Laporan Fariz Abdi - 16513044
Laporan Fariz Abdi - 16513044
Disetujui,
Dosen Pembimbing:
Dr. Joni Aldilla Fajri, S.T., M.Eng. Adelia Anju Asmara, S.T., M.Eng.
NIK: 165131306 NIK: 195130101
Tanggal: 28 November 2020 Tanggal: 28 November 2020
Mengetahui,
Ketua Program Studi Teknik Lingkungan FTSP UII
Eko Siswoyo, S.T., M.Sc.ES., Ph.D.
NIK: 025100406
Tanggal:
HALAMAN PENGESAHAN
Hari: Sabtu
Tanggal: 28 November 2020
Disusun Oleh:
Tim Penguji:
1. Karya tulis ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar
akademik apapun, baik di Universitas Islam Indonesia maupun di perguruan
tinggi lainnya.
2. Karya tulis ini adalah merupakan gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri,
tanpa bantuan pihak lain kecuali arahan Dosen Pembimbing.
3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat orang lain, kecuali
secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan
disebutkan nama penulis dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
4. Program software komputer yang digunakan dalam penelitian ini sepenuhnya
menjadi tanggungjawab saya, bukan tanggungjawab Universitas Islam Indonesia.
5. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya
bersedia menerima sangsi akademik dengan pencabutan gelar yang sudah
diperoleh, serta sangsi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan
tinggi.
NIM: 16513044
iv
PRAKATA
i
6. Seluruh dosen dan staff Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan, Universitas Islam Indonesia, terima kasih atas pelajaran, pengalaman,
dan bantuan yang selama ini telah diberikan.
7. Keluarga Toko Tanjung Baru Pasar Umbul, Bapak Nuzul Harianto dan Ibu Yuka
Sutrawardani yang telah bersedia menerima dan memberikan banyak bantuan kepada
penulis selama menjalani kuliah. Terima kasih atas segalanya.
8. Rekan-rekan kerjaku di PT. ANTAM Tbk dan PT. IPPS Tbk Maluku Utara yang
tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas segala kebaikan dan bantuan
yang telah diberikan kepada penulis hingga saat ini.
9. Sedherek kawulo Dhandhun Wacano, S.Si., M.Sc. ingkang sampun maringi
dukungan utawi motivasi dumateng kawulo selami wonten jenjang pendidikan utawi
kuliah. Kawuolo ngaturaken agunging panuwun ikang tanpo upami.
10. Seluruh staff Balai Desa dan masyarakat Desa Pakuran yang telah banyak membantu
penulis selama menjalani Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Kebumen.
11. Keluarga Kuliah Kerja Nyata (KKN) Unit 253, Ari, Ali, Ndaru, Jesy, Virda, Meutia
dan Dinda yang telah bersedia berbagi suka duka dan banyak membantu.
12. Partner selama berproses dalam mengerjakan tugas akhir ini, Ahfi, Aina, Agi, Nofal
dan Reza. Terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan selama ini.
13. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu.
Penulis menyadari bahwa dalam laporan tugas akhir ini masih terdapat banyak
kekurangan, baik karena keterbatasan ilmu yang dimiliki maupun karena penulis
tidak luput dari salah dan khilaf. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun demi kemajuan dan kebaikan bagi penulis khususnya dan
bagi pembaca. Semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Yogyakarta, 02 Oktober 2020
ii
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
ABSTRAK
Kata Kunci: Logam Berat, Sungai Code, Metal Pollution Index (MPI).
iii
ABSTRACT
One of pollutants that can reduce water quality is waste containing heavy
metals. Along with the rapid development around Code River, it is possible that Code
River flow may be contaminated by heavy metals from various sources. Purpose of
this study was to test quality of Code River water in terms of metal parameters of
Lead (Pb), Iron (Fe), Manganese (Mn), Chromium (Cr), Copper (Cu), Cadmium
(Cd) and analyze status of Metal Pollution Index (MPI) on Code River Yogyakarta.
Metal Pollution Index (MPI) method is used to compare the total heavy metal content
of various sampling locations. Sampling in this study was conducted at 6 (six) sites.
Testing of heavy metal parameters was carried out using Atomic Absorption
Spectrofotometry (AAS). Test results show metal concentration at site 1 (one) to site
6 (six) consecutive Lead (Pb) is 4,52 mg/L (± 2,19), 2,84 mg/L (± 1,11), 3,72 mg/L (±
0,71), 2,61 mg/L (± 1,32), 2,63 mg/L (± 1,34), 2,52 mg/L (± 1,40). Iron (Fe) is 3,65
mg/L (± 2,82), 5,52 mg/L (± 2,35), 6,74 mg/L (± 0,81), 8,99 mg/L (± 4,71), 10,24
mg/L (± 5,61), 3,85 mg/L (± 1,26). Manganese (Mn) is 1,46 mg/L (± 0,59), 2,06 mg/L
(± 0,36), 2,24 mg/L (± 0,59), 2,34 mg/L (± 0,29), 2,43 mg/L (± 0,33), 3,29
mg/L (± 1,93). Chromium (Cr) is 0,03 mg/L (± 0,01), 0,06 mg/L (± 0,03), 0,07 mg/L
(± 0,03), 0,10 mg/L (± 0,01), 0,12 mg/L (± 0,03), 0,09 mg/L (± 0,01). Copper (Cu) is
below Limit Detection < 0,0001 mg/L. Cadmium (Cd) is below Limit Detection <
0,0037 mg/L. Metal Pollution Index (MPI) values are in range of 0,95 to 1,69. Based
on this, it is known that 5 (five) of 6 (six) water sampling sites in Code River have
been contaminated by heavy metals.
iv
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
DAFTAR ISI
PRAKATA.....................................................................................................................i
ABSTRAK...................................................................................................................iii
DAFTAR ISI.................................................................................................................v
DAFTAR NOTASI....................................................................................................viii
DAFTAR TABEL........................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN...............................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
4.2.1 Debit............................................................................................................36
4.2.2 Temperatur..................................................................................................37
4.2.6 pH...............................................................................................................41
5.1 Kesimpulan........................................................................................................58
5.2 Saran..................................................................................................................58
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................59
LAMPIRAN................................................................................................................68
RIWAYAT HIDUP.....................................................................................................95
vii
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
DAFTAR NOTASI
n = Jumlah data/parameter.
viii
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
DAFTAR TABEL
ix
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
DAFTAR GAMBAR
x
Gambar 4.2 Besi (Fe) Per
Site.......................................................................................28
xi
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
DAFTAR LAMPIRAN
xii
BAB I
PENDAHULUAN
Sungai Code merupakan salah satu sungai yang melintasi Kota Yogyakarta.
Seiring dengan pembangunan yang pesat di sekitar Sungai Code, maka dapat muncul
berbagai dampak negatif di masa mendatang. Sumber pencemar Sungai Code terbagi
menjadi 2 (dua), yaitu sumber pencemar titik (point source) dan bukan titik (non
point source). Sumber pencemar titik (point source) antara lain berupa industri,
pariwisata, perdagangan, apotik, klinik, dan laboratorium, rumah sakit, hotel,
perumahan, dan rumah makan. Sedangkan sumber pencemar bukan titik (non point
source) antara lain pertanian, peternakan dan rumah tangga (domestik dan sampah).
Berdasarkan hasil pemodelan yang dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH)
Yogyakarta diketahui bahwa beban pencemaran Sungai Code adalah sebesar
1.709,638 kg/hari (DLH, 2018).
1
2
Tarigan (2013) menyebutkan bahwa hasil uji sampel air Sungai Code di 3 (tiga)
stasiun pemantauan memiliki konsentrasi Kadmium (Cd) berkisar antara 0,0003-
0,0080 mg/L. Selain itu, berdasarkan penelitian Sukirno et al. (2007) diketahui pula
bahwa air Sungai Code mengandung logam Titanium (Ti) 0,00148-0,00785 mg/L,
Magnesium (Mg) 0,1128-0,2238 mg/L, Vanadium (V) 0,0028-0,0061 mg/L,
Aluminium (Al) 0,0104-0,1265 mg/L, Mangan (Mn) 0,0091-0,075 mg/L, Arsenik
(As) 0,00058-0,0036 mg/L, Kadmium (Cd) 0,00065-0,00714 mg/L, Kromium (Cr)
0,00063-0,00698 mg/L. Kemudian berdasarkan hasil pemantauan kualitas air Sungai
Code yang dilakukan Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta (2018) melalui titik
pantau Gondolayu, didapatkan konsentrasi Timbal (Pb) sebesar 0,0044 mg/L dan
Seng (Zn) sebesar 0,0071 mg/L.
Metal Pollution Index (MPI) adalah salah satu metode yang tepat untuk
digunakan dalam melakukan pemantauan pencemaran logam berat di lingkungan
maupun dalam makanan. MPI juga dapat digunakan untuk membandingkan total
kandungan logam berat dari berbagai lokasi pengambilan sampel. Semakin tinggi
nilai MPI maka mengindikasikan tingkat pencemaran atau progresif penurunan
kualitas perairan tersebut (Ali et al. 2016).
Merujuk dari berbagai penjelasan tentang keberadaan logam berat di perairan dan
bahaya yang dapat ditimbulkan, maka menjadi penting untuk melakukan suatu kajian
analisis ditinjau dari parameter logam berat. Berdasarkan beberapa penelitian yang
telah disebutkan, tidak terdapat penelitian yang menggunakan metode MPI. Oleh
karena itu, penulis tertarik melakukan penelitian menggunakan metode MPI ditinjau
dari parameter logam Timbal (Pb), Besi (Fe), Mangan (Mn), Kadmium (Cd),
Tembaga (Cu) dan Kromium (Cr) melalui pengujian sampel air Sungai Code yang
dilakukan 1 (satu) hingga 2 (dua) kali per bulan. Sehingga dapat diketahui informasi
terkini mengenai konsentrasi dan kondisi pencemaran yang disebabkan oleh logam
berat di Sungai Code Yogyakarta.
3
1. Pengujian sampel air Sungai Code dengan parameter logam Timbal (Pb), Besi
(Fe), Mangan (Mn), Kadmium (Cd), Tembaga (Cu) dan Kromium (Cr).
Seprianto et al. (2017) dalam penelitian tentang Kandungan Logam Berat Timbal
(Pb) pada air di Sungai Tondano Sulawesi Utara, menyebutkan bahwa hasil analisis
menggunakan metode Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS) menunjukan
konsentrasi Timbal (Pb) pada stasiun I (hulu) sebesar 0,12 mg/L, pada stasiun II
(tengah) sebesar 0,09 mg/L dan pada stasiun III (hilir) sebesar 0,13 mg/L.
Berdasarkan hasil pengujian tersebut diketahui bahwa konsentrasi logam Timbal (Pb)
pada 3 (tiga) stasiun pemantauan tersebut telah melebihi batas maksimum menurut
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Nomor 492 Tahun 2010 tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum yakni sebesar 0,01 mg/L.
Dalam penelitian yang telah dilakukan oleh Saputra (2010) tentang Analisis
Cemaran Logam Tembaga (Cu) di Sungai Code Yogyakarta Secara Spektroskopi
Serapan Atom, disebutkan bahwa konsentrasi logam Tembaga (Cu) di Sungai Code
Sungai Code bagian hulu (Jembatan Boyong) sebesar 0,011 mg/L, Sungai Code
bagian tengah (Jembatan Gondolayu) sebesar 0,016 mg/L dan Sungai Code bagian
hilir (Jembatan Pasar) sebesar 0,041 mg/L. Dapat disimpulkan bahwa konsentrasi
Tembaga (Cu) pada Sungai Code bagian hilir (Jembatan Pasar) telah melebihi batas
maksimum Tembaga (Cu) Air Kelas I menurut Peraturan Gubernur DIY, Nomor 20
Tahun 2008 tentang Baku Mutu Air di Provinsi DIY yakni sebesar 0,02 mg/L.
8
0,002 mg/L. Kadar mangan (Mn) pada perairan tawar sangat bervariasi antara 0,002
mg/L hingga lebih dari 4,0 mg/L. Perairan bagi irigasi pertanian untuk tanah yang
bersifat asam dapat memiliki kadar mangan (Mn) sekitar 0,2 mg/L (Effendi, 2003).
Perubahan kualitas air sungai sangat dipengaruhi oleh adanya aktivitas manusia
dan mengakibatkan penurunan tingkat daya guna, produktivitas, daya dukung, dan
daya tampung sumber daya air (Suwondo et al. 2014).
diolah dan limbah domestik dari daerah perkotaan Nowshera serta limpasan dari
pertanian yang masuk kedalam sungai.
Jugovac et al. (2015) dalam penelitian Metal Pollution Index (MPI) for
Freshwater Monitoring Based on Trace Metal Accumulation, menyebutkan bahwa
nilai MPI tertinggi di Sungai Tisza menunjukan nilai sebesar 1,57. Nilai tersebut
mengindikasikan bahwa beberapa lokasi di Sungai Tisza telah tercemar oeh logam
berat. Nilai MPI sebesar 1,57 tersebut diperoleh berdasarkan hasil pengujian sampel
air yang diambil di lokasi perkotaan yang juga terdapat pemukiman penduduk.
Adapun nilai MPI tersebut dipengaruhi oleh tingginya konsentrasi logam Timbal (Pb)
dan Kadmium (Cd) yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian sampel air. Hal
tersebut sejalan dengan hasil penelitian Shehu (2019) dalam penelitian Water and
Sediment Quality Status of The Toplluha River in Kosovo yang menyebutkan bahwa
salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingginya nilai MPI adalah lokasi, dimana
pada lokasi perkotaan dengan tingkat aktivitas yang tinggi dan berbagai jenis kegiatan
yang dilakukkan maka akan berpotensi menghasilkan nilai MPI yang tinggi pula.
Secara umum, kandungan logam berat dalam air dapat berasal dari sumber
pencemar titik (point source) dan bukan titik (non point source). Sumber pencemar
titik (point source) dapat terkait dengan pembuangan limbah industri secara langsung
ke dalam sungai. Sedangkan sumber pencemar bukan titik (non point source) dapat
berasal dari limpasan pertanian atau buangan dari rumah tangga (Zahari et al. 2016).
Berdasarkan penelitian Abdullah et al. (2015) tentang Metal Pollution and
Ecological Risk Assessment of Balok River, Pahang Malaysia, diketahui pula bahwa
salah faktor yang juga dapat berpengaruh terhadap tingginya nilai MPI adalah adanya
aktivitas manusia di bidang industri. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
sampel yang diambil di sekitar kawasan industi Gebeng (industri pelapisan pipa)
14
menunjukan nilai MPI tertinggi yaitu 3,7. Diketahui pula bahwa tinggi rendahnya
konsentrasi logam berat pada sampel sangat berkontribusi terhadap nilai MPI.
Berikut Tabel 2.1 di bawah ini merupakan penelitian terdahulu terhadap sungai
di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Adapun tahapan pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut.
15
16
Pengujian sampel air Sungai Code dilakukan dilakukan dengan 2 (dua) cara,
yaitu secara langsung (in situ) dan secara tidak langsung (ex situ). Parameter yang
diuji secara langsung (in situ) di lapangan yaitu debit, pH, temperatur, TDS dan EC.
Sedangkan untuk parameter DO, BOD, COD, NH3, TSS, Pb, Fe, Mn, Cd, Cu, Cr diuji
secara tidak langsung (ex situ) di Laboratorium Kualitas Air, Fakultas Teknik Sipil
dan Perencanan, Universitas Islam Indonesia. Selain itu, perlu diperhatikan tata cara
memasukan sampel air kedalam jerigen plastik (volume 2,5 L) sehingga tidak
terdapat gelembung udara yang dapat menyebabkan perubahan DO pada sampel uji.
Selama proses sampling, sampel uji yang telah diambil dari masing-masing site
kemudian disimpan didalam cool box yang telah diisi dengan ice pack.
dapat diketahui apakah parameter logam berat di Sungai Code Yogyakarta masih
berada pada batas yang diizinkan atau tidak.
Nilai MPI < 1 (lebih kecil dari satu) menunjukkan bahwa kondisi perairan
tersebut tidak terkontaminasi oleh polutan logam berat. Sedangkan nilai MPI > 1
(lebih besar dari satu) menunjukkan bahwa kondisi perairan tersebut telah
terkontaminasi oleh polutan logam berat dan semakin tinggi nilai MPI maka
mengindikasikan tingkat pencemaran atau progresif penurunan kualitas perairan
tersebut (Ali et al. 2016).
BAB IV
Berikut Gambar 4.1 dibawah ini merupakan konsentrasi Timbal (Pb) per site di
sepanjang Sungai Code Yogyakarta.
6.00
5.00
Konsentrasi Pb (mg/L)
4.00
Batas
Maksimum Pb
3.00 Air Kelas III :
0,03 mg/L
2.00
1.00
0.00
1 2 3 4 5 6
Site
27
28
Wahyuni et.al (2012) menyebutkan bahwa abu vulkanik dari Gunung Merapi
mengandung berbagai unsur logam seperti Timbal (Pb), Barium (Ba), Stronsium (Sr),
Zirkonium (Zr) dan dengan adanya unsur logam tersebut dalam abu vulkanik yang
menyebar di lingkungan dengan kuantitas yang cukup besar sangat dimungkinkan
bahwa abu vulkanik dari Gunung Merapi tersebut dapat mengkontaminasi perairan
(sungai atau sumur) yang berada di sekitarnya. Berdasarkan penelitian tersebut
diketahui konsentrasi Timbal (Pb) dalam abu vulkanik Gunung Merapi sebesar 16,71
mg/kg. Selain itu, berdasarkan informasi dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan
Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) (2020), diketahui bahwa sepanjang
Tahun 2019 erupsi Gunung Merapi terjadi sebanyak 3 (tiga) kali, yaitu pada 14
Oktober 2019, 09 November 2019, dan 17 November 2019 sedangkan pada awal
Tahun 2020 erupsi Gunung Merapi terjadi sebanyak 2 (dua) kali, yaitu pada 13
Februari 2020 dan 03 Maret 2020. Oleh karena itu, tingginya konsentrasi Timbal (Pb)
di site 1 selama periode penelitian ini diduga disebabkan oleh abu vulkanik dari
Gunung Merapi yang masuk kedalam Sungai Boyong yang merupakan bagian hulu
site 1 ataupun masukan secara langsung kedalam perairan disekitar site 1, mengingat
29
bahwa pada saat sampling 13 Februari 2020 abu vulkanik akibat erupsi Gunung
Merapi dapat mencapai site 1.
4.1.1.2 Besi (Fe)
Berikut Gambar 4.2 dibawah ini merupakan konsentrasi Besi (Fe) per site di
sepanjang Sungai Code Yogyakarta.
18.0
16.0
14.0
Konsentrasi Fe (mg/L)
12.0
10.0
8.0
6.0
4.0
2.0
0.0
1 2 3 4 5 6
Site
Syiva (2017) dalam penelitian Analisis Kualitas Air Melalui Deteksi Besi (Fe)
pada Sungai di Daerah Istimewa Yogyakarta, menyebutkan bahwa hasil pengujian
sampel air yang diambil dari Sungai Gadjah Wong, Sungai Winongo dan Sungai
Code menunjukkan konsentrasi Besi (Fe) berkisar antara 0,15 sampai dengan 10,32
mg/L. Adapun konsentrasi Besi (Fe) tertinggi yaitu 10,32 mg/L didapatkan dari
sampel air yang diambil dari Sungai Code yang berlokasi di stasiun pengamatan yang
berada di daerah perkotaan dan dekat dengan area industri batik. Selain itu,
berdasarkan penelitian Tuty dan Herny (2009) diketahui pula bahwa pada limbah
batik terdapat konsentrasi Besi (Fe) sebesar 4,85 mg/L. Oleh karena itu, tingginya
konsentrasi Besi (Fe) di site 5 yang berada di daerah perkotaan selama periode
penelitian ini kemungkinan dapat disebabkan oleh limbah dari berbagai kegiatan
seperti buangan dari limbah industri batik yang mengandung Besi (Fe) yang berada di
daerah perkotaaan yang kemudian masuk kedalam perairan Sungai Code.
Berikut Gambar 4.3 dibawah ini merupakan konsentrasi Mangan (Mn) per site di
sepanjang Sungai Code Yogyakarta.
31
6.0
5.0
Konsentrasi Mn (mg/L)
4.0
3.0 Batas
Maksimum Mn
Air Kelas I : 0,1
2.0 mg/L
1.0
0.0
1 2 3 4 5 6
Site
Konsentrasi Mangan (Mn) yang diperoleh berkisar antara 1,095 mg/L sampai
dengan 5,509 mg/L. Berdasarkan Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta
Nomor 20 tahun 2008, konsentrasi Mangan (Mn) yang diperbolehkan pada sungai
dengan kategori kelas I adalah 0,1 mg/L. Pada gambar diatas dapat terlihat bahwa
konsentrasi Mangan (Mn) di setiap site telah melebihi batas maksimum yang telah
ditentukan. Mangan (Mn) dapat masuk ke dalam lingkungan melalui aktivitas
industri seperti industri pembuatan pupuk dan petrokimia (Hasan et al. 2012).
Adapun aktivitas lain yang dapat meningkatkan konsentrasi Mangan (Mn) di
lingkungan adalah penggunaan pupuk yang mengandung Mangan (Mn) seperti pupuk
Mangan Sulfat (MnSO₄) (Sunarsih, 2018). Oleh karena itu, tingginya konsentrasi
Mangan (Mn) di site 6 selama periode penelitian ini kemungkinan dapat disebabkan
oleh pengaruh lokasi site 6 yang didominasi oleh lahan pertanian dan penggunaan
pupuk mengandung Mangan (Mn) yang kemudian ketika hujan dapat ikut terbawa
masuk kedalam perairan.
32
Berikut Gambar 4.4 dibawah ini merupakan konsentrasi Kromium (Cr) per site di
sepanjang Sungai Code Yogyakarta.
0.20
0.18
0.16
Konsentrasi Cr (mg/L)
0.14
0.12
0.10
0.08
0.06
0.04
0.02
0.00
1 2 3 4 5 6
Site
menyebutkan bahwa industri penyamakan kulit merupakan salah satu jenis industri
yang menghasilkan limbah dalam jumlah besar dan berpotensi menimbulkan masalah
pencemaran karena penggunaan bahan-bahan kimia. Industri penyamakan kulit
sebagian besar menggunakan proses penyamakan secara kimia dengan menggunakan
Kromium (Cr) yang membutuhkan banyak air. Hasil analisis buangan limbah cair
dari 3 (tiga) industri penyamakan kulit menunjukkan konsentrasi Kromium (Cr)
tertinggi adalah 77,180 mg/L. Konsentrasi Kromium (Cr) tersebut telah melebihi
baku mutu limbah cair. Sedangkan konsentrasi Kromium (Cr) pada sampel air sungai
yang diambil dari 5 (lima) stasiun pemantauan memiliki konsentrasi yang berada
pada kisaran 0,110 sampai dengan 27,180 mg/L. Oleh karena itu, tingginya
konsentrasi Kromium (Cr) di site 5 selama periode penelitian ini kemungkinan dapat
disebabkan oleh adanya industri penyamakan kulit yang berada di bantaran sungai
yang berjarak sekitar 200 meter dari titik pengambilan sampel.
faktor musim penghujan maka dapat terjadi pengenceran dan semakin menurunkan
konsentrasi logam tersebut.
Pada Tabel 4.1 dapat dilihat hasil analisis korelasi Spearman menggunakan
software Statistical Product and Service Solutions (SPSS) versi 25. Dalam metode
Spearman terdapat dasar acuan yang digunakan untuk mengambil keputusan dan
menentukan derajat hubungan (Sugiyono, 2013). Dasar dan pedoman tersebut adalah
terdapat hubungan yang signifikan (nilai signifikansi ˂ 0,05) dan tidak terdapat
hubungan yang signifikan (nilai signifikansi > 0,05). Nilai korelasi 0,00-0,25
(hubungan sangat lemah), nilai korelasi 0,26-0,50 (hubungan cukup/sedang), nilai
korelasi 0,51-0,75 (hubungan kuat), nilai korelasi 0,76-0,99 (hubungan sangat kuat),
nilai korelasi 1,00 (hubungan sempurna). Jika koefisien korelasi bernilai + (positif)
maka hubungan kedua variabel dikatakan searah dan jika koefisien korelasi bernilai -
(negatif) maka hubungan kedua variabel dikatakan tidak searah.
35
Spearman Correlations
Pb Fe Mn Cr
Hasil analisis korelasi Spearman Timbal (Pb) dengan Besi (Fe), Mangan (Mn)
dan Kromium (Cr) menunjukan nilai signifikansi berturut-turut sebesar 0,272, 0,390,
0,305 dan nilai koefisien korelasi berturut-turut sebesar -0,253, -0,486, -0,414.
Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa Timbal (Pb) dengan Besi (Fe) tidak
memiliki hubungan yang signifikan dengan tingkat kekuatan korelasi sangat lemah
dan tidak searah, artinya peningkatan konsentrasi Timbal (Pb) tidak diikuti dengan
peningkatan konsentrasi Besi (Fe). Timbal (Pb) dengan Mangan (Mn) tidak memiliki
hubungan yang signifikan dengan tingkat kekuatan korelasi cukup/sedang dan tidak
searah, artinya peningkatan konsentrasi Timbal (Pb) tidak diikuti dengan peningkatan
konsentrasi Mangan (Mn). Timbal (Pb) dengan Kromium (Cr) tidak memiliki
hubungan yang signifikan dengan tingkat kekuatan korelasi cukup/sedang dan tidak
searah, artinya peningkatan konsentrasi Timbal (Pb) tidak diikuti dengan peningkatan
konsentrasi Kromium (Cr).
36
Hasil analisis korelasi Spearman Besi (Fe) dengan Kromium (Cr) dan Mangan
(Mn) menunjukan nilai signifikansi berturut-turut sebesar 0,298, 0,041 dan nilai
koefisien korelasi berturut-turut sebesar 0,402, 0,829. Berdasarkan hal tersebut dapat
diketahui bahwa Besi (Fe) dengan Kromium (Cr) tidak memiliki hubungan yang
signifikan dengan tingkat kekuatan korelasi cukup/sedang dan searah, artinya
peningkatan konsentrasi Besi (Fe) diikuti dengan peningkatan konsentrasi Kromium
(Cr). Besi (Fe) dengan Mangan (Mn) memiliki hubungan yang signifikan dengan
tingkat kekuatan korelasi sangat kuat dan searah, artinya peningkatan konsentrasi
Besi (Fe) diikuti dengan peningkatan konsentrasi Mangan (Mn).
Berikut Gambar 4.5 dibawah ini merupakan debit air per site di sepanjang Sungai
Code Yogyakarta.
38
5.00
4.50
4.00
3.50
Debit (m3/s)
3.00
2.50
2.00
1.50
1.00
0.50
0.00
1 2 3 4 5 6
Site
Debit air Sungai Code yang diperoleh berkisar antara 0,10 m 3/s sampai dengan
4,25 m3/s. Fluktuasi pada debit dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya
seperti topografi dan curah hujan. Besar kecilnya debit kemudian juga dapat
dipengaruhi oleh kecepatan aliran air dan luas area penampang saluran. Semakin
tinggi kecepatan aliran air dan luas area penampang saluran, maka semakin besar pula
debit yang dihasilkan (Putra, 2014). Selanjutnya Wardhani (2015) mengklasifikasikan
kecepatan aliran air dimana (> 1,00 m/s : sangat cepat), (0,50-1,00 m/s : cepat), (0,25-
0,50 m/s : sedang), (0,01-0,25 m/s : lambat) dan (< 0,01 m/s : sangat lambat).
Berdasarkan hasil pengukuran lapangan, maka debit air tertinggi berada pada site 5
yaitu sebesar 4,25 m3/s. Adapun penyebab menurunnya debit air pada site 6 yang
berada lebih hilir dikarenakan adanya perbedaan luas penampang dan kecepatan
aliran pada ke kedua site tersebut, dimana site 5 memiliki luas penampang yang lebih
besar dan kecepatan aliran air yang lebih tinggi dibanding site 6.
4.2.2 Temperatur
Berikut Gambar 4.6 dibawah ini merupakan temperatur air per site di sepanjang
Sungai Code Yogyakarta.
39
34
32
30
Temperatur °C
28 Batas Atas
Temperatur Air
26 Kelas III : 28 °C
Batas Bawah
24 Temperatur Air
Kelas III : 22 °C
22
20
1 2 3 4 5 6
Site
Temperatur air Sungai Code yang diperoleh berkisar antara 23,70 °C sampai
dengan 31,80 °C. Berdasarkan Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta
Nomor 20 tahun 2008, batas bawah temperatur air yang diperbolehkan pada sungai
dengan kategori kelas III adalah 22 °C sedangkan untuk batas atas temperatur air
yang diperbolehkan adalah 28 °C. Dari hasil pengujian yang telah dilakukan
diketahui bahwa temperatur air Sungai Code yang telah melampaui batas atas
terdapat pada site 4, 5 dan 6. Temperatur pada suatu perairan mempunyai kaitan yang
erat dengan pemanasan matahari dan besarnya intensitas cahaya yang masuk kedalam
perairan (Happy et al. 2012). Tingginya temperatur air pada site 4, 5 dan 6
disebabkan oleh kondisi sekitar yang merupakan daerah terbuka dan minim vegetasi
sehingga dapat meningkatkan intensitas pemanasan matahari yang masuk secara
langung ke dalam perairan. Selain mencegah pemanasan matahari secara langsung
kedalam perairan vegetasi juga dapat berfungsi sebagai stabilisator temperatur
(Sittadewi, 2008).
40
Berikut Gambar 4.7 dibawah ini merupakan konsentrasi Total Dissolved Solids
(TDS) per site di sepanjang Sungai Code Yogyakarta.
1100
1000
900
Konsentrasi TDS (mg/L)
800
700 Batas
600 Maksimum TDS
Air Kelas III :
500
1.000 mg/L
400
300
200
100
1 2 3 4 5 6
Site
Konsentrasi TDS yang diperoleh berkisar antara 113 mg/L sampai dengan 351
mg/L. Berdasarkan Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 20
tahun 2008, batas maksimum TDS yang diperbolehkan pada sungai dengan kategori
kelas III adalah 1000 mg/L. Dari hasil pengujian yang telah dilakukan diketahui
bahwa konsentrasi TDS di semua site masih berada di bawah batas maksimum yang
diperbolehkan. Adapun tingginya konsentrasi TDS di site 5 dibanding site lainnya
dapat disebabkan oleh pengaruh lokasi site 5 yang berada di daerah perkotaan yang
berpotensi menerima buangan dari aktivitas domestik maupun non domestik.
Penyebab utama tingginya konsentrasi TDS adalah bahan anorganik berupa ion-ion
yang umum dijumpai di perairan. Sebagai contoh yaitu pada air buangan rumah
tangga yang mengandung molekul sabun, deterjen dan surfaktan yang larut dalam air
41
ataupun zat pewarna dan senyawa garam diazonium yang pada umumnya digunakan
pada industri batik (Arlindia, 2015).
4.2.4 Total Suspended Solid (TSS)
Berikut Gambar 4.8 dibawah ini merupakan konsentrasi Total Suspended Solid
(TSS) per site di sepanjang Sungai Code Yogyakarta.
450
400
350
Konsentrasi TSS (mg/L)
300
250 Batas
200 Maksimum TSS
Air Kelas III :
150 400 mg/L
100
50
0
1 2 3 4 5 6
Site
Berikut Gambar 4.9 dibawah ini merupakan Electrical Conductivity (EC) per site
di sepanjang Sungai Code Yogyakarta.
2600
2100
Batas
EC (µS/cm)
1600
Maksimum EC
Air Golongan D
1100 : 2.250 µS/cm
600
100
1 2 3 4 5 6
Site
Nilai EC yang diperoleh berkisar antara 160 µS/cm sampai dengan 452 µS/cm.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1990, batas
maksimum EC yang diperbolehkan pada air golongan D (air yang dapat digunakan
untuk keperluan pertanian serta usaha perkotaan, industri dan pembangkit listrik
tenaga air) adalah 2.250 µS/cm. Dari hasil pengujian yang telah dilakukan diketahui
bahwa EC di semua site masih berada di bawah batas maksimum. Tinggi rendahnya
nilai EC pada perairan dapat menunjukkan banyaknya jumlah logam yang terlarut
dalam air. Intensitas hujan yang tinggi dapat menyebabkan penurunan nilai EC.
43
Tingginya intensitas hujan dapat menyebabkan bertambahnya massa air. Hal tersebut
menyebabkan konsentrasi ion-ion pada zat terlarut, seperti pada mineral, menurun
(Purbalisa dan Mulyadi, 2013). Oleh karena itu, rendahnya nilai EC pada penelitian
ini dapat disebabkan oleh pengaruh musim hujan yang dilakukan selama periode
penelitian.
4.2.6 pH
Berikut Gambar 4.10 dibawah ini merupakan pH air per site di sepanjang Sungai
Code Yogyakarta.
10
8
pH
Batas Atas pH
7 Air Kelas III : 9
5
1 2 3 4 5 6
Site
seperti NPK, TSP, maupun ZA adalah pupuk yang bersifat asam karena mengandung
asam belerang. Pada aktivitas pertanian pupuk ZA juga pada umumnya digunakan
untuk keperluan inseksitisida, herbisida dan fungisida (Arief, 2016).
Selain itu, pH perairan yang rendah dapat meningkatkan toksisitas logam berat
(Desriyan et al. 2015). Hal tersebut diperkuat oleh hasil penelitian beberapa studi
terdahulu yang menunjukkan bahwa pada Udang Vaname (Litopenaeus Vannamei)
toksisitas Timbal (Pb) lebih tinggi saat kondisi pH 6,5 dibandingkan pH 8,5 (Pratama,
2018). Selanjutnya pada Kerang Hijau (Perna Viridis) toksisitas Besi (Fe) lebih tinggi
saat kondisi pH 5,4 dibandingkan pH 7,0 (Supriyantini dan Endrawati, 2015).
7
Konsentrasi DO (mg/L)
6
Batas Minimum
DO Air Kelas
5 III : 4 mg/L
2
1 2 3 4 5 6
Site
Konsentrasi DO yang diperoleh berkisar antara 4,21 mg/L sampai dengan 6,03
mg/L. Berdasarkan Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 20
tahun 2008, batas minimum DO yang diperbolehkan pada sungai dengan kategori
kelas III adalah 4 mg/L. Dari hasil pengujian yang telah dilakukan diketahui bahwa
konsentrasi DO di semua site masih berada di atas batas minimum yang
diperbolehkan.
14
10
8
Batas
6 Maksimum
BOD Air Kelas
4 III : 6 mg/L
0
1 2 3 4 5 6
Site
55
50
Konsentrasi COD (mg/L)
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
1 2 3 4 5 6
Site
Konsentrasi COD yang diperoleh berkisar antara 11,91 mg/L sampai dengan
36,70 mg/L. Berdasarkan Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor
20 tahun 2008, batas maksimum COD yang diperbolehkan pada sungai dengan
kategori kelas III adalah 50 mg/L. Dari hasil pengujian yang telah dilakukan
diketahui bahwa konsentrasi COD di semua site tidak melebihi batas maksimum.
Adapun tingginya konsentrasi COD di site 5 dibanding site lainnya dapat disebabkan
oleh lokasi site 5 yang berada di perkotaan dan juga banyaknya pemukiman padat
penduduk di sekitar sungai. Sehingga potensi masuknya berbagai buangan dari
berbagai sumber juga akan ikut meningkat. COD menggambarkan jumlah total bahan
organik yang ada, sehingga nilai COD pada umumnya akan lebih besar daripada nilai
BOD. Hal tersebut dapat terjadi karena jumlah senyawa organik yang dapat
48
dioksidasi secara kimiawi lebih besar dibandingkan secara biologis (Prabowo et al.
2016). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang menunjukan bahwa konsentrasi
COD lebih besar dibandingkan BOD.
4.2.10 Amonia (NH3)
Berikut Gambar 4.14 dibawah ini merupakan konsentrasi Amonia (NH3) per site
di sepanjang Sungai Code Yogyakarta.
0.6
Konsentrasi Amonia (mg/L)
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0.0
1 2 3 4 5 6
Site
Tabel 4.2 Hasil Analisis Korelasi Spearman Logam dan Fisika Kimia
Spearman Correlations
Debit Suhu TDS TSS EC pH DO BOD COD NH3
Correlation
-0,714 0,771 0,414 -0,488 0,454 -0,372 -0,722 0,747 0,695 0,351
Coefficient
Pb
Sig. (1-tailed) 0,059 0,036 0,048 0,057 0,043 0,087 0,039 0,035 0,038 0,044
Correlation
-0,829 0,657 0,429 -0,472 0,413 -0,395 -0,629 0,422 0,386 0,293
Coefficient
Fe
Sig. (1-tailed) 0,062 0,044 0,041 0,064 0,048 0,077 0,042 0,045 0,047 0,049
Correlation
-0,833 0,693 0,442 -0,454 0,431 -0,321 -0,636 0,435 0,359 0,277
Coefficient
Mn
Sig. (1-tailed) 0,065 0,047 0,045 0,059 0,046 0,071 0,044 0,042 0,042 0,047
Correlation
-0,708 0,794 0,433 -0,463 0,448 -0,338 -0,733 0,726 0,677 0,324
Coefficient
Cr
Sig. (1-tailed) 0,054 0,032 0,043 0,061 0,041 0,083 0,035 0,038 0,040 0,045
Hasil analisis korelasi Spearman logam Timbal (Pb), Besi (Fe), Mangan (Mn)
dan Kromium (Cr) dengan temperatur menunjukan nilai signifikansi berturut-turut
sebesar 0,036, 0,044, 0,047, 0,032. Nilai signifikansi yang < 0,05 menunjukkan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara logam dengan temperatur. Fauziah
et al. (2012) menyebutkan bahwa peningkatan temperatur di perairan cenderung
mempengaruhi proses kelarutan logam berat di perairan sehingga dapat
mengakibatkan kelarutan logam berat akan semakin meningkat dan partikel logam
50
berat akan bergerak lebih cepat sehingga meningkatkan akumulasi logam berat di
perairan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian, dimana temperatur tertinggi dari
seluruh lokasi pengambilan sampel air berada di site 5 yang mencapai temperatur
31,80 °C, sehingga memungkinkan kelarutan logam berat menjadi lebih tinggi dan
memiliki akumulasi logam berat tertinggi dibandingkan site lainnya.
Hasil analisis korelasi Spearman logam Timbal (Pb), Besi (Fe), Mangan (Mn)
dan Kromium (Cr) dengan TDS menunjukan nilai signifikansi berturut-turut sebesar
0,048, 0,041, 0,045, 0,043. Nilai signifikansi yang < 0,05 menunjukkan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara logam dengan TDS. TDS merupakan
jumlah partikel atau zat terlarut baik berupa mineral, garam, senyawa organik
maupun anorganik. TDS pada suatu perairan juga dapat meningkat akibat masuknya
buangan dari berbagai aktivitas manusia yang mengandung logam berat kedalam
suatu perairan (Eleonora et al. 2016). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian, dimana
TDS tertinggi terdapat pada site 5 yang berlokasi di daerah perkotaan, yang mana
memiliki potensi terbesar menerima buangan yang mengandung logam berat dari
berbagai usaha/kegiatan yang terdapat di sepanjang daerah aliran sungai.
Hasil analisis korelasi Spearman logam Timbal (Pb), Besi (Fe), Mangan (Mn)
dan Kromium (Cr) dengan EC menunjukan nilai signifikansi berturut-turut sebesar
0,043, 0,048, 0,046, 0,041. Nilai signifikansi yang < 0,05 menunjukkan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara logam dengan EC. EC merupakan
kemampuan air untuk menghantarkan listrik. Semakin banyak garam dan senyawa
organik anorganik yang dapat terionisasi, semakin tinggi pulai nilai EC. Tingginya
nilai EC kemudian dapat mengindikasikan bahwa terdapat logam yang terlarut dalam
air (Purbalisa dan Mulyadi, 2013). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian, dimana EC
tertinggi sebesar 452 µS/cm terdapat pada site 5, yang juga merupakan site dengan
akumulasi logam berat tertinggi.
51
Hasil analisis korelasi Spearman logam Timbal (Pb), Besi (Fe), Mangan (Mn)
dan Kromium (Cr) dengan DO menunjukan nilai signifikansi berturut-turut sebesar
0,039, 0,042, 0,044, 0,035. Selanjutnya Amonia (NH3) menunjukan nilai signifikansi
berturut-turut sebesar 0,044, 0,049, 0,047, 0,045. Nilai signifikansi yang < 0,05
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara logam dengan DO dan
Amonia (NH3). DO adalah gambaran dari jumlah oksigen terlarut yang terdapat di
dalam suatu perairan. Kandungan DO di suatu perairan dapat dijadikan indikasi awal
mengenai adanya pencemaran bahan organik maupun anorganik. Suatu perairan dapat
dikatakan baik dan mempunyai tingkat pencemaran yang rendah jika memiliki
konsentrasi DO lebih besar dari 5 mg/L (Salmin, 2015). Selain itu, Riza et al. (2015)
menyebutkan bahwa semakin meningkat bahan pencemar organik maupun anorganik
di suatu perairan, maka akan meningkat pula aktivitas mikroorganisme dalam proses
menguraikan bahan pencemar tersebut, yang mana nantinya dapat mengurangi
konsentrasi DO di perairan tersebut. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian, dimana
DO terendah sebesar 4,21 mg/L terdapat pada site 5, yang juga merupakan site
dengan akumulasi logam berat dan konsentrasi Amonia (NH3) tertinggi dibanding
site lainnya.
Hasil analisis korelasi Spearman logam Timbal (Pb), Besi (Fe), Mangan (Mn)
dan Kromium (Cr) dengan BOD menunjukan nilai signifikansi berturut-turut sebesar
0,035, 0,045, 0,042, 0,038. Selanjutnya COD menunjukan nilai signifikansi berturut-
turut sebesar 0,038, 0,047, 0,042, 0,040. Nilai signifikansi yang < 0,05 menunjukkan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara logam dengan BOD dan COD. BOD
merupakan jumlah oksigen yang diperlukan oleh mikroorganisme untuk menguraikan
bahan organik yang terdapat di suatu perairan. Sedangkan COD merupakan jumlah
oksigen kimiawi yang diperlukan untuk menguraikan bahan organik, baik yang
mudah urai, kompleks ataupun sukar urai (Nanik, 2009). Pada umumnya nilai COD
akan lebih tinggi dibanding BOD. Hal tersebut dikarenakan senyawa anorganik dapat
teroksidasi oleh oksidator kuat pada kondisi asam dan panas dengan katalisator perak
52
sulfat. Dengan tingginya konsentrasi BOD dan COD maka dapat mengakibatkan
konsentrasi DO semakin menurun (Riyanda et al. 2013). Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian, dimana site 5 dengan konsentrasi BOD dan COD tertinggi memiliki
konsentrasi DO terendah. Kemudian adanya selisih nilai BOD dan COD
mengindikasikan bahwa terdapat senyawa sukar urai, yang mana senyawa tersebut
dapat berasal dari senyawa logam berat pada perairan tersebut.
Hasil analisis korelasi Spearman logam Timbal (Pb), Besi (Fe), Mangan (Mn)
dan Kromium (Cr) dengan debit menunjukan nilai signifikansi berturut-turut sebesar
0,059, 0,062, 0,065, 0,054. Nilai signifikansi yang > 0,05 menunjukkan bahwa belum
terdapat hubungan yang signifikan antara logam dengan debit. Berdasarkan
penelitian Mahmud (2012) diketahui bahwa meningkatnya debit air pada musim
penghujan tidak selalu diikuti dengan menurunnya konsentrasi logam berat di
perairan. Hal ini dikarenakan faktor lain seperti limpasan dari daratan yang
mengandung bahan-bahan antropogenik juga dapat ikut terlarut ke suatu badan air
selama musim penghujan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian, dimana debit
tertinggi sebesar 4,25 m3/s pada site 5 tidak diikuti dengan penurunan konsentrasi
logam berat. Mengingat bahwa perlu juga diperhatikan kondisi dan karakteristik
lingkungan sekitar serta lokasi pengambilan sampel. Site 5 memiliki debit tertinggi,
akan tetapi site 5 berada di daerah perkotaan dan disepanjang badan sungai terdapat
pemukiman padat penduduk dan berbagai usaha/kegiatan yang berpotensi membuang
limbahnya secara langsung kedalam sungai.
Hasil analisis korelasi Spearman logam Timbal (Pb), Besi (Fe), Mangan (Mn)
dan Kromium (Cr) dengan pH menunjukan nilai signifikansi berturut-turut sebesar
0,087, 0,077, 0,071, 0,083. Nilai signifikansi yang > 0,05 menunjukkan bahwa belum
terdapat hubungan yang signifikan antara logam dengan pH. pH atau derajat
keasaman dapat mempengaruhi konsentrasi logam berat di suatu perairan. Dalam hal
ini kelarutan logam berat pada suatu perairan akan semakin meningkat pada kondisi
pH rendah (asam). Sifat asam atau basa suatu larutan ditunjukkan oleh nilai pH yang
53
berkisar antara 0-14, dimana pH 7 merupakan larutan netral (Desriyan et al. 2015).
Berdasarkan pengukuran di lapangan, diketahui bahwa pH air Sungai Code di seluruh
lokasi pengambilan sampel berada pada kondisi netral, sehingga dapat dikatakan
bahwa pH belum berpengaruh terhadap konsentrasi ataupun kelarutan logam berat
selama periode penelitian ini.
2.00
1.80 1.69
1.60 1.52 Nilai MPI <
Metal Pollution Index (MPI)
1.41 1 Tidak
1.40 1.30 Tercemar
1.20 Nilai MPI >
1.20
1 Tercemar
1.00 0.95
0.80
0.60
0.40
0.20
0.00
1 2 3 4 5 6
Site
Nilai MPI < 1 (lebih kecil dari satu) menunjukkan bahwa kondisi perairan
tersebut tidak terkontaminasi oleh polutan logam berat. Sedangkan nilai MPI > 1
(lebih besar dari satu) menunjukkan bahwa kondisi perairan tersebut telah
54
terkontaminasi oleh polutan logam berat dan semakin tinggi nilai MPI maka
mengindikasikan tingkat pencemaran atau progresif penurunan kualitas perairan
tersebut (Ali et al. 2016). Berdasarkan grafik pada Gambar 4.17 diatas diketahui
bahwa nilai MPI berada di kisaran 0,95 sampai dengan 1,69. Shehu (2019) dalam
penelitian Water and Sediment Quality Status of The Toplluha River in Kosovo,
menyebutkan bahwa salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingginya nilai MPI
adalah lokasi, dimana pada lokasi perkotaan dengan tingkat aktivitas yang tinggi dan
berbagai jenis kegiatan yang dilakukkan maka akan menghasilkan nilai MPI yang
tinggi pula. Hal tersebut sejalan dengan hasil perhitungan nilai MPI yang didapatkan
dari penelitian ini, yang mana nilai MPI tertinggi berada pada site 4 dan 5 yang sama-
sama berada di wilayah Kota Yogyakarta. Selain itu, semakin tinggi nilai MPI maka
menunjukkan bahwa semakin tinggi pula nilai akumulasi logam yang terdapat di
dalam sampel (Islam et al. 2017).
Sementara itu, nilai MPI terendah terdapat pada site 1. Site 1 sendiri menjadi titik
hulu pada penelitian ini. Kondisi site 1 didominasi oleh hutan, perkebunan serta dekat
dengan Gunung Merapi. Kontaminasi logam berat umumnya dapat berasal dari faktor
alam seperti kegiatan gunung berapi atau faktor aktivitas manusia seperti kegiatan
pertanian dan limbah buangan rumah tangga. Dengan kondisi site 1 yang masih asri
dan jauh dari berbagai aktivitas manusia, maka menjadikan site 1 sebagai satu-
satunya lokasi yang memiliki nilai MPI < 1 yang mengindikasikan bahwa lokasi
tersebut tidak tercemar oleh logam berat.
Adapun status mutu air di Sungai Code berdasarkan analasis hasil pemantauan
kualitas air yang dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta (2018)
menggunakan metode Storet di 5 (lima) lokasi pemantauan adalah sebagai berikut:
(Jembatan Sardjito: cemar berat), (Jembatan Gondolayu: cemar berat), (Jembatan
Jambu: cemar berat), (Jembatan Sayidan: cemar berat) dan (Jembatan Tungkak:
cemar berat). Kelebihan metode Storet adalah dapat menggabungkan banyak data
parameter kualitas air sehingga gambaran mengenai kualitas air akan lebih
komprehensif dan tidak terpaku pada parameter-paramater tertentu. Kekurangan yang
dimiliki adalah tidak adanya jumlah parameter tetap yang harus digunakan.
Sedangkan metode MPI memiliki kelebihan selain dapat digunakan untuk
pemantauan pencemaran logam di lingkungan dapat juga untuk pemantauan logam
dalam makanan (Ali et al. 2014). Kelemahan metode MPI adalah hanya terpaku pada
parameter logam berat saja.
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian Analisis Metal Pollution Index (MPI) Berdasarkan
Kandungan Logam Berat di Sungai Code Yogyakarta, adalah sebagai berikut:
1. Konsentrasi logam berat di site 1 s.d. 6 Timbal (Pb) berturut-turut adalah sebesar
4,52 mg/L (± 2,19), 2,84 mg/L (± 1,11), 3,72 mg/L (± 0,71), 2,61 mg/L (± 1,32),
2,63 mg/L (± 1,34), 2,52 mg/L (± 1,40). Besi (Fe) berturut-turut adalah sebesar
3,65 mg/L (± 2,82), 5,52 mg/L (± 2,35), 6,74 mg/L (± 0,81), 8,99 mg/L (± 4,71),
10,24 mg/L (± 5,61), 3,85 mg/L (± 1,26). Mangan (Mn) berturut-turut adalah
sebesar 1,46 mg/L (± 0,59), 2,06 mg/L (± 0,36), 2,24 mg/L (± 0,59), 2,34 mg/L (±
0,29), 2,43 mg/L (± 0,33), 3,29 mg/L (± 1,93). Kromium (Cr) berturut-turut adalah
sebesar 0,03 mg/L (± 0,01), 0,06 mg/L (± 0,03), 0,07 mg/L (± 0,03), 0,10 mg/L (±
0,01), 0,12 mg/L (± 0,03), 0,09 mg/L (± 0,01). Tembaga (Cu) berada dibawah
Limit Detection < 0,0001 mg/L. Kadmium (Cd) berada dibawah Limit Detection <
0,0037 mg/L.
2. Nilai Metal Pollution Index (MPI) di Sungai Code berada pada kisaran 0,95
sampai dengan 1,69. Berdasarkan hal tersebut diketahui bahwa 5 (lima) dari 6
(enam) site sampling air di Sungai Code telah tercemar oleh logam berat.
5.2 Saran
Saran dari penelitian Analisis Metal Pollution Index (MPI) Berdasarkan
Kandungan Logam Berat di Sungai Code Yogyakarta yaitu perlu adanya kegiatan
sosialisasi kepada masyarakat untuk memberikan informasi mengenai pentingnya
menjaga kualitas perairan Sungai Code dan pengetahuan mengenai dampak yang
dapat ditimbulkan oleh logam berat di lingkungan. Kemudian untuk kedepannya
58
59
Abdullah, M., Abas, M., dan Louis, V. (2015). Metal Pollution and Ecological Risk
Assessment of Balok River Sediment, Pahang Malaysia. American Journal
of Environmental Engineering. Vol. 5. pp. 1-7.
Ali, H., dan Khan, E. (2018). Assessment of Potentially Toxic Heavy Metals and
Health Risk in Water, Sediments, and Different Fish Species of River
Kabul, Pakistan. International Journal Human and Ecological Risk
Assessment. Vol. 24. pp. 2101-2118.
Ali, M., Lokman, M., Islam, S., dan Rahman, Z. (2016). Preliminary Assessment of
Heavy Metals in Water and Sediment of Karnaphuli River, Bangladesh.
Journal Environmental Nanotechnology, Monitoring and Management. Vol. 5.
pp. 27-35.
Arifin, T., Prartono, T., dan Kusuma, A. (2016). Sebaran Logam Berat Terlarut
dan Terendapkan di Perairan Teluk Jakarta. Jurnal Teknologi Perikanan
dan Kelautan. Vol. 6. pp. 41-49.
Arlindia, I. (2015). Analisis Pencemaran Danau Maninjau dari Nilai TDS dan
Konduktivitas Listrik. Jurnal Fisika Unand. Vol. 4. pp. 325-331.
Ashraf, W. (2006). Levels Of Selected Heavy Metals in Tuna. The Arabian Journal
for Science and Engineering. Vol. 31. pp. 89-92.
Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta. (2018). Laporan Kualitas Air Sungai
Januari - Desember 2018. Yogyakarta.
Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Sleman. (2013). Laporan Kualitas Air Sungai
Januari - Desember 2013. Yogyakarta.
Dewanti, N., Budiastuti, P., dan Raharjo, M. (2016). Analisis Pencemaran Logam
Berat Timbal (Pb) di Badan Sungai Babon, Kecamatan Genuk Semarang.
Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol. 4. pp. 119-125.
61
Effendi, H. (2003). Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta.
Eleonora, A., Pratama, A., dan Ramadhani, M. (2016). Analisis Pola Sebaran
Logam Berat Menggunakan Metode Kelistrikan Batuan di Daerah
Pertambangan Emas Pangalengan, Kabupaten Bandung. Prosiding
Seminar Nasional Fisika. Tgl. 10 Oktober 2016. pp. 150-158.
Fauziah, A., Rahardja, B., dan Cahyoko, Y. (2012). Korelasi Ukuran Kerang
Darah (Anadara Granosa) dengan Konsentrasi Merkuri (Hg) di Muara
Sungai Ketingan, Jawa Timur. Journal Marine and Coastal. Vol. 1. pp. 34-
44.
Happy, A., Dhahiyat, Y., dan Masyamsir. (2012). Distribusi Kandungan Logam
Berat Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) Pada Kolom Air dan Sedimen
Daerah Aliran Sungai Citarum Hulu. Jurnal Perikanan dan Kelautan. Vol.
3. pp. 175-182.
Hasan, H., Abdullah, S., Kofli, N., dan Kamarudin, S. (2012). Effective Microbes
for Simultaneous Bio-Oxidation of Ammonia and Manganese in Biological
Aerated Filter System. Journal Bioresource Technology. Vol. 124. pp. 355-
363.
Islam, R., Habib, M., dan Waid, J. (2017). Heavy Metal Contamination of
Freshwater Prawn (Macrobrachium Rosenbergii) and Prawn Feed in
62
Jugovac, N., Miljanovic, B., dan Maletin, S. (2015). Metal Pollution Index (MPI)
for Freshwater Monitoring Based on Trace Metal Accumulation. Journal
Ecological. Vol. 32. pp. 55-60.
Khan, F., Jolly, Y., Islam, G., Akhter, S., dan Kabir, J. (2014). Contamination
Status and Health Risk Assessment of Trace Elements in Foodstuffs
Collected from The Buriganga River Embankments, Dhaka, Bangladesh.
International Journal of Food Contamination. Vol. 1. pp. 1-8.
Male, Y., Sunarti, S., dan Nunumete, N. (2014). Analisys Of Lead (Pb) and
Chromium (Cr) in The Roots of Seagrass (Enhalus Acoroides) in Water of
Tulehu Village Central Maluku Regency. Indonesian Journal of Chemical
Research. Vol. 1. pp. 66-71.
Maulana, I., Endrawati, H., dan Nuraini, R. (2017). Analisis Kandungan Logam
Berat Kromium (Cr) Pada Air, Sedimen Dan Kerang Hijau (Perna Viridis)
Di Perairan Trimulyo Semarang. Jurnal Kelautan Tropis. Vol. 20. pp. 48-55.
Mohiuddin, M., Ogawa, Y., dan Zakir, M. (2011). Heavy Metals Contamination in
The Water and Sediments of Urban River in Developing Country.
International Journal of Environmental Science and Technology. Vol. 8.
pp. 723-736.
Notodarmojo, S., dan Makhmudah, N. (2016). Penyisihan Besi (Fe) dan Mangan
(Mn) Menggunakan Saringan Pasir Lambat Dua Tingkat Pada Kondisi
Aliran Tak Jenuh. Jurnal Teknik Lingkungan. Vol. 16. pp. 150-159.
Nurjaya, W., Sanusi, H., dan Pratono, T. (2016). Distribution and Behaviour of
Dissolved and Particulate Pb and Zn in Jeneberang Estuary, Makassar.
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis. Vol. 8. pp. 11-28.
Prabowo, R., Sunoko, H., dan Purwanto. (2016). Akumulasi Cadmium (Cd) Pada
Ikan Wader Merah (Puntius Bramoides) di Sungai Kaligarang. Jurnal
MIPA. Vol. 39. pp. 1-10.
Prayogo, T., Soemarno, M., dan Mahyudin, M. (2015). Analisis Kualitas Air Dan
Strategi Pengendalian Pencemaran Air Sungai Metro di Kota Kepanjen
64
Purbalisa, W., dan Mulyadi. (2013). Timbal (Pb) dan Tembaga (Cu) Pada Badan
Air dan Tanah Sawah Sub-Das Solo Hilir Kabupaten Lamongan.
Jurnal Agrologia. Vol. 2. pp. 116-123.
Raziq, A. (2019). Analisis Hubungan Tata Guna Lahan Terhadap Kualitas Air
Parameter Kimia Di Sungai Code Yogyakarta. Skripsi. Universitas Islam
Indonesia. Yogyakarta.
Riyanda, A., Lubis, K., dan Jamilah, N. (2013). Kajian Karakteristik Kimia Air,
Fisika Air Dan Debit Sungai Pada Kawasan DAS Padang Akibat
Pembuangan Limbah Tapioka. Jurnal Agroekoteknologi. Vol. 1. pp. 615-
625.
Riza, F., Bambang, A., dan Kismartini. (2015). Tingkat Pencemaran Lingkungan
Perairan Ditinjau Dari Aspek Fisika, Kimia dan Logam di Pantai Kartini
Jepara. Indonesian Journal of Conservation. Vol. 4. pp. 52-60.
Said, N. (2010). Metode Penghilangan Besi (Fe) dan Mangan (Mn) di Dalam Air.
Jurnal Air Indonesia. Vol. 6. pp. 136-148.
65
Salmin. (2015). Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi Sebagai
Salah Satu Indikator Untuk Menentukan Kualitas Perairan. Jurnal
Oseana. Vol. 30. pp. 21-26.
Schiavon, M., Pilon, H., Smits, M., Wirtz, R., dan Malagoli, M. (2008). Interactions
Between Chromium And Sulfur Metabolism In Brassica juncea. Journal Of
Enviromental Quality. Vol. 37. pp. 153-154.
Seprianto, S., Paputungan, M., Syarifuddin, A., Mambuat, J., dan Alla, G. (2017).
Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) Pada Air Sungai dan Ikan Mujair
(Oreochromis Mossambicus) di Sungai Tondano. Journal Public Health
Science. Vol. 9. pp. 153-159.
Shehu, I. (2019). Water and Sediment Quality Status of The Toplluha River in
Kosovo. Journal of Ecological Engineering. Vol. 20. pp. 266-275.
Sukirno., Irianto, B., dan Murniasih, S. (2007). Evaluasi Logam Dalam Air dan
Sedimen Sungai Code Dengan Teknik AAN (Tahap 2). Prosiding PPI-
PDIPTN. Tgl. 10 Juli 2007. pp. 183-189.
66
Sunarsih, E. (2018). Analisis Paparan Besi dan Mangan Pada Air Terhadap
Gangguan Kesehatan Pada Masyarakat Desa Ibul Kecamatan Indralaya
Kabupaten Ogan. Jurnal Kesehatan Lingkungan. Vol. 17. pp. 68-73.
Supriyantini, E., dan Endrawati, H. (2015). Kandungan Logam Berat Besi (Fe)
Pada Air, Sedimen dan Kerang Hijau (Perna Viridis) Di Perairan Tanjung
Emas Semarang. Jurnal Kelautan Tropis. Vol. 18. pp. 38-45.
Syiva, A. (2017). Analisis Kualitas Air Melalui Deteksi Besi (Fe) pada Sungai di
Daerah Istimewa Yogyakarta. Tugas Akhir. Universitas Sebelas Maret.
Surakarta.
Tarigan, Y. (2013). Kandungan Kadmium (Cd) Pada Air Sungai dan Ikan Mas
(Cyprinus carpio Linnaeus) di Sungai Code Yogyakarta. Tugas Akhir.
Universitas Atma Jaya. Yogyakarta.
Tuty, A., dan Herny, B. (2009). Pengolahan Limbah Cair Industri Batik Cap
Khas Palembang Dengan Proses Filtrasi dan Adsorpsi. Prosiding Seminar
Nasional Teknik Kimia Indonesia. Tgl. 17 Oktober 2009. pp. 1-6.
Usero, J., Morillo, J., dan Gracia, I. (2005). Heavy Metal Concentrations in
Mollusks from The Atlantic Coast of Southern Spain. Journal
Chemosphere. Vol. 59. pp. 1175-1181.
Vandra, B., Sudarno, S., dan Nugraha, W. (2016). Studi Analisis Kemampuan Self
Purification pada Sungai Progo Ditinjau dari Parameter Biological
Oxygen Demand (BOD) dan Dissolved Oxygen (DO). Jurnal Teknik
Lingkungan. Vol. 5. pp. 1-8.
67
Winarsih, W., Emiyati, E., dan Afu, L. (2016). Distribusi Total Suspended Solid
Permukaan Di Perairan Teluk Kendari. Jurnal Ilmu Kelautan. Vol. 1.
pp. 54-59.
Zahari, M., Rashidah, N., dan Hamzah, Z. (2016). Assessment of Surface Water
Metal Pollution Based on Metal Pollution Index (MPI) Supported By
Multivariate Statistical Analysis. International Journal of Environmental.
Vol. 35. pp 23-35.
Zhang, J., Ni, W., Zhu, Y., dan Pan, Y. (2012). Effects of Different Nitrogen
Species on Sensitivity and Photosynthetic Stress of Three Common
Freshwater Diatoms. Journal Aquat Ecol. Vol. 47. pp. 25-35.
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
LAMPIRAN
Timbal (Pb)
Timbal (Pb)
Statistic S1 S2 S3 S4 S5 S6
MIN 3,222 1,560 3,309 1,084 1,084 0,898
Q1 3,256 2,498 3,313 2,220 2,227 2,111
Q2 3,291 3,436 3,316 3,356 3,371 3,324
Q3 5,169 3,485 3,929 3,376 3,404 3,325
MAX 7,047 3,535 4,542 3,396 3,436 3,327
Differencces S1 S2 S3 S4 S5 S6
Q1 3,256 2,498 3,313 2,220 2,227 2,111
Q2-Q1 0,035 0,938 0,004 1,136 1,144 1,213
Q3-Q2 1,878 0,049 0,613 0,020 0,033 0,002
Q1-MIN 0,035 0,938 0,004 1,136 1,144 1,213
MAX-Q3 1,878 0,049 0,613 0,020 0,033 0,002
BM 0,030 0,030 0,030 0,030 0,030 0,030
Besi (Fe)
Besi (Fe)
Statistic S1 S2 S3 S4 S5 S6
MIN 1,975 2,993 6,215 4,149 4,458 2,640
Q1 2,022 4,465 6,275 6,707 7,533 3,205
Q2 2,069 5,938 6,335 9,265 10,607 3,771
Q3 4,484 6,791 7,002 11,415 13,135 4,462
MAX 6,898 7,644 7,669 13,564 15,662 5,153
Differencces S1 S2 S3 S4 S5 S6
Q1 2,022 4,465 6,275 6,707 7,533 3,205
Q2-Q1 0,047 1,473 0,060 2,558 3,075 0,565
Q3-Q2 2,415 0,853 0,667 2,149 2,527 0,691
Q1-MIN 0,047 1,473 0,060 2,558 3,075 0,565
MAX-Q3 2,415 0,853 0,667 2,149 2,527 0,691
BM 0,300 0,300 0,300 0,300 0,300 0,300
68
69
Mangan (Mn)
Mangan (Mn)
Statistic S1 S2 S3 S4 S5 S6
MIN 1,095 1,658 1,844 2,051 2,113 2,029
Q1 1,122 1,922 1,902 2,191 2,264 2,175
Q2 1,149 2,185 1,960 2,331 2,415 2,320
Q3 1,647 2,260 2,440 2,485 2,589 3,915
MAX 2,145 2,335 2,920 2,640 2,764 5,509
Differencces S1 S2 S3 S4 S5 S6
Q1 1,122 1,922 1,902 2,191 2,264 2,175
Q2-Q1 0,027 0,264 0,058 0,140 0,151 0,145
Q3-Q2 0,498 0,075 0,480 0,155 0,175 1,595
Q1-MIN 0,027 0,264 0,058 0,140 0,151 0,145
MAX-Q3 0,498 0,075 0,480 0,155 0,175 1,595
BM 0,100 0,100 0,100 0,100 0,100 0,100
Kromium (Cr)
Kromium (Cr)
Statistic S1 S2 S3 S4 S5 S6
MIN 0,025 0,036 0,040 0,084 0,095 0,076
Q1 0,031 0,053 0,060 0,091 0,109 0,082
Q2 0,036 0,069 0,080 0,098 0,124 0,087
Q3 0,038 0,078 0,085 0,105 0,140 0,095
MAX 0,040 0,087 0,091 0,113 0,156 0,102
Differencces S1 S2 S3 S4 S5 S6
Q1 0,031 0,053 0,060 0,091 0,109 0,082
Q2-Q1 0,005 0,016 0,020 0,007 0,015 0,005
Q3-Q2 0,002 0,009 0,005 0,007 0,016 0,007
Q1-MIN 0,005 0,016 0,020 0,007 0,015 0,005
MAX-Q3 0,002 0,009 0,005 0,007 0,016 0,007
BM 0,050 0,050 0,050 0,050 0,050 0,050
Debit
70
DEBIT
Statistic S1 S2 S3 S4 S5 S6
MIN 0,10 0,21 0,53 1,20 2,09 0,67
Q1 0,13 0,34 0,61 1,24 2,64 0,71
Q2 0,15 0,39 0,75 1,26 2,71 0,74
Q3 0,25 0,75 1,02 1,99 3,71 1,27
MAX 0,30 0,92 1,35 2,50 4,25 1,88
Differencces S1 S2 S3 S4 S5 S6
Q1 0,13 0,34 0,61 1,24 2,64 0,71
Q2-Q1 0,03 0,05 0,13 0,02 0,07 0,03
Q3-Q2 0,10 0,36 0,28 0,73 0,99 0,53
Q1-MIN 0,03 0,13 0,08 0,04 0,55 0,05
MAX-Q3 0,05 0,17 0,33 0,51 0,54 0,62
Temperatur
TEMPERATUR
Statistic S1 S2 S3 S4 S5 S6
MIN 23,70 25,50 26,20 27,00 27,90 27,20
Q1 24,08 26,00 26,78 27,08 28,53 27,60
Q2 24,40 26,10 27,00 28,15 30,00 28,75
Q3 24,73 26,43 27,15 29,23 31,18 29,45
MAX 25,00 27,00 27,70 30,10 31,80 30,00
Differencces S1 S2 S3 S4 S5 S6
Q1 24,08 26,00 26,78 27,08 28,53 27,60
Q2-Q1 0,32 0,10 0,23 1,08 1,48 1,15
Q3-Q2 0,33 0,32 0,15 1,08 1,18 0,70
Q1-MIN 0,38 0,50 0,57 0,07 0,63 0,40
MAX-Q3 0,27 0,57 0,55 0,88 0,63 0,55
BM ATAS 28,00 28,00 28,00 28,00 28,00 28,00
BM BAWAH 22,00 22,00 22,00 22,00 22,00 22,00
TDS
72
Statistic S1 S2 S3 S4 S5 S6
MIN 113 159 219 268 310 258
Q1 120 167 227 280 323 267
Q2 126 173 232 285 333 276
Q3 143 184 246 290 337 280
MAX 152 193 267 293 351 290
Differencces S1 S2 S3 S4 S5 S6
Q1 119,50 166,75 227,25 279,50 322,75 267,00
Q2-Q1 6,00 5,75 4,75 5,00 10,25 8,50
Q3-Q2 17,25 11,75 13,75 5,75 4,25 4,00
Q1-MIN 6,50 7,75 8,25 11,50 12,75 9,00
MAX-Q3 9,25 8,75 21,25 2,75 13,75 10,50
BM 1000 1000 1000 1000 1000 1000
TSS
Statistic S1 S2 S3 S4 S5 S6
MIN 16 22 31 36 44 33
Q1 18 24 33 39 47 37
Q2 20 26 37 42 50 39
Q3 21 29 41 51 59 47
MAX 23 34 46 61 70 55
Differencces S1 S2 S3 S4 S5 S6
Q1 18,25 24,25 32,75 39,50 47,25 36,75
Q2-Q1 1,25 2,25 3,75 3,00 2,25 2,25
Q3-Q2 1,25 2,25 4,50 8,25 9,75 7,50
Q1-MIN 2,25 2,25 1,75 3,50 3,25 3,75
MAX-Q3 2,25 5,25 5,00 10,25 10,75 8,50
BM 400 400 400 400 400 400
EC
73
Statistic S1 S2 S3 S4 S5 S6
MIN 160 221 256 347 397 334
Q1 176 232 272 362 403 343
Q2 181 241 293 370 410 351
Q3 186 244 303 380 431 363
MAX 195 252 319 390 452 368
Differencces S1 S2 S3 S4 S5 S6
Q1 176,3 232,3 272,3 361,5 402,5 343,3
Q2-Q1 4,25 8,25 20,25 8,00 7,00 7,75
Q3-Q2 5,75 3,75 10,50 10,25 21,25 11,50
Q1-MIN 16,25 11,25 16,25 14,50 5,50 9,25
MAX-Q3 8,75 7,75 16,00 10,25 21,25 5,50
BM 2250 2250 2250 2250 2250 2250
pH
pH
Statistic S1 S2 S3 S4 S5 S6
MIN 7,4 7,3 7,5 7,5 7,3 7,0
Q1 7,5 7,4 7,6 7,5 7,3 7,1
Q2 7,6 7,5 7,7 7,6 7,5 7,2
Q3 7,6 7,5 7,7 7,7 7,5 7,3
MAX 7,8 7,6 7,7 7,7 7,6 7,4
Differencces S1 S2 S3 S4 S5 S6
Q1 7,5 7,4 7,6 7,5 7,3 7,1
Q2-Q1 0,05 0,05 0,05 0,07 0,13 0,08
Q3-Q2 0,05 0,05 0,05 0,08 0,05 0,08
Q1-MIN 0,10 0,10 0,10 0,03 0,03 0,13
MAX-Q3 0,20 0,10 0,00 0,03 0,10 0,13
BM ATAS 9,00 9,00 9,00 9,00 9,00 9,00
BM BAWAH 6,00 6,00 6,00 6,00 6,00 6,00
DO
Statistic S1 S2 S3 S4 S5 S6
74
BOD
Statistic S1 S2 S3 S4 S5 S6
MIN 3,90 5,06 6,14 8,94 10,10 8,22
Q1 4,03 5,34 6,59 9,35 10,30 9,03
Q2 4,30 5,51 7,26 9,42 10,71 9,74
Q3 4,71 6,27 8,07 11,46 12,34 11,82
MAX 5,10 6,62 8,30 12,31 13,59 12,63
Differencces S1 S2 S3 S4 S5 S6
Q1 4,03 5,34 6,59 9,35 10,30 9,03
Q2-Q1 0,27 0,17 0,67 0,07 0,41 0,71
Q3-Q2 0,41 0,76 0,81 2,04 1,63 2,08
Q1-MIN 0,13 0,28 0,45 0,41 0,20 0,81
MAX-Q3 0,39 0,35 0,23 0,85 1,25 0,81
BM 6,00 6,00 6,00 6,00 6,00 6,00
COD
Statistic S1 S2 S3 S4 S5 S6
75
Amonia (NH3)
AMONIA
Statistic S1 S2 S3 S4 S5 S6
MIN 0,007 0,015 0,048 0,087 0,179 0,070
Q1 0,009 0,024 0,055 0,101 0,192 0,088
Q2 0,013 0,034 0,062 0,121 0,240 0,106
Q3 0,015 0,039 0,081 0,177 0,325 0,145
MAX 0,028 0,046 0,116 0,336 0,467 0,198
Differencces S1 S2 S3 S4 S5 S6
Q1 0,009 0,024 0,055 0,101 0,192 0,088
Q2-Q1 0,004 0,010 0,008 0,020 0,048 0,018
Q3-Q2 0,002 0,005 0,019 0,056 0,086 0,039
Q1-MIN 0,003 0,009 0,007 0,014 0,013 0,018
MAX-Q3 0,013 0,007 0,034 0,159 0,141 0,053
BM 0,500 0,500 0,500 0,500 0,500 0,500
75
Desember I
Parameter
Sit
e Timbal Besi Mangan Kadmium Tembaga Kromium
(Pb) (Fe) (Mn) (Cd) (Cu) (Cr)
S1 7,047 6,898 2,145 < 0,0037 < 0,0001 0,040
S2 1,560 2,993 2,185 < 0,0037 < 0,0001 0,087
S3 4,542 6,335 2,920 < 0,0037 < 0,0001 0,091
S4 1,084 4,149 2,640 < 0,0037 < 0,0001 0,084
S5 1,084 4,458 2,764 < 0,0037 < 0,0001 0,095
S6 0,898 5,153 5,509 < 0,0037 < 0,0001 0,076
Januari I
Parameter
Sit
e Timbal Besi Mangan Kadmium Tembaga Kromium
(Pb) (Fe) (Mn) (Cd) (Cu) (Cr)
S1 3,291 1,975 1,149 < 0,0037 < 0,0001 0,036
S2 3,436 5,938 1,658 < 0,0037 < 0,0001 0,069
S3 3,309 6,215 1,844 < 0,0037 < 0,0001 0,080
S4 3,356 9,265 2,051 < 0,0037 < 0,0001 0,113
S5 3,371 10,607 2,113 < 0,0037 < 0,0001 0,156
S6 3,327 2,640 2,029 < 0,0037 < 0,0001 0,102
Januari II
Parameter
Sit
e Timbal Besi Mangan Kadmium Tembaga Kromium
(Pb) (Fe) (Mn) (Cd) (Cu) (Cr)
S1 3,222 2,069 1,095 < 0,0037 < 0,0001 0,025
S2 3,535 7,644 2,335 < 0,0037 < 0,0001 0,036
S3 3,316 7,669 1,960 < 0,0037 < 0,0001 0,040
S4 3,396 13,564 2,331 < 0,0037 < 0,0001 0,098
S5 3,436 15,662 2,415 < 0,0037 < 0,0001 0,124
S6 3,324 3,771 2,320 < 0,0037 < 0,0001 0,087
78
Desember I
Debit T TDS EC DO
Wakt Lebar Kedalaman (m) Kecepatan (m/s) pH
Tanggal Cuaca Site (m3/s) (ºC) (mg/L) (µS/cm) (mg/L)
u (m)
h1 h2 h3 v1 v2 v3
30/12/201 0,2 0,3 0,2 0,0 0,0 0,1
10:30 Mendung S1 5,82 0,10 7,6 24,8 147 187 5,98
9 0 0 5 0 9 1
30/12/201 0,2 0,2 0,5 0,1 0,0 0,0
12:50 Mendung S2 9,40 0,21 7,5 26 188 239 5,43
9 6 5 0 3 3 4
30/12/201 0,4 0,3 0,3 0,0 0,1 0,1
15:00 Gerimis S3 25 0,86 7,7 27 231 267 5,37
9 2 2 3 6 2 1
31/12/201 0,2 0,3 0,2 0,4 0,1 0,3
11:00 Berawan S4 14,20 1,23 7,5 29 293 390 4,32
9 8 2 4 3 5 5
31/12/201 0,3 0,2 0,2 0,4 0,3 0,3
12:45 Cerah S5 22 2,09 7,4 30,5 335 412 4,21
9 0 4 6 2 4 1
31/12/201 0,2 0,3 0,4 0,2 0,1 0,1
14:45 Mendung S6 13 0,67 7,1 29 290 366 4,34
9 8 7 0 0 3 1
Januari I
Wakt Lebar Kedalaman (m) Kecepatan (m/s) Debit T TDS EC DO
Tanggal Cuaca Site pH
u (m) h1 h2 h3 v1 v2 v3 (m3/s) (ºC) (mg/L) (µS/cm) (mg/L)
16/01/202 9:19 Berawan S1 5,78 0,11 0,3 0,21 0,00 0,16 0,13 0,12 7,4 25 152 195 5,86
80
0 5
16/01/202 0,4
10:33 Mendung S2 9,28 0,36 0,34 0,11 0,09 0,10 0,35 7,3 27 193 252 5,38
0 3
16/01/202 0,2
11:50 Cerah S3 24,80 0,32 0,27 0,05 0,10 0,08 0,53 7,6 27,7 219 256 5,47
0 5
16/01/202 0,2
13:24 Cerah S4 14 0,20 0,22 0,40 0,32 0,38 1,20 7,5 30,1 281 361 4,39
0 8
16/01/202 0,4
14:30 Cerah S5 21,85 0,45 0,33 0,25 0,27 0,40 2,64 7,3 31,8 320 397 4,28
0 0
16/01/202 0,3
15:29 Cerah S6 13,10 0,26 0,38 0,24 0,11 0,15 0,71 7,0 30 265 341 4,49
0 4
Tanggal 29 Januari 2020
Januari II
Wakt Lebar Kedalaman (m) Kecepatan (m/s) Debit T TDS EC DO
Tanggal Cuaca Site pH
u (m) h1 h2 h3 v1 v2 v3 (m3/s) (ºC) (mg/L) (µS/cm) (mg/L)
29/01/202 0,3
17:10 Mendung S1 5,85 0,14 0,25 0,00 0,15 0,14 0,14 7,5 24,5 130 176 5,83
0 6
29/01/202 0,4
16:05 Mendung S2 9,32 0,33 0,36 0,10 0,07 0,11 0,34 7,4 26,5 172 245 5,45
0 8
29/01/202 0,2
15:10 Berawan S3 24,50 0,29 0,26 0,08 0,12 0,09 0,61 7,7 27,2 226 288 5,31
0 2
29/01/202 0,3
10:30 Cerah S4 14,10 0,22 0,20 0,38 0,35 0,39 1,26 7,6 29,3 288 376 4,27
0 0
29/01/202 0,4
11:45 Cerah S5 22,15 0,41 0,30 0,28 0,26 0,42 2,67 7,3 31,4 331 407 4,23
0 2
29/01/202 12:34 Cerah S6 13 0,23 0,3 0,34 0,25 0,20 0,12 0,72 7,2 29,6 278 352 4,36
81
0 0
Februari I
Lebar Kedalaman (m) Kecepatan (m/s) Debit T TDS EC DO
Tanggal Waktu Cuaca Site pH
(m) h1 h2 h3 v1 v2 v3 (m3/s) (ºC) (mg/L) (µS/cm) (mg/L)
13/02/202 0,2
14:50 Berawan S1 5,90 0,21 0,35 0,01 0,16 0,13 0,17 7,6 24,3 113 160 5,90
0 9
13/02/202 0,4
14:00 Berawan S2 9,43 0,35 0,50 0,11 0,10 0,12 0,43 7,5 26,2 165 230 5,51
0 0
13/02/202 0,2
13:10 Mendung S3 25 0,27 0,20 0,09 0,13 0,10 0,63 7,7 27 233 297 5,42
0 4
13/02/202 0,1
9:10 Cerah S4 14,20 0,21 0,27 0,40 0,38 0,42 1,25 7,6 27,3 268 347 4,67
0 8
13/02/202 0,3
9:55 Cerah S5 22,10 0,38 0,40 0,33 0,31 0,40 2,76 7,5 29,5 310 401 4,51
0 0
13/02/202 0,3
11:00 Cerah S6 13,10 0,21 0,28 0,28 0,24 0,14 0,77 7,3 28,5 258 334 4,75
0 1
Februari II
Debit T TDS EC DO
Wakt Lebar Kedalaman (m) Kecepatan (m/s) pH
Tanggal Cuaca Site (m3/s) (ºC) (mg/L) (µS/cm) (mg/L)
u (m)
h1 h2 h3 v1 v2 v3
82
26/02/202
7:20 Cerah S1 5,90 0,28 0,37 0,31 0,08 0,19 0,17 0,28 7,5 24 119 177 5,98
0
26/02/202
7:55 Cerah S2 9,50 0,39 0,53 0,44 0,21 0,20 0,23 0,92 7,4 26 159 221 5,62
0
26/02/202
8:30 Cerah S3 25 0,29 0,24 0,26 0,14 0,19 0,16 1,08 7,5 26,7 250 305 5,50
0
26/02/202
9:00 Cerah S4 14,23 0,35 0,39 0,29 0,47 0,44 0,46 2,23 7,7 27 279 363 4,90
0
26/02/202
9:30 Cerah S5 22,15 0,45 0,49 0,40 0,39 0,40 0,43 4,02 7,6 28,2 338 437 4,63
0
26/02/202
10:00 Cerah S6 13,14 0,35 0,40 0,42 0,33 0,29 0,22 1,43 7,2 27,3 273 350 4,81
0
Maret I
Debit T TDS EC DO
Wakt Lebar Kedalaman (m) Kecepatan (m/s) pH
Tanggal Cuaca Site (m3/s) (ºC) (mg/L) (µS/cm) (mg/L)
u (m)
h1 h2 h3 v1 v2 v3
10/03/202
6:40 Cerah S1 5,91 0,22 0,40 0,33 0,09 0,21 0,18 0,30 7,8 23,7 121 184 6,03
0
10/03/202
7:35 Cerah S2 9,54 0,44 0,58 0,48 0,07 0,22 0,25 0,86 7,6 25,5 173 242 5,73
0
10/03/202
8:10 Cerah S3 25 0,31 0,29 0,30 0,16 0,21 0,17 1,35 7,6 26,2 267 319 5,62
0
10/03/202 8:45 Cerah S4 14,25 0,37 0,41 0,33 0,49 0,45 0,48 2,50 7,7 27 291 381 5,04
83
0
10/03/202
9:20 Cerah S5 22,20 0,47 0,50 0,42 0,40 0,41 0,43 4,25 7,5 27,9 351 452 4,73
0
10/03/202
10:05 Cerah S6 13,18 0,40 0,43 0,47 0,37 0,34 0,28 1,88 7,4 27,2 280 368 4,94
0
82
Desember I
Konsentrasi
BM Kelas III
No Kode Sampel DO 0 DO 5
BOD (mg/L) (mg/L)
(mg/L) (mg/L)
1 S1 6,48 5,33 4,30 6
2 S2 6,03 4,75 5,34 6
3 S3 5,87 4,35 7,26 6
4 S4 4,92 3,13 9,42 6
5 S5 4,71 2,81 10,30 6
6 S6 4,94 3,11 9,74 6
Januari I
BM Kelas III
Konsentrasi
(mg/L)
No Kode Sampel
DO 0 DO 5 BOD Rata-rata
BOD (mg/L)
(mg/L) (mg/L) (mg/L)
1 S1 A 6,46 5,11 5,26 6
5,10
2 S1 B 6,50 5,19 4,94 6
3 S2 A 6,20 4,69 6,54 6
6,62
4 S2 B 6,16 4,63 6,70 6
5 S3 A 6,37 4,61 8,54 6
8,30
6 S3 B 6,42 4,72 8,06 6
7 S4 A 5,23 3,11 11,42 6
11,46
8 S4 B 5,18 3,05 11,50 6
9 S5 A 4,98 2,76 12,22 6
12,34
10 S5 B 4,92 2,67 12,46 6
11 S6 A 5,11 2,96 11,66 6
11,82
12 S6 B 5,09 2,90 11,98 6
83
Januari II
BM Kelas III
Konsentrasi
(mg/L)
No Kode Sampel
DO 0 DO 5 BOD Rata-rata
BOD (mg/L)
(mg/L) (mg/L) (mg/L)
1 S1 A 6,46 5,21 4,75 6
4,71
2 S1 B 6,53 5,29 4,67 6
3 S2 A 6,25 4,81 6,27 6
6,27
4 S2 B 6,19 4,75 6,27 6
5 S3 A 6,13 4,46 8,11 6
8,07
6 S3 B 6,08 4,42 8,03 6
7 S4 A 5,25 3,05 12,35 6
12,31
8 S4 B 5,17 2,98 12,27 6
9 S5 A 4,93 2,60 13,39 6
13,59
10 S5 B 4,88 2,50 13,79 6
11 S6 A 5,14 2,92 12,51 6
12,63
12 S6 B 5,26 3,01 12,75 6
Februari I
BM Kelas III
Konsentrasi
(mg/L)
No Kode Sampel
DO 0 DO 5 BOD Rata-rata
BOD (mg/L)
(mg/L) (mg/L) (mg/L)
1 S1 A 6,60 5,48 3,99 6
4,03
2 S1 B 6,56 5,43 4,07 6
3 S2 A 6,11 4,79 5,59 6
5,51
4 S2 B 6,16 4,86 5,43 6
5 S3 A 6,07 4,60 6,79 6
6,59
6 S3 B 6,01 4,59 6,39 6
7 S4 A 5,37 3,55 9,59 6
9,35
8 S4 B 5,43 3,67 9,11 6
9 S5 A 5,21 3,27 10,55 6
10,71
10 S5 B 5,18 3,20 10,87 6
11 S6 A 5,45 3,69 9,11 6
9,03
12 S6 B 5,49 3,75 8,95 6
84
Februari II
BM Kelas III
Konsentrasi
(mg/L)
No Kode Sampel
DO 0 DO 5 BOD Rata-rata
BOD (mg/L)
(mg/L) (mg/L) (mg/L)
1 S1 A 6,68 5,55 3,86 6
3,90
2 S1 B 6,63 5,49 3,94 6
3 S2 A 6,22 4,95 4,98 6
5,06
4 S2 B 6,27 4,98 5,14 6
5 S3 A 6,10 4,69 6,10 6
6,14
6 S3 B 6,16 4,74 6,18 6
7 S4 A 5,50 3,74 8,90 6
8,94
8 S4 B 5,46 3,69 8,98 6
9 S5 A 5,33 3,43 10,02 6
10,10
10 S5 B 5,37 3,45 10,18 6
11 S6 A 5,46 3,80 8,10 6
8,22
12 S6 B 5,42 3,73 8,34 6
Januari I
Konsentrasi Konsentrasi
Kode Absorbansi Faktor BM Kelas III
No (mg/L) Rata-rata
Sampel Pengenceran (mg/L)
I II I II (mg/L)
0,18 17,5
1 S1 0,180 20,17 2
3 7 18,87 50
0,17 28,0
2 S2 0,169 29,74 2
1 0 28,87 50
0,17 26,2
3 S3 0,170 28,87 2
3 6 27,57 50
0,16 33,2
4 S4 0,167 31,48 2
5 2 32,35 50
0,16 36,7
5 S5 0,163 34,96 2
1 0 35,83 50
0,16 32,3
6 S6 0,165 33,22 2
6 5 32,78 50
85
Januari II
Konsentrasi Konsentrasi
Kode Absorbansi Faktor BM Kelas III
No (mg/L) Rata-rata
Sampel Pengenceran (mg/L)
I II I II (mg/L)
0,18 19,3
1 S1 0,183 17,57 2
1 0 18,43 50
0,17 28,8
2 S2 0,172 27,13 2
0 7 28,00 50
0,17 28,0
3 S3 0,173 26,26 2
1 0 27,13 50
0,16 33,2
4 S4 0,166 32,35 2
5 2 32,78 50
0,16 35,8
5 S5 0,160 37,57 2
2 3 36,70 50
0,16 34,0
6 S6 0,165 33,22 2
4 9 33,65 50
Februari I
Konsentrasi Konsentrasi
Kode Absorbansi Faktor BM Kelas III
No (mg/L) Rata-rata
Sampel Pengenceran (mg/L)
I II I II (mg/L)
0,18 13,2
1 S1 0,189 12,35 2
8 2 12,78 50
0,17 21,0
2 S2 0,181 19,30 2
9 4 20,17 50
0,17 21,9
3 S3 0,179 21,04 2
8 1 21,48 50
0,17 24,5
4 S4 0,176 23,65 2
5 2 24,09 50
0,17 28,0
5 S5 0,173 26,26 2
1 0 27,13 50
0,17 22,7
6 S6 0,175 24,52 2
7 8 23,65 50
Februari II
Konsentrasi Konsentrasi
Kode Absorbansi Faktor BM Kelas III
No (mg/L) Rata-rata
Sampel Pengenceran (mg/L)
I II I II (mg/L)
1 S1 0,189 0,190 12,3 11,48 2 11,91 50
86
5
17,5
2 S2 0,183 0,181 19,30 2
7 18,43 50
20,1
3 S3 0,180 0,179 21,04 2
7 20,61 50
24,5
4 S4 0,175 0,177 22,78 2
2 23,65 50
26,2
5 S5 0,173 0,174 25,39 2
6 25,83 50
21,0
6 S6 0,179 0,178 21,91 2
4 21,48 50
Maret I
Konsentrasi Konsentrasi
Kode Absorbansi Faktor BM Kelas III
No (mg/L) Rata-rata
Sampel Pengenceran (mg/L)
I II I II (mg/L)
14,0
1 S1 0,187 0,187 14,09 2
9 14,09 50
21,0
2 S2 0,179 0,178 21,91 2
4 21,48 50
23,6
3 S3 0,176 0,176 23,65 2
5 23,65 50
26,2
4 S4 0,173 0,172 27,13 2
6 26,70 50
29,7
5 S5 0,169 0,168 30,61 2
4 30,17 50
26,2
6 S6 0,173 0,175 24,52 2
6 25,39 50
Amonia (NH3)
Desember I
Konsentrasi
Absorbansi Konsentras
(mg/L) BM Kelas I
No Kode Sampel i Rata-rata
(mg/L)
I II I II (mg/L)
87
0,01 0,00
1 S1 0,011 0,004 0,007 0,5
2 9
0,01 0,02
2 S2 0,015 0,022 0,022 0,5
5 2
0,02 0,05
3 S3 0,025 0,065 0,061 0,5
3 7
0,03 0,10
4 S4 0,033 0,100 0,102 0,5
4 5
0,05 0,18
5 S5 0,051 0,179 0,183 0,5
3 8
0,03 0,08
6 S6 0,029 0,083 0,085 0,5
0 7
Januari I
Konsentrasi
Absorbansi Konsentras
(mg/L) BM Kelas I
No Kode Sampel i Rata-rata
(mg/L)
I II I II (mg/L)
0,01 0,03
1 S1 0,016 0,026 0,028 0,5
7 1
0,02 0,04
2 S2 0,020 0,044 0,046 0,5
1 8
0,03 0,11
3 S3 0,036 0,113 0,116 0,5
7 8
0,07 0,27
4 S4 0,101 0,397 0,336 0,5
3 5
0,11 0,47
5 S5 0,116 0,462 0,467 0,5
8 1
0,05 0,20
6 S6 0,055 0,196 0,198 0,5
6 1
Januari II
Konsentrasi
Absorbansi Konsentras
(mg/L) BM Kelas I
No Kode Sampel i Rata-rata
(mg/L)
I II I II (mg/L)
0,01 0,01
1 S1 0,013 0,013 0,015 0,5
4 7
0,01 0,03
2 S2 0,019 0,039 0,037 0,5
8 5
0,02 0,08
3 S3 0,031 0,092 0,087 0,5
9 3
0,05 0,17
4 S4 0,056 0,201 0,190 0,5
1 9
88
0,08 0,34
5 S5 0,090 0,349 0,347 0,5
9 5
0,04 0,15
6 S6 0,046 0,157 0,155 0,5
5 3
Februari I
Konsentrasi
Konsentrasi BM Kelas I
Absorbansi Rata-rata
(mg/L) (mg/L)
No Kode Sampel (mg/L)
I II I II
0,01 0,01 0,00
1 S1 0,012 0,5
3 3 9 0,011
0,01 0,02 0,03
2 S2 0,018 0,5
6 6 5 0,031
0,02 0,04 0,05
3 S3 0,023 0,5
1 8 7 0,052
0,03 0,10 0,10
4 S4 0,033 0,5
3 0 0 0,100
0,05 0,21 0,22
5 S5 0,061 0,5
9 4 2 0,218
0,03 0,09 0,10
6 S6 0,033 0,5
1 2 0 0,096
Februari II
Konsentrasi
Konsentrasi BM Kelas I
Absorbansi Rata-rata
(mg/L) (mg/L)
No Kode Sampel (mg/L)
I II I II
0,01 0,00 0,00
1 S1 0,012 0,5
2 9 9 0,009
0,01 0,01 0,01
2 S2 0,013 0,5
4 7 3 0,015
0,02 0,04 0,04
3 S3 0,021 0,5
1 8 8 0,048
0,03 0,09 0,08
4 S4 0,029 0,5
1 2 3 0,087
0,05 0,18 0,17
5 S5 0,050 0,5
2 3 4 0,179
0,02 0,06 0,07
6 S6 0,027 0,5
5 5 4 0,070
89
Maret I
Konsentrasi
Konsentrasi BM Kelas I
Absorbansi Rata-rata
(mg/L) (mg/L)
No Kode Sampel (mg/L)
I II I II
0,01 0,01 0,01
1 S1 0,013 0,5
4 7 3 0,015
0,01 0,03 0,04
2 S2 0,020 0,5
8 5 4 0,039
0,02 0,06 0,06
3 S3 0,024 0,5
5 5 1 0,063
0,04 0,14 0,13
4 S4 0,041 0,5
3 4 5 0,140
0,07 0,26 0,25
5 S5 0,069 0,5
1 6 7 0,262
0,03 0,11 0,11
6 S6 0,036 0,5
7 8 3 0,116
Desember I
Berat Kertas Berat Kertas
N TSS BM Kelas III
Kode Sampel Saring + Residu Saring
o (mg/L) (mg/L)
Kering (mg) (mg)
1 S1 215,5 213,7 18 400
2 S2 215,6 213,2 24 400
3 S3 217,9 214,7 32 400
4 S4 219,5 215,4 41 400
5 S5 218,9 214,1 48 400
6 S6 217,2 213,3 39 400
Januari I
90
Januari II
Berat Kertas Berat Kertas
N TSS BM Kelas III
Kode Sampel Saring + Residu Saring
o (mg/L) (mg/L)
Kering (mg) (mg)
1 S1 215,5 213,9 16 400
2 S2 214,7 212,5 22 400
3 S3 216,9 213,4 35 400
4 S4 216,2 212,3 39 400
5 S5 217,8 213,1 47 400
6 S6 219,2 215,6 36 400
Februari I
Berat Kertas Berat Kertas
N TSS BM Kelas III
Kode Sampel Saring + Residu Saring
o (mg/L) (mg/L)
Kering (mg) (mg)
1 S1 215,1 213,2 19 400
2 S2 216,7 213,8 29 400
3 S3 217,3 213,5 38 400
4 S4 217,2 212,8 44 400
5 S5 219,6 214,5 51 400
6 S6 218,6 214,7 39 400
Februari II
Berat Kertas Berat Kertas
N TSS BM Kelas III
Kode Sampel Saring + Residu Saring
o (mg/L) (mg/L)
Kering (mg) (mg)
91
Maret I
Berat Kertas Berat Kertas
N TSS BM Kelas III
Kode Sampel Saring + Residu Saring
o (mg/L) (mg/L)
Kering (mg) (mg)
1 S1 217,9 215,6 23 400
2 S2 219,6 216,2 34 400
3 S3 221,1 216,5 46 400
4 S4 221,4 215,3 61 400
5 S5 224,1 217,1 70 400
6 S6 221,4 215,9 55 400
92
Parameter KANDUNGAN
Baku Mutu Satuan Keterangan
Air DIY Kelas Kelas Kelas Kelas
I II III IV
FISIKA
Temperatur °C ± 3 0C ± 30C ± 30C ± 30C Deviasi temperatur dari
Terhadap Terhadap Terhadap Terhadap keadaan alamiah
suhu suhu suhu suhu
udara udara udara udara
Bau Tidak - - -
berbau
Kekeruhan NTU 5 - - -
Warna TCU 50 100 - -
Residu mg/L 1000 1000 1000 2000
Terlarut (TDS)
Residu mg/L 0 50 400 400
Tersuspensi
(TSS)
KIMIA
Ph mg/L 6 – 8.5 6 – 8.5 6-9 5-9
BOD mg/L 2 3 6 12
COD mg/L 10 25 50 100
93
MIKROBIOLOGI
Fecal coliform MPN/100 100 1000 2000 2000 Bagi pengolahan air minum
mL konvesional Fecal coliform
≤ 2000 MPN /100 mL
Total coliform MPN/100 1000 5000 10000 10000 Bagi pengolahan air minum
mL konvesional Fecal coliform
≤ 10000 MPN/100 mL
KETERANGAN
(-) : tidak dipersyaratkan
Mg : milligram
95
µg : mikrogram
ml : mililiter
L : Liter
Bq : Bequerel
Kriteria Kualitas Air Golongan D : Air yang dapat digunakan untuk keperluan
pertanian serta usaha perkotaan, industri, dan
pembangkit listrik tenaga air.
Timbal mg/liter 1
Residual Sodium Carbonat mg/liter 1,25-2,50 Maksimum 1,25 untuk tanaman
peka; Maksimum 2,50 untuk
tanam kurang peka.
Radioaktifitas
Aktivitas Alfa Bq/liter 0,1
Aktivitas Beta Bq/liter 1,0
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
RIWAYAT HIDUP
Penulis Tugas Akhir ini bernama Fariz Januar Abdi. Lahir di Kota Samarinda,
Provinsi Kalimantan Timur pada tanggal 19 Januari 1994. Penulis merupakan anak ke
6 (enam) dari 7 (tujuh) bersaudara dari pasangan Bapak Abdi Machdin dan Ibu Tatik
Suprapti. Saat ini tinggal di Kota Balikpapan, Provinsi Kalimantan Timur, No Telp:
+6282220833444, E-mail: fariz.abdi19@gmail.com dan
16513044@students.uii.ac.id. Pendidikan sekolah dasar ditempuh di SDN 014 Kota
Samarinda. Pendidikan sekolah menengah pertama ditempuh di SMPN 38 Kota
Samarinda. Pendidikan sekolah menengah atas di tempuh di SMKN 6 Kota
Samarinda. Pada tahun 2016 penulis diterima di Program Studi Teknik Lingkungan,
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia, Kota
Yogyakarta.
95