DISUSUN OLEH:
FAKULTAS TEKNIK
2020/2021
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah…Puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas segala rahmat dan hidayahnya segala
pujian hanya layak kita aturkan kepada Allah SWT. Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat,
rahmat, taufik, serta petunjuk-nya yang sungguh tiada berkira besarnya, sehingga penulisan dapat
diselesaikan.
Dalam penyusunan makalah ini, Penulis tentu berharap isi makalah ini tidak meninggalkan
celah, berupa kekurangan dan kesalahan namun kemungkinan akan selalu tersisa kekurangan yang
tidak di sadari oleh penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritikan dan saran yang
membangun agar makalah ini dapat menjadi lebih baik lagi. Akhir kata, penulis mangharapkan agar
KATA PENGANTAR................................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................
A. Latar Belakang..........................................................................................
B. Rumusan Masalah.....................................................................................
C. Tujuan.......................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................
A. Kesimpulan............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan latar belakang historis bahwa tata ”Nusantara” adalah sebuah kata
majemuk yang diambil dari bahasa Jawa kuno. Kata ini terdiri dari kata-kata nusa yang
berarti ‘pulau’ dan antara berarti ‘lain’.Istilah ini digunakan dalam konsep kenegaraan
“Jawa” artinya daerah di luar pengaruh budaya Jawa.
Wilayah Nusantara terletak pada persilangan jalan, antara Samudera Hindia dan
Samudera Pasifik, atau lebih khusus, Benua Asia dan Australia.Persilangan ini telah
menjadikan wilayah Nusantara sebagai tempat persinggahan bagi pelayar dan pedagang
terutama dari China ke India atau sebaliknya.Persinggahan para pelayar dan pedagang
dari berbagai mancanegara telah menjadikan nusantara sebagai tempat kehadiran semua
kebudayaan besar didunia. Bukti-bukti penemuan artefak-artefak seperti prasasti, uang
logam dan gerabah bahkan bangunan yang dapat memberikan informasi kehadiran
bangsa-bangsa besar tersebut.
Sebagaimana diketahui bahwa sejarah budaya yang melahirkan peninggalan budaya
termasuk arsitektur sejalan dengan periodisasi tersebut diatas, maka dapat dikategorikan
sebagai arsitektur percandian, arsitektur selama peradaban Islam (bisa termasuk
arsitektur lokal atau tradisional, dan pra modern) dan arsitektur modern (termasuk
arsitektur kolonial dan pasca kolonial). Keberadaan arsitektur lokal yang identik dengan
bangunan panggung berstruktur kayu telah ada sebelum atau bersamaan dengan
pembangunan candi-candi.Hal ini ditunjukkan dari berbagai keterangan pada relief
candi-candi dimana terdapat informasi tentang arsitektur lokal/domestik atau tradisional
atau vernakular nusantara. Akan tetapi jikalau menilik usia dari bangunan vernakular
yang ada di Indonesia, tidak ada yang lebih dari 150 tahun. Pembahasan ini dapat
diurutkan sebagai berikut: Arsitektur vernacular ,Arsitektur klasik atau candi, Arsitektur
pada masa perabadan atau kebudayaan Islam, Arsitektur Kolonial, Arsitektur Modern
(pasca kemerdekaan).
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Apa yang melatar belakangi perkembangan arsitektur Kolonial di nusantara?
2. Mengetahui Periodesasi Arsitektur Kolonial ?
C. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui aspek-aspek perkembangan arsitektur Kolonial di nusantara!
2. Untuk mengetahui sejarah perkembangan Arsitektur Kolonial di Nusantara!
BAB II
PEMBAHASAN
Pada tahun 1498, raja portugis mengirim ekspedisinya dibawah pimpinan Vasco Da
Gama. Ekspedisi ini berhasil mendarat di Kalkuta (India) tahun 1498. Di daerah para pelaut
Portugis mendapat rempah-rempah dari para pedagang untuk dibawa ke negerinya. Pada
tahun 1511, dari India bangsa Portugis mengirim ekspedisinya dibawah pimpinan Alphonso
d’Albuquerque, mengikuti perjalanan para pedagang Islam. Malaka pusat perdagangan Islam
di Asia Tenggara. Dari Malaka itu bangsa Portugis melanjutkan pelayarannya ke arah timur
untuk mendapatkan sendiri rempah-rempah yang ada dikepulauan Maluku. Akhirnya bangsa
Portugis tiba di Ternate (Maluku) tahun 1512.
Kedatangannya pun di sambut hangat oleh Raja dan rakyat Maluku pada saat itu, hingga
pada akhirnya Portugis melanggar aturan yang disepakati dengan menerapkan praktik
monopoli tidak sehat.
Perang yang terjadi antara Kerajaan Ternate dengan Tidore, juga merupakan perang
antara bangsa kulit putih yaitu antara bangsa Spanyol dengan Portugis.
Untuk menyelesaikan perkaitan kedua bangsa kulit putih itu, Paus turun tangan dan pada
tahun 1521 dilakukan perjanjian Saragossa (Zaragoza). Isi perjanjiannya:
“Bumi ini dibagi atas dua pengaruh, yaitu pengaruh bangsa Spanyol dan Portugis. Wilayah
kekuasaan Spanyol membentang dari Mexico ke arah barat sampai kepulauan Filiphina dan
wilayah kekuasaan Portugis membentang dari Brazillia ke arah timur sampai kepulauan
Maluku”.
Pada saat itu, negara-negara bagian Eropa merupakan negara yang aktif melakukan
pelayaran ke Asia Tenggara. Salah satunya adalah Spanyol. Impian mereka mendapatkan
negara penghasil rempah-rempah tercapai setelah berhasil memasuki wilayah Nusantara.
Portugis yang pada saat itu masih menjajah Indonesia, menganggap bahwa Spanyol
melanggar hak monopoli Portugis, meskipun pada dasarnya mereka berada dalam cakupan
wilayah perdagangan yang berbeda. Portugis memutuskan bekerja sama dengan kerajaan
Ternate sedangkan Spanyol dengan kerajaan Tidore. Namun tetap saja antara kedua negara
tersebut terjadi persaingan dagang yang berkepanjangan.
Tahun 1596 di bawah pimpinan Cornelis de Houtman, para pedagang bangsa Belanda
tiba di Banten (Indonesia). Dari bandar Banten pelaut Belanda melanjutkan pelayarannya ke
arah timur dan mereka kembali dengan membawa rempah-rempah dalam jumlah yang cukup
banyak. Belanda semakin ramai datang ke Indonesia. Keadaan seperti ini telah menyebabkan
timbulnya persaingan di antara para pedagang sendiri.
Dalam kurun waktu yang selama itu, Belanda berhasil menguasai wilayah Indonesia
mencakup pulau Jawa, Sumatera, Sulawesi dan Papua. Tak jauh berbeda dengan negara
lainnya, tujuan Belanda pun untuk berdagang dan mencari rempah-rempah.
Atas kekalahan Portugis tahun 1602, Belanda memulai kolonialisasinya dengan
mendirikan kongsi dagang di Batavia yang diberi nama VOC (Verenigde Oostindische
Compagnie). Pemerintah Belanda membentuk badan usaha atau kongsi dagang atau VOC
yaitu untuk persekutuan dagang hindia timur.
Gambar: Johan Van Oldenbarnevelt
VOC berdiri pada tahun 1602 yang didirikan oleh Johan van Oldenbarnevelt juga
berperan penting dalam perjuangan Belanda meraih kemerdekaan dari Spanyol. Van
Oldenbarnevelt lahir di Amersfoort yang juga lebih sering disebut oleh bangsa Indonesia
dengan sebutan Kompeni Belanda. Para petualang Belanda beruntung karena mereka
memperoleh informasi perjalanan bangsa Portugis ke Asia dan Indonesia dari Jan Huygen
Van Linschoten, seorang penjelajah Belanda yang ikut pelayaran Portugis sampai di
Indonesia. Ia menulis buku yang berjudul “Itinerario, Voyage Ofte Schipvert naer Oost ofte
Portugaels Indiens “ (catatan perjalanan ke Timur, atau Hindia Portugis).
Pada tahun 1596, Cornelis de Houtman dengan empat buah kapal berawak kapal 249
orang mendarat di Banten. Kehadiran Belanda di Nusantara mengawali penjajahan di
Indonesia ditandai dengan terbentuknya VOC (Verenigde Oost Indische Compagnie) tahun
1602.
1) Kekuasaan VOC (Kompeni Belanda) di Indonesia
Pembentukan VOC dibantu oleh pemerintah Belanda di bawah Van Oldenbarneveldt.
VOC diberi hak istimewa, sehingga menjadi badan yang berdaulat. Hak istimewa itu:
a) Hak monopoli untuk berdagang antara Amerika Serikat dengan Afrika
b) Hak memelihara angkatan perang, berperang, mendirikan benteng-benteng dan
menjajah
c) Hak untuk mengangkat pegawai-pegawainya
d) Hak untuk memberikan pengadilan
e) Hak untuk mencetak dan mengedarkan uang sendiri
VOC mempunyai kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi terhadap pemerintah
Belanda, yaitu:
a) Bertanggung jawab kepada Staten General (badan Perwakilan)
b) Pada waktu perang harus membantu pemerintah Belanda dengan uang dan angkutan
perang
2) Indonesia dibawah pemerintahan Kerajaan Belanda
Pada akhir abad ke-18, VOC mengalami kemunduran akibat kerugian yang sangat besar
dan memiliki utang yang sangat besar.
Hal ini diakibatkan oleh:
a) Persaingan dagang dari bangsa Prancis dan Inggris
b) Penduduk di Indonesia, terutama Jawa telah menjadi miskin, sehingga tidak mampu
membeli barang-barang yang dijual oleh VOC
c) Perdagangan gelap merajalela dan menerobos monopoli perdagangan VOC
d) Pegawai-pegawai VOC banyak melakukan korupsi dan kecurangan-kecurangan
akibat dari gaji yang diterima kecil
e) VOC mengeluarkan anggaran belanja yang cukup besar untuk memelihara tentara dan
pegawai-pegawai yang jumlahnya cukup besar untuk memenuhi pegawai daerah-
daerah yang baru dikuasai, terutama di Jawa dan Madura
Bala tentara Nippon adalah sebutan resmi pemerintahan militer pada masa pemerintahan
Jepang. Dalam pelaksaanya, dipegang oleh dua angkatan perang yaitu angkatan darat
(rikugun) dan angkatan lau (kaigun).
Kuat dan utuhnya Gedung Sate hingga kini, tidak terlepas dari bahan dan teknis
konstruksi yang dipakai. Dinding Gedung Sate terbuat dari kepingan batu ukuran besar (1 × 1
× 2 m) yang diambil dari kawasan perbukitan batu di Bandung timur sekitar Arcamanik
dan Gunung Manglayang. Konstruksi bangunan Gedung Sate menggunakan cara
konvensional yang profesional dengan memperhatikan standar teknik.
Gedung Sate berdiri di atas lahan seluas 27.990,859 m², luas bangunan 10.877,734 m²
terdiri dari Basement 3.039,264 m², Lantai I 4.062,553 m², teras lantai I 212,976 m², Lantai II
3.023,796 m², teras lantai II 212.976 m², menara 121 m² dan teras menara 205,169 m².
Fasade (tampak depan) Gedung Sate ternyata sangat diperhitungkan. Dengan mengikuti
sumbu poros utara-selatan (yang juga diterapkan di Gedung Pakuan, yang menghadap
Gunung Malabar di selatan), Gedung Sate justru sengaja dibangun menghadap
Gunung Tangkuban Perahu di sebelah utara.
Gedung Sate sejak tahun 1980 dikenal dengan sebutan Kantor Gubernur karena sebagai
pusat kegiatan Pemerintah Provinsi Jawa Barat, yang sebelumnya Pemerintahaan Provinsi
Jawa Barat menempati Gedung Kerta Mukti di Jalan Braga Bandung.
Ruang kerja Gubernur terdapat di lantai II bersama dengan ruang kerja Wakil Gubernur,
Sekretaris Daerah, Para Assisten dan Biro. Saat ini Gubernur di bantu oleh tiga Wakil
Gubernur yang menangani Bidang Pemerintahan, Bidang Ekonomi dan Pembangunan, serta
Bidang Kesejahteraan Rakyat, seorang Sekretaris Daerah dan Empat Asisten yaitu Asisten
Ketataprajaan, Asisten Administrasi Pembangunan, Asisten Kesejahteraan Sosial dan Asisten
Administrasi. Namun tidak seluruh Asisten menempati Gedung Sate. Asisten Kesejahteraan
Sosial dan Asisten Administrasi bersama staf menempati Gedung Baru. Di bagian timur dan
barat terdapat dua ruang besar yang akan mengingatkan pada ruang dansa (ball room) yang
sering terdapat pada bangunan masyarakat Eropa. Ruangan ini lebih sering dikenal dengan
sebutan aula barat dan aula timur, sering digunakan kegiatan resmi. Di sekeliling kedua aula
ini terdapat ruangan-ruangan yang di tempati beberapa Biro dengan Stafnya. Paling atas
terdapat lantai yang disebut Menara Gedung Sate, lantai ini tidak dapat dilihat dari bawah,
untuk menuju ke lantai teratas menggunakan Lift atau dengan menaiki tangga kayu.
Gedung Sate telah menjadi salah satu tujuan objek wisata di kota Bandung. Khusus
wisatawan manca negara banyak dari mereka yang sengaja berkunjung karena memiliki
keterkaitan emosi maupun history pada Gedung ini. Keterkaitan emosi dan history ini
mungkin akan terasa lebih lengkap bila menaiki anak tangga satu per satu yang tersedia
menuju menara Gedung Sate. Ada 6 tangga yang harus dilalui dengan masing-masing 10
anak tangga yang harus dinaiki.
Keindahan Gedung Sate dilengkapi dengan taman disekelilingnya yang terpelihara
dengan baik, tidak heran bila taman ini diminati oleh masyarakat kota Bandung dan para
wisatawan baik domestik maupun manca negara. Keindahan taman ini sering dijadikan lokasi
kegiatan yang bernuansakan kekeluargaan, lokasi shooting video klip musik baik artis lokal
maupun artis nasional, lokasi foto keluarga atau foto diri bahkan foto pasangan pengantin.
Khusus pada hari minggu lingkungan halaman Gedung Sate dijadikan pilihan tempat
sebagian besar masyarakat untuk bersantai, sekadar duduk-duduk menikmati udara segar kota
Bandung atau berolahraga ringan.
Membandingkan Gedung Sate dengan bangunan-bangunan pusat pemerintahan (capitol
building) di banyak ibu kota negara sepertinya tidak berlebihan. Persamaannya semua
dibangun di tengah kompleks hijau dengan menara sentral yang megah. Terlebih dari segi
letak gedung sate serta lanskapnya yang relatif mirip dengan Gedung Putih di Washington,
DC, Amerika Serikat. Dapat dikatakan Gedung Sate adalah "Gedung Putih"nya kota
Bandung.
o Arsitektur gereja dibuat dengan gaya neo gothik. Denah dengan bangunan berbentuk
salib dengan panjang 60 meter dan lebar 20 meter. Pada kedua belah terdapat balkon
selebar 5 meter dengan ketinggian 7 meter. Konstruksi bangunan ini dikerjakan oleh
seorang tukang batu dari Kwongfu, China. konstruksi bangunan ini terdiri dari batu bata
tebal yang diberi plester dan berpola seperti susunan batu alam. Dinding batu bata ini
menunjang kuda-kuda kayu jati yang terbentang selebar bangunan.
o Ada 3 menara di Gereja Katedral, yaitu: Menara Benteng Daud, Menara Gading dan
Menara Angelus Dei. Menara ini dibuat dari besi. Bagian bawah didatangkan dari
Nederland dan bagian atas dibuat di bengkel Willhelmina, Batavia.
o Di menara gading terdapat jam yang pada mesinnya tertulis Van Arcken & Co.
o Lonceng: Pada menara Benteng Daud terdapat lonceng yang dihadiahkan oleh
Clemens George Marie van Arcken. Pada menara Gading terdapat lonceng yang lebih
kecil dan disumbankan oleh Tuan Chasse. Lonceng yang terbesar bernama Wilhelmus
yang merupakan hadiah dari Tuan J.H. de Wit.
o Patung Kristus Raja: berada di halaman depan gereja.
o Goa Maria: Bentuk fisiknya mirip dengan Goa Maria di Lourdes Prancis. Goa ini
terdapat di halaman samping gereja.
o Pintu Masuk Utama: terdapat patung Maria dan ada tulisan Beatam Me Dicentes
Omnes' yang berarti "Semua keturunan menyebut aku bahagia".
o Rozeta: merupakan jendela bercorak Rosa Mystica sebagai lambang dari Bunda
Maria. Benda ini terletak di atas gerbang utama.
o Plaza Pancasila: taman dengan hiasan dengan ikon Garuda Pancasila.
Interior Katedral
Gambar: Interior Katedral Gambar: Orgel Pipa
Serambi Gereja:
Pada pintu utama terdapat sebuah batu pualam yang isinya hendak memberitahu
bahwa gereja ini didirikan oleh Arsitek Marius Hulswit 1899-1901. Pada tembok
sebelah selatan terdapat pualam putih yang menjelaskan bahwa gedung ini
digambarkan oleh Antonius Dijkmans. Pada sisi kiri terdapat monumen "Du Bus"
yang dibuat di Belgia dan dipersembahkan kepada umat katolik.
Ruang Umat:
- Pieta: replika dari karya Michaelangelo yang menggambarkan Maria yang
memangku jasad Yesus setelah diturunkan dari salib.
- Lukisan Jalan Salib: dilukis di atas ubin yang dibuat oleh Theo Malkenboet.
- Mimbar pengetahuan: hadiah dari Imamat Mgr Luypen yang didirikan oleh Pastor
Wenneker".
- Pipe Orgel: dibuat di Belgia pada tahun 1988.
- Lukisan foto Uskup: Wajah para uskup dan lambang serta motto yang bisa dinikmati
melalui lukisan yang tergantung di dinding dekat pintu samping kiri-kanan gereja.
Panti Imam:
- Patung Ignatius de Loyola: terdapat pada pilar sebelah kiri di depan Altar Utama.
- Patung Franciscus Xaverius: terdapat di sebelah kanan. Seorang misionaris terkenal.
- Katedra: Tempat duduk uskup sewaktu memimpin misa.
- Bejana Pemandian: Terbuat dari marmer
- Altar: Altar utama (berhiaskan relief dan patung ke-12 murid Yesus serta Ignatius de
Loyola dan Franciscus Xaverius); Relikui pada ketiga altarnya; altar Maria
(berhiaskan relief kehidupan Bunda Maria); dan Altar Yoseph (berhiaskan relief
kehidupan Santo Yosep).
Museum Katedral
Museum ini diresmikan pada tanggal 28 April 1991 oleh Mgr Julius Darmaatmadja.
Pembuatan museum Katedral diprakarsai oleh pastor kepala Katedral pada waktu itu, yaitu
Pater Rudolf Kurris. Hal ini berawal dari rasa cinta Kurris terhadap sejarah dan benda-benda
bersejarah. Menurutnya, benda-benda bersejarah itu dapat membangkitkan rasa kagum
manusia terhadap masa lampau dan keinginannya menyalurkan pengetahuan dari generasi ke
generasi. Museum Katedral ini berada di ruang balkon Katedral.[1]
6. Gedung BI di Jogjakarta
Kantor Bank Indonesia atau lebih dikenal Gedung BI menjadi satu dari sepenggal sejarah
jaman kolonial di Yogyakarta. Salah satu, Kawasan 0 kilometer memang menjadi pusatnya
bangunan-bangunan bersejarah di Yogya. Di ujung selatan Jalan Malioboro yang berbatasan
langsung dengan serambi depan Keraton dulunya berbagai aktivitas berputar. Mulai
perniagaan atau perdagangan, pemerintahan hingga aktivitas bisnis dan ruang publik.
Bangunan berarsitektur Eropa ini, sedari awal difungsikan sebagai Kantor Cabang (KC)
De Javasche Bank (DJB) ”Djokdjakarta” dibuka pada 1 April 1879 sebagai kantor cabang ke-
8 di Indonesia. Bangunan yang hingga kini masih megah dan kokoh tersebut, dirancang oleh
Arsitek Belanda Marius J. Hulswit dan Edward Cuypers dengan menampilkan aura
kemegahan arsitektural bergaya Eropa.
Setelah lebih dari 100 tahun, bangun dari gedung ini pun tidak banyak berubah.
Kalaupun ada perubahan skala nya adalah perubahan-perubahan kecil. Sedangkan di bagian
dalam gedung, perubahan juga lebih karena pergeseran fungsi atau peruntukkan
menyesuaikan dengan perkembangan jaman dan kebutuhan.
Tak hanya tampilan fisiknya yang anggun dan megah ala bangunan neo-renaissance,
konstruksi gedung peninggalan Belanda ini juga sangat kuat. Masyarakat yang kerap
melewati kawasan Kilometer nol Yogyakarta pasti akan ikut mengagumi tampilan fisiknya.
7. Istana Bogor
Istana Bogor merupakan salah satu dari enam Istana Presiden Republik Indonesia yang
mempunyai keunikan tersendiri dikarenakan aspek historis, kebudayaan, dan faunanya. Salah
satunya adalah keberadaan rusa-rusa yang didatangkan langsung dari Nepal dan tetap terjaga
dari dulu sampai sekarang. Seperti namanya, istana ini terletak di Bogor, Jawa Barat.
Saat ini sudah menjadi tren budaya warga Bogor dan sekitarnya setiap
hari Sabtu, Minggu, dan hari libur lainnya berjalan-jalan di seputaran Istana Bogor sambil
memberi makan rusa-rusa indah yang hidup di halaman Istana Bogor dengan wortel yang
diperoleh dari petani-petani tradisional warga Bogor yang selalu siap sedia menjajakan
wortel-wortel tersebut setiap hari libur.
Sekarang Istana Bogor digunakan sebagai tempat kediaman Presiden Joko Widodo
sekaligus digunakan untuk menyambut tamu dari negara lain. Namun khalayak umum
diperbolehkan mengunjungi secara rombongan, dengan sebelumnya meminta izin ke
Sekretaris Negara, c.q. Kepala Rumah Tangga Kepresidenan.
stana Bogor berada di kota Bogor yang pada era kolonial bernama Buitenzorg atau Sans
Souci yang berarti "tanpa kekhawatiran".
Sejak tahun 1870 hingga 1942, Istana Bogor merupakan tempat kediaman resmi dari 38
Gubernur Jenderal Belanda dan satu orang Gubernur Jenderal Inggris.
Pada tahun 1744 Gubernur Jenderal Gustaaf Willem Baron Van Imhoff terkesima akan
kedamaian sebuah kampung kecil di Bogor (Kampung Baru), sebuah wilayah bekas
Kerajaan Pajajaran yang terletak di hulu Batavia. Van Imhoff mempunyai rencana
membangun wilayah tersebut sebagai daerah pertanian dan tempat peristirahatan bagi
Gubernur Jenderal.
Istana Bogor dibangun pada bulan Agustus 1744 dan berbentuk tingkat tiga, pada
awalnya merupakan sebuah rumah peristirahatan, ia sendiri yang membuat sketsa dan
membangunnya dari tahun 1745-1750, mencontoh arsitektur Blehheim Palace,
kediaman Duke Malborough, dekat kota Oxford di Inggris. Berangsur angsur, seiring
dengan waktu perubahan-perubahan kepada bangunan awal dilakukan selama masa Gubernur
Jenderal Belanda maupun Inggris (Herman Willem Daendels dan Sir Stamford Raffles),
bentuk bangunan Istana Bogor telah mengalami berbagai perubahan, sehingga yang tadinya
merupakan rumah peristirahatan berubah menjadi bangunan istana paladian dengan luas
halamannya mencapai 28,4 hektare dan luas bangunan 14.892 m².
Namun, musibah datang pada tanggal 10 Oktober 1834 gempa bumi mengguncang
akibat meletusnya Gunung Salak sehingga istana tersebut rusak berat.
Pada tahun 1850, Istana Bogor dibangun kembali, tetapi tidak bertingkat lagi karena
disesuaikan dengan situasi daerah yang sering gempa itu. Pada masa pemerintahan
Gubernur Jenderal Albertus Jacob Duijmayer van Twist (1851-1856) bangunan lama
sisa gempa itu dirobohkan dan dibangun dengan mengambil arsitektur Eropa abad ke-19.
9. Benteng Marlborough
Benteng Marlborough (Inggris: Fort Marlborough)
adalah benteng peninggalan Inggris di
kota Bengkulu. Benteng ini didirikan oleh East India
Company (EIC) tahun 1714-1719 di bawah
pimpinan gubernur Joseph Callet sebagai benteng
pertahanan Inggris.[1] Benteng ini didirikan di atas
bukit buatan, menghadap ke arah kota Bengkulu dan
memunggungi samudera Hindia. Benteng ini pernah
dibakar oleh rakyat Bengkulu; sehingga
penghuninya terpaksa mengungsi ke Madras.
Mereka kemudian kembali tahun 1724 setelah
diadakan perjanjian. Tahun 1793, serangan kembali
dilancarkan. Pada insiden ini seorang opsir Inggris, Robert Hamilton, tewas. Dan kemudian
pada tahun 1807, residen Thomas Parr juga tewas. Keduanya diperingati dengan pendirian
monumen-monumen di kota Bengkulu oleh pemerintah Inggris.
Marlborough masih berfungsi sebagai benteng pertahanan hingga masa Hindia
Belanda tahun 1825-1942, Jepang tahun 1942-1945, dan pada perang kemerdekaan
Indonesia. Sejak Jepang kalah hingga tahun 1948, benteng itu manjadi markas Polri. Namun,
pada tahun 1949-1950, benteng Marlborough diduduki kembali oleh Belanda. Setelah
Belanda pergi tahun 1950, benteng Marlborough menjadi markas TNI-AD. Pada tahun 1977,
benteng ini diserahkan kepada Depdikbud untuk dipagar dan dijadikan bangunan cagar
budaya.
Asuransi Jasa
6°08′
Indonesia (dete
03″S 10
riorated and 1912[62]
6°48′46
gradually
″E
demolished)
Asuransi Nillmij 1909– P.A.J.Moo 6°10′
Jiwasraya (Nederlandsch- 1910[64] jen dan S. 01″S 10
(1957, front Indische Snuyft[64] 6°49′24
facade Levensverzekeri ″E
demolished for ngs en Lijfrente
Nama resmi Nama Gambar
Tahun Arsitek Lokasi Gambar terakhir
terakhir sebelumnya tertua
road widening)
[63] Maatschappij)
6°08′
Athena Het Nieuws van 1925– Ir. W. 07″S 10
Diskotik den Dag 1927 Selle 6°48′40
″E
6°08′
Eduard
De Javasche 14″S 10
Bank Indonesia 1909 Cuypers a
Bank
nd Hulswit 6°48′46
″E
Kantoor van de
Nederlandsch
Indische 6°08′
Escompto Eduard 11″S 10
Bank Mandiri 1920
Maatschappij / Cuypers 6°48′46
Bank Dagang ″E
Negara / Bank
Mandiri
Standard
Chartered Bank
Office of India,
6°08′
Australia, and February
Eduard 12″S 10
Bank Mandiri China / Bank 27,
Cuypers 6°48′41
Umum Negara 1921[67]
″E
(1965)[67] / Bank
Bumi Daya
(1968)[67]
NV. 6°08′
19th
Handelsverenigi 09″S 10
Bank Sinarmas century?
ng / NV. Reiss [70] 6°48′41
& Co[69] ″E
Tabungan Pos
form)[71] (1936)[71]
(1945)[72]
Gedung
6°08′
Banteng - 19th
10″S 10
Kantor Office century[73 ?
] 6°48′41
Advokat dan
″E
Pengacara
6°08′
19th
Bhanda Graha 10″S 10
Offices[nb 11] century[77
Reksa ] 6°48′44
″E
6°07′
Geo. Wehry &
Gedung di Jl. Frans 57″S 10
Co Office 1927[80]
Kunir no. 2[79] Ghijsels[80] 6°48′53
building
″E
6°11′
Kolese Canisius College pastur 09″S 10
1927
Kanisius AMS Yesuit 6°50′03
″E
de
Fakultas 6°11′
Geneeskundige
Kedokteran 1919- 42″S 10
Hoogeschool,
Universitas 1926 6°50′56
"Medical
Indonesia ″E
College"
6°10′
Filateli Kantor Pos dan J van 02″S 10
1913
Jakarta Telegraf Hoytema 6°50′02
″E
Sebelumnya Kantor pertama 6°07′
Nederlandsch Nederlandsch 59″S 10
Indische Indische 6°48′38
Handelsbank Handelsbank
Nama resmi Nama Gambar
Tahun Arsitek Lokasi Gambar terakhir
terakhir sebelumnya tertua
(NIHB) (NIHB) ″E
De Kerk van
Gereja Antonius 6°10′
Onze Lieve
Katedral Dijkmans, 08″S 10
Vrowe ten 1901
Jakarta bentuk MJ 6°49′59
Hemelopneming
akhir) Hulswit ″E
(original)
1913-
1915 N.A.
6°09′
(replacin Hulswit
Gereja Pniel "Gereja Ayam" / 39″S 10
g earlier (Cuypers
(1953) Haantjes Kerk 6°50′03
church en
″E
built in Hulswit)
1850)
Fermont-
Cuypers 6°11′
Gereja Santa Burean, 20″S 10
Theresiakerk 1934
Theresia Arsitek 6°49′32
Th. van ″E
Oyen
Nama resmi Nama Gambar
Tahun Arsitek Lokasi Gambar terakhir
terakhir sebelumnya tertua
Hotel Duta
Indonesia (diha
6°09′
ncurkan pada
Burhoven 56″S 10
tahun 1972, Hotel des Indes 1930
Jaspers 6°49′11
diganti dengan
″E
Duta Merlin
Plaza)
Kantor 6°08′
Pelayanan 19th 08″S 10
HSBC
Pajak Jakarta century 6°48′40
Tambora ″E
6°11′
Kantor Pos Tjikini post Before 14″S 10
Cikini kantoor 1920s 6°50′12
″E
Post- en 6°08′
Kantor Pos telegraaf kantoor 02″S 10
Kota aan het 6°48′48
Stadhuisplein ″E
6°08′
Kerta Niaga Geo Wehry before 09″S 10
(1966) Office? 1910? 6°48′44
″E
Landsdrukkerij
Weltevr
, "City Press Landsdrukkerij
eden
Factory"
1914
Lembaga 6°11′
(built),
Biologi Eijkman H von 53″S 10
1916
Molekul Instituut Essen 6°50′47
(inaugura
Eijkman ″E
tion)
Nama resmi Nama Gambar
Tahun Arsitek Lokasi Gambar terakhir
terakhir sebelumnya tertua
LKBN Antara
(1961) /
Apotheek Van
Gorkom /
AIgemeen
Lembaga 6°09′
Niews en
Pendidikan 57″S 10
Telegraaf
Jurnalistik 6°50′02
Aneta /
Antara ″E
Algemeen
Niews en
Telegraaf
Agentschaap
(original)
N.V. de
Bouwploeg
(original) /
kantor pos, Pieter 6°11′
Masjid Cut perusahaan Adriaan 14″S 10
1922
Mutiah (1987) kereta api Jacobus 6°50′00
(1942–1945) / Moojen ″E
kantor Home
and Religion
(1964–1970).
6°12′
Bioscoop
Bioskop Liauw 00″S 10
Metropol / 1932
Metropole Goan Sing 6°50′37
Megaria
″E
6°12′
Museum
Kediaman Ahma [106] 16″S 10
Sasmita Loka 1930
d Yani 6°50′11
Ahmad Yani
″E
6°10′
Museum Europese 20″S 10
Taman Prasasti Kerkhof 6°49′08
″E
Nama resmi Nama Gambar
Tahun Arsitek Lokasi Gambar terakhir
terakhir sebelumnya tertua
6°08′
Office G.J. Kolff & Co 03″S 10
(abandoned) Bookstore[107] 6°48′43
″E
6°08′
Pelayaran The Ships 19th
08″S 10
Bahtera Agency Ltd century[10
8] 6°48′44
Adhiguna Office
″E
Perpustakaan
Koning Willem
Nasional
III School
Jakarta (11
(original)
Maret 1989)[109]
Batavia
Jalan
Petroleum
Medan
Markas Pertam Maatschappij
Merdek
ina (1957), (original)[110] /
a Timur
bagian depan Markas Militer 1937[110]
No.1 or
disewa Bank Japanese[110] /
[110] Jalan
Mandiri. General Staff of
Perwira
the Army
No.2
(before 1950)[110]
Rumah Sakit Gudang obat 1919– 6°11′
Umum Dr. untuk 1926[112] 50″S 10
Cipto Kementerian 6°50′51
Mangunkusum Kesehatan ″E
o selama
Penjajahan
Belanda /
Rumah Sakit
Pendidikan
(1919) / Het
Centrale
Nama resmi Nama Gambar
Tahun Arsitek Lokasi Gambar terakhir
terakhir sebelumnya tertua
Burgerlijke
Hospitaal (CBZ)
atau "Rumah
Sakit Sipil Pusat
Batavia / Ika Dai
Gakku Byoin
(1942–1945)[112]
6°10′
Singer F.W. 05″S 10
Singer Building 1930
Building[114] Brinkman 6°49′15
″E
20th
SMK Santa Koningin Emma
century[59
Maria School[59] ]
6°12′
Stasiun Station Meester S. 55″S 10
1910[117]
Jatinegara Cornelis Snuyff[117] 6°52′13
″E
Station
Stasiun Weltevreden 6°10′
Gambir 2nd (1884) / Station 36″S 10
1927[118]
form (setelah Batavia 6°49′50
kemerdekaan) Koningsplein ″E
(1937)[118]
6°08′
Frans 16″S 10
Stasiun Kota Station BEOS 1926
Ghijsels 6°48′52
″E
6°12′
Stasiun Station 36″S 10
1910s
Manggarai Manggarai 6°51′01
″E
1916, J. Van
6°10′
March Gendt, for
Stasiun Pasar Stasiun Pasar 27″S 10
19, 1925 Staats
Senen Senen
(inaugura Spoorwege 6°50′40
″E
tion)[119] n (SS)[119]
Nama resmi Nama Gambar
Tahun Arsitek Lokasi Gambar terakhir
terakhir sebelumnya tertua
6°06′
State Railway
Stasiun C.W. 38″S 10
Company's 1914
Tanjung Priok Koch 6°52′53
Railway Station
″E
Zee en Brand
Assurantie[123] /
Gebouw van de 6°08′
25 May Eduard
Internationale
Tjipta Niaga 1912[123] Cuypers, 04″S 10
Credit en [124]
Hulswit[123] 6°48′43
Handelsvereenig ″E
ing
Rotterdam[124]
6°08′
Ir. FJL
John Peet & Co around [126 00″S 10
Kantor Toshiba Ghijsels
Office 1920[126] ] 6°48′38
″E
Dasaad Musin
Concern /
Residence of the 6°08′
Gudang
Director of NV. 02″S 10
(terlantar, 1920
Pabrik Tenoen 6°48′46
memburuk)
Kantjil Mas, ″E
Bangil, Djawa
Timoer
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari hasil analisis disimpulkan bahwa bangunan peninggalan kolonial banyak digunakan
sebagai perkantoran dan cagar budaya oleh daerah setempat. Elemen-elemen penyusun
bangunan merupakan sebuah simbol yang memiliki makna tersendiri, dan dapat dipahami dan
dipelajari melalui kajian arsitektural
DAFTAR PUSTAKA
Brommer, B, et.al., Beeld van Een Stadt, Asia Major, Nederland. 1995.
Cramer, B.J.K. Dr. Berlage over moderne Indische Bouwkunst en Stadtsontwikkeling,
Indisch Bouwkundig Tijdschrift 2. 1924, H.6
Jessup, H., The Dutch Colonial Villa, Indonesia, In MIMAR 13: Architecture in
Development, Concept Media Ltd, Singapore. 1984.
Jessup, H., Dutch Architectural Visions of the Indonesian Tradition, in Muqarnas III: An
Annual on Islamic Art and Architecture, Journal Article 4, 1985, H.3
Karsten, H.T. Bij de eerste Indiese Architectuur Tentoonsteeling, De Teak 3, 1920, H. 33
Muljadinata, A. S., Karsten dan Penataan Kota Semarang, Thes. Mag. Arch., Institut
Teknologi Bandung. 1993.
Sumaningsih, Y.T., Sistem Visual Kawasan Pusat Kota Lama, studi kasus: Pusat Kota Lama
Semarang,Thes. Mag. Arch., Universitas Gadjahmada Yogyakarta. 1995.
van der Wall, V.J., Oude Hollandsche Bouwkunst in Indonesia, Hollandsche koloniale
bouwkunst in de XVII ein XVIII eeuw, Antwerp. 1942.
van Lier, H.P.J. Semarang´s Stad en ”ommelanden”, ohne Verlag, Semarang. 1928.
van Velsen, M.M.F. Gedenkboek der Gemeente Semarang, N.V. Dagblad de Lokomotief,
Semarang. 1931.