas dan cedera otak.
e. Defisit perawatan diri b.d gejala sisa stroke
f. Kerusakan integritas kulit b.d hemipresis/hemiplagia, penurunan mobilitas
g. Resiko jatuh b.d perubahan ketajaman penglihatan
h. Hambatan komunikasi verbal b.d penurunan fungsi otot facial/oral
i. Resiko ketidakefektifan perpusi jaringan otot b.d penurunan cairan darah ke
otak (aterosklerosis, embolisme)
9. INTERVENSI
Diagnosa : ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidak
mampuan untuk mencerna pencernaan.
a. Monitor lingkungan selama makan
b. Ajarkan pasien bagaimana cara membuat catatan makanan harian
c. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
d. Kolaborasikan dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien.

Anda mungkin juga menyukai