2.1.1 Definisi Bela Negara Bela negara diartikan sebagai sikap, tekad, dan tindakan warga negara yang teratur, terpadu, dan berlanjut yang dijiwai oleh kecintaannya terhadap tanah air Indonesia disertai dengan kesadaran berbangsa dan bernegara berlandaskan ideologi Pancasila dan UUD 1945 (Novan, 2007). Bela negara merupakan upaya setiap warga negara Indonesia untuk mempertahankan keutuhan NKRI terhadap ancaman intern ataupun ekstern (abdulkharim,....). Bela negara diwujudkan dalam sebuah upaya bela negara yang memiliki makna sebagai kegiatan warga negara dalam mendapatkan hak dan menjalankan kewajibannya dalam penyelenggaraan keamanan negara. Berdasarkan peraturan perundang-undangan pasal 27 ayat 3 UUD NRI 1945 dijelaskan bahwa, “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara”. Maksud dari ayat tersebut adalah mempertegas konsep pembelaan negara yang mana tidak hanya TNI yang memiliki kewajiban pembelaan negara, melainkan seluruh warga negara memiliki hak dan kewajiban dalam upaya bela negara (MPR, 2012 dalam Permasyarakatan UUD NRI 1945). Usaha pembelaan negara juga dijelaskan dalam pasal 30 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa, “Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara.” Mengingat bahwa upaya bela negara merupakan hak dan kewajiban setiap warga negara Indonesia, pemerintah memberlakukan beberapa peraturan yang dijadikan sebagai dasar hukum wajib bela negara, yakni sebagai berikut. a. Tap MPR No. IV tahun 1973 tentang Konsep Wawasan Nusantara dan Keamanan Nasional. b. Undang-Undang No. 29 tahun 1954 tentang Pokok-Pokok Perlawanan Rakyat. c. Undang-Undang No. 20 tahun 1982 tentang Ketentuan Pokok Hankam Negara RI. Diubah oleh UU No. 1 tahun 1988. d. Tap MPR No. VI tahun 2000 tentang Pemisahan TNI dengan POLRI. e. Tap MPR No. VII tahun 2000 tentang Peranan TNI dan POLRI. f. Amandemen UUD 1945 pasal 30 ayat 1-5 dan pasal 27 ayat 3. g. Undang-Undang No. 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara.
Konsepsi bela negara dapat dijelaskan secara fisik maupun non-fisik.
Sebagaimana diatur dalam UU No. 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara pasal 9 ayat 2 bahwa warga negara dapat ikut serta dalam upaya bela negara melalui pendidikan kewarganegaraan, pelatihan dasar kemiliteran secara wajib, pengabian sebagai prajurit TNI secara sukarela atau secara wajib, dan pengabdian sesuai profesi. Secara fisik upaya bela negara dalam menghadapi musuh dapat dilakukan dengan “memanggul senjata” (Permana, 2018). Bela negara secara fisik dapat berupa menjadi prajurit TNI, POLRI, mengikuti pelatihan dasar kemiliteran, dan lain sebagainya yang tujuannya untuk melawan apabila terdapat ancaman dari agregasi musuh. Lain halnya dengan bela negara non fisik, yaitu upaya bela negara untuk mempertahankan ketahanan melalui kecintaan terhadap NKRI (Permana, 2018). Berikut adalah upaya yang dilakukan dalam bela negara non fisik (Winarno, 2009): a. Pengabdian paa masyarakat sebagai wuju kecintaan terhadap tanah air. b. Menghargai perbedaan pendapat dan tidak memaksakan kehendak orang lain sebagai wujud kesadaran berbagsa dan bernegara yang demokratis. c. Menjunjung tinggi HAM dan mematuhi hukum yang berlaku di Indonesia. d. Menghasilkan karya nyata untuk memajukan bangsa dan negara. e. Membekali masyarakat dengan mental spiritual untuk menghindari pengaruh-pengaruh asing yang bertentangan dengan kepribadian bangsa Indonesia. 2.1.2 Sejarah Bela Negara Terbentuknya bela negara melalui proses yang panjang sejak jaman penjajahan. Berikut peristiwa yang menjelaskan perjalan terbentuknya bela negara. a. Periode I Perang Kemerekaan (1945-1949) Pasca kemerdekaan, Indonesia masih harus berjuang untuk benar-benar mengusir bangsa asing yang hendak kembali menjajah Indonesia. Pada 19 Desember 1948, Yogyakarta direbut dan dikuasai oleh Belanda serta terjadi penahanan Soekarno dan Hatta. Hal tersebut memunculkan inisiatif untuk menjadikan Bukittinggi sebagai ibu kota RI dengan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) yang dicetuskan oleh Syarifuddin Prawiranegara. Para Tentara Nasional Indonesia menyusun strategi untuk melakukan penyerangan terhadap Belanda yang saat ini tengah menguasai Yogyakarta. Paa 1 Maret 1949 pasukan TNI di bawah pimpinan Letnan Kolonel Soeharto melakukan penyerangan umum di kota Yogyakarta. Menanggapi hal tersebut,PBB bersama Amerika Serikat membuat keputusan tegas dengan memberi tekanan kepada Belanda, sehingga akhirnya paa 16 Juli 1949 pemerintahan RI kembali ke Yogyakarta. b. Periode II (1950-1965) Mulai terjadi perubahan makna bela negara, yakni bela negara tidak hanya dipandang sebagai upaya membela negara dengan memakai senjata, namun juga sebagai upaya menjaga keamanan nasional dengan rasa kecintaan terhadap tanah air RI. c. Periode III Orde Baru (1966-1998) Bela negara mengalami perkembangan konsep, yaitu diidentikkan dengan ketahanan nasional untuk menghadapi peritiwa ATHG (Ancaman, Tantangan, Hambatan, dan Gangguan). d. Periode IV Orde Reformasi (1998-sekarang) Bela negara dipandang sebagai upaya dalam menghadapi segala macam krisis atau tantangan yang tengah dihadapi oleh bangsa Indonesia. Bela negara pada jaman sekarang ini lebih menekankah pada upaya menjaga ketahanan nasional melalui sikap nasionalisme yang wajib bagi setiap warga negara Indonesia.