1. Dasar filosofis
Pancasila sebagai dasar filsafat negara serta sebagai filsafat hidup bangsa
Indonesi pada hakekatnya merupakan suatu nilai-nilai yang bersifat sistematis,
fundamental dan menyeluruh. Maka sila-sila pancasila merupakan suatu kesatuan
yang bulat dan utuh, hierarkhis dan sistematis. Dalam pengertian inilah maka sila-
sila pancasila merupakan suatu sistem filsafat.
Negara yang didirikan oleh manusia harus berdasarkan pada kodrat bahwa
manusia sebagai warga negara sebagai persekutuan hidup adalah berkedudukan
kodrat maanusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa ( hakikat sila pertama),
yang bertujuan untuk mewujudkan harkat dan martabaat maanusia sebagai
makhluk yang berbudaya atau makhluk yang beradab (hakikat sila kedua). Untuk
mewujudkan suatu negara sebagai suatu organisasi hidup manusia harus
membentuk suatu ikatan sebagai suatu bangsa ( hakikat sil ketiga). Terwujudnya
persatuan dalam suatu negara akan melahirkan rakyat sebagai suatu bangsa yang
hidup dalam suatu wilayah negara tertentu. Konsekuensinya dalam hidup
kenegaraan itu haruslah berdasarkan pada nilai bahwa rakyat merupakan asal
mula kekuasaan negara. Maka negara harus bersifat demokratis, hak serta
kekuasaan rakyat harus dijamin, baik sebagi individu maupun secara bersama
(hakikat sila keempat). Untuk mewujudkan tujuan negara sebagai tujuan bersama,
maka dalam hidup kengaraan harus mewujudkan jaminan perlindungan bagi
seluruh warga, sehingga untuk mewujudkan tujuan tersebut harus berdasarkan
suatu prinsip keadilan yang timbul dalam kehidupan bersama yang disebut dengan
kehidupan sosial ( hakikat sila kelima). Nilai- nila inilah yang merupakan suatu
nilai dasar bagi kehidupan kenegaraan, kebangsaan, dan kemasyarakatan.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa keempat pokok pikiran tersebut tidak
lain merupakan perwujudan dari sila- sila Pancasila. Pokok pikiran ini sebagai
dasar, fundamental dalam pendirian negara, yang realisasi berikutnya perlu
diwujudkan lebih lanjut dalam pasaal- pasal UUD 1945. Selain itu, sebagai
bangsa Indonesia dalam era reformasi dewasa ini seharusnya versifat rendah hati
untuk mawas diri dalam upaya untuk memperbaiki kondisi dan nasib bangsa ini
hendaklah didasarkan pada moralitas yang tertuang dalam pokok pikiran
keempat tersebut, yaitu moral Ketuhanan dan kemanusiaan agar kehidupan
rakyat menjadi semakin sejahtera.
Dalam silaa kelima ini terkandung nilai- nilai yang merupakan tujuan
negara sebagai tujuan dalam hidup bersama. Maka di dalam sila kelima
tersebut terkandung nilai keadilan yang harus terwujud dalam kehidupan
bersama. Keadilan tersebut harus didasari dan dijiwai oleh hakikat keadilan
kemanusiaanyaitu keadilan dalam hubungan manusia dengan dirinya sendiri,
manusia dengan manusia lain, dan manusia dengan Tuhannya.
Konsekuensinya nilai- nilai keadilan yang harus terwujud dalam hidup
bersama adalah meliputi (1) keadilan distributif, yaitu suatu keadilan antara
negara terhadap warganya, dalam arti pihak negaralah yang wajib memenuhi
keadilan dalam bentuk keadilan membagi, dalam bentuk kesejahteraan,
bantuan, subsidi, serta kesempatan dalam hidup bersama yang didasrkan atas
hak dan kewajiban (2) keadilan legal (keadilan bertaat) yaitu suatu hubungan
keadilan antara warga negara terhadap negara dan dalam bentuk mentaati
peraturan perundang- undangan yang berlaku dalam negara (3) keadilan
komutatif, yaitu suatu hubungan keadilan antara wargaa satu dengan lainnya
secara timbal balik.
Nilai- nilai keadilan tersebut haruslah merupakan suatu dasar yang
harus diwujudkan dalam hidup bersama kenegaraan untuk mewujudkan
tujuan negara yaitu mewujudkan kesejahteraan seluruh warganya serta
melindungi seluruh warganya dan seluruh wilyahnya, mencerdaskan seluruh
warganya. Demikian pula nilai- nilai keadilan tersebut sebagai dasar dalam
pergaulan antar negaara sesama bangsa di dunia internasional.