Anda di halaman 1dari 5

Penafsiran Pasal 33 UUD 1945 dalam Membangun Perekonomian di Indonesia

Tujuan penulisan jurnal :


1. Dapat mengerti tentang pengertian tafsiran hukum
2. Dapat mengetahui apa apa saja yang termasuk dalam Penafsiran Pasal 33 Undang-
Undang Dasar 1945.

Metode penilisan:
metode yang di gunakan oleh pernulis yaitu study keperpustakaan melalui telaah terhadap
teks,undang-undang,jurnal dan literatur yang berkaitan dengan masalah yang di bahas.

Isi resume :

Penafsiran Pasal 33 UUD 1945 Dalam Membangun Perekonomian Di Indonesia

1.Pengertian Penafsiran Hukum

Penafsiran Hukum Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata «penafsiran»


diartikansebagai: pemberian kesan, pendapat, atau pandangan teoritis terhadapsesuatu;
tafsir. Padanan kata dari penafsiran adalah interpretasi.11Biladikaitkan dengan ilmuhukum, maka
penafsiran hukum merupakan kegiatanyang dilakukan oleh ahli hukum atau pengadilan dalam
memberikan kesanatau makna dari suatu norma hukum. Menurut Sudikno
Mertokusumo,penafsiran merupakan salah satu metode penemuan hukum yang
memberipenjelasan yang gamblang mengenai teks undang-undang agar ruanglingkup kaidah
dapat ditetapkan sehubungan dengan peristiwa tertentu.12Sedangkan Menurut Jimly
Asshiddiqie, penafsiran merupakankegiatan penting dalam hukum dan ilmu hukum.

2. Landasan Penafsiran Hukum

Peraturan yang bersifat abstrak itu memerlukan rangsangan agar dapat aktif. Bahkan teks
undang-undang itu tidak pernah jelas dan selalumembutuhkan penafsiran. Pernyataannya tentang
jelasnya teks, sudah merupakan hasilinterpretasinya terhadap teks tersebut"Apa yang dikatakan
oleh Achmad Ali senada dengan yangdisebutkan oleh A. Pitlo, bahwa "kata-kata apapun tak
pernah jelas. Adanya pandanganIn claris non est interpretationatau aturan-aturan yang jelas tidak
membutuhkan penafsiran itu lahir dari sistem hukumeropa kontinental yang mengutamakan
keberadaan undang-undang sebagai fondasi utama dalam berhukum.

Hakim hanya berperan sebagai cerobong undang-undang. Namun demikian, dalam


perkembangan sejarah, pandangan yangmemposisikan hakim sebagai cerobong undang-undang
telah jauh bergeser. Pergeseran ini terjadi karena hakim dipandang sebagai agen
perubahanhukum yang penting. Disamping itu, dalam bidang hukum tata negara,penafsiran
dalamhal inijudicial interpretation, juga dapat berfungsisebagai metode perubahan konstitusi
dalam arti menambah, mengurangi,atau memperbaiki makna yang terdapat dalam suatu teks
Undang Undang Dasar.
Menurut Jimly Asshiddiqie, bila kita akanmelakukan penafsiran hukum maka yang pertama-
tama harusdilakukan adalah meneliti apa niat dari penyusunnya. "Pendapatserupa juga
disampaikan oleh Jaksa Agung Amerika Serikat pada masaRonald Reagan, Edwin Meese
III, bahwa "satu-satunya carapengadilanuntuk menafsirkan konstitusi agar legitimate adalah
mengikuti intensi yang asli dari penyusun dan meratifikasinya. Dengan kata lain apabila
peraturan perundang-undangannya tidak jelas, hakim wajib menafsirkannya sehingga ia
dapatmembuat keputusan yang adil dan sesuai dengan maksud hukum yaitumencapai kepastian
hukum. Logemann mengatakan bahwa hakim harustunduk kepada pembuat undang-undang.

Hakim wajib mencarikehendak pembuat undang-undang, karena ia tidak boleh membuat


tafsiranyang tidak sesuai dengan kehendak pembuat undang-undang. Atas dasar ituhakim tidak
diperkenankan menafsirkan undang-undang secara sewenang-wenang. Hakim tidak boleh
menafsirkan kaidah yang mengikat, kecualihanya penafsiran yang sesuai dengan maksud
pembuat undang-undang sajayang menjadi tafsiran yang tepat. Hukum yang dimaksud oleh
Pound di atas bukanlah berarti undang-undang, melainkan keputusan hakim.

3. Penafsiran Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945

a. Susunan perekonomiam

Pasal 33 Ayat menyatakan, Perekonomian disusun sebagai usahabersama berdasarkan atas


asas kekeluargaan. Apa yang dimaksud dengankata disusun, usaha bersama, dan asas
kekeluargaan. Denganmenyatakan bahwa perekonomian disusun, tentu yang dimaksud
adalahbahwa perekonomian itu merupakan susunan, yaitu suatu susunan kebijakanyang
sistematis dan menyeluruh, mulai susunan yang bersifat nasionalsampai susunan didaerah-daerah
provinsi dan kabupaten/kota diseluruhIndonesia. Susunan perekonomian itu merupakan suatu
usaha bersama atasdasar asas kekeluargaan. Usaha bersama atas dasar kekeluargaan itu
dapatdilihat dari tiga segi yaitu pengertian mikro, pengertian makro, dan usahabersama sebagai
prinsip atau jiwa. Dalam pengertian yang mikro dansempit, pengertian usaha bersama itu tentu
dapat dikaitkan dengan koperasisebagai bentuk usaha bersama. Namun demikian, apabila
pengertian yangsempit itu dipakai, maka pengertian keseluruhan ayat itu akan menimbulkan
Keanehan dan kerancuan, seolah-olah keseluruhan susunan perekonomianidentik dengan
koperasi sebagai bentuk badan usaha. 22Pemahaman lebih tepat mengenai usaha bersama itu
dalam Pasal 33Ayat UUD 1945 itu juga dapat dilihat dari segi yang lebih luas yaitukonteks suatu
susunan sistematik mengenai perekonomian Indonesia seperti dimaksud diatas. Dalam literatur
umum kita mengenal bangun perusahaan dan jugabentuk perusahaan. Bangun adalah
struktur ataubouwdan bentuk adalahformatauvorm.Kalau bangun diartikan sebagai struktur,
maka implikasinyakoperasi adalah suatu usaha ekonomi seperti yang dimaksud oleh
Undang-undang Perkoperasian dan ini adalah salah satu bentuk bangunan koperasi,bukan
satu-satunya bentuk dari bangun koperasi, dengan demikian bentuk-bentuk perusahaan lain
seperti PT, Firma, CV, BUMN, PERUM dapatmemiliki bangun koperasi, mengemban
semangat kooperatif. Artinya yang spirit internalnya dan jejaring eksternalnya
beroperasi berdasarkanSuatu perusahaan negara tidak dengansendirinya pasti bersifat
kooperatif hanya karena pemiliknya adalah negarahal mana mengenai kepemilikan tidak dapat
dijadikan ukuran mengenai adatidaknya jiwa koperatif itu. Demikian pula dengan pola
manajemen dan pola hubungan antara karyawandengan perusahaan,ataupun mengenai akses
masyarakat terhadap bagiankeuntungan perusahaan. Jika keuntungan perusahaan hanya
dinikmatisendiri oleh pengurus atau jajaran direktur perusahaan, jelas bahwaperusahaan negara
yang demikian kooperatif. Jika perusahaan negarabersangkutan tidak mempunyai
programcorporate sosial responsibility.Jika partisipasi karyawan dalam kepemilikan saham
ataupunpembagian laba atau pendapatan perusahaan tidak dikenal, bagaimanamungkin
perusahaan negara itu dapat dikatakan berjiwa koperasi. Sebaliknya, meskipun pemilik
perusahaan suatu swasta adalah perorangan,tetapi jika programcorporate sosial responsibilitynya
berjalan baik

b. Cabang cabang produksi

Pasal 33 Ayat (2) UUD 1945 menentukan, “cabang-cabang produksiyang penting bagi
negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyakdikuasai oleh negara. Dalam ayat
ini, apakah yang dimaksud dengan (i)perkataan “cabang-cabang produksi yang penting
bagi negara (ii) cabangproduksi yang menguasai hajat hidup orang banyak, dan (iii)
dikuasai oleh negara.

c. Kekayaan sumber daya alam

Pasal 33 Ayat UUD 1945 menentukan, Bumi Air dan KekayaanAlam yang terkandung
didalamnya dikuasai oleh negara dan digunakanuntuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Dalam
ayat ini, juga terdapat tigahal yang penting yaitu: Bumi Air dan Kekayaan Alam yang
terkandungdidalamnya dikuasai oleh negara digunakan untuk sebesar-besarkemakmuran rakyat.
Yang disebut disini adalah bumi air, sedangkanwilayah dirgantara tidak disebut.

d. Prinsip Demokrasi Ekonomi

"Pasal 33 Ayat UUD 1945 menentukan "perekonomian nasionaldiselenggarakan berdasarkan


atas demokrasi ekonomi. Dengan prinsipkebersamaa, efisiensi-keadilan, berkelanjutan,
berwawasan lingkungan,kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan
kesatuanekonomi nasional. 53Gagasan demokrasi ekonomi tercantum baik dalam penjelasan
UUD1945 maupun Pasal 33 Ayat UUD 1945 pasca reformasi. UUD 1945memang mengandung
gagasan demokrasi politik dan sekaligus demokrasiekonomi.

Artinya, dalam pemegang kekuasaan tertinggi dinegara kita adalahrakyat, baik dibidang
politik ataupun ekonomi. Seluruh sumber daya politikdan ekonomi dikuasai oleh rakyat yang
berdaulat. 54Demokrasi ekonomi Indonesia tidakharus sepenuhnya diartikansebagai berlakunya
prisnip"equal treatment"secara mutlak. DemokrasiIndonesia bercita-cita mewujudkan keadilan
sosial bagi seluruh rakyatIndonesia sehingga menyandangpemihakan terhadap yang lemah,
miskin danyang terbelakang untuk mendapatkan perhatian dan perlakuan khususkearah
pemberdayaan.
Parsialisme terhadap yang tertinggal ini bukanlahsikap yang diskriminatori apalagi yang bersikap
"sara", melainkan membermakna positif pada doktrin kebersamaan dalam asas
kekeluargaanIndonesia.

Kesimpulan

Apa yang dimaksud dengankata disusun, usaha bersama, dan asas kekeluargaan.
Denganmenyatakan bahwa perekonomian disusun, tentu yang dimaksud adalahbahwa
perekonomian itu merupakan susunan, yaitu suatu susunan kebijakanyang sistematis dan
menyeluruh, mulai susunan yang bersifat nasionalsampai susunan didaerah-daerah provinsi dan
kabupaten/kota diseluruhIndonesia. " Ayat UUD 1945 menentukan, "cabang-cabang produksi
yangpenting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasaioleh negara. "
Dalam ayat ini, apakah yang dimaksud dengan perkataan"cabang-cabang produksi yang penting
bagi negara cabang produksiyang menguasai hajat hidup orang banyak, dan dikuasai oleh negara.
Yang disebut disini adalah bumi air, sedangkanwilayah dirgantara tidak disebut. Namun hal ini
dapat ditafsirkan mencapaiseluruh matra darat,laut, udara beserta seluruh kekayaan yang
bernilaiekonomi misalnya terkandung di dalam, di bawah, atau diatasnya.

Saran

Dalam setiap peraturan perundang-undangan di Indonesia yangberkaitan dengan


perekonomian harus berpedoman kepada Pasal 33Undang-Undang Dasar 1945. Penerapan
Pasal 33 UUD 1945 kedalam suatuundang-undang harus sesuai dengan apa yang dicita-
citakan atau sesuaidengan niat pembuat undang-undang tersebut, sehingga undang-
undangtersebut dapat dilaksanakan

DAFTAT PUSTAKA

Abrar Saleng,Hukum Pertambangan,Cet 1, UII Press, Yogyakarta, 2004.


Ahmad Kamil dan Fauzan,Kaidah-Kaidah Hukum Yurisprudensi,kencana,Jakarta, 2004.
Arimbi HP dan Emmy Hafild, makalah:Membumikan Mandat Pasal 33UUD 1945,Wahana
Lingkungan Hidup Indonesia dan Fiendof the eart (FoE), Indonesia, 1999.
Deno Kamelus,Fungsi Hukum Terhadap Ekonomi Indonesia,Disertasi,PPS-UNAIR,
Surabaya, 1998.
Jimmly Asshiddiqie,Hukum Tata Negara dan Pilar-Pilar Demokrasi,Konstitusi Press,
Jakarta, 2005.
Konstitusi Ekonomi,PT Kompas Media Nusantara, Jakarta, 2010.
K.C Wheare,Modern Constitution,oxford University Press,1966.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (edisi kedua), Departemen Pendidikan danKebudayaan
&Balai Pustaka, Jakarta, 1995.
Martin Edelmen,Democratic Theories and The Constitution, 1984.Munir Fuady,Aliran Hukum
Kritis (Paradigma Ketidakberdayaan Hukum),Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003.Peter P.
Sgroin,The Living Constitution:Landmark Supreme CourtDecision,1987.R.M Ananda B.
Kusuma, “Bagaimana Menginterpretasikan KonstitusiKita,”Jurnal Konstitusi, Volume 1
Nomor 3, Jakarta, 2005.Satjipto Rahardjo,Membedah Hukum Progresif,Penerbit Buku
Kompas,Jakarta, 2006.Sjaaffroedin Bahar et.al. (Penyunting),Risalah Sidang Badan
PenyelidikanUsah-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia(BPUPKI)dan Panitia
Persiapan (PPKI)Tanggal 29 Mei 1945-19Agustus, secretariat Negara Republik
Indonesia, Jakarta,1992.Sri Edi Swarsono,Kerakyatan Demokrasi Ekonomi dan
kesejahteraansocial,Seminar Implementasi Pasal 33 dan 34 UUD 1945,Gerakan Jalan Lurus,
Jakarta, 6 Agustus 2008.Sistem Ekonomi Nasional Untuk Sebesar-besar Kemakmuran
Rakyat,BadanPerencanaan Pembangunan Nasional 27 Desember 2007.Sudikno Mertokusumo
dan A.Pitlo,Tentang Penemuan Hukum,Citra AdityBakti, Yogyakarta, 1993.Sudikno
Mertokusumo,Mengenal Hukum: Liberty,Yogyakarta, 1995.Utrech,Pengantar Dalam Hukum
Indonesia,PT Ichtiar Baru, Jakarta, 1959.
Sumber Lain
D. Soekarno,Amandemen Terhadap UUD 1945,Suara Pembaharuan,
1996,http/www.Suarapembaharuan.com diakses tanggal 4 April2006.

Anda mungkin juga menyukai