Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

SARANA BERFIKIR ILMIAH & METODE ILMIAH


Dosen Pengampuh : Dr. Erawadi, M.Ag.

DI SUSUN
OLEH
KELOMPOK III

1. REZA SETIA DAULAY 17 20 3000 50


2. NURUL KHOFIFAH HARAHAP 18 20 3000 15
3. WAHYUNI SAPRIANI HUTASUHUT 18 20 3000 34

INSTITUTE AGAMA ISLAM NEGERI


PADANGSIDIMPUAN
TADRIS BAHASA INGGRIS
T.A 2021
Kata Pengantar

Puji syukur kita panjatkan atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena atas kuasa Nya
yang telah memberikan kami nimat kesempatan serta kesehatan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah kami ini dengan baik dan tepat pada waktunya sebagai tugas filsafat
kelompok III degangan judul makalah “SARANA BERFIKIR ILMIAH & METODE ILMIAH “
dengan Dosen Pengampuh : Bapak Dr. Erawadi, M.Ag.

Tujuan disusun nya makalah ini selain sebagai tugas kelompok, agar para mahasiswa atau
pembaca dapat mengetahui bagaimana cara-cara berfikir secara ilmiah dan sarana berfikir ilmiah
serta metode-metode ilmiah dalam filsafat. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan
yang terdapat dalam makalah ini, apabila ada saran dan kritik dari semua pihak sangat kami
perlukan untuk perbaikan ke arah yang lebih baik.

Padangsidimpuan, April 2021

Kelompok III
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR……………………………………………………………………………………..
DAFTAR
ISI………………………………………………………………………………………………….

BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG…………………………………………………………………………..
B. RUMUSAN MASALAH……………………………………………………………………….
C. TUJUAN PEMBAHASAN……………………………………………………………………

BAB II PEMBAHASAN
I. SARANA BERFIKIR ILMIAH…………………………………………………….
A. Pengantar………………………………………………………………………………………
B. Sarana- sarana Berpikir Ilmiah . . . . . . . . . .. . . . . . .. . . . . . .. .. . . . . . . . . . . .. . .. . . .. . . . .
1. Bahasa………………………………………………………………………………………….
2. Statistika……………………………………………………………………………………….
3. Matematika…………………………………………………………………………………….
4. Logika………………………………………………………………………………………….
II. METODE BERFIKIR ILMIAH
A. Pengertian Metode Berpikir Ilmiah……………………………………………
B. Nilai Guna Metode Berpikir Ilmiah………………………………………….
C. Prosedur Berpikir Ilmiah………………………………………………………….
D. Sikap dan Aktivitas Ilmiah………………………………………………………

BAB III PENUTUP


KESIMPULAN…………………………………………………………………………………….
SARAN……………………………………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA…………………… .………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kegiatan berfikir kita lakukan dalam keseharian dan kegiatan ilmiah. Berpikir merupakan
upaya manusia dalam memecahkan masalah. Berfikir ilmiah merupakan berfikir dengan langkah
– langkah metode ilmiah seperti perumusan masalah, pengajuan hipotesis, pengkajian literatur,
menjugi hipotesis, menarik kesimpulan. Kesemua langkah – langkah berfikir dengan metode
ilmiah tersebut harus didukung dengan alat / sarana yang baik sehingga diharapkan hasil dari
berfikir ilmiah yang kita lakukan mendapatkan hasil yang baik.
Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan alat membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai
langkah yang harus ditempuh. Tujuan mempelajari sarana ilmiah adalah untuk memungkinkan
kita melakukan penelaahan ilmiah secara baik, sedangkan tujuan mempelajari ilmu dimaksudkan
untuk mendapatkan pengehahuan yang memungkinkan untuk bisa memecahkan masalah sehari-
hari.
Ditinjau dari pola berfikirnya, maka maka ilmu merupakan gabungan antara pola berfikir
deduktif dan berfikir induktif, untuk itu maka penalaran ilmiah menyadarkan diri kepada proses
logika deduktif dan logika induktif .Penalaran ilmiah mengharuskan kita menguasai metode
penelitian ilmiah yang pada hakekatnya merupakan pengumpulan fakta untuk mendukung atau
menolak hipotesis yang diajukan. Kemampuan berfikir ilmiah yang baik harus didukung oleh
penguasaan sarana berfikir ini dengan baik pula. Salah satu langkah kearah penguasaan itu
adalah mengetahui dengan benar peranan masing-masing sarana berfikir tersebut dalam
keseluruhan berfikir ilmiah tersebut. Untuk dapat melakukan kegiatan ilmiah dengan baik, maka
diperlukan sarana yang berupa bahasa, logika, matematika dan statistik.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari berfikir?
2. Ada berapa pembagian dari berfikir itu?
3. Apa saja sarana berfikir ilmiah itu?

C. Tujuan Pembahasan

1. Mengetahui pengertian dari berfikir.


2. Mengetahui pembagian dari berfikir.
3. Mengetahui sarana dari berfikir ilmiah.
BAB II
PEMBAHASAN

I. SARANA BERFIKIR ILMIAH

A. Pengantar
Kegiatan berfikir kita lakukan dalam keseharian dan kegiatan ilmiah. Berpikir merupakan
upaya manusia dalam memecahkan masalah. Berfikir ilmiah merupakan berfikir dengan langkah
– langkah metode ilmiah seperti perumusan masalah, pengajuan hipotesis, pengkajian literatur,
menjugi hipotesis, menarik kesimpulan.
Kesemua langkah – langkah berfikir dengan metode ilmiah tersebut harus didukung
dengan alat / sarana yang baik sehingga diharapkan hasil dari berfikir ilmiah yang kita lakukan
mendapatkan hasil yang baik. Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan alat membantu kegiatan
ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh. Tujuan mempelajari sarana ilmiah adalah
untuk memungkinkan kita melakukan penelaahan ilmiah secara baik, sedangkan tujuan
mempelajari ilmu dimaksudkan untuk mendapatkan pengehahuan yang memungkinkan untuk
bisa memecahkan masalah sehari-hari.
Ditinjau dari pola berfikirnya, maka maka ilmu merupakan gabungan antara pola berfikir
deduktif dan berfikir induktif, untuk itu maka penalaran ilmiah menyadarkan diri kepada proses
logika deduktif dan logika induktif . Penalaran ilmiah mengharuskan kita menguasai metode
penelitian ilmiah yang pada hakekatnya merupakan pengumpulan fakta untuk mendukung atau
menolak hipotesis yang diajukan. Kemampuan berfikir ilmiah yang baik harus didukung oleh
penguasaan sarana berfikir ini dengan baik pula. Salah satu langkah kearah penguasaan itu
adalah mengetahui dengan benar peranan masing-masing sarana berfikir tersebut dalam
keseluruhan berfikir ilmiah tersebut. Untuk dapat melakukan kegiatan ilmiah dengan baik, maka
diperlukan sarana yang berupa bahasa, logika, matematika dan statistik.1

1.Pengertian sarana berpikir ilmiah


Surisumantri (2003:165), ”Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan alat yang membantu
kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh”. Sarana ilmiah merupakan suatu
alat, dengan alat ini manusia melaksanakan kegiatan ilmiah. Pada saat manusia melakukan
tahapan kegiatan ilmiah diperlukan alat berpikir yang sesuai dengan tahapan tersebut. Manusia
mampu mengembangkan pengetahuannya karena manusia berpikir mengikuti kerangka berpikir
ilmiah dan menggunakan alat-alat berpikir yang benar.Untuk mendapatkan ilmu diperlukan
sarana berpikir ilmiah. Sarana berpikir diperlukan untuk melakukan kegiatan ilmiah secara baik
dan teratur. Sarana berpikir ilmiah ada empat, yaitu: bahasa, logika,matematika dan statistika
(Suriasumantri, 2003:167).

1
Bakhtiar, Amsal. 2009.Filsafat Ilmu.Jakarta:PT. RajaGrafindo Persada
B. Sarana-sarana Berpikir Ilmiah

Adapun sarana berpikir ilmiah adalah sebagai berikut:

1. Bahasa

Bahasa memegang peranan penting dan suatu hal yang lazim dalam hidup dan kehidupan
manusia, kelaziman tersebut membuat manusia jarang memperhatikan bahasa dan
mengganggapnya sebagai suatu hal yang biasa seperti bernafas dan berjalan. Bahasa sebagai
sarana komunikasi antar manusia tanpa bahasa maka tak ada komunikasi, tanpa komunikasi
apakah manusia layak disebut dengan mahluk social?

Sebagai sarana komunikasi maka segala yang berkaitan dengan komunikasi tidak terlepas
dari bahasa seperti berpikir sistemastis dalam menggapai ilmu dan pengetahuan dengan kata lain
tanpa mempunyai kemampuan berbahasa, seseorang tidak dapat melakukan kegiatan berpikir
secara sitematis dan teratur.

a. Pengertian Bahasa dan Fungsinya

Banyak Ahli Bahasa yang telah memberi uraian tentang pengertian bahasa, sudah barang
tentu setiap ahli berbeda-beda cara menyampaikannnya. Bloch and Trager menyatakan bahwa
bahasa adalah suatu sistem simbol-simbol bunyi arbitrer yang dipergunakan oleh suatu kelompok
social sebagai alat untuk berkomunikasi, sementara Joseph Broam mengatakan bahwa bahasa
adalah suatu sistem yang berstruktur dari simbol-simbol bunyi arbitirer yang dipergunakan oleh
para anggota suatu kelompok social sebagai alat bergaul satu sama lain.

Di dalam kamus besar bahasa Indonesia, Pengertian Bahasa ada tiga yaitu:

a)    Sistem lambang bunyi berartikulasi (yang dihasilkan alat-alat ucap) yang dipakai sebagai
alat komunikasi untuk melahirkan perasaan dan pikiran

b)   Perkataan-perkataan yang dipakai oleh suatu bangsa

c)    Percakapan (perkataan yang baik, sopan santun, tingkah laku yang baik.2

Jadi bahasa dapat kita cirikan sebagai serangkaian bunyi yang mempunyai makna tertentu dalam
suatu kelompok social tertentu. Walupun tampak perbedaan, pendapat ini saling melengkapi,
yang secara umum dapat dinyatakan bahwa fungsi bahasa adalah:

1. Koordinator kegiatan masyarakat


2. Penetapan pikiran dan pengungkapan
3. Penyampaian pikiran dan perasaan

2
Susanto, A. 2011.Filsafat Ilmu. Jakarta: PT. Bumi Aksara
4. Penyenangan jiwa
5. Pengurangan kegoncangan jiwa

b. Bahasa sebagai sarana berpikir ilmiah

Untuk dapat berpikir ilmiah, seseorang selayaknya menguasai kriteria maupun langkah-langkah
dalam kegiatan ilmiah, dengan menguasai hal tersebut tujuan yang akan dicapai akan terwujud.

Bahasa sebagai alat komunikasi verbal yang digunakan dalam proses berpikir ilmiah
dimana bahasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran
kepada orang lain, baik pikiran yang berlandaskan logika induktif maupun deduktif, dengan kata
lain kegiatan berpikir ilmiah ini sangat berkaitan erat dengan bahasa, menggunakan bahasa yang
baik dalam berpikir belum tentu mendapatkan kesimpulan yang benar apalagi dengan bahasa
yang tidak baik dan benar.

2. Statistika

Disadari atau tidak, statistika telah banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari,
pertanyaan-pertanyaan seperti; Tiap bulan habis ± Rp. 50.000,- untuk keperluan rumah tangga,
ada 60% penduduk yang memerlukan perumahan permanen, 10% anak-anak SD mengalami
putus sekolah tiap tahun dan sebagainya. Dunia penelitian atau riset, dimanapun dilakukan bukan
saja telah mendapat manfaat yang baik dari statistika tetapi sering harus menggunakannya, untuk
mengetahui apakah cara yang baru ditemukan lebih baik dari pada cara yang lama, melalui riset
yang dilakukan di laboratorium atau penelitian yang dilakukan di lapangan.

Dalam kamus ilmiah populer, kata statistika berarti table, grafik, daftar informasi, angka-
angka. Sedangkan statistika berarti ilmu pengumpulan, analisis-analisis dan klasifikasi data,
angka sebagai dasar untuk induksi.3

Banyak persoalan Apakah itu hasil penelitian riset atapun pengamatan, baik yang
dilakukan khusus ataupun berbentuk laporan dinyatakan atau dicatat dalam bentuk bilangan atau
angka-angka kumpulan angka-angka itu sering disusun diatur disajikan dalam bentuk table atau
daftar sering pula disertai dengan gambar-gambar yang biasa disebut diagram atau grafik supaya
lebih dapat menjelaskan lagi tentang persoalan yang sedang dipelajari.

Statistika merupakan sarana berpikir yang diperlukan untuk memproses pengetahuan


secara ilmiah, sebagai bagian dari perangkat metode ilmiah, statistika membantu kita untuk
melakukan generalisasi dan menyimpulkan karasteristik suatu kejadian secara lebih pasti dan
bukan terjadi secara kebetulan.

3
Surjana, Prof. Dr, Metode Statistika, (Edisi VI,Tartito; Bandung: 1996)
3. Matematika

Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang
ingin kita sampaikan, lambang-lambang matematika bersifat artifisial yang baru mempunyai arti
setelah sebuah makna diberikan padanya, tanpa itu maka matematika hanya merupakan
kumpulan rumus-rumus yang mati.

Bahasa verbal mempunyai beberapa kekurangan untuk mengatasi kekurangan yang


terdapat pada bahasa verbal, kita berpaling pada matematika. Dalam hal ini kita katakan bahwa
matematika adalah bahasa yang berusaha untuk menghilangkan sifat mejemuk dan emosional
dari bahasa verbal, matematika mengembangkan bahasa numeric yang memungkinkan kita untuk
melakukan pengukuran secara kuantitatif sementara dalam bahasa verbal kita hanya bisa
membandingkan objek yang berlainan. Umpamanya gajah dan semut maka kita hanya bisa
mengatakan bahwa gajah itu lebih besar dari semut. berbeda halnya dengan matematika kita bisa
menelusuri lebih jauh seberapa besar gajah dengan mengadakan pengukuran.

Matematika merupakan pengetahuan dan sarana berpikir deduktif. Bahasa yang


digunakan adalah bahasa artificial yakni bahasa buatan, keistimewaan bahasa ini adalah terbebas
asfek emotif dan efektif serta jelas kelihatan bentuk hubungannya. Matematika lebih
mementingkan bentuk logisnya. Pertanyaan-pertanyaan mempunyai sifat yang jelas. Pola
berpikir deduktif banyak digunakan baik dalam bidang ilmiah maupun bidang lain yang
merupakan proses pengambilan kesimpulan yang di dasarkan pada premis-premis yang
kebenarnnya telah ditentukan, misalnya jika diketahui A termasuk dalam lingkaran B sedangkan
B tidak ada hubungan dengan C maka A tidak ada hubungan dengan C.

4. Logika

Logika adalah sarana berpikir sistematis, valit dan dapat dipertanggung jawabkan, karena
itu berpikir logis adalah berpikir sesuai dengan aturan-aturan berpikir, seperti setengah tidak
boleh lebih besar dari pada satu. Kata Logika dapat diartikan sebagai penalaran karena penalaran
merupakan suatu proses berpikir yang membuahkan pengetahuan4. Agar pengetahuan yang
dihasilkan penalaran itu mempunyai dasar kebenaran maka proses berpikir itu harus dilakukan
dengan suatu cara tertentu.

Terdapat dua cara penarikan kesimpulan yakni; Logika Induktif dan Logika Deduktif
logika induktif erat hubungannya dengan penarikan kesimpulan dari kasus-kasus individual
nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum. Sedangkan logika deduktif yang membantu kita
dalam menarik kesimpulan dari hal yang bersifat umum menjadi kasus yang bersifat individual
(khusus).

4
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Logika jika dilihat dari segi kualitasnya maka logika dapat dibagi menjadi dua yaitu
logika naturalis (al-Mantiq al-Fitri) yaitu kecakapan berlogika berdasarkan akal bawaan
manusia, bagaimana pun rendahnya intelegensi seseorang ia dapat membedakan bahwa sesuatu
itu berbeda denga sesuatu yang lain. Kemudian logika ilmiah (al-Mantiq as-Suri) yang bertugas
membantu logika naturalis, mantiq ini memperluas, mempertajam serta memajukan jalan
pemikiran agar akal dapat bekerja lebih teliti dan efisien.

II. METODE BERFIKIR ILMIAH

A. Langkah-Langkah dan Sikap Serta Metode Berpikir Ilmiah

Adapun langkah-langkah untuk berpikir ilmiah adalah:

1. 1. Objektif:
1. Metode inter subjektif (untuk semua orang yang berminat)
2. Bebas dari sifat prasangka
3. Pembuktian
4. Kebenaran di dukung oleh bukti-bukti yang nyata
5. Bebas dari penilaian yang bersifat subjektif
6. Rasional:
 Diarahkan oleh peraturan-peraturan penalaran yang telah dianut dan
diterima
 Susunan yang sistematis dari fakta-fakta
 Kritik pribadi, menganalisa diri sendiri
 Skeptis terhadap ide-ide yang ada maupun yang baru dan selalu meneliti
kembali fakta-fakta yang telah diterima
 3. Sistematis
1. Berlangsung dalam cara yang teratur
2. Kesimpulannya disusun secara rapi dan teratur

Yaitu, Proses berpikir melalui penyelidikan atas fenomena-fenomena yang khusus dalam
jumlah yang cukup, kesimpulan umum mengenai semua hal yang terlibat, generalisasi akan
mempunyai makna yang penting kalau kesimpulan yang diturunkan dari sejumlah fenomena itu,
tetapi juga harus berlaku pada fenomena lain yang sejenis yang belum diselidiki.

Sebelum melangkah kepada berpikir ilmiah ini, terlebih dahulu kita harus bersikap ilmiah
dan mengikuti metode ilmiah. Karena sikap ilmiah ini merupakan suatu sikap yang diarahkan
untuk mencapai pengetahuan ilmiah, sikap adalah manifestasi operasionalisasi jiwa. Berpikir
tingkat kejiwaan manusia yang biasa disebut kognisi, terjadinya berpikir karena adanya
kesadaran dalam dirinya yang memeliki kekuatan rohaniah oleh karena berpikir itu selalu
mengarah dan diarahkan kepada suatu objek pemikiran, maka sikap ini merupakan penampakan
dari seseorang yang memiliki jiwa ilmiah. Jiwa ilmiah dapat diketahui dari sikap ilmiah.

B. Sikap Ilmiah
Sikap ilmiah antara lain nampak pada sikap:

1. Objektif

Sikap objektif dapat diartikan sebagai sikap menyisihkan prasangka-prasangka pribadi atau
kecenderungan yang tidak berlangsung. dengan kata lain dapat melihat secara riil apa adanya
mengenai kenyataan objek.

Karena dalam suatu penyelidikan yang dipentingkan adalah objeknya, maka pengaruh
subjek dalam membuat diskrifpsi, analisa dan hipotesa seharusnya dilepaskan jauh-jauh
walaupun kita tidak mungkin menemukan objektivitas yang absolute sebab ilmu itu sendiri
merupkan produk budaya manusia sebagai subjek yang sedikit banyaknya akan ikut
mewarnainya. Tetapi sikap objektif ini sekurang-kurangnya minimal dapat memperkecil
pengaruh peranannya sendiri dan mempersempit prasangka pribadinya. sikap objektif bisa
dikatakan sikap tanpa pamrih sebab sekecil apapun pamrih yang tersertakan dalam suatu
peninjauan, tentu akan tepat memutar balikan keadaan yang sebenarnya.

2. Skeptis

Yang dimaksud disini adalah sikap selalu ragu terhadap pertanyaan-pertanyaan yang belum
cukup kuat dasar dan buktinya, fakta-fakta maupun persaksian-persaksian autoritas dengan
diikuti sikap untuk dapat menyusun pemikiran-pemikiran baru atau sikap ini dapat diartikan
sebagai sikap tidak cepat puas dengan jawaban tunggal, kemudian ditelitinya lagi guna
membandingkan fenomena-fenomena yang serupa tentang hukum alam, hipotesa, teori dengan
dan atau pendapat-pendapat yang lebih actual lagi.

3. Kesabaran Intelektual

Sikap ini diartikan dengan sikap sanggup menahan diri dan kuat untuk tidak menyerah
kepada tekanan-tekanan maupun intimidasi, agar kita menyatakan suatu penelitian ilmiah, karena
memang belum tuntas dan belum cukup lengkap hasil penelitian kita tentang sesuatu objek
kajian ilmiah, adalah sikap utama ahli ilmu.

Sikap ini dapat juga diartikan sebagai sikap berani memperjuangkan kebenaran dan
bahkan mempertanyakannya disertai rasa percaya diri yang wajar (tanpa paksaan atau pesan dari
sponsor) baik terhadap kebenaran yang berupa fakta, maupun kebenaran hasil penelitiannya
sendiri atau kebenaran hasil karya orang lain.

4. Kesederhanaan

Sebagai sikap ilmiah adalah sikap kesederhaan dalam cara berpikir, cara mengemukakan
pendapat dan cara pembuktian, sikap sederhana adalah sikap di tengah-tengah antara
kesombongan intelektual dan stagnasi atau antara superrioritas dan minder atau terlalu optimis
dan pesimis, termasuk juga sikap terbuka bagi semua kritikan, berjiwa besar dan lapang dada,
rendah hati dan tidak fanatic buta, tetapi penuh toleransi terhadap hal-hal yang diketahuinya
maupun yang belum diketahui.

5. Menjangkau masa depan

Orang yang bersikap ilmiah itu mempunyai wawasan yang luas dan pandangan jauh
kedepan serta berorientasi kepada tugasnya. Perkembangan teknologi dan pesatnya kebudayaan
pada umumnya menarik perhatian para ilmuan dan karenanya ia berpandangan jauh kemasa
depan, sikap ini mendorong dirinya untuk selalu bersikap penasaran dalam mencari kebenaran
dan tidak puas dengan apa yang ada faktanya juga tidak lekas putus asa tapi dia senantiasa
membuat hipotesa-hipotesa, analisa-analisa atau ramalan-rmalan ilmiah, tentang kemungkinan-
kemungkinan dan bukan tentang kemutlakan-kemutlakan.

Seluruh proses yang terlibat dalam usaha kita untuk memperoleh pengetahuan ilmiah
yang merupakan pengetahuan yang di peroleh melalui berpikir ilmiah dapat disebut sebagai
metode ilmiah

C. Metode ilmiah

Secara umum dapat dikatakan bahwa metode ilmiah adalah suatu istilah kolektif yang
menunjukkan kepada bermacam-macam proses dan langkah yang dilalui oleh bermacam-macam
ilmu dalam perkembangannya, secara lebih khusus metode ilmu pengetahuan yang biasanya
terdiri dari enam langkah[ yaitu:

1. Menyadari problemnya

Berpikir biasanya bermula jika ada suatu penghalang atau kesulitan atau jika ingin mengetahui
tentang sesuatu hal, adalah sangat penting untuk melukiskan problema secara jelas dan benar,
tanpa definisi yang jelas tentang suatu problema, kita tak akan tahu fakta mana yang harus
dikumpulkan.

2. Mengumpulkan data/Informasi

Data yang relevan atau yang tersedia, dikumpulkan bagi suatu problem yang sederhana, bahan-
bahannya mungkin mudah diperoleh dan mungkin telah ada, tetapi untuk permasalahan yang
lebih sukar, mungkin memerlukan penyelidikan dan pengumpulan data dalam waktu yang lama,
yang sangat penting disini adalah penyelidikan yang seksama

3. Menyusun fakta-fakta

Data yang ada ditetapkan dengan cara dianalisa dikategorikan, di klasifikasikan kemudian
diperbandingkan dan selanjutnya diatur menurut urutannya
4. Hipotesa

Bermacam-macam pemecahan dapat dilakukan (membentuk formulasi) dalam proses


analisa dan klasifikasi, pemikiran-pemikiran, sangkaan-sangkaan atau dugaan-dugaan sementara
yang bersikap ilmiah itu dapat timbul pada waktu penyelidik memeriksa suatu problem atau
objek yang menjadi tugasnya, mungkin sekali ia akan memilih hipotesa yang dianggap sangat
mungkin atas dasar bukti-bukti yang telah ia kumpulkan tak ada batas tentang hipotesa yang
dapat ia lakukan berapa jumlah dan banyaknya, tetapi walaupun tidak ada peraturan yang ketat
dalam membentuk hipotesa yang masuk akal, rasional dan logis

5. Menarik kesimpulan

Dari hipotesa-hipotesa yang terbentuk itu dapatlah ditarik kesimpulan, disini logika
formal, bahasa, matematika dan statistika merupakan sarana ilmiah yang banyak membantu
dalam (inferensi kesimpulan) itu dan akan memberi dorongan kepada langkah selanjutnya secara
tepat dan benar.

6. Verifikasi

Tahap terakhir dari metode ilmiah adalah menguji kebenaran kesimpulan yang kita
tetapkan melalui pengamatan, eksperiment atau mencek konsistensi hipotesa dengan fakta-fakta
dan persaksian

Apabila ternyata kesimpulan kita salah, maka kita harus memilih hipotesa-hipotesa lain
dan melakukan langkah-langkah metodologis seperti pada hipotesa pertama, sehingga kebenaran
sebagai tujuan ilmu itu tercapai.

BAB III

KESIMPULAN

Dari uraian pembahasan makalah diatas, penulis dapat menyimpulkan beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
1. Berpikir ilmiah adalah serangkaian aktivitas akal budi (rasio) menusia, untuk dapat
membedakan hal-hal yang memang berbeda dan menyamakan hal-hal yang memang
sama (objektif), serta mencari nisbat antara kedua hal tersebut untuk mencapai suatu
kebenaran.
2. Sarana-sarana yang dipakai untuk berpikir ilmiah adalah bahasa, matematika, statistika
dan logika
3. Proses berfikir ilmiah adalah merupakan sekumpulan Langkah-langkah berpikir yang
bersifat objektif, rasional, sistematis dan generalisasi
4. Sikap ilmiah dapat dibentuk dari sikap objektif, skeptis, kesabaran intelektual,
kesederhanaan dan menjangkau masa depan
5. Sedangkan langkah-langkah atau Metode berpikir ilmiah terdiri dari menyadari problem,
mengumpulkan data atau informasi, menyusun fakta-fakta, hipotesa serta verifikasi.

DAFTAR PUSTAKA

Bahtiar, Amsal, Prof. Dr, Filsafat Ilmu, (Cet. I; PT. Grafindo Persada; Jakarta; 2004)
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Surjana, Prof. Dr, Metode Statistika, (Edisi VI,Tartito; Bandung: 1996)

Bakhtiar, Amsal. 2009.Filsafat Ilmu.Jakarta:PT. RajaGrafindo Persada.

Susanto, A. 2011.Filsafat Ilmu. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Anda mungkin juga menyukai