Perancangan Kota Elemen-elemen Perancangan Arsitektur Kota:
Tata Guna Lahan (Land Use)
Pendukung Kegiatan (Activity Support) Sirkulasi dan Perparkiran Pejalan kaki (Pedestrian) Ruang Terbuka (Open Space) Bentuk dan Massa Bangunan Informasi dan Orientasi Kota Preservasi Bangunan/Kawasan Tata Guna Lahan (Land Use) Pengertian Guna lahan merupakan kebijakan pemerintah kota yang bersifat dua dimensional (dalam bentuk peta) tapi berpengaruh pada rancangan tiga dimensi (bangunan) di atas lahan tersebut. Guna lahan juga berkaitan dengan sirkulasi dan perparkiran. Isu atau permasalahan utama
1. Tidak adanya diversifikasi kegiatan dalam zona yang
sama ("terlalu seragam“ menyebabkan hanya ramai pada waktu tertentu"); 2. Kurang memperhitungkan faktor lingkungan dan fisik alamiah; 3. Masalah pemeliharaan dan perbaikan prasarana kota. Solusi atau konsep perancangan Solusi yang ditawarkan menyangkut penggunaan lahan campuran yang dapat mendorong kegiatan terjadi "24 jam", dengan peningkatan sirkulasi pendestrian, penggunaan yang lebih baik terhadap sistem prasarana, dilakukannya analisis berbasis lingkungan, dan peningkatan pemeliharaan dan perbaikan prasarana. Terhadap kawasan yang "mati kehidupan" dapat dilakukan solusi modifikasi guna lahan. Sekolah yang lokasinya di tengah kota yang padat dapat dialihgunakan menjadi mal/plaza, misalnya. Contoh lain, pergudangan atau bangunan industri yang sudah tidak terpakai dapat disulap menjadi "toko grosir" (wholesale). Pendukung Kegiatan (Activity Support) Pengertian
Pendukung kegiatan diartikan sebagai semua
guna lahan dan kegiatan yang memperkuat ruang publik perkotaan.
Bentuk, lokasi, dan karakteristik suatu
kawasan akan menarik fungsi-fungsi guna lahan, dan kegiatan yang spesifik. Kegiatan pendukung tidak hanya termasuk penyediaan pedestrian atau plaza (ruang terbuka yang berlantai perkerasan) tapi juga termasuk fasilitas kota yang menarik kegiatan lainnya. Fasilitas tersebut misalnya: pedagang kaki lima, taman rekreasi, pusat pertemuan masyarakat (civic center), perpustakaan kota, dan lain- lain. Isu utama dan solusi
Kegiatan-kegiatan pendukung perlu
dikembangkan, dikoordinasikan dan dipadukan dengan bentuk-bentuk fisik yang ada.
Demikian pula, integrasi kegiatan ruang dalam
dan ruang luar juga diperlukan untuk membuat suasana lebih hidup. Sirkulasi & Parkir Isu dan permasalahan utama Perparkiran mempunyai dua dampak langsung terhadap kualitas lingkungan, yaitu: 1. keberlangsungan kegiatan perdagangan di pusat kota 2. dampak visual bentuk kota. Sirkulasi dapat membentuk, mengarahkan, dan mengendalikan pola kegiatan (dan juga pembangunan) kota. Solusi dan konsep perancangan Solusi perparkiran meliputi: 1)Pembangunan fasilitas parkir pada kawasan yang belum mempunyai kapasitas memadai, dengan mempertimbangkan dampak visual bentuk kotanya; 2)Penggunaan ganda terhadap fasilitas parkir yang ada (misal: parkir perkantoran yang hanya dipakai siang hari dapat digunakan untuk parkir kegiatan perdagangan di malam hari); Pejalan Kaki (Pedestrian) Pengertian Jalan pedestrian (jalan pejalan kaki) di samping mempunyai unsur kenyamanan bagi pejalan kaki juga mempunyai andil bagi keberhasilan pertokoan dan vitalitas kehidupan ruang kota.
Sistem pedestrian yang baik akan mengurangi
ketergantungan pada kendaraan bermotor di pusat kota, menambah pengunjung ke pusat kota, meningkatkan atau mempromosikan sistem skala manusia, menciptakan kegiatanan usaha yang lebih banyak, dan juga membantu meningkatkan kualitas udara. Isu dan permasalahan utama Isu utama perancangan jalan pedestrian menyangkut "keseimbangan" seberapa untuk pejalan kaki dan seberapa untuk kendaraan. Di samping itu, keselamatan pejalan kaki juga menjadi isu utama. Selain itu, di Indonesia, dan juga di beberapa negara berkembang lainnya (antara lain: Thailand), jalan pedestrian sering berkaitan dengan masalah kakilima (pedagang sektor informal). Solusi atau konsep perancangan Bila ruang pejalan kaki lebih luas daripada yang diperlukan maka terasa "sepi", tapi bila kurang akan terasa "padat/ sesak". Kepadatan ini seringkali baik karena kerumunan orang akan menarik perhatian orang lain untuk mendekat dan ikut bergabung. Di beberapa lokasi tertentu—misal: di kawasan Malioboro, Yogyakarta—jalan pedestrian sengaja dibuat lebih lebar daripada kebutuhan pejalan kaki dengan alasan untuk juga mewadahi kegiatan pedagang sektor informal (kakilima). Kegiatan lain diperlukan untuk mendukung kehidupan jalan pedestrian, seperti: pertunjukan, penjual makanan, dan tempat janji bertemu (rendezvous points).
Macam bangunan atau fasilitas (termasuk pula:
perabotan jalan) sepanjang jalan pedestrian juga mempengaruhi hidup-matinya jalan pedestrian. Ruang Terbuka (Open Space) Pengertian Pengertian "ruang terbuka" (open space) bagi tiap orang mungkin berbeda-beda, tapi dalam hal ini, ruang terbuka meliputi: lansekap, hardscape (jalan, trotoar, dan sebagainya), taman, dan ruang rekreasi di kota.
Unsur-unsur ruang terbuka mencakup: taman dan alun-
alun, ruang hijau kota, perabot jalan/ruang kota, kioskios, patung, jam kota, dan sebagainya. Isu atau permasalahan utama Pada masa lalu, ruang terbuka tidak pernah dirancang tapi menjadi akibat setelah bangunan-bangunan berdiri. Dengan kata lain, ruang terbuka belum menjadi unsur terpadu dalam perancangan fisik. Solusi atau konsep perancangan Dalam perancangan kota, ruang terbuka perlu menjadi unsur terpadu dalam perancangan bangunan (dipertimbangkan dalam proses perancangan bangunan).
Dalam kaitannya dengan hubungan bangunan dan ruang
terbuka, Tankel (1963, dalam Shirvani, 1985: 31) menyatakan bahwa "nilai penting ruang terbuka bukan terletak pada kuantitasnya, tapi pada pengaturan ruang- ruang tersebut berkaitan dengan pembangunan (fisik)". Open Spaces Bentuk dan Massa Bangunan Isu atau permasalahan utama Isu utama dalam hal ini menyangkut "keseimbangan" hak antara arsitek perancang bangunan individual dan Pemerintah (mewakili perancang kota), dalam hal perancangan eksterior bangunan dan ruang-ruang antara bangunan. Spreiregen (1965, dalam Shirvani, 1985: 23) menyebutkan tiga isu utama yang berkaitan dengan bentuk dan massa bangunan perkotaan, yaitu:
(1) "skala" yang berkaitan dengan ketinggian pandang
manusia, sirkulasi, bangunan-bangunan berdekatan, dan ukuran lingkungan; (2) "ruang kota" berkaitan dengan bentuk-bentuk bangunan, skala dan suasana penutupan ruang antar bangunan, dan macam ruang kota; (3) "massa perkotaan" meliputi bangunan-bangunan, permukaan tanah, obyek-obyek dalam ruang yang dapat membentuk ruang kota dan membentuk pola kegiatan, dalam skala besar atau kecil. Solusi atau konsep perancangan Pemerintah kota perlu menyusun pedoman perancangan bentuk dan massa bangunan (dari segi perancangan kota) berdasar studi/analisis yang komprehensif tentang data fisik kota yang ada (bentuk bangunan dan unsur-unsur fisik). Contoh pedoman: Residential Design Guidelines, Industrial Park Design Guidelines, dll Tata Informasi & Orientasi Kota Isu atau permasalahan utama Dari segi perancangan kota, papan nama/ reklame/ informasi perlu diatur agar terjalin kecocokan lingkungan, pengurangan dampak visual negatif, mengurangi kebingungan dan kompetisi antara papan informasi publik dan papan reklame.
Papan nama/reklame yang dirancang baik akan
menambah kualitas tampilan bangunan dan memberi kejelasan informasi usaha. Solusi atau konsep perancangan Beberapa hal yang perlu diperhatikan: Visibilitas (keterlihatan) papan/tanda (terpengaruh oleh faktor lokasi, tiang penempatan, cat pantul dan sebagainya); Legibilitas informasi (keterbacaan, kejelasan), yang berkaitan dengan macam dan ukuran huruf, jarak antar huruf, lokasi, warna dasar, warna huruf dan sebagainya); juga tetap terbaca dari kendaraan yang bergerak; "keseimbangan" antara pengendalian kesemrawutan dan penciptaan perhatian serta sambil memancarkan pesan/informasi; Keharmonisan papan nama/reklame dengan arsitektur bangunan di dekatnya; perlu juga pengendalian ukuran tanda/papan yang mengganggu vistas kota; Pengendalian pemakaian lampu kedip untuk reklame (kecuali untuk tanda keselamatan lalulintas/tanda "hati-hati", atau untuk bioskop dan sebagainya. Kawasan Bundaran UNTAN sebagai Landmark/ Focal Point Kawasan Jl. Ahmad Yani Preservasi Kota Isu atau permasalahan utama Preservasi sering dipandang sebagai penghambat pembangunan. Tapi beberapa kegiatan preservasi justru menciptakan kegiatan ikutan yang mendorong keberhasilan usaha dan peningkatan pendapatan asli daerah (PAD). Solusi atau konsep perancangan Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan, antara lain: 1. Preservasi bangunan dan kawasan perlu mampu mendorong peningkatan perekonomian daerah. 2. Pada masa kini, preservasi bergeser dari "pelarangan" menjadi "perlindungan".
Peraturan tentang preservasi berbeda dari satu kota ke kota
yang lain. Meskipun demikian, terdapat unsur-unsur yang sama, yaitu: a. Standar penetapan obyek preservasi; b. Pengkajian oleh tim atau dewan kajian arsitektur atau komisi preservasi; c. Standar kajian untuk preservasi, demolisi (penghancuran), dan alterasi (pengubahan); d. Prosedur perlindungan landmark. Jl. Tanjungpura - 1971 Sekian