Anda di halaman 1dari 116

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada dasarnya proses kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas dan
Keluarga Berencana (KB) merupakan suatu kejadian yang fisiologis/alamiah,
namun dalam prosesnya dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi
setiap saat yang dapat membahayakan jiwa ibu dan bayi, salah satu persiapan
menghadapi persalinan, ibu hamil perlu dilakukan pelayanan antenatal, intranatal,
postnatal dan neonatal secara berkesinambungan (Marmi, 2012).

Tujuan utama pelayanan antenatal, intranatal, postnatal dan neonatal adalah


untuk memfasilitasi hasil yang baik bagi ibu maupun bayinya, dengan cara
membina saling percaya dengan ibu, mendeteksi komplikasi-komplikasi yang
dapat mengancam jiwa, mempersiapkan kelahiran dan memberikan pendidikan,
serta untuk menjamin agar proses fisiologis tetap berjalan normal selama
kehamilan dan tidak berkembang menjadi patologis dilakukan upaya sejak dini
dengan pemantau kesehatan ibu dan bayi yang berkesinambungan dan berkualitas.

Seribu hari pertama kehidupan telah disepakati oleh para ahli di seluruh
dunia sebagai saat yang terpenting dalam hidup seseorang. Sejak saat
perkembangan janin di dalam kandungan, hingga umur dua tahun menentukan
kesehatan dan kecerdasan seseorang. Nutrisi yang di dapat janin sejak dalam
kandungan sangat mempengaruhi tumbuh kembang janin (Achadi, 2014).

Keberhasilan dari masa periode awal kehidupan ditentukan dengan


kehamilan yang berlangsung secara alamiah. Setiap kehamilan merupakan proses
ilmiah, dan bukan merupakan proses patologis, tetapi bila tidak dikelola dengan
benar dapat menjadi keadaan patologis bagi ibu dan janin (Azwar, 2014).

Pelayanan kesehatan ibu hamil diwujudkan melalui pemberian pelayanan


antenatal sekurang kurangnya empat kali selama masa kehamilan, dengan
distribusi waktu minimal satu kali pada trimester pertama (usia kehamilan 0-12

1
minggu), satu kali pada trimester kedua (usia kehamilan 12-24 minggu), dan dua
kali pada trimester ketiga (usia kehamilan 28 minggu sampai persalinan). Standar
waktu pelayanan tersebut dianjurkan untuk menjamin perlindungan terhadap ibu
hamil dan atau janin berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan, dan
penanganan dini komplikasi kehamilan (Kemenkes, 2017).

Asuhan kehamilan bertujuan untuk memantau perkembangan kehamilan dan


mendeteksi kelainan atau komplikasi yang menyertai kehamilan secara dini dan
ditangani secara benar. Salah satu upaya yang bisa dilakukan dengan melakukan
asuhan kehamilanyang teratur yang dilakukan ibu hamil yaitu petugas melakukan
pemeriksaan yang berkaitan dengan 10 T. Sesuatu tindakan harus diambil dengan
cepat dan dilakukan sedini mungkin tanpa menunggu terjadinya komplikasi dan
persalinan tidak terlantar (Manuaba,2008).

Persalinan yang aman yaitu persalinan ditolong tenaga kesehatan dan


dilakukan difasilitas kesehatan. Melakukan kunjungan masa nifas (KF) minimal 3
kali yaitu enam jam sampai dengan tiga hari pasca persalinan (KF1), pada hari ke
empat sampai dengan hari ke-28 pasca persalinan (KF2), dan pada hari ke-29
sampai dengan hari ke-42 pasca persalinan (KF3), serta melakukan kunjungan
Neonatus minimal 3 kali yaitu 6 jam - 48 jam pasca pesalinan (KN1), pada 3 hari
sampai 4 hari pasca persalinan (KN2), dan pada hari ke 8 - hari ke 28 pasca
persalinan (KN3) (Kemenkes, 2016).

Asuhan antenatal, intranatal, postnatal, dan neonatal yang kurang optimal


dapat menimbulkan komplikasi dan kematian pada kehamilan, persalinan, nifas,
bayi baru lahir dan keluarga berencana sehingga sangat penting untuk
mendapatkan pelayanan dari tenaga kesehatan, karena dengan begitu
perkembangan kondisi setiap saat akan terpantau dengan baik (Marmi, 2011).

Kematian ibu adalah kematian selama kehamilan atau dalam periode 42 hari
setelah berakhirnya kehamilan, akibat semua sebab yang terkait dengan atau
diperberat oleh kehamilan atau penanganannya, tetapi bukan disebabkan oleh
kecelakaan/cedera.Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO)
tahun 2015 Angka Kematian Ibu (AKI) diseluruh dunia diperkirakan 216/100.000

2
kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) turun 47% antara tahun 1990-
2015, yaitu dari 36/1000 kelahiran hidup menjadi 19/1000 kelahiran hidup pada
tahun 2015. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
2012, angka kematian indonesia masih tinggi sebesar 359 per 100.000 kelahiran
hidup angka ini sedikit menurun meskipun tidak terlalu signifikan jika
dibandingkan dengan SDKI tahun 1991, yaitu 390 per 100.00 kelahiran hidup.
Target global MDGs (Millenium Development Goals) ke-5 menurunkan angka
kematian ibu menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 (Profil
Kesehatan Indonesia, 2017).

Upaya percepatan penurunan AKI membutuhkan upaya inovatif, proaktif,


dan antisipatif melalui pendekatan resiko antara lain adalah kegiatan peningkatan
akses kesehatan dan peningkatan deteksi dini, pengolahan ibu hamil resiko tinggi,
cakupan pertolongan persalinan, pengolahan komplikasi kehamilan (Prawihardjo,
2014).

Bidan berperan penting karena merupakan tenaga kesehatan yang


berhubungan langsung dengan wanita sebagai sasaran program. Oleh sebab itu,
bidan perlu memberikan pelayanan kebidanan dimulai dari masa hamil untuk
mencegah adanya komplikasi obsetrik bila mungkin dan memastikan bahwa
komplikasi dideteksi secara sedini mungkin serta senantiasa meningkatkan
kompetensinya dengan meningkatkan pemahaman asuhan kebidanan persalinan,
nifas serta asuhan kebidanan untuk kesehatan bayi dan keluarga berencana
(Lockhart, 2014).

Oleh karena itu untuk membantu upaya bidan melaksanakan asuhan secara
berkelanjutan atau Continuity of Care. Continuity of Care adalah pelayanan yang
dicapai ketika terjalin hubungan yang terus menerus antara seorang wanita dan
bidan. Asuhan yang berkelanjutan berkaitan dengan tenaga professional
kesehatan, pelayanan kebidanan dilakukan mulai prakonsepsi, awal kehamilan,
selama semua trimester, kelahiran dan melahirkan sampai 6 minggu pertama
postpartum (Taufan, 2014).

3
Berdasarkan latar belakang, penulis tertarik memberikan asuhan kebidanan
kompresehensif dan berkesinambungan pada Ny. M di PMB Siti Julaeha S.Tr,
Keb yang berlokasi di Jl. Delima VII, Pekanbaru.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Melaksanakan asuhan kebidanan secara menyeluruh dan


berkesinambungan pada Ny. M di Praktik Mamdiri Bidan Siti Julaeha, S.Tr, Keb
Tahun 2020, dari masa Kehamilan, Persalinan, Nifas, Bayi Baru Lahir, serta
Keluarga Berencana dan mendokumentasikan dengan menggunakan metode
SOAP.

.2.2 Tujuan Khusus

a. Melaksanakan asuhan kebidanan kehamilan pada Ny. M di PMB Siti


Julaeha

b. Melaksanakan asuhan kebidanan persalinan pada Ny. M di PMB Siti


Julaeha

c. Melaksanakan asuhan kebidanan nifas dan KB pada Ny. M di PMB Siti


Julaeha

d. Melaksanakan asuhan kebidanan nenonatus pada Ny. M di PMB Siti


Julaeha

.3 Manfaat Penulisan

1.3.1 Manfaat Keilmuan

Memberikan masukan bagi pengembangan ilmu kebidanan dalam


pengembangan asuhan kebidanan pada Ny. M yang menyeluruh dan
berkesinambungan yang seasuai dengan standar asuhan kebidanan.

1.3.2 Manfaat Aplikatif

Memberikan asuhan yang menyeluruh dan berkesinambungan pada Ny.


M dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan dan

4
pendokumentasian metode SOAP serta dapat mengaplikasikan berbagai alat dan
instrument dalam memberikan pelayanan kebidanan.

1.4 Ruang Lingkup

Ruang lingkup studi kasus meliputi asuhan kebidanan yang menyeluruh


dan berkesinambungan pada Ny. M umur 21 tahun G1P0A0H0. Pengambilan kasus
ini dilakukan di PMB Siti Julaeha. Waktu pengambilan kasus yakni pada tanggal
Januari 2020 s/d Maret 2020. Asuhan kebidanan yang diberikan bertujuan untuk
memantau kesehatan ibu dan janin/ bayi serta deteksi dini adanya komplikasi pada
masa hamil, bersalin, nifas, neonatus, dan KB sehinggan komplikasi yang terjadi
dapat segera teratasi. Asuhan yang telah diberikan selanjutnya akan
didokumentasikan dengan metode SOAP.

5
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP DASAR KEHAMILAN


2.1.1 Pengertian Kehamilan
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari
spermatozoa dan ovum dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila
dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan
berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut
kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, di mana
trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu
(minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-
28 hingga ke-40) (Prawirohardjo, 2018).

2.1.2 Perubahan Fisiologi dan Psikologi pada Kehamilan


a. Perubahan fisiologi pada kehamilan trimester III
Perubahan fisiologi sebagian besar sudah terjadi segera setelah
fertilisasi dan terus berlanjut selama kehamilan. Perubahan ini
merupakan proses terhadap janin. Semua perubahan yang terjadi akan
kembali ke keadaan sebelum hamil setelah proses persalinan dan
menyusui selesai (Prawirohardjo, 2018).

1) Uterus
Pada kehamilan cukup bulan, ukuran uterus adalah 30 x 25 x 20
cm dengan kapasitas lebih dari 4.000 cc. Hal ini memungkinkan bagi
adekuatnya akomodasi pertumbuhan janin. Pertambahan ukuran
Tinggi Fundus Uteri (TFU) per tiga jari dapat dicermati dalam tabel
2.1 berikut:

6
Tabel 2.1
Pengukuran TFU Menggunakan Perabaan Tiga jari
Usia Kehamilan (minggu) Tingi Fundus Uteri (TFU)

12 3 jari diatas simfisis


16 Pertengahan pusat-simfisis
20 3 jari dibawah pusat
24 Setinggi pusat
28 3 jari diatas pusat
Pertengahan pusat-prosesus xiphoideus (px)
32
36 3 jari dibawah prosesus xiphoideus (px)
40 Pertengahan pusat - prosesus xiphoideus
(px)
(Sumber: Jannah, 2012)

Tabel 2.2
Pengukuran TFU Menurut Mc Donald
Umur kehamilan
Berat Janin (gram) CM
(bulan)
1 0,25-0,5 1-2
2 1,1 3-4
3 14,2 6-7
4 100-200 8-9
5 300-350 10-12
6 600-700 13-18
7 1000-1500 22-25
8 1700-2100 26-28
9 2500-2800 29-32
10 3000-3500 35-36

7
Tujuan pemeriksaan tinggi fundus uteri (TFU) menurut Mc. Donald
adalah menentukan umur kehamilan berdasarkan minggu, dan hasilnya bisa
dibandingkan dengan Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT). Tinggi fundus
uteri dalam cm, yang normal harus sama dengan usia kehamilan dalam
minggu yang ditentukan berdasarkan hari pertama haid terakhir. Jika hasil
pengukuran berdeda 1-2 cm, masih bisa ditoleransi, tetapi jika deviasi lebih
kecil dari 2 cm umur kehamilan, kemungkinan ada gangguan pertumbuhan
janin, sedangkan bila deviasi lebih besar dari 2 cm kemungkinan terjadi bayi
kembar, polihidramnion, atau janin besar.

Tinggi fundus uteri menurut Spiegelberg diperoleh tabel:


Tabel 2.3
Mengukur tinggi fundus dari simfisis

Usia kehamilan Tinggi fundus uteri

22-28 minggu 24-25 cm di atas simfisis

28 minggu 26,7 cm di atas simfisis

30 minggu 29,5-30 cm di atas simfisis

32 minggu 29,5-30cm di atas simfisis

34 minggu 31 cm di atas simfisis

36 minggu 32 cm di atas simfisis

38 minggu 33 cm di atas simfisis


40 minggu 37.7 cm di atas simfisis
(Sumber: Mochtar, 1998)

2) Payudara
Payudara sebagai target untuk proses laktasi mengalami banyak
perubahan sebagai persiapan setelah janin lahir. Beberapa perubahan
yang dapat diamati oleh ibu adalah sebagai berikut:

8
a) Selama kehamilan payudara bertambah besar, tegang, dan berat.
b) Dapat teraba nodul-nodul, akibat hipertropi kelenja alveoli.
c) Bayangan vena-vena lebih membiru
d) Hiperpigmentasi pada areola dan puting susu.
e) Kalau diperas akan keluar air susu jolong (kolostrum) berwarna
kuning (Sulistyawati, 2011).
3) Kulit
Topeng kehamilan (cloasma gravidarum) adalah bintik-bintik
pigmen kecoklatan yang tampak dikulit kening dan pipi. Peningkatan
pigmentasi juga terjadi disekeliling putting susu, sedangkan diperut
bawah bagian tengah biasanya tampak garis gelap, yaitu spider
angioma (pembuluh darah kecil yang memberi gambaran seperti laba-
laba) bisa muncul dikulit, dan biasanya diatas pinggang. Pelebaran
pembuluh darah kecil yang berdinding tipis sering kali tampak
ditungkai bawah.
Pembesaran rahim menimbulkan peregangan dan menyebabkan
robekannya serabut elastic dibawah kulit, sehingga menimbulkan
striae gravidarum/striae livide. Bila terjadi peregangan yang hebat,
misalnya pada hidramnion dan gamely, dapat terjadi diastasis rekti
bahkan hernia. Kulit perut pada linea alba betambah pigmentasinya
dan disebut sebagai linea nigra. Adanya vasodilatasi kulit
menyebabkan ibu mudah berkeringat (Sulistyawati, 2009).
4) Sistem Respirasi
Frekuensi pernafasan hanya mengalami sedikit perubahan
selama kehamilan, tetapi volume tidal, volume ventilasi per menit dan
pengembalian oksigen per menit akan mengalami penambahan secara
signifikan pada kehamilan lanjut. Perubahan ini akan mencapai
puncaknya pada minggu ke-37 dan akan kembali seperti sediakala
dalam 24 minggu setelah persalinan (Saifuddin, 2010).
5) Sistem Muskuloskleletal

Esterogen dan progesteron memberikan efek maksimal pada


relaksasi otot pelvis pada akhir kehamilan. Adanya sakit punggung

9
dan ligamen pada kehamilan tua disebabkan oleh meningkatnya
pergerakan pelvis akibat pembesaran uterus (Sulistyawati, 2009).
6) Kenaikan berat badan

Beberapa studi yang tersebar diseluruh dunia menunjukkan


bahwa pertambahan berat total badan ibu selama kehamilan berada
pada rentang 8-14 kg. Anjuran pertambahan berat badan menurut
Rosso dan Lederman (1982) adalah ±12,5 kilogram (Yongky dkk,
2012)
Komponen pertambahan berat badan dapat dibagi menjadi 2
bagian yaitu produk konsepsi dan pertumbuhan jaringan maternal ibu.
Produk konsepsi menyangkut fetus, plasenta, dan cairan amniotik.
Secara rata-rata janin mewakili 25% pertambahan berat badan total
ibu, plasenta 5% dan cairan amniotik 6%. Jaringan maternal
mencakup uterus, jaringan mamae, darah, cairan ekstraseluler dan
cadangan lemak. Ekspansi jaringan maternal mencapai 2/3 dari
pertambahan berat badan total ibu. Pertambahan uterus dan mamae
mewakili 10%, cairan ekstraseluler 10,4 % dan lemak 32% (Yongky,
dkk, 2012).
Ada beberapa istilah pertambahan berat badan
a) Jika berat badan kurang diawal kehamilan (IMT <18,5),
pertambahan berat badan harus 12,5-18 kg.
b) Jika dalam kisaran berat badan ideal pada awal kehamilan (IMT
>18,5 sampai <24,9), pertambahan berat badan harus 11,5-16 kg
c) Jika kelebihan berat badan pada awal kehamilan (IMT >27),
pertambahan berat badan harus 5-9 kg ( Sarwono, 2014)

b. Perubahan psikologi pada kehamilan trimester III


Trimester III sering disebut sebagai periode
penantian.Sekarang wanita menanti kehadiran bayinya sebagai
bagian dari dirinya, wanita hamil tidak sabar untuk segera melihat
bayinya.Pada trimester III rasa tidak nyaman timbul kembali, ibu

10
merasa dirinya jelek, aneh, dan tidak menarik. Merasakan tidak
menyenangkan ketika bayinya tidak lahir tepat waktu, takut akan
rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada saat melahirkan,
khwatir akan keselamatannya dan bayinya. Khawatir bayi akan
dilahirkan dalam keadaan tidak normal, bermimpi yang
mencerminkan perhatian dan kekhawatirannya. Merasa sedih karena
akan terpisah dari bayinya, merasa kehilangan perhatian, perasaan
mudah terluka (sensitif), dan libido menurun (Sulistyawati, 2011).

2.1.3 Kebutuhan Dasar pada Ibu Hamil Trimester III


Menurut Romauli (2011) Semakin tuanya usia kehamilan,
kebutuhan fisik maupun psikologis ibu juga mulai beragam dan harus 13
terpenuhi. Kebutuhan fisik maupun psikologis ibu hamil dijabarkan
sebagai berikut:
a. Kebutuhan Fisik Ibu Hamil
1) Oksigen
Seorang ibu hamil sering mengeluh tentang rasa sesak dan
pendek nafas. Hal ini disebabkan karena diafragma tertekan akibat
membesarnya rahim. Kebutuhan oksigen meningkat 20 %. Ibu hamil
sebaiknya tidak berada di tempat- tempat yang terlalu ramai dan
penuh sesak, karena akan mengurangi masukan oksigen ( Nugroho,
Taufan., dkk. 2014).
2) Nutrisi
Gizi pada waktu hamil harus ditingkatkan hingga 300 kalori
perhari, ibu hamil seharusnya mengkonsumsi makanan yang
mengandung protein, zat besi, dan minum cukup cairan (menu
seimbang).
3) Kalori
Jumlah kalori yang dibutuhkan untuk setiap harinya dalah
2.500 kalori. Jumlah kalori yang berlebihan dapat menyebabkan
obesitas dan hal ini merupkan faktor predisposisi untuk terjadinya
preeklampsia (Saifuddin, 2014).

11
4) Protein
Jumlah protein diperlukan oleh ibu adalah 85 gram per hari.
Sumber protein tersebut dapat diperoleh dari tumbuh-tumbuhan
(kacang-kacangan) atau hewai ( ikan, ayam, keju, susu, telur).
Defisiensi protein dapat menyebabkan kelahiran prematur, anemia,
dan edema (Saifuddin, 2014).
5) Mineral
Kebutuhan zat besi pada Trimester kedua kira- kira 17 mg/hari.
Untuk memenuhi kebutuhan ini dibutuhkan suplemen besi 30
mg/hari dan pada kehamilan kembar atau wanita yang anemia
dibutuhkan 60-100 mg/hari (Kuswati, 2014).
6) Air
Air berfungsi untuk membantu sistem pencernaan makanan
dan proses transportasi. Selama hamil, terjadi perubahan nutrisi dan
cairan pada membrane sel. Air menjaga keseimbangan sel, darah,
getah bening, dan cairan vital tubuh, karena itu dianjurkan untuk
minum 6-8 gelas (1500-2000 ml) air.
7) Vitamin
Vitamin sebenarnya telah terpenuhi dengan makanan sayur
dan buah-buahan, tetapi dapat pula diberikan ekstra vitamin.
Pemberian asam folat terbukti mencegah kecacatan pada bayi.
b. Kebutuhan Personal Higiene
Kebersihan ibu harus terjaga selama kehamilan.Perubahan
anatomik pada perut, area genetalia/lipat paha, dan payudara
menyebabkan lipatan-lipatan kulit menjadi lebih lembab dan mudah
terinvestasi oleh mikroorganisme. Bagian tubuh lain yang sangat
membutuhkan perawatan kebersihan adalah daerah vital, karena saat
hamil biasanya terjadi pengeluaran secret vagina yang berlebih. Selain
mandi, mengganti celana dalam secara rutin.
c. Kebutuhan Eliminasi
Keluhan yang sering muncul pada ibu hamil berkaitan dengan
eliminasi adalah konstipasi dan sering buang air kecil. Tindakan

12
pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan mengkonsumsi
makanan tinggi serat dan banyak minum air putih, terutama ketika
lambung dalam keadaan kosong. Meminum air putih hangat ketika dalam
keadaan kosong dapat merangsang gerak peristaltik usus. Jika ibu sudah
mengalami dorongan, maka segeralah untuk buang air besar agar tidak
terjadi konstipasi. Sering buang air kecil merupakan keluhan utama
yangdirasakan oleh ibu hamil, terutama trimester I dan III, hal tersebut
adalah kondisi yang fisiologis.
d. Kebutuhan Seksual
Selama kehamilan berjalan normal, koitus diperbolehkan sampai
akhir kehamilan, meskipun beberapa ahli berpendapat sebaiknya tidak
lagi berhubungan seks selama 14 hari menjelang kelahiran. Koitus tidak
diperkenankan bila terdapat perdararahan pervaginan,riwayat abortus
berulang, abortus/ partus prematurus imminens, ketuban pecah
sebelumnya waktunya.
e. Kebutuhan Mobilisasi
Pertumbuhan rahim yang membesar akan menyebabkan peregangan
ligamen-ligamen atau otot-otot sehingga pergerakan ibu hamil menjadi
terbatas dan kadangkala menimbulkan rasa nyeri. Mobilisasi dan bodi
mekanik untuk ibu hamil harus memperhatikan cara-cara yang benar
antara lain :
b. Melakukan latihan/senam hamil agar otot-otot tidak kaku
c. Jangan melakukan gerakan secara tiba-tiba/spontan
d. Jangan mengangkat secara langsung benda-benda yang cukup berat,
jongkoklah terlebih dahulu baru kemudian mengangkat benda
e. Apabila bangun tidur, miring dulu baru kemudian bangkit dari
tempat tidur ( Nugroho, Taufan., dkk. 2014)
f. Istirahat
Tujuan utama istirahat dan tidur adalah untuk membangun sel-sel
yang baru. Pada saat tidur, hormon pertumbuhan dieksresikan dan hal ini
merupakan waktu yang optimal untuk pertumbuhan janin. Wanita hamil

13
harus berusaha untuk mengurangi pekerjaan yang berat dan harus
meningkatkan waktu istirahat.(Indriyani, 2011)
g. Persiapan persalinan
1) Memantau Membuat rencana persalinan
2) Membuat rencana untuk pengambilan keputusan jika terjadi
kegawatdarurata pada saat pengambilan keputusan utama tidak ada
3) Mempersiapkan sistem transportasi jika terjadi kegawatdaruratan
4) Membuat rencana atau pola menabung
5) Mempersiapkan peralatan yang diperlukan untuk persalinan

h. Kesejahteraan janin

Pemantauan gerakan janin minimal dilakukan selama 12 jam, dan


pergerakan janin selama 12 jam adalah minimal 10 kali gerakan janin
yang dirasakan oleh ibu hamil.

1) Dengan bayi sejak masih dalam kandungannya dan ajak anak untuk

melihat benda-benda yang berhubungan dengan kelahiran bayi.

2.1.4 Ketidaknyamanan ibu hamil pada Trimester III

1. Pembesaran kaki
Pembesaran kaki sangat umum terjadi, khususnya pada sore hari
atau dalam cuaca panas. Pembesaran kaki ini biasanya tidak
berbahaya, namun pembesaran yang keterlaluan saat ibu terbangun di
pagi hari, atau pembesaran tangan dan wajah setiap saat, bisa menjadi
tanda-tanda pre-eklamsi. Pembesaran kaki bisa disembuhkan jika
wanita hamil meletakkan kakinya sejajar pantat selama beberapa
menit minimal 2 atau 3 kali sehari, mengkonsumsi makanan kemasan
lebih sedikit yang banyak sekali mengandung garam-garaman, dan
minum lebih banyak air atau jus buah.
2. Pembesaran pembuluh darah (varicose veins)
Pembengkakan pembuluh vena biru yang nampak di kaki atau
alat kelamin wanita hamil disebut varicose veins.Kadang-kadang
pembluh vena ini terasa sakit. Jika pembengkakan pembuluh vena

14
terdapat di kaki, akan lebih baik jika ibu sering meletakkan kaki
sejajar dengan pantat. Stoking yang ketat atau perban elastik bisa
membantu meredakan pembengkakan ini. Jika pembengkakan
pembuluh vena terjadi di sekitar alat kelamin, hal ini dapat
menyebabkan masalah perdarahan ketika keluar saat melahirkan.
Meletakkan daun kubis dingin di alat kelamin dapat membantu
meredakan kelamin ini.
3. Konstipasi (sulit buang air besar)
Beberapa wanita hamil mengalami kesulitan buang air besar.
Kondisi ini disebut konstipasi. Untuk mencegah dan merawat
konstipasi, seorang wanita mestinya:
1. Makan sayuran dan buahan lebih banyak
2. Makan segala jenis padi-padian
3. Minum sedikitnya 8 gelas air matang sehari
4. Berjalan, bergerak dan berlatih setiap hari
4. Hemorhoid (wasir)
Hemorhoid adalah pembengkakan pembuluh vena di sekitar
anus. Rasanya bisa terbakar, sakit atau perih. Kadang-kadang
pembuluh ini mengeluarkan darah ketika wanita hamil BAB,
khususnya jika dia juga mengalami konstipasi. Wanita mestinya
berusaha menghindar terserang konstipasi dengan menyantap banyak
buah dan sayuran, dan minum banyak air. Terlalu banyak duduk atau
berdiri dapat membuat hemorhoid semakin parah. Namun duduk di
dalam bak berisi air dingin atau berbaring dapat menguranginya.
5. Sering merasa ingin BAK
Kebutuhan untuk selalu BAK seringkali normal saja bagi wanita
hamil, khususnya di bulan pertama dan terakhir masa kehamilan. Ini
terjadi karena rahim yang bertumbuh menekan kuat kandung kemih.
Jika proses buang air kecil terasa sakit, perih atau seperti terbakar,
sang wanita mungkin memiliki infeksi kandung kemih atau infeksi
vagina. Pastikan untuk menyembuhkan infeksi ini sesegera mungkin,
karena dapat menyebabkan bukaan persalinan dan masalah lainnya.

15
6. Tarikan nafas yang pendek
Kebanyakan wanita hamil mengalami tarikan nafasnya jadi
pendek (tidak sepanjang dan sedalam biasanya). Ini terjadi karena bayi
yang tumbuh membesar memenuhi paru-paru ibunya sehingga ibunya
kurang memiliki ruangan untuk bernafas. Yakinkan ibu kalau ini hal
yang normal. Namun jika wanita juga merasa lemah dan kelelahan, atau
dia selalu mengalami sesak nafas sepanjang waktukehamilan, dia harus
diperiksa atas tanda-tanda penyakit tertentu, masalah jantung, anemia,
atau kurang gizi.
7. Selalu merasa gerah atau banyak mengeluarkan keringat
Merasa gerah sangat umum, dan selama tidak ada tanda-tanda
berbahaya (seperti tanda-tanda infeksi kandung kemih). Wanita hamil
tidak usah kuatir. Dia bisa mengenakan pakaian yang tidak berlengan,
sering mandi, dan banyak minum air putih atau cairan lainnya.
8. Sakit punggung
Banyak wanita ketika hamil mengalami sakit punggung. Berat
janin, rahim dan air ketuban membebani tulang dan otot wanita. Terlalu
banyak berdiri di satu tempat atau mengangkat beban dapat
menyebabkan sakit punggung. Kerja yang terlalu berat juga dapat
menyebabkan sakit punggung. Kebanyakan sakit punggung normal
sifatnya. Meskipun begitu, bisa juga sakit punggung disebabkan oleh
infeksi ginjal.Sarankan suami, anak, anggota keluarga lain atau rekan-
rekan wanita hamil untuk memijat-mijat punggungnya.

2.1.5 Tanda Bahaya Kehamilan Trimester III

Tanda bahaya kehamilan adalah tanda – tanda yang


mengindikasikan adanya bahaya yang dapat terjadi selama
kehamilan/periode antenatal, yang apabila tidak dilaporkan atau tidak
terdeteksi bisa menyebabkan kematian ibu (Sulistyawati, 2011). Tanda
baya kehamilan menurut (Sulistyawati, 2011) :
1. Keluar darah dari jalan lahir

16
Pada awal kehamilan, perdarahan yang tidak normal adalah yang
merah, perdarahan yang banyak, atau perdarahan yang nyeri.Pada
kehamilan lanjut, perdarahan yang tidak normal adalah merah,
banyak, kadang-kadang, tetapi tidak selalu, disertai dengan rasa
nyeri.
2. Sakit kepala yang hebat
Sakit kepala yang menunjukkan adanya masalah yang serius adalah
sakit kepala yang hebat yang menetap dan tidak hilang dengan
beristirahat.Kadang-kadang dengan sakit kepala yang hebat
tersebut, ibu mungkin menemukan bahwa penglihatannya menjadi
kabur atau berbayang.
3. Nyeri perut yang hebat
Nyeri abdomen yang mungkin menunjukkan masalah
yanmengancam keselamatan jiwa adalah yang hebat, manetap, dan
tidak hilang setelah istirahat.
4. Gerakan janin tidak terasa
Ibu mulai merasakan gerakan janin selama bulan ke-5 atau ke-6.
Beberapa ibu dapat merasakan gerakan janinnya lebih awal. Janin
harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam 1 jam jika ibu berbaring
atau beristirahat dan jika ibu makan dan minum yang baik.
5. Keluar cairan per vagina
Yang dinamakan ketuban pecah dini adalah apabila terjadi sebelum
persalinan berlangsung, yang disebabkan karena berkurangnya
kekuatan membran atau meningkatnya tekanan intra uteri, atau oleh
kedua faktor tersebut.Juga karena adanya infeksi yang busa berasal
dari vagina dan servik dan penilaiannya ditentukan dengan adanya
cairan ketuban divagina.Penentuan cairan ketuban dapat dilakukan
dengan tes lakmus (nitrazin test) merah menjadi biru.
6. Bengkak di wajah dan di jari-jari tangan
Pada saat kehamilan, hampir seluruh ibu akan mengalami bengkak
yang normal pada kaki. Bengkak biasanya menunjukkan masalah

17
yang serius apabila muncul pada muka dan tangan, tidak hilang
setelahistirahat dan disertai keluhan fisik lain.

2.1.6 Standart 14T

Menurut Astuti, dkk (2017), pelayanan / asuhan standar minimal asuhan


kehamilan termasuk dalam 14 T yaitu:
1. Pengukuran tinggi badan dan penimbangan berat badan
Kenaikan berat badan normal pada ibu hamil dari trimester I
sampai trimester III yang berkisar 9-13,9 kg dan kenaikan
perminggunya adalah 400 gr-500 gr. Pengukuran tinggi badan ibu
hamil dilakukan untuk mendeteksi faktor risiko yang berhubungan
dengan keadaan rongga panggul.
2. Pengukuran tekanan darah
Tekanan darah normal 120/80 mmHg. Bila tekanan darah lebih
besar atau sama dengan 140/90 mmHg, ada faktor risiko hipertensi
(tekanan darah tinggi dalam kehamilan) perlu diwaspadai adanya
preeklampsi.
3. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA)
Bila LILA < 23,5 cm menunjukkan ibu hamil menderita Kurang
Energi Kronis (ibu hamil KEK) dan beresiko melahirkan Bayi Berat
Lahir Rendah (BBLR).
4. Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri)
Pemeriksaan TFU berfungsi untuk menentukan umur kehamilan
berdasarkan minggu dan untuk mengetahui kapan gerakan janin
mulai dirasakan.
5. Penentuan letak janin (presentasi janin) dan penghitungan denyut
jantung janin
Apabila trimester III bagian bawah janin bukan kepala atau
kepala belum masuk panggul kemungkinan ada kelainan letak atau
ada masalah lain. Bila denyut jantung janin kurang dari 120
kali/menit atau lebih dari 60 kali/menit menunjukkan adanya gawat
janin dan segera rujuk.

18
6. Pemberian imunisasi TT
Untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum, ibu hamil harus
mendapatkan imunisasi TT.Pada saat kontak pertama, dapat
dilakukan skrining status imunisasi TT pada ibu hamil. Pemberian
imunisasi TT pada ibu hamil disesuaikan dengan status imunisasi
ibu saat ini. Imunisasi Tetanus Toxoid harus segera diberikan pada
saat seorang wanita hamil melakukan kunjungan yang pertama dan
dilakukan pada minngu ke-4.

Tabel 2.4
Pemberian Imunisasi TT
Imunisasi TT Selang Waktu Lama Perlindungan
Minimal
TT 1 Langkah awal
pembentukan kekebalan
tubuh terhadap penyakit
Tetanus
TT 2 1 bulan setelah TT 1 3 tahun
TT 3 6 bulan setelah TT 2 5 tahun
TT 4 12 bulan setelah TT 3 10 tahun
TT 5 12 bulan setelah TT 4 >25 tahun

7. Pemberian talet tambah darah


Ibu hamil sejak awal kehamilan minum 1 tablet tambah darah
setiap hari minimal selama 90 hari.Tablet tambah darah diminum
pada malam hari untuk megurangi rasa mual.
8. Pelayanan tes laboratorium hemoglobin darah (Hb)
Bila kadar Hb< 11 gr% ibu hamil dinyatakan anemia, maka
harus diberi suplemen 60 mg Fe dan 0,5 mg asam folat hingga Hb
menjadi > 11 gr%.
9. Pemeriksaan VDRL (venereal Disease Research Laboratory)
Pemeriksaan untuk mengetahui mengidap penyakit sifilis atau
tidak.
10. Perawatan payudara dan pijat tekan payudara
11. Pemeliharaan tingkat kebugaran atau senam hamil

19
12. Pemeriksaan protein dan reduksi urine atas indikasi
13. Pemberian terapi kapsul yodium untuk daerah endemis gondok dan
terapi anti-malaria untuk daerah endemis malaria.
14. Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan
konseling, termasuk keluarga berencana). Ibu bertanya yang belum
diketahui, misalnya tanda-tanda bahaya dalam kehamilan, dan bidan
memberikan konseling tentang masalah yang dialami ibu pada saat
kehamilan.
2.1.7 Kartu Skor Poedji Rochjati

Kartu skor Poedji Rochjati adalah salah satu alat untuk mendeteksi dini
komplikasi dalam kehamilan. Dalam kartu PR tersebut dikategorikan tiga faktor
resiko yaitu:
a. Kelompok Faktor Risiko l (Ada Potensi Gawat Obstetrik/APGO)
1) Primi Muda
Terlalu Muda hamil pertama umur 16 tahun atau kurang
2) Primi Tua Primer
a) Terlalu tua, hamil pertama umur 35 tahun atau lebih
b) Terlalu lambat hamil. Setelah kawin 4 tahun lebih
3) Primi Tua Sekunder
4) Terlalu lama punya anak lagi, terkecil 10 tahun lebih
5) Terlalu cepat punya anak lagi, anak terkecil usia kurang 2 tahun
6) Grande Multi Terlalu banyak punya anak 4 atau lebih
7) Terlalu Tua (Umur ≥35 tahun)
8) Terlalu pendek (Tinggi Badan ≤ 145 cm)
9) Pada hamil pertama, kedua atau lebih belum pemah melahirkan normal
10) Pernah gagal pada kehamilan yang lalu
11) Pernah melahirkan dengan :
a) Tarikan
b) Uri dikeluarkan oleh penolong
c) Pernah diinfus atau transfuse pada pendarahan postpartum
d) Bekas operasi sesar
b. Kelompok Faktor Risiko II (Ada Gawat Obstetri/AGO)

20
1) Ibu Hamil Dengan Penyakit
2) Anemia: Pucat, lemas badan lekas lelah
3) Malaria: Panas Tinggi. Menggigil keluar keringat, sakit kepala
4) Tuberculosa Paru
5) Payah Jantung
6) Penyakit lain HIV-AIDS, Penyakit Menular Seksual
c. Pre eklampsia Ringan
d. Hamil Kembar/Gemeli
e. Kembar Air /Hidramnion
f. Bayi mati dalam
g. Hamil lebih bulan (Serotinus)
h. Letak Sungsang
i. Letak Lintang
j. Kelompok Faktor Risiko III (Ada Gawat Darurat Obstetri/AGDO)
1) Perdarahan sebelum bayi lahir mengeluarkan darah pada waktu hamil.
Preeklamsia berat dan atau eklamsia (Prawirohardjo, 2012).

2.1.8 Kebijakan
Menurut Saifuddin,dkk (2014), kebijakan pelayanan antenatal terdiri atas
yaitu:
a. Menyediakan sarana pelayanan antenatal yang sesuai dengan standar
pelayanan kebidanan.
b. Setiap ibu hamil dibuatkan kartu ibu atau buku KIA untuk mencatat hasil
pemeriksaan kehamilan.
c. Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama
kehamilan. K1 triwulan pertama, K2 triwulan kedua K3 K4 triwulan
ketiga.

2.2 KONSEP PERSALINAN


2.2.1 Pengertian Persalinan

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri)


yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan

21
lahir, dengan bantuan atau tanpa bantuan (Marmi, 2012). Adapun
menurut Manuaba, 2010, Persalinan adalah proses pengeluaran hasil
konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup umur kehamilannya dan
dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain dengan
bantuan atau dengan kekuatan ibu sendiri.

2.2.2 Jenis-Jenis Persalinan


Jenis persalinan menurut Manuaba (2010) yaitu:
a. Persalinan spontan : bila proses persalinan seluruhnya
berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri.
b. Persalinan buatan : bila proses persalinan dibantu oleh tenaga dari
luar
c. Persalinan anjuran (partus presipitatus)
2.2.3 Faktor-Faktor yang mempengaruhi persalinan

Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan, yaitu faktor power,


faktor passenger, faktor passage :

a. Faktor Power (Kekuatan)

Menurut Marmi (2016), Power adalah kekuatan yang mendorong


janin keluar. Kekuatan yang mendorong janin keluar dalam
persalinan ialah his, kontraksi otot-otot perut, kontraksi diafragma
dan aksi dari ligament, dengan kerja sama yang baik dan sempurna.
b. Faktor Passanger (Penumpang)
Faktor lain yang berpengaruh terhadap persalinan adalah faktor
janin dan plasenta. Hal-hal yang perlu di perhatikan meliputi letak
janin, presentasi janin, bagian terbawah janin, dan posisi janin dan
padda plasenta yang perlu diperhatikan adalah letaknya (Rohani,
2011).
c. Faktor Passage (Jalan Lahir)
Jalan lahir terbagi atas dua, yaitu jalan lahir keras dan jalan lahir
lunak.Hal-hal yang perlu diperhatikan dari jalan keras adalah

22
ukuran dan bentuk tulang panggul, sedangkan pada jalan lahir
lunak adalah segmen bawah uterus yang dapat meregang, serviks,
otot dasar panggul, vagina dan introitus vagina.
2.2.4 Tanda-Tanda Persalinan
1. Tanda pendahuluan menurut (Mochtar, 2013) adalah :
a. Ligtening atau setting atau dropping, yaitu kepala turun
memasuki pintu atas panggul.
b. Perut kelihatan lebih melebar dan fundus uteri turun.
c. Sering buang air kecil atau sulit berkemih karena kandung
kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.
d. Perasaan nyeri di perut dan di pinggang oleh adanya
kontraksi- kontraksi lemah uterus, kadang-kadang disebut
“false labor pains”.
e. Serviks menjadi lembek; mulai mendatar; dan sekresinya
bertambah, mungkin bercampur darah.
2. Tanda Pasti Persalinan meliputi:
a. Rasa nyeri oleh adanya his yang datang lebih kuat,sering, dan
teratur.
b. Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena
robekan- robekan kecil pada serviks.
c. Kadang-kadang, ketuban pecah dengan sendirinya.
d. Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan telah ada
pembukaan.
2.2.5 Teori Penyebab Persalinan
a. Teori Keregangan
1) Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam
batas tertentu
2) Setelah melewati batas tersebut, maka akan terjadi
kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai
b. Teori Penurunan Progesteron

23
1) Proses penuaan palsenta terjadi mulai umur kehamilan 28
minggu, dimana terjadi penimbunan jaringan ikat sehingga
pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu
2) Produksi progesteron mengalami penurunan sehingga otot
rahim lebih sensitif terhadap oksitosin.
3) Akibatnya, otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai
tingkat penurunan progesteron tertentu.
c. Teori Oksitosin Internal
1) Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis pars
posterior
2) Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat
mengubah sensitivitas otot rahim sehingga sering terjadi
kontraksi Braxton Hicks.
3) Menurunnya konsentrasi progesteron akibat tuanya usia
kehamilan menyebabkan oksitosin meningkatkan aktivitas
sehingga persalinan dimulai
d. Teori Prostaglandin
1) Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur
kehamilan 15 minggu , yang dikeluarkan oleh desidua
2) Pemberian prostaglandin saat hamil dapat
menimbulkan konstraksi otot rahim sehingga hasil
konsepsi dapat dikeluarkan
3) Prostaglandin dianggap sebagai pemicu terjadinya
persalinan (Sulistyawati Ari, 2010)
e. Teori Penurunan Hormon

Saat 1-2 minggu seelum proses melahirkan dimulai,


terjadi penurunan kadar ekstrogen dan progesteron.
Progesteron bekerjaan sebagai penenang otot-otot polos
rahim, jika kadar progesteron turun akan menyebabkan
tegangnya pembuluh darah dan menimbulkan his.

f. Teori Plasenta Menua

24
Seiring matangnya usia kehamilan, villi chorialis
dalam plasenta mengalami beberpa perubahan, hal ini
menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progestoren
yang mengakibatkan tegangnya pembuluh darah sehingga
akan menimbulkan kontraksi utures
g. Teori Distensi Rahim
1) Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam
batas tertentu
2) Setelah melewati batas tersebut, akhirnya terjadi
kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai
3) Contohnya pada kehamilan gameli, sering terjadi
kontraksi karena uterus teregang oleh ukuran janin
ganda, sehingga kadang kehamilan gamely mengalami
persalinan yang lebih dini
h. Teori Hipotalamus-Pituitari dan Glandula Suprarenalis
1) Glandula suprarenalis merupakan pemicu terjadinya
persalinan.
2) Teori ini menunjukkan, pada kehamilan dengan bayi
anensefalus sering terjadi kelambatan persalinan karena
tidak terbentuknya hipotalamus.
i. Induksi Persalinan
Persalinan dapat juga ditimbulkan dengan jalan
sebagai berikut.
1) Gagang laminaria, dengan cara laminaria dimasukkan
kedalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang
fleksus frankenhauser.
2) Amniotomi: pemecahan ketuban
3) Oksitosin drip : pemberian oksitosin menurut tetsan per
infus (Ari Sulistyawati, 2013).
2.2.6 Mekanisme Persalinan
Selama persalinan janin membuat serangkaian gerakan pasif,
yang secara kolektif dikenal sebagai mekanisme

25
persalinan.Mekanisme ini memungkinkan janin beradaptasi dengan
perubahan panggul dan jalan lahir dengan memanfaatkan ruang yang
tersedia.Penting untuk memahami mekanisme ini sehingga manuver
normal janin saat kelahiran janin diantisipasi dan situasi yang
mungkin memerlukan bantuan tertentu.
a. Engagement
Pada minggu-minggu akhir kehamilan atau pada persalinan
dimulai kepala masuk melalui PAP, umumnya dengan
presentasi biparietal (diameter lebar yang paling panjang
berkisar 8,5 – 9,5 cm) atau 70% pada panggul ginekoid.
Masuknya kepala:
- Pada primi terjadi pada bulan terakhir kehamilan
- Pada multi terjadi pada permulaan persalinan
Kepala masuk pintu atas panggul dengan sumbu kepala janin
dapat tegak
lurus dengan pintu atas panggul (sinklitismus) atau miring /
membentuk sudut dengan pintu atas panggul (asinklitismus
anterior/ posterior).
Masuknya kepala ke dalam PAP  dengan fleksi ringan,Sutura
Sagitalis/ SS melintang
Bila SS di tengah-tengah jalan lahir : synklitismus
Bila SS tidak di tengah-tengah jalan lahir : asynklitismus
Asynklitismus posterior : SS mendekati simfisis
Asynklitismus anterior : SS mendekati promontorium
b. Descent
Penurunan kepala janin sangat tergantung pada arsitektur
pelvis dengan hubungan ukuran kepala dan ukuran pelvis
sehingga penurunan kepala berlangsung lambat.
Kepala turun ke dalam rongga panggul akibat : tekanan
langsung dari his dari daerah fundus ke arah daerah bokong,
tekanan dari cairan amnion, kontraksi otot dinding perut dan

26
diafragma (mengejan), dan badan janin terjadi ekstensi dan
menegang.
c. Flexion (fleksi)
Pada umumnya terjadi flexi penuh/sempurna sehingga
sumbu panjang kepala sejajar sumbu panggul  membantu
penurunan kepala selanjutnya.
Fleksi : kepala janin fleksi, dagu menempel ke toraks, posisi
kepala berubah dari diameter oksipito-frontalis (puncak kepala)
menjadi diamter suboksipito-bregmatikus (belakang kepala).
Dengan majunya kepala  fleksi bertambah  ukuran kepala
yang melalui jalan lahir lebih kecil (Diameter suboksipito
bregmatika menggantikan suboksipito frontalis).
d. Internal rotation (putar paksi dalam)
Rotasi internal selalu disertai turunnya kepala , putaran ubun-
ubun kecil ke arah depan (ke bawah simpisis pubis)
e. Extension (ekstensi)
Kepala yang berada pada posisi fleksi maksimal mencapai
vulva dan mengalami ekstensi.
f. External rotation (putar paksi luar)
Setelah kepala lahir, memutar kembali ke arah pungung untuk
menghilangkan torsi pada leher
g. Expulsion
Kemudian lahir lah berturut-turut bagian tubuh bayi
2.2.7 Tahapan Persalinan
Tahapan persalinan dibagi menjadi 4 kala, yaitu:
a. Persalinan Kala I
Kala I Persalinan dimulai sejak terjadinya kontak uterus yang
teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks
membuka lengkap (10 cm). Pada primipara, kala I persalinan
berlangsung selama 8-16 jam, sedangkan pada multipara, kala I
persalinan berlangsung selama 6-8 jam (Asrinah, 2010).

27
Menurut Nurasiah (2010) tahapan persalinan di bagi menjadi
Kala I persalinan terdiri atas dua fase, yaitu fase laten dan fase aktif.

1) Fase laten

a) Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan


penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap
b) Berlangsung hingga serviks membuka 3 cm
c) Pada umumnya, fase laten berlangsung hampir atau hingga
8 jam
d) Hasil pemantauan fase laten dicatat di lembar observasi

2) Fase aktif

a) Fase Akselerasi yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm


menjadi 4 cm
b) Fase dilatasi maksimal yaitu dalam waktu 2 jam
pembukaan serviks berlangsung cepat dari 4 cm menjadi 9
cm
c) Fase deselerasi Pembukaan serviks menjadi lambat, dalam
waktu 2 jam dari pembukaan 9 cm menjadi 10 cm.
1) Asuhan Kala I
1. Menghadirkan pendamping saat proses persalinan
2. Memenuhi kebutuhan nutrisi dan hidrasi ibu bersalin
3. Menganjurkan perubahan posisi dan ambulasi
4. Menganjurkan ibu melakukan personal hygiene
5. Menganjurkan tindakan yang memberikan rasa nyaman
6. Membantu ibu melakukan tindakan yang dapat mengurangi
rasa nyeri seperti : Relaksasi dan latihan pernapasan, Kompres
Panas, Kompres dingin, Hidroterapi, Counterpressure,
Penekanan lutut
7. Menganjurkan keluarga untuk memberikan dukungan kepada
ibu (Lailiyana dkk, 2012)
2) Perubahan Fisiologis Pada Kala I

28
Menurut Rohani, dkk (2011) perubahan fisiologis pada
persalinan kala I sebagai berikut
1. Tekanan darah
Tekanan darah meningkat selama terjaidnya kontraksi
(sistol rata-rata naik) 10-20 mmHg, diastol 5-10 mmHg. Antara
kontraksi, tekanan darah kembali seperti saat sebelum persalinan.

2. Suhu Tubuh
Oleh adanya peningkatan metabolisme, maka suhu tubuh
sedikit meningkat di persalinan. Selama dan setelah persalinan
akan terjadi peningkatan 0,5-1 0C.
3. Detak jantung
Berhubungan dengan peningkatan metabolisme, detak
jantung akan meningkat secara dramatis selama kontraksi.
4. Pernafasan
Oleh terjadinya peningkatan metabolisme, maka terjadi
sedikit peningkatan laju pernafasan yang dianggap normal,
hiperventilasi yang dianggap tidak normaldan menyebabkan
alkalosis.
5. Sistem Perkemihan
Poliuri sering terjadi selama persalinan, yang dikarenakan
oleh cardiac output yang meningkat serta disebabkan oleh filtrasi
glomerulus serta aliran plasma ke renal. Kandung kencing harus
sering dikontrol setiap 2 jam yang bertujuan agar tidak
menghambat penurunan bagian terendah janin dan trauma pada
kandung kemih.
3) Perubahan Psikologis Kala I
Asuhan yang bersifat mendukung selama persalinan
merupakan suatu standar pelayanan kebidanan. Ibu yang bersalin
biasanya mengalami perubahan emosional yang tidak stabil (Rohani,
2011).

b. Persalinan Kala II

29
Kala II Persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah
lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II juga
disebut sebagai kala pengeluaran bayi. Kala II pada primipara
berlangsung selama 2 jam dan pada multipara 1 jam.
Tanda dan gejala kala II persalinan:
1). His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit
2). Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya
kontraksi
3). Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rektum dan
vagina
4). Perineum menonjol
5). Vulva- vagina dan sfingter Ani membuka
6). Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah
7). Pembukaan serviks telah lengkap
8). Vulva- vagina dan sfingter Ani membuka
9). Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah
10). Pembukaan serviks telah lengkap
11). Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina
1) Asuhan Kala II
1) Melibatkan ibu dan keluarga sebagai pembuat keputusan
2) Menghadirkan pendamping persalinan
3) Menjaga privasi ibu
4) Sentuhan, jika diperlukan
5) Menghindari intervensi yang tidak perlu
6) Memberi tahu ibu dan keluarga tentang pembukaannya
7) Memberitahu ibu setiap akan dilakukan prosedur dan hasilnya
8) Penentuan posisi meneran

2) Penatalaksanaan Fisiologis Kala II

Penatalaksanaan didasarkan pada prinsip bahwa kala II


merupakan peristiwa normal yang diakhiri dengan kelahiran normal
tanpa adanya intervensi. Saat pembukaan sudah lengkap, anjurkan

30
ibu untuk meneran sesuai dengan dorongan alamiahnya dan
beristirahat diantara dua kontraksi. Jika menginginkan, ibu dapat
mengubah posisinya, biarkan ibu mengeluarkan suara selama
persalinan dan proses kelahiran berlangsung.

Biasanya ibu akan dibimbing untuk meneran tanpa berhenti


selama 10 detik atau lebih, tiga sampai empat kali per kontraksi.
Meneran dengan cara ini dikenal sebagai meneran dengan
tenggorokan terkatup atau valsava maneuver (Rohani, 2011).

3) Perubahan Psikologis Kala II


Pada kala II, his terkoordinasi kuat, cepat, dan lebih lama,
kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun dan masuk ruang
panggul, sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul
yang secara reflektoris menimbulkan rasa ingin meneran.Karena
tekanan rectum, ibu merasa seperti ingin buang air besar, dengan
tanda anus terbuka.Pada waktu terjadinya his, kepala janin mulai
kelihatan, vulva membuka, dan perineum meregang. Dengan his
meneran yang terpimpin, maka akan lahir kepala diikuti oleh seluruh
badan janin (Rohani, 2011).

c. Persalinan Kala III

Setelah lahir bayi, uterus teraba kerasa dan fundus uteri agak
diatas pusat. Beberapa saat kemudian, uterus berkontraksi lagi
untuk melepaskan plasenta dari dindingnya. Biasanya plasenta
akan lepas dalam 6-15 menit setelah bayi lahir dan keluar secara
spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri. Lepasnya plasenta
dapat diperkirakan dengan memerhatikan tanda-tanda di bawah ini
, yaitu:
1. Perubahan bentuk dan tinggi fundus. Setelah bayi lahir dan
sebelum myometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk
bulat penuh (diskoid) dan tinggi fundus biasanya turun hingga
dibawah pusat. Setelah uterus berkontraksi dan plasenta

31
terdorong kebawah, uterus menjadi bulat dan fundus berada
diatas pusat ( sering kali mengarah kesisi kanan).
2. Tali pusat bertambah panjang. Tali pusat terlihat keluar
memanjang atau menjulur malalui vulva dna vagina (tanda
Ahfeld).
3. Semburan darah tiba-tiba. Darah yang terkumpul di belakang
plasenta akan membantu mendorong plasenta keluar dan
dibantu gaya gravitasi. Semburan darah yang tiba-tiba
menandakan bahwa darah yang terkumpul di antara tempat
melekatnya plasenta dan permukaan martenal plasenta keluar
melalui tepi plasenta yang terlepas.
1) Manajemen Aktif Kala III
Managemen aktif kala III terdiri atas tiga langkah utama yaitu:
1. Pemberian suntikkan oksitosin 10 IU secara IM dapat diberikan
dalam 1 menit stelah bayi lahir dan dapat di ulangi stelah 15
menit jika plasenta belum lahir. Berikan oksitosin10 IU secara IM
pada 1/3 bawah kanan bagian luar. Alasan: Oksitosin merangsang
fundus uteri untuk berkontraksi dengan kuat dan efektif sehingga
dapat membantu pelepasan plasenta dan mengurangi kehilangan
darah. Aspirasi sebelum penyuntikan untuk mencegah
penyuntikan oksitosin ke pembuluh darah.
2. Penegangan tali pusat terkendali (PTT)
Tempatkkan klem pada ujung tali pusat 5-7 cm dari vulva,
memegang tali dari jarak dekat untuk mencegah avulsi pada tali
pusat. Saat terjadinya kontraksi yang kuat, plasenta dilahirkan
dengan penegangan tali pusat terkendali kemudian tangan pada
dinding abdomen menekan korpus uteri kebawah dan atas (dorso
kranial).
3. Masase fundus uteri
Lakukan rangsangan taktil (masase) segera setelah plasenta dan
selaput di lahirkan. Sementara tangan kiri melakukan masase

32
uterus, periksalah plasenta dengan tangan kanan untuk
memastikan bahwa kotiledon dan membran sudah lengkap.

2) Pemantauan Robekkan Jalan Lahir Dan Tanda-Tanda Vital


Hal yang penting dilakukan adalah mengetahui apakah
terjadi robekkan jalan lahir dan perineum dengancara melakukan
pemeriksaan dengan menggunakan ibu jari telunjuk dan tengah
tangan kanan yang telah dibalutkan kasa untuk memeriksa
bagian dalam vagina. Laserasi perineum dapat diklafikasikan
menjadi empat yaitu:
a) Derajat satu : mukosa vagina, komisura posterior dan kulit
b) Derajat dua : mukosa vagina hingga otot perineum
c) Derajat tiga : derajat 2 + otot sfingter ani
d) Derajat empat : derajat tiga + dinding depan rectum

c. Persalinan kala IV
Dimulainya dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post
partum untuk melakukan observasi karena perdarahan post partum
sering terjadi pada 2 jam pertama. Observasi dilakukan meliputi:
1. Tingkat kesadaran pasien
2. Pemeriksaan tanda-tanda vital
3. Kontraksi uterus
4. Terjadinya perdarahan
(Lailiyana, 2012)
1) Asuhan dan Pemantauan pada Kala IV
a. Lakukan rangsangan taktil (seperti pemijatan) pada uterus,
untuk merangsang uterus berkontraksi
b. Evaluasi tinggi fundus dengan meletakkan jari tangan
secara melintang antara pusat dan fundus uteri
c. Perkiraan kehilangan darah secara keseluruhan
d. Periksa perineum dari perdarahan aktif (misalnya apakah
ada laserasi atau episiotomi)

33
e. Evaluasi kondisi ibu secara umum
f. Dokumentasikan semua asuhan dan temuan selama kala IV
persalinan di halaman belakang partograf segera setelah
asuhan diberikan atau setelah penilaian dilakukan.
2) Pemantauan Keadaan Umum Ibu pada Kala IV
Hal-hal yang perlu dipantau selama dua jam pertama pasca
persalinan
a. Pantau tekanan darah, nadi, tinggi fundus, kandung kemih,
dan perdarahan setiap 15 menit dalam satu jam pertama dan
setiap 30 menit dalam satu jam kedua pada kala IV
b. Pemijatan uterus untuk memastikan uterus menjadi keras,
seriap 25 menit dalam satu jam pertama dan setiap 30 menit
dalam satu jam kedua kala IV
c. Pantau suhu ibu satu kali dalam jam pertama dan satu jam
kedua pascapersalinan
d. Nilai perdarahan, periksa perineum dan vagina setiap 15
menit dalam satu jam pertama dan setiap 30 menit pada jam
kedua
e. Ajarkan ibu dan keluarganya bagaimana menilai tonus dan
perdarahan uterus, juga bagaimana melakukakn pemijatan
jika uterus menjadi lembek.

2.3 KONSEP MASA NIFAS


2.3.1 Pengertian Masa Nifas

Masa nifas (puerperium) adalah dimulai setelah palsenta lahir


dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu, akan
tetapi seluruh alat genital baru pulih kembali seperti keadaan sebelum
hamil dalam waktu 3 bulan (Prawihardjo, 2009).

2.3.2 Tahapan Masa Nifas

34
Menurut Wahyuningsih (2018), tahapan masa nifas dibagi menjadi
4 tahapan, yaitu:

a. Perioide Immediate Postpartum


Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa
ini merupakan fase kritis karena sering terjadi insiden perdarahan
postpartum karena atonia uteri. Oleh karena itu, bidan perlu
melakuakan pemantauan secara kontinu, yang meliputi; kontraksi
uterus, TFU, pengeluaran lochea, kandung kemih, tekanan darah,
nadi dan suhu.

b. Periode Early Postpartum


Periode ini dimulai dari 24 jam pasca persalinan sampai 1 minggu
setelah persalinan. Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri
dalam dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan, lochea tidak
berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan
cairan serta ibu dapat menyusui dengan baik.
c. Periode Late Postpartum
Periode ini dimulai dari 1 minggu pasca persalinan sampai 6 minggu
pasca persalinan. Pada fase ini, bidan tetap melakukan asuhan dan
pemeriksaan sehari-hari serta konseling perencanaan KB.
d. Periode Remote Postpartum
Periode ini adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
terutama bila selama hamil atau bersalin memiliki penyulit atau
komplikasi.
Masa nifas (puerpurium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil. Masa nifas atau puerpurium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya
plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Nifas dibagi
menjadi 3 periode, yaitu:

a. Puerperium dini, yaitu kepulihan ketika ibu telah diperbolehkan


berdiri dan berjalan

35
b. Puerperium intermediate, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat
genital
c. Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan
sehat sempurna, terutama bila selama haml atau waktu persalinan
memepunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna mungkin
beberapa minggu, bulan atau tahun.
Perubahan fisik masa nifas:

a. Rasa kram dan mules dibagian bawah perut akibat penciutan rahim
(involusi)
b. Keluarnya sisa-sisa darah dari vagina (lochea)
c. Kelelahan karena proses melahirkan
d. Pembentukan ASI sehingga payudara membesar
e. Kesulitan buang air besar (BAB) dan BAK
f. Gangguan otot (betis, dada, perut, panggul dan bokong)
g. Perlukaan jalan lahir
Perubahan psikis masa nifas:

1) Perasaan ibu berfokus pada dirinya, berlangsung setelah melahirkan


sampai hari ke 2 (fase taking in)
2) Ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan merawat bayi, muncul
perasaan sedih (baby blues) disebut fase taking hold (hari ke 3 -10)
3) Ibu merasa percaya diri untuk merawat diri dan bayinya disebut fase
letting go (hari ke 10-akhir masa nifas)

2.3.3 Perubahan Fisiologis pada Masa Nifas


a. Sistem Kardiovaskular
Selama kehamilan volume darah normal digunakan untuk
menampung aliran darah yang meningkat,yang diperlukan oleh
plasenta dan pembuluh darah uterin. Penarikan kembali estrogen
menyebabkan aturesis terjadi yang secara cepat mengurangi
volume plasma kembali pada porposi normal. Aliran ini terjadi
dalam 2-4 jam pertama setelah kelahiran bayi. Selama masa nifas

36
ini ibu mengeluarkan banyak sekali jumlah urine. Hilangnya
progesteron membantu mengurangi retensi cairan yang melekat
dengan meningkatnya volume pada jaringan tersebut selama
kehamilan. Pada persalinan pervaginam kehilangan darah sekitar
(200-400 cc). Bila  kelahiran melalui seksio cesaria, maka
kehilangan darah dapat dua kali lipat.Perubahan terdiri dari
volume darah (blood volume) dan hemotokrit
(hoemoconcentration). Bila persalinan pervaginam, hemotrokit
akan naik dan pada seksio cesaria, hemotokrit cenderung stabil
dan kembali normal setelah 4-6minggu (Elisabeth, 2017).

b. Sistem Hematologi
1) Hari pertama masa nifas kadar fibrnogen dan plasma sedikit
menurun, tetapi darah lebih kental dengan peningkatan
viskositas sehingga meningkatkan pembekuan darah.
Haematokrit dan haemoglobin pada hari ke 3-7 setelah
persalinan. Pada keadaan tidak ada komplikasi, keadaan
haematokrit danhaemoglobin akan kembali pada keadaan
normal seperti sebelum hamil dalam 4-5 minggu postpartum.
2) Leukositsis meningkat, dapat mencapai 15000/mm3 selama
persalinan dan tetap tinggi dalam beberapa hari postpartum.
Jumlah sel darah putih normal rata-rata pada wanita hamil
kira-kira 12000/mm3. Selama 10-12 hari setelah melahirkan
umumnya bernilai antara 20000-25000/mm3, neutrofil
berjumlah lebih banyak dari sel darah putih, dengan
konsekuensi akan berubah.
3) Faktor pembekuan, yakni suatu faktor pembekuan darah terjdi
setelah persalinan. Aktivitas ini bersamaan dengan tisak
adanya pergerakan, trauma atau sepsis, yang mendorong
terjadinya tromboemboli. Keadaan produksi tertinggi dari
pemecahan fibrin mungkin akibat pengeluaran dari tempat
plasenta.

37
c. Sistem Reproduksi
1) Involusi Uterus
Involusi merupakan pengecilan yang normal dari
organ setelah organ tersebut memenuhi fungsinya, misalnya
penegcilan uterus setelah persalinan. Involusi uteri adalah
mengecilnya kembali rahim setelah persalinan kembali
kebentuk asal (Elisabeth, 2017).
Mekanisme involusi uterus secara normal adalah sebagai
berkut:
a) Iskemia miometrium, hal ini disebabkan oleh kontraksi dan
reaksi yang terus menerus dari uterus setelah pengeluaran
plasenta sehingga membuat uterus relatif anemi dan
menyebabkan serat otot atrofi
b) Atrofi jaringan yang terjadi sebagai reaksi penghentian
hormon esterogen saat pelepasan plasenta.
c) Autolisis, merupakan proses penghancuran diri sendiri yang
tetrjadi disalam otot uterus. Enzim proteolitik akan
memendekkan jairngan otot yang telah mengendur hingga
panjangnya 10 kali panjang sebelum hamil dan lebarnya 5
kali lebar sebelum hamil yang terjadi selama kehamilan.
Proses autolisis ini terjadi karena penurunan hormon
esterogen dan progesteron.
d) Efek oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi
otot uterus sehingga akan menekan pembuluh darah yang
mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uetrus. Proses
ini membantu untuk mengurangi suplai darah pada tempat
implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan.
Segera setelah lahirnya plasenta, pada uterus yang berkontraski
posisi fundus berada kurang lebih pertengahan antara umbilikus dan
simfisis, atau sedikit lebih tinggi. Dua hari kemudian, kurang lebih
sama dan kemudian mengerut, sehingga dalam dua minggu telah turun
masuk kedalam rongga pelvis dan tidak dapat diraba lagi dari luar.

38
Involusi uterus melibatkan pengreorganisasian dan pengguguran
desidua serta pengelupasan situs plasenta, sebagaimana diperlihatkan
dalam pengurangan dalam ukuran dan berat serta warna dan banyaknya
lochea. Banyaknya lochea dan kecepatan involusi tidak akan
berpengaruh oleh pemberian uterotonika pada saat manajemen aktif
kala III proses persalinan. Involusi tersebut dapat dipercepat proses bila
ibu menyusui bayinya.
Dalam keadaan normal, uterus mencapai ukuran besar pada
masa sebelum hamil sampai dengan kurang dari 4 minggu, berat uterus
setelah kelahiran kurang lebih 1 kg sebagai akibat involusi. Satu
minggu setelah melahirkan beratnya mnejadi kurag lebih 500 gram,
pada akhir minggu kedua setelah persalinan menjadi kurang lebih 300
gram, setelah itu menjadi 100 gram atau kurang. Secara lebih lengkap
involusi uterus dapat dilihat pada Tabel 2.5 dibawah ini.
Tabel 2.5

Involusi Uteri

Diameter
Involusi Uteri Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus
Uterus
Plasenta lahir Setinggi pusat 1000 gram 12,5 cm
Pertengahan pusat dan
7 hari (1 minggu) 500 gram 7,5 cm
simpisis
Tidak teraba diatas
14 hari (2 minggu) 350 gram 5 cm
simpisis
6 minggu Normal 60 gram 2,5 cm

2) Pengeluaran lochea atau pengeluaran pervaginam


Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri
dan vagina dalam masa nifas. Lochea mengandung darah dan sisa
jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus. Lochea
mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat membuat organisme
berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada
vagina normal. Lochea mempunyai bau amis/anyir seperti darah
menstruasi, meskipun tidak terlalu mnyengat dan volumenya

39
berbeda-beda pada setiap wanita. Lochea yang berbau tidak sedap
menandakan adanya infeksi. Lochea mempunyai perubahan
karena proses involusi.
Proses keluarnya darah nifas atau lochea terdiri atas 4
tahapan:
a) Lochea Rubra/merah (kruenta)
Lochea ini muncul pada hari ke 1 sampai hari ke 4 masa
postpartum. Cairan yang keluar berwarna merah karena
berisi darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding
rahim, lemak bayi, lanungo (rambut bayi) dan mekonium.
b) Lochea Sanguiloenta
Cairan yang keluar berwarna merah kecoklatan dan
berlendir. Berlangsung dari hari ke 4 sampai hari ke 7
postpartum.
c) Lochea Serosa
Lochea ini berwarna kuning kecoklaan karena mengandung
serum, leukosit dan robekan/laserasi plasenta. Keluar pada
hari ke 7 sampai hari ke 14 postpartum
d) Lochea Alba / Putih
Mengandung leokosit, sel desidua, sel epitel, selaput lender
serviks dan serabut jaringan yang mati. Lochea alba bisa
belangsung selama 2 sampai 6 minggu postpartum.
Perubahan lochia selama nifas dapat dilihat pada Tabel 2.6 berikut
ini (Ambarwati dkk, 2010).:

Tabel 2.6

Perubahan Lochia Pada Masa Nifas

Lokia Waktu Warna Ciri-ciri

Terdiri dari sel desidua, verniks


Rubra 1-3 hari Merah kehitaman caseosa, rambut lanugo, sisa
mekoneum dan sisa darah

Sanguilenta 3-7 hari Putih bercampurmerah Sisa darah bercampur lender

Serosa 7-14 hari Kekuningan/ Lebih sedikit darah dan lebih banyak

40
serum, juga terdiri dari leukosit dan
kecoklatan
robekan laserasi plasenta

Mengandung leukosit, selaput lendir


Alba >14 hari Putih serviks dan serabut jaringan yang
mati.

3) Endometrium
Perubahan pada endometrium adalah timbulnya trombosis,
degenaerasi dan nekrosis ditempat implementasi plasenta. Pada
hari pertama tebal endometrium 2,5 mm, mempunyai permukaan
yang ksar akibat pelepasan desidua dan selaput janin. Setelah tiga
hari mulai rata, sehingga tidak ada pembentukan jaringan parut
pada bekas implantasi plasenta ( Saleha,2009:57)
4) Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama dengan uterus.
Warna serviks sendiri merah kehitam-hitaman karena penuh
pembuluh darah. Konsistensinya lunak, kadang - kadang terdapat
laserasi/perlukaan kecil. Karena robekan kecil yang terjadai
selama dilatasi, serviks tidak pernah kembali pada keadaan
sebelum hamil. Bentuknya seperti corong karena di sebabkan oleh
korpus uteri yang mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak
berkontraksi sehingga pada perbatasan antara korpus uteri dan
serviks terbentuk cincin. Muara serviks yang berdilatasi 10 cm
pada waktu persalinan, menutup secara bertahap. Setelah bayi
lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat
dimasuki 2-3 jari, pada minggu ke 6 postpartum serviks menutup.
Setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim, setelah
2 jam dapat dimasuki 2-3 jari, pada minggu ke 6 postpartum
serviks menutup (Ambarwati, 2010)

5) Vagina dan Vulva


Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan
yang sangat besar selama proses persalinan dan akan kembali

41
secara bertahap dalam 6 sampai 8 minggu postpartum. Penurunan
hormone ekstrogen pada masa postpartum berperan dalam
penyisipan mukosa vagina dan hilangnya rugae. Rugae akan
terlihat kembali pada sekitar minggu ke 4.

6) Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena
sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak
maju. Pada postnatal hari ke-5, perineum sudah mendapatkan
kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur
daripada keadaan sebelum melahirkan (Walyani dan
Endang,2015).
7) Payudara
Pada semua wanita yang telah melahirkan, proses laktasi terjadi
secara alami. Proses menyususi mempunyai dua mekanisme
fisologis, yaitu:
a) Produksi susu
b) Sekresi susu atau let down
Selama sembilan bulan kehamilan, jarinagn payudara tumbuh
dan menyiapkan fungsinya untuk menyediakan makanan bagi
bayi baru lahir. Setelah melahirkan, ketika hormon yang
dihasilkan plasenta tidak ada lagi untuk menghambatnya
kelenjar pitituari akan mengeluarkan prolaktin (hormon
laktagenetik). Sampai hari ke-3 setelah melahirkan, efek
prolaktin pada payudara mulai bisa dirasakan. Pembuluh darah
payudara menjadi bengkak terisi darah, sehingga timbul rasa
hangat, bengkak dan rasa sakit. Sel-sel acini yang
menghasilkan ASI juga mulai berfungsi. Ketika bayi
menghisap puting, lobus posterior pitituari untuk menyekresi
hormon oksitosin. Oksitosin merangsang reflek let down
( mengalirkan), sehingga menyebabkan ejeksi ASI melalui
sinus aktiferus payudara ke duktus yang terdapat pada puitng.
Ketika ASI dilahirkan karena isapan bayi atau dengan dipompa

42
sel-sel acini terangsang untuk menghasilakan ASI lebih
banyak. Refleks ini dapat berlanjut sampai waktu yang cukup
lama.

d. Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan selama kehamilan dipengaruhi oleh
beberapa beberapa hal, diantaranya tingginya kadar progesteron
yang dapat mengganggu keseimbangan cairan tubuh,
meningkatkan kolestrol darah, dan melambatkan kontraksi otot-otot
polos. Pasca melahirkan, kadar progesteron juga mulai menurun.
Namun demikian, faal usus memerlukan waktu 3-4 hari untuk
kembali normal. Beberapa hal yang berkaitan dengan perubahan
pada sistem pencernaan, antara lain:
1) Nafsu Makan
Pasca melahirkan biasanya ibu merasa lapar, karena metabolisme
ibu meningkat saat proses persalinan, sehingga ibu dianjurkan
usntuk meningkatkan konsumsi makanan, termasuk mengganti
kalori , energi, darah dan cairan yang telah dikeluarkan selama
proses persalinan. Ibu dapat mengalami perubahan nafsu makan.
Pemulihan nafsu makan diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal
usus kembali normal. Meskipun kadar progesteron menurun
setelah melahirkan, asupan makanan jugan mengalami penurunan.
2) Motilitas
Secara fisiologis, terjadi penurunan tonus dan motilitas otot
traktus pencernaan menetap selama waktu singkat beberapa jam
setelah bayi lahir. Setelah itu, akan kemabali seperti keadaan
sebelum hamil. Pada postpartum SC dimungkinkan karena
pengaruh analgesia dan anastesia bisa memperlambat
pengembalian tonus dan motilitas selama 1 atau 2 hari.
3) Pengosongan Usus/ Defekasi
Pasca melahirkan, ibu sering mengalami konstipasi. Hal ini
disebabkan tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan
awal masa pascapartum. Pada keadaan terjadi diare sebelum

43
persalinan, enema sebelum melahirkan, kurang asupan nutrisi,
dehidrasi, haemoroid ataupun luka jalan lahir, meningkatkan
terjadinya konstipasi postpartum,. Sistem pencernaan pada masa
nifas membutuhkan waktu beberapa hari untuk kembali normal.
Beberapa cara agar ibu dpat buang air besar kembali teratur,antara
lain pengaturan diit yang mengandung serat buah dan sayur,
cairan yang cukup, serta pemberian informasi tentang perubahan
eliminasi dan penatalaksanaannya pada ibu (Wahyuningsih,
2018).
e. Sistem Perkemihan
Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama.
Kemungkinan terdapat spasine sfingter dan edema leher
buli - buli sesudah bagian ini mengalami kompresi antara kepala
janin dan tulang pubis selama persalinan.Urin dalam jumlah yang
besar akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah
melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormon estrogen
yang bersifat menahan air akan mengalami penurunan yang
mencolok, keadaan ini menyebabkan cliviesis. Ureter yang
berdilatasi akan kembali
f. Sistem Muskulokeletal
Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada
waktu persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur
menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh
kebelakang dan menjadi retrofleksi, karena ligamen rotundum
menjadi kendor. Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8
minggu setelah persalinan.
g. Sistem Endokrin
1) Oksitosin
Oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang.
Selama tahap ketiga persalinan, hormon oksitsin berperan dalam
pelepasan plasenta dan mempertahankan kontraksi, sehingga
mencegah perdarahan. Isapan bayi dapat merangsang produksi

44
ASI dan sekresi oksitosin. Hal tersebut membantu uterus kembali
kebentuk normal.
2) Prolaktin
Menurunnya kadar esterogen menimbulkan terangsangnya
kelenjar pitituari bagian belakang untuk mengeluarkan prolaktin,
hormon ini berperan dalam pembesaran payudara untuk
merangsang produksi susu. Pada wanita yang menyusui bayinya,
kadar prolaktin tetap tinggi dan pada permulaan ada rangsangan
folikel dalam ovarium yang ditekan. Pada wanita yang tidak
menyusui bayinya tingkat sirkulasi prolaktin menurun dalam 14-
21 hari setelah persalinan, sehingga merangsang kelanjar kelenjar
bawah depan otak yang mengontrol ovarium kearah permulaan
pola produksi esterogen dan progesteron yang nomal,
pertumbuhan folikel , ovulasi dan mentruasi.
3) Esterogen dan Progesteron
Diperkirakan bahwa tingkat esterogen yang tinggi
memperbesar hormon antidiuretik yag menigkatkan volume
darah. Disamping itu, progesteron memengaruhi otot halus yang
mengurangi perangsangan dan peningkatan pembuluh darah. Hal
ini memengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar
panggul, perineum dan vulva serta vagina (Saleha,2009: 60)
h. Sistem Integumen
1) Penurunan melanin umunya setelah persalinan menyebabkan
berkurangnya hyperpigmentasi kulit
2) Perubahan pembuluh darah yang tampak pada kulit karena
kehamilan dan akan menghilang pada saat esterogen menurun
(Walyani dan Endang,2015).
i. Perubahan Tanda-tanda Vital
Menurut Yanti (2011) perubahan tada-tanda vital pada masa
nifas sebagai berikut:
a) Suhu Badan

45
Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2°C. Sesudah
partus dapat naik kurang lebih 0,5°C dari keadaan normal, namun
tidak akan melebihi 8°C. Sesudah dua jam pertama melahirkan
umumnya suhu badan akan kembali normal. Bila suhu lebih dari
38°C mungkin terjadi infeksi terhadap ibu.
b) Nadi
Denyut nadi setelah melahirkan biasanya akan lebih cepat
(denyut nadi normal : 60-80 kali/menit). Jika denyut nadi melebihi
100 kali/menit disebut abnormal dan hal ini menunjukkan adanya
kemungkininan infeksi.
c) Tekanan Darah
Selama beberapa jam setelah melahirkan, ibu mengaami
hipotensi orthostik (penurunan 20 mmHg) yang ditandai dengan
adanaya pusing segera setelah berdiri, yang dapat terjadi hingga 46
jam pertama. Hasil pengukuran tekanan darah seharusnya tetap
stabil setelah melahirkan. Penurunan tekanan darah bisa
mengindikasikan penyesuaian fisiologis terhadap penurunan
tekanan darah intrapeutik atau adaaya hipovelemia sekunder yang
berkaitan dengan hemoragi uterus. Peningkatan tekanan darah
sistolik 30 mmHg dan penambahan diastolik 15 mmHg yang
disertai dengan sakit kepala isa menandakan ibu mengalami
preeklamsi dan ibu perlu dievaluasi lebih lanjut.
d) Pernafasan
Pada ibu postpartum umumnya pernafasan lambat atau
normal. Hal ini dikarenakan karena ibu dalam keadaan pemulihan
atau dalam kondisi istirahat, keadaan pernafasan selalu
berhubungan dengan suhu dan denyut nadi. Bila suhu tidak normal,
pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali bila ada gangguan
pada saluran nafas. Bila pernafasan pada masa postpartum menjadi
lebih cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok.

2.3.4 Perubahan Psikologis Masa Nifas

46
a. Adaptasi Psikologis Ibu dalam Masa Nifas
Fase-fase yang akan dijalani oleh ibu nifas antara lain:
1) Fase Taking In
Fase taking in yaitu periode ketergantungan,berlangsung dari hari
pertama sampai hari ke dua melahirkan. Pada fase ini ibu berfokus
pada dirinya sendiri. Ketidaknyamanan fisik yang dialami ibu pada
fase ini seperti mules, nyeri pada jahitan, kurang tidur dan
kelelahan merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari. Hal yang
perlu diperhatikan pada fase ini adalah istirahat cukup, komunikasi
yang baik dan asupan nutrisi. Menurut Walyani (2015), gangguan
fisiologis yang mungkin dirasakan ibu adalah :
a) Kekecewaan karena tidak mendapatkan apa yang diinginkan
tentang bayinya misal jenis kelamin tertentu, warna kulit,
jenis rambut dan lainnya.
b) Ketidaknyamanan sebagai akibat dari perubahan fisik yang
dialami ibu misal rasa mules karena rahim berkontraksi untuk
kembali kekeadaan semula, payudara bengkak, nyeri luka
jahitan.
c) Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya
d) Suami atau keluarga yang mengkritik ibu tentang cara
merawat bayi dan cenderung melihat saja tanpa membantu.
Ibu akan merasakan tidak nyaman karena sebenarnya hal
tersebut bukan hanya tanggung jawab ibu semata.
2) Fase Taking Hold
Fase ini berlangsung anatara 3-10 hari setelah melahirkan. Ibu
merasa khawatir akan ketidak mampuannya dan rasatangguang
jawab dalam perawatan bayinya. Perasaan ibu lebih sensitif
sehingga mudah tersinggung. Hal yang perlu diperhatikan adalah
komunikasi yang baik, dukungan dan pemeberian
penyuluhan/pendidikan kesehatan tentang perawatan diri dan
bayinya.

47
Tugas bidan adalah : mengajarkan cara perawatan bayi, cara
menyusui yang benar, cara perawatan luka jahitan, senam nifas,
pendidikan kesehatan gizi, istirahat, kebersihan dll.

3) Fase Letting Go
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran
barunya. Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu
sudah mulai dapat menyesuaikan diri dengan ketergantungan
bayinya. Terjadi peningkatan akan perwatan diri dan bayinya.
Menurut Yanti (2011), hal-hal yang harus dipenuhi selama nifas
adalah sebagai berikut :
a) Fisik, Istirahat, asupan gizi, lingkungan bersih
b) Psikologi berupa dukungan dari keuarga sangat diperlukan.
c) Sosial. Perhatian, rasa kasih sayang, menghibur ibu saat
sedih, dan menemani ibu saat kesepian.
d) Psikososial
b. Post Partum Blues
Keadaan dimana ibu merasa sedih berkaitan dengan bayinya disebut
baby blues. Penyebab antara lain : perubahan perasaan saat hamil,
perubahan fisik dan emosional. Perubahan yang ibu alami akan kembali
secara perlahan setelah beradaptasi dengan peran barunya. Menurut Dewi
(2011), gejala-gejala baby blues antara lain :
1) Reaksi depresi/sedih/disforia
2) Sering menangis
3) Mudah tersinggung
4) Cemas
5) Labilitas perasaan
6) Cenderung menyalahkan diri sendiri
7) Gangguan tidur dan nafsu makan
8) Kelelahan
9) Mudah sedih
10) Cepat marah

48
11) Mood mudah berubah, cepat menjadi sedih dan cepat menjadi
gembira
12) Perasaan terjebak dan juga marah terhadap pasangannya, serta
bayinya
13) Perasaan bersalah
14) Pelupa

c. Depresi Berat
Depresi berat disebut juga dengan sindrom depresif non psikotik
pada kehamilan sampai beberapa minggu/bulan setelah kelahiran. Menurut
Yanti (2011), gejala-gejala depresi berat antara lain :
1) Perubahan mood
2) Gangguan tidur dan poa makan
3) Perubahan menta dan libido
4) Phobia, ketakutan menyakiti diri sendiri atau bayinya
d. Psikosis Post Partum
Gejala psikosis muncul beberapa hari sampai 4-6 minggu post
partum. Gejalanya antara lain :
1) Gaya bicara kelas
2) Menarik diri dari pergaulan
3) Cepat marah
4) Gangguan tidur
Faktor penyebab psikosis post partum adalah :
1) Riwayat keluarga penderita psikiatri
2) Riwayat ibu menderita psikiatri
3) Masalah keluarga dan perkawinan
2.3.5 Kebutuhan Dasar Masa Nifas
Menurut Saleha (2009), kebutuhan dasar pada ibu nifas adaalah:
a. Nutrisi dan Cairan

49
Masalah diet perlu mendapat perhatian yangs serius, karena
dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat penyembuhan ibu
dan sangat memengaruhi susunan air susu. Diet yang diberikan
harus bermutu, bergizi tinggi, cukup kalori, tinggi protein dan
banyak mengandung cairan. Ibu yang menyusui harus memenuhi
kebutuhan akan gizi sebagai berikut.
1) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari
2) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein,
mineral, dan vitamin yang cukup
3) Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari
4) Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi,
setidaknya selama 40 hari pasca persalinan
5) Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat
memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI
b. Ambulasi
Ambulasi dini (Early ambulation) ialah kebijaksanaan agar
seceapat mungkin bidan membimbing ibu postpartum bangun dari
tempat tidurnya dan membimbing ibbu seceapat mungkin untuk
berjalan. Ibu postpartum tidak dibenarkan lagi untuk telentang
ditempat tidur selama 7-14 hari setealah persalinan. Ibu post
paartum sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam 6
sampai 24 jam postpartum.
Keuntungan Early ambulation adalah sebagai berikut.
1) Ibu merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation
2) Faal usus dan kandung kemih lebih baik
3) Early ambulation memungkinkan kita mengajarkan ibu cara
merawat anaknya selama ibu masih dirumah sakit. Misalnya
memandikan, mengganti pakaian, dan memberi pakaian
4) Lebih sesuai dengan keadaan Indonesia (sosial ekonomi).
Menurut penelitian-penelitian yang seksama, early ambulation
tidak mempunyai pengaruh yang buruk, tidak menyebabkan
perdarahan yang abnormal, tidak memengaruhi penyembuhan

50
luka episiotomi atau luka di perut, serta tidak memperbesar
kemungkinan prolapsus atau retrotexto uteri.Early ambulation
tentu tidak dibenarkan pada ibu postpartum dengan penyulit,
misalnya anemia, penyakit jantung, penyakit paru-paru, demam,
dan sebagainya. Penambahan kegiatan dengan early ambulation
harus berangsur-angsur, jadi bukan maksudnya ibu segera setelah
bangun dibenarkan mencuci, memasak dan sebagainya
c. Eliminasi
1) Buang Air Kecil (BAK)
Ibu diminta untuk buang air kecil (miksi) 6 jam post
partum. Jika dalam 8 jam portpartum belum dapat berkemih
atau seali berkemih belum melbihi 100 CC, maka dilakukan
kateterisasi. Akan tetapi, kalau ternyata kandung kemih penuh,
tidak perlu menunggu 8 jam untuk kateterisasi. Berikut ini
sebab-sebab terjadinya kesulitan berkemih (retensio urine)
pada ibu post partum.
a) Berkurangnya tekanan intraabdominal
b) Otot-oto perut msih lemah
c) Edema dan uretra
d) Dinding kandung kemih yang sensitif
2) Buang Air Besar (BAB)
Ibu postpartum diharapkan dapat buang air besar
(defekasi) setelah hari kedua postpartum. Jika hari ketiga
belum juga BAB, maka perlu diberi obat pencahar peroral atau
per rektal. Jika setelah pemberian obat pencahar masih belum
bisa BAB, maka dilakukan klisma (huknah).
d. Personal Hygine
Pada masa postpartum, ibu nifas sangat rentan terhadap
infeksi. Oleh karena itu, kebersihan diri sangat penting untuk
mencegah terjadinya infeksi. Kebersihan tubuh, pakaian, tempat
tidur, dan lingkungan sangat penting untuk tetap dijaga. Langkah-

51
langkah yang dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan diri ibu
postpartum adalah sebagai berikut.
1) Anjurkan kebersihan seluruh tubuh, terutama perineum
2) Mengajarkan ibu bagaimana membersihakan daerah kelamin
dengan sabun dan air. pastikan bahwa ibu mengerti untuk
membersihkan daerah disekitar vulva terlebih dahulu , dari
depan ke belakang, kemudian membersihkan daerah sekirar
anus. Nasihati ibu untuk membersihkan vulva setiap kali
selesai buang air kecil atau besar.
3) Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut
setidaknya dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika
tealah dicuci dengan baik dan dikeringkan dibawah matahari
dan disetrika.
4) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air
sebelum dan sesudah membersihakn daerah kelalminnya.
5) Jika ibu mempunyai luka episiotemi atau laserasi, sarankan
kepada ibu untuk menghindari menyentuh daerah tersebut.
e. Istirahat dan tidur
Hal-hal yang bisa dilakukan pada ibu untuk memenuhi
kebutuhan istirahat dan tidur adalah sebagai berikut.
1) Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang
berlebihan
2) Sarankan ibu untuk kembali pada kegiatan-kegiatan rumah tangga
secara perlaahan-lahan, serta untuk tidur siang atau istirahat
selagi bayi tidur
3) Kurang istirahat akan memengaruhi ibu dalam beberapa hal:
- Menguragi jumlah ASI yang diproduksi
- Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak
perdarahan
- Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat
bayi dan dirinya sendiri
f. Aktivitas Seksual

52
Aktifitas seksual yang dapat dilakukanoleh ibu masa nifas
harus memnuhi syarat berikut ini.
1) Secara fisik aman untuk memulai hubungan seksual begitu
darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu-satu
dua jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri, maka ibu aman
untuk memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja
bu siap.
2) Banyak budaya yang mempunyai tradisi sampai masa waktu
terentu, misalnya setealah 40 hari atau 6 minggu setelah
persalinan. Keputusan ini bergantung pada pasangan yang
bersangkutan.

g. Latihan dan Senam Nifas


Setelah persalinan terjadi involusi pada hampir seluruh organ
tubuh wanita. Involusi ini sangat jelas terlihat pada alat-alat
kandungan. Sebagai akibat kehamilan dinding perut menjadi
lembek dan lemas disertai adanya striae gravidarum yang
membuat keindahan tubuh akan sangat terganggu. Oleh karena
itu, mereka akan selalu berusaha untuk memulihkan dan
mengencangkan keadaan dinding perut yang sudah tak indah lagi.
Cara untuk mengembalikan bentuk tubuh menjadil lebih indah
dan langsing seperti semula adalah dengan melakukan latihan dan
senam nifas (Saleha,2009).
Untuk mencapai hasil pemulihan otot yang maksimal,
sebaiknya latihan senam nifas dilakukan seawal mungkin dengan
catatan ibu menjalani persalinan dengan normal dan tidak ada
penyulit postpartum. Sebelum memulai latihan senam nifas,
sebaiknya bidan mendiskusikan terlebih dahulu dengan pasien
mengenai pentingnya otot-otot perut dan panggul agar kembali
normal, karena hal ini akan membuat ibu merasa lebih kuat dan
ini juga menjadikan otot perutnya menjadi kuat, sehingga
mengurangi rasa sakit pada pungggung. Latihan tertentu beberapa

53
menit setiap hari akan sangat membantu untuk mengencangkan
otot bagian perut.
Berikut ini adalah beberapa contoh gerakan yang dapat
dilakukan saat melakukan senam nifas (Sulistyawati,2009:103) :

Tabel 2.7
Gerakan Senam Nifas
No. Gerakan Gambar
1 Tidur telentang, tangan disamping badan. Tekuk
salah satu kaki, kemudian gerakkan keatas
mendekati perut. Lakukan gerakan ini sebanyak
15 kali secara bergantian untuk kaki kanan dan
kiri. Setelah itu rileks selama 10 hitungan.

2 Berbaring telentang, tangan diatas perut, kedua


kaki ditekuk. Kerutkan otot bokong dan perut
bersamaan dengan mengangkat kepala, mata
memandang keperut selama 5 kali
hitunagn.Lakukan gerakan ini sebanyak 15 kali.
Rileks selama 10 hitungan.
3 Tidur telentang, tangan disamping badan, angkat
bokong sambil mengerutkan otot anus selama 5
hitungan. Lakukan gerakan ini sebanyak 15 kali.
Rileks selama 10 hitungan.

4 Tidur telentang, tangan disamping badan. Angkat


kaki kiri lurus keatas sambil menahan otot perut.
Lakukan gerakan sebanyak 15 kali hitungan,
bergantian dengan kaki kanan. Rileks selama 10
hitungan

5 Tidur telentang, letakkan kedua tangan dibawah


kepala, kemudian bangun tanpa mengubah posisi
(kaki tetap lurus). Lakukan gerakan sebanyak 15
kali hitungan, kemudian rileks selama 10 hitungan
sambil menarik napas panjang dari hidung ,

54
keluarkan lewat mulut.
6 Posisi badan menungging, perut dan paha
membentuk sudut 900. Gerakan perut keatas
sambil otot perut dan anus dikerutkan sekuat
mungkin, tahan selama 5 hitungan. Lakukan
gerakan ini sebanyak 15 kali dan rileks
selama 10 hitungan.

2.3.6 Tanda-tanda Bahaya pada Masa Nifas


Adapun tanda-tanda bahaya nifas yang perlu diperhatikan pada ibu
adalah sebagai berikut.
a. Demam tinggi hingga melebihi 38ºC
b. Perdarahan vagina yang luar biasa atau tiba-tiba bertambah
banyak (lebih dari perdarahan haid bisa atau bila memerlukan
pergantian pembalut 2 kali dalam setengah jam), disertai
gumpalan darah yang besar-besar dan berbau busuk.
c. Nyeri perut hebat/rasa sakit dibagian bawah perut (abdomen)
atau punggung, serta nyeri ulu hati
d. Sakit kepala parah/ terus menerus dan pandangan kabur/masalah
penglihatan
e. Pembengkakan pada wajah, jari-jari atau tangan
f. Rasa sakit, merah atau bengkak dibagian betis atau kaki
g. Payudara membengkak, kemerahan, lunak disertai demam
h. Puting payudara berdarah atau merekah, sehingga sulit
menyusui
i. Tubuh lemas dan terasa seperti mau pingsan, merasa sangat letih
atau nafas terengah-engah
j. Kehilangan nafsu makan dalam waktu lama
k. Tidak bisa BAB selama tiga hari atau rasa sakit saat BAK
l. Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengasuh bayinya atau
diri sendiri

55
2.3.7 Asuhan Masa Nifas
a. Tujuan Asuhan Masa Nifas
Semua kegiatan yang dilakukan, baik dalam bidang kebidanan
maupun di bidang lain selalu mempunyai tujuan gar kegiatan tersebut
terarahdan diadakan evaluasi dan penilaian. Tujuan dari perawatan
nifas ini adalah:

1. Memulihkan kesehatan umum penderita


a. Menyediakan makanan sesuai kebutuhan
b. Mengatasi anemia
c. Mencegah infeksi dengan memperhatikan kebersihan dan
sterilisasi
d. Mengembalikan kesehatan umum dengan pergerakan otot
untuk memperlancar peredaran darah
2. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis
3. Mempertahankan kesehatan psikologis
4. Mencegah infeksi dan komplikasi
5. Memperlancar pembentukan Air Susu Ibu (ASI)
6. Mengajarkan ibu untuk melaksanakan perawatan mandiri sampai
masa nifas selesai dan memelihara bayi dengan baik, sehingga bayi
dapat mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang normal.
b. Peran dan Tanggung Jawab Bidan
Peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas adalah
memberiperawatan dan dukungan sesuai kebutuhan ibu, yaitu
melalui kemitraan (partnership) dengan ibu. Selain itu, dengan
cara:

1. Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada ibu nifas


2. Menentukan diagnosis dan kebutuhan asuhan kebidanan pada
masa nifas
3. Menyusun asuhan rencana asuhan kebidanan berdasarkan
prioritas masalah
4. Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana

56
5. Mengevaluasi bersama klien asuhan kebidanan yang telah
diberikan
6. Membuat rencana tindak lanjut asuhan kebidanan bersama
klien
c. Cakupan pelayanan kepada ibu pada nifas
Pelayanan kepada ibu pada nifas yakni dimulai dari 6 jam
sampai dengan 42 hari pasca bersalin. Sesuai standar paling
sedikit 3 kali dengan distribusi waktu 6 jam s/d hari ke-3 (KF1),
hari ke-4 s/d hari ke-28 (KF2) dan hari ke-29 s/d hari -42 (KF3)
setelah bersalin di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Dengan indikator ini dapat diketahui cakupan pelayanan nifas
secara lengkap (memenuhi standar pelayanan dan menepati waktu
yang ditetapkan serta untuk menjaring KB pasca persalinan),
yang menggambarkan jangkauan dan kualitas pelayanan
kesehatan ibu nifas, keluarga berencana disamping
menggambarkan kemampuan manajemen ataupun kelangsungan
program KIA (Buku KIA Kemenkes, 2017).
d. Jenis pelayanan kesehatan ibu nifas
Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2017, jenis
pelayanan ibu nifas yang diberikan meliputi:
1) Pemeriksaan tanda vital (tekanan darah, nadi, nafas, dan suhu)
2) Pemeriksaan tinggi puncak rahim (fundus uteri)
3) Pemeriksaan lochea dan airan pervaginam lain
4) Pemeriksaan payudara dan pemberian anjuran ASI eksklusif
5) Pemberian komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE)
kesehatan ibu nifas dan bayi baru lahir, termasuk keluarga
berencana
6) Pelayanan keluarga berencana pasca persalinan
2.3.8 KONSEP KELUARGA BERENCANA (KB)
a. Pengertian KB
Keluarga berencana merupakan usaha untuk mengukur jumlah
anak dan jarak kelahiran anak yang diinginkan. Maka dari itu,

57
Pemerintah mencanangkan program atau cara untuk mencegah dan
menunda kehamilan (Sulistyawati, 2013)
b. Tujuan Program KB
Tujuan dilaksanakan program KB yaitu untuk membentuk keluarga
kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan
cara pengaturan kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia
dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya (Sulistyawati,
2013). Tujuan program KB lainnya yaitu untuk menurunkan angka
kelahiran yang bermakna, untuk mencapai tujuan tersebut maka
diadakan kebijakaan yang dikategorikan dalam tiga fase
(menjarangkan, menunda, dan menghentikan) maksud dari kebijakaan
tersebut yaitu untuk menyelamatkan ibu dan anak akibat melahirkan
pada usia muda, jarak kelahiran yang terlalu dekat dan melahirkan
pada usia tua
c. Ruang Lingkup Program KB
Ruang lingkup program KB secara umum adalah sebagai berikut :
a. Keluarga berencana
b. Kesehatan reproduksi remaja
c. Ketahanan dan pemberdayaan keluarga
d. Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas
e. Keserasian kebijakan kependudukan
f. Pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM)
g. Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan.
2.3.9 Kontrasepsi
a. Definisi Kontrasepsi
Kontrasepsi merupakan usaha-usaha untuk mencegah
terjadinya kehamilan.Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara dan
permanen (Wiknjosastro, 2009). Kontrasepsi yaitu pencegahan
terbuahinya sel telur oleh sel sperma (konsepsi) atau pencegahan
menempelnya sel telur yang telah dibuahi ke dinding rahim
(Nugroho dan Utama, 2014).

58
b. Efektivitas (Daya Guna)
Kontrasepsi Menurut Wiknjosastro (2009) efektivitas atau
daya guna suatu cara kontrasepsi dapat dinilai pada 2 tingkat,
yakni:
1) Daya guna teoritis (theoretical effectiveness), yaitu
kemampuan suatu cara kontrasepsi untuk mengurangi
terjadinya kehamilan yang tidakdiinginkan, apabila
kontrasepsi tersebut digunakan dengan mengikuti aturan
yang benar.
2) Daya guna pemakaian (use effectiveness), yaitu
kemampuan kontrasepsi dalam keadaan sehari-hari dimana
pemakaiannya dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti
pemakaian yang tidak hati-hati, kurang disiplin dengan
aturan pemakaian dan sebagainya.
c. Memilih Metode Kontrasepsi
Menurut Hartanto (2015), ada beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan dalam memilih kontrasepsi. Metode kontrasepsi
yang baik ialah kontrasepsi yang memiliki syarat-syarat sebagai
berikut:
2. Aman atau tidak berbahaya
3. Dapat diandalkan
4. Sederhana
5. Murah
6. Dapat diterima oleh orang banyak
7. Pemakaian jangka lama (continution rate tinggi).
4) Macam-macam Kontrasepsi
1) Metode Kontrasepsi Sederhana
Metode kontrasepsi sederhana terdiri dari 2 yaitu metode
kontrasepsi sederhana tanpa alat dan metode kontrasepsi
dengan alat. Metode kontrasepsi tanpa alat antara lain: Metode
Amenorhoe Laktasi (MAL), Couitus Interuptus, Metode
Kalender, Metode Lendir Serviks, Metode Suhu Basal Badan,

59
dan Simptotermal yaitu perpaduan antara suhu basal dan lendir
servik. Sedangkan metode kontrasepsi sederhana dengan alat
yaitu kondom, diafragma, cup serviks dan spermisida
(Handayani, 2010).
2) Metode Kontrasepsi Hormonal
Metode kontrasepsi hormonal pada dasarnya dibagi
menjadi 2 yaitu kombinasi (mengandung hormon progesteron
dan estrogen sintetik) dan yang hanya berisi progesteron
saja.Kontrasepsi hormonal kombinasi terdapat pada pil dan
suntikan/injeksi. Sedangkan kontrasepsi hormon yang berisi
progesteron terdapat pada pil, suntik dan implant (Handayani,
2010).
3) Metode Kontrasepsi dengan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
(AKDR)
Metode kontrasepsi ini secara garis besar dibagi menjadi 2
yaitu AKDR yang mengandung hormon sintetik (sintetik
progesteron) dan yang tidak mengandung hormon (Handayani,
2010).AKDR yang mengandung hormon Progesterone atau
Leuonorgestrel yaitu Progestasert (Alza-T dengan daya kerja 1
tahun, LNG-20 mengandung Leuonorgestrel.
4) Metode Kontrasepsi Mantap
Metode kontrasepsi mantap terdiri dari 2 macam yaitu
Metode Operatif Wanita (MOW) dan Metode Operatif Pria
(MOP). MOW sering dikenal dengan tubektomi karena prinsip
metode ini adalah memotong atau mengikat saluran tuba/tuba
falopii sehingga mencegah pertemuan antara ovum dan sperma.
Sedangkan MOP sering dikenal dengan nama vasektomi,
vasektomi yaitu memotong atau mengikat saluran vas
deferenssehingga cairan sperma tidak dapat keluar atau
ejakulasi (Handayani, 2010).

60
2.4 KONSEP BAYI BARU LAHIR
2.4.1 Pengertian Neonatus Normal

Neonatus adalah masa kehidupan pertama kali di luar rahiam


sampai dengan usia 28 hari. Terjadi suatu perubahan yang sangat
besar dari kehidupan di dalam lahir menjadi diluar rahim .

Neonatus adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan


harus menyesuaikan diri kehidupan intrauterine ke kehidupan
ekstrauterin. Beralih dari ketergantuangan mutlak pada ibu menuju
kemandirian fisiologis.

Bayi baru lahir (Neonatus) adalah bayi yang baru lahir


mengalami proses kelahiran, berusia 0 - 28 hari, BBL memerlukan
penyesuaian fisiologis berupa maturase, adaptasi (menyesuaikan diri
dari kehidupan intra uterin ke kehidupan (ekstrauterain) dan toleransi
bagi BBL utuk dapat hidup dengan baik (Marmi dkk, 2015).

2.4.2 Ciri-Ciri Bayi Normal

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir cukup bulan, 38-42
minggu denganberat badan sekitar 2500-3000 gram dan panjang
badan sekitar 50-55 cm (Sondakh, 2017).

Ciri-ciri bayi normal adalah, sebagai berikut :


a. Berat badan 2.500-4.000 gram
b. Panjang badan 48-5 Lingkar dada 30-38
c. Lingkar kepala 33-35
d. Frekuensi jantung 120-160 kali/menit
e. Pernapasan ±40-60 kali/menit
f. Kulit kemerah-merahan dan lici karena jaringan subkutan cukup
g. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala baisanya telah
sempurna
h. Kuku agak panjang dan lemas

61
i. Genitalia: pada perempuan labia mayora sudah menutupi labia
minora, dan pada laki-laki, testis sudah turun dan skrotum sudah
ada
j. Refleks isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik
k. Refleks Moro atau gerak memeluk jikadikagetkan sudah baik
l. Refleks grap atau menggenggam sudah baik
m. Eliminasi baik, mekonium keluar dalam 24 jam pertama,
mekonium berwarna hitam kecoklatan (Tando, 2016).

2.4.3 Perubahan Fisiologi pada Neonatus Normal


a) Perubahan pada sistem pernapasan
Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam 30 detik
sesudah kelahiran.Pernapasan ini timbul sebagai akibat aktivitas
normal sistem saraf pusat dan perifer yang dibantu oleh beberapa
rangsangan lainnya.Frekuensi pernapasan bayi baru lahir berkisar
30-60 kali/menit.

b) Perubahan sistem Kardiovaskuler


Dengan berkembangnya paru-paru, pada alveoli akan terjadi
peningkatan tekanan oksigen. Sebaliknya, tekanan karbon
dioksida akan mengalami penurunan. Hal ini mengakibatkan
terjadinya penurunan resistansi pembuluh darah dari arteri
pulmonalis mengalir keparu-paru dan ductus arteriosus tertutup.

c) Perubahan termoregulasi dan metabolik


Sesaat sesudah lahir, bila bayi dibiarkan dalam suhu ruangan
25 ºC, maka bayi akan kehilangan panas melalui evaporasi,
konveksi, konduksi, dan radiasi. Suhu lingkungan yang tidak baik
akanmenyebabkan bayi menderita hipotermi dan trauma dingin
(cold injury).

d) Perubahan Sistem Neurologis


Sistem neurologis bayi secara anatomik atau fisiologis belum
berkembang sempurna. Bayi baru lahir menunjukkan gerakan-

62
gerakan tidak terkoordinasi, pengaturan suhu yang labil, kontrol
otot yang buruk, mudah terkejut, dan tremor pada ekstremitas.

e) Perubahan Gastrointestinal
Kadar gula darah tali pusat 65mg/100mL akan menurun
menjadi 50mg/100 mL dalam waktu 2 jam sesudah lahir, energi
tambahan yang diperlukan neonatus pada jam-jam pertama
sesudah lahir diambil dari hasil metabolisme asam lemak
sehingga kadar gula akan mencapai 120mg/100mL.

f) Perubahan Ginjal
Sebagian besar bayi berkemih dalam 24 jam pertama setelah
lahir dan 2-6 kali sehari pada 1-2 hari pertama, setelah itu mereka
berkemih 5-20 kali dalam 24 jam.

g) Perubahan Hati
Dan selama periode neontaus, hati memproduksi zat yang
essensial untuk pembekuan darah. Hati juga mengontrol jumlah
bilirubin tak terkonjugasi yang bersirkulasi, pigmen berasal dari
hemoglobin dan dilepaskan bersamaan dengan pemecahan sel-sel
darah merah.

h) Perubahan Imun
Bayi baru lahir tidak dapat membatasi organisme penyerang
dipintu masuk. Imaturitas jumlah sistem pelindung secara
signifikan meningkatkan resiko infeksi pada periode bayi baru
lahir.

2.4.4 Masalah pada Bayi Baru Lahir


a. Muntah
Muntah adalah keluarnya sebagian besar atau keseluruhan isi
tabung yang terjadi setelah agak lama makan masuk lambung. Dalam
beberpa jam pertama setelah bayi lahikr mungkin mengalami muntah
lendir, bahkan kadang disertai sedikit darah.
Penanganan dari muntah bisa dilakukan dengan cara :

63
1) Pengkajian faktor penyebaba dan sifat muntah
2) Pengobatan tergantung faktor penyebab
3) Perlakuan bayi dengan baik dan hati-hati
4) Rujuk
b. Gumoh
Gumoh adalah keluarnya kembali sebagian kecil isi lambung
setelah beberapa saat makanan masuk lambung.Muntah susu adalah
hal yang agak umum, terutama pada bayi yang mendapatkan ASI
Penanganan dari gumoh bisa dilakukan denagn cara:
1) Perbaiki teknik menyusui setelah menyusui usahakan bayi
disendawakan.
2) Perhatikan posisi botol saat pemberian susu bayi pada bayi yang
sedang menyusui pada ibunya harus dengan bibir yang mencakup
rapat seluruh puting susu ibu.
c. Oral trush
Oral trush kandidiasis embbran mukosa mulut yang ditandai
dengan munvulnya bercak-bercak keputihan yang membentuk plak-
plak berkeping di mulut.Penanganan dari oral trush bisa dilakukan
dengan cara :
1) Menjaga kebersihan dengan baik
2) Bersihkan daerah mulut bayi setelah makan ataupun minum susu
dengan air matang dan bersih.
3) Pada bayi yang minum susu dengan menggunakan botol, harus
teknik steril dalam membesihkan susu sebelum digunakan.
d. Miliarisis
Miliarisis disebut juga biang keringat, keringata buntet yaitu
dermatosis yang disebab kan oleh keringat akibat tersumbatnya pori
kelenjer keringat.Penanganan dari miliarisis bisa dilakukan dengan
cara :
1) Memelihara kebersihan tubuh bayi.
2) Gunakan pakaian yang tidak terlalu sempit, gunakan pakaian yang
menyerap keringat.

64
3) Segera ganti pakaian yang basah dan kotor.
e. Diare
Diare adalah pengeluaran tinja yang tidak normal dan
cairan.Buang air besar yang tidak normal dan bentuk tinja yang cair
dengan frekuensi yang lebih banyak dari biasanya.Penanganan dari
diare bisa dilakukan dengan cara;
1) Pemberian cairan (rehidrasi awal)
2) Diatetik (pemberian makan)
3) Obat-obatan
f. Obstipasi

Obstipasi adalah penimbangan fases yang keras akibat adanya


obstruksi pada saluran cerna atau bisa didifinisikan sebagai tidak
adanya pengeluaran tinja selama 3 hari atau lebih.Penanganan dari
obstipasi bisa dilakukan dengan cara:

1) Mencari penyebab
2) Menegakkan kembali kebiasaan defekasi yang normal dengan
memperhatikan gizi, tambahan cairan dan kondisi psikis (Yongki,
2012)

g. Ruam popok
Ruam popok (diaper rash) adalah ganguan yang lazim
ditemukanpada bayi. Ruam kulit akibat radang pada daerah yang
tertutup popok biasanya pada alat kelamin, sekitar bokong serta
lipatan [paha. Gangguan ini banyak mengenai bayi berumur kurang
dari 15 bulan , terutama pada kisaran usia 8-10 bulan. Gejalanya
antara lain ruam kemerahan atau lecet pada kulit di daerah yang
ditutupi popok (Syafrudin, 2011).
h. Ikterus Fisiologis
Ikterus adalah warna kuning di kulit , konjungtiva dan mukosa
terjadi karena meningkatnya kadar bilirubin dalam darah. Produksi
bilirunin sebagian besar berasal dari pemacehan sel darah merah

65
menua (80%) sisanyan berasal dari miglobulin.Ikterus perlu
ditangani secara serius agar tidak terjadi kernikterus yang dapat
menyebakan kematian.
Ikterus fisiologis apabila meningkatnya kadar bilirubin tidak
menimbilkan gangguan fungsi dan kerusakan organ. Iketrus timbul
pada hari 2-3, mencapai puncaknyapada hari 5-7 dan menghilang
pada hari 10-14.kadar bilirubin ikterus fisiologis biasanya tidak
melebihi 12mg% padab bayi cukup bulan dan 15mg% pada bayi
kurang bulan. Keadaan umum bayi baik, minum ASI baik, berat
badan naik, tidak ada pembesaran hati atau limpa, buang air kebil
dan air besar biasa.Adapun penanganannya adalah dengan
memberikan ASI sesering mungkin dan menjemur bayi dibawah
sinar matahari pagi.
2.4.5 Kunjungan Asuhan Neonatus Normal

Selain KN1, indikator yang menggembangkan pelayanan


kesehatan bagi neonatal adalah KN lengkap yang mengaruskan agar
setiap bayi baru lahir memperoleh pelayanan kunjungan Neonatal
minimal 3 kali,yaitu 1 kali pada 6 – 48 jam, 1 kali pada 3 -7 hari, 1
kali pada 8 -28 hari.

2.5 KONSEP PENDOKUMENTASIAN


SOAP merupakan proses pemikiran penatalaksanaan kebidanan
sebagai perkembangan catatan kemajuan keadaan pasien. Yang dimaksud
dengan SOAP menurut Kepmenkes RI No. 938/Menkes/SK/VII/2007
yaitu:
1. S: Subjektif

Data subjektif ini berhubungan dengan masalah dari sudut pandang


klien dan menggambarkan hasil pengumpulan data klien melalui
anamnesis. Ekspresi klien mengenai kekhawatiran dan keluhannya yang
dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang akan berhubungan
langsung dengan diagnosis, yang juga merupakan data subjektif yaitu:

66
a. Identitas diri terdiri dari nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan,
alamat dan identitas suami
b. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
c. Riwayat persalinan sekarang (tempat melahirkan, penolong
persalinan,jenis persalinan, selaput ketuban, air ketuban, lama
persalinan, kala I, kala II, kala III, komplikasi persalinan,riwayat
kelahiran bayi, tanggal, pukul, masa gestasi, jenis kelamin, panjang
bayi, berat badan, cacat bawaan).
d. Riwayat penyakit/operasi yang lalu (jenis penyakit, dimana, kapan)
e. Riwayat penyakit keluarga yang pernah diderita
f. Riwayat yang berhubungan dengan masalah kesehatan reproduksi
g. Riwayat keluarga berencana
h. Pola makan, minum, eliminasi, istirahat, psikososial
2. O: Objektif

Data objektif merupakan pendokumentasian hasil observasi yang


didapat dari hasil pemeriksaan fisik klien, hasil pemeriksaan laboratorium.

1. Keadaan umum, tinggi badan, berat badan dan TTV (tekanan darah,
temperatur, nadi, pernafasan)
2. Kepala dan leher (odema, mata, pembesaran kelenjar tyroid dan
pembesaran vena jugularis)
3. Payudara (bentuk, ukuran, kesimetrisan, cairan yang keluar)
4. Abdomen dan uterus (bekas luka operasi, tinggi fundus uteri,
kontraksi, involusi)
5. Ekstremitas (edema, varises)
6. Anogenetalia (perdarahan, vulva, perenium, lochea, hemoroid)
3. A: Assessment

Langkah ini merupakan hasil analisis dan intrepretasi (kesimpulan)


dari data subjektif dan objektif. Karena keadaan klien yang setiap saat bisa
mengalami perubahan, dan akan ditemukan informasi baru dalam data
subjektif maupun data objektif. Analisis data adalah melakukan
intrepretasi data yang telah dikumpulkan, mencakup diagnosis, masalah

67
kebidanan, dan kebutuhan. Analisis yang tepat dan akurat mengikuti
perkembangan data klien akan menjamin cepat diketahuinya perubahan
pada klien, dapat terus diikuti dan diambil keputusan/tindakan yang tepat.

4. P: Plan

Plan adalah perencanaan dan penatalaksanaan yang sudah dilakukan


seperti tindakan antisipatif, tindakan segera, tindakan secara komprehensif;
dukungan, kolaborasi, evaluasi/follow up dan rujukan. Tujuannya untuk
mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan
mempertahankan kesejahteraanya.

68
BAB 3

LANGKAH PENGAMBILAN KASUS

3.1 TEMPAT DAN WAKTU

3.1.1 Tempat

Tempat pengambilan kasus pada Laporan CoMC ini dilakukan di Praktik


Mandiri Bidan (PMB) Siti Julaeha yang bertempat di jalan Delima VII Kota
Pekanbaru.

3.1.2 Waktu

Waktu pengambilan kasus ini dilakukan saat kunjungan pertama


kehamilan tanggal 19 Januari 2020 sampai tanggal 15 Maret 2020.

3.2 CARA PENGAMBILAN KASUS

Pengambilan kasus ini dilakukan dengan cara :

a. Mengajukan judul Laporan CoMC ke pembimbing dan menetapkan judul


yang telah terpilih yaitu Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny. M
b. Meminta izin kepada pimpinan PMB Siti Julaeha di jalan Delima VII
untuk mengambil pasien
c. Melakukan kontak pertama dengan pasien di PMB Siti Julaeha

69
d. Melakukan pemantauan dilakukan dengan cara wawancara untuk
mendapatkan data subjektif dan melakukan pemeriksaan untuk
mendapatkan data objektif sesuai dengan keluha yang dialami ibu.
Kemudian melakukan asuhan kebidanan kepada ibu dengan manajemen
asuhan kebidanan pada ibu nifas dan pendokumentasian SOAP sesuai
dengan asuhan yang dilakukan.

3.3 INSTRUMEN

Instumen yang dilakuakan dalam pengambilan kasus ini dengan


menggunakan format asuhan kebidanan pada ibu nifas,media konseling berupa
buku KIA, Partograf, dan alat-alat yang digunakan untuk pemeriksaan fisik yaitu
stetoskop, tensimeter, thermometer, dan jam.

70
BAB 4

KAJIAN KASUS DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Lokasi

Pengambilan kasus dilakukan pada 2 lokasi yang berbeda yaitu di


Praktik Mandiri Bidan (PMB) Siti Julaeha dan dirumah Ny. M. PMB Siti Julaeha
merupakan salah satu praktik mandiri bidan yang berada di wilayah kerja
Puskesmas Sidomulyo Pekanbaru yang terletak di Jalan Garuda Kelurahan
Delima, Kecamatan Tampan, Pekanbaru. PMB Karya Bhakti memberikan
pelayanan kesehatan ibu dan anak yang dilengkapi dengan fasilitas diantaranya
ruang pemeriksaan umum, ruang pemeriksaan kehamilan dan KB, ruang
persalinan, dan apotek.
PMB Karya Bhakti ini memiliki system rujukan yang memadai sehingga

ramai dikunjungi masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Jenis

pelayanan kesehatan tersedia bagi pasien umum dengan biaya mandiri maupun

dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).

Rumah Ny. M terletak di Jalan Beringin Air Hitsm\\am. Jarak tempuh

rumah pasien ke PMB Siti Julaeha ±9,6 km atau 20 menit perjalanan dengan

menggunakan kendaraan. Ny. M seorang ibu rumah tangga, sedangkan suami nya

bekerja sebagai guru.

71
PMB Siti Julaeha ini merupakan lahan praktik kebidanan bagi mahasiswa

kebidanan Poltekkes Kemenkes Riau, serta tempat pengambilan kasus dengan

judul Asuhan Kebidanan CoMC.

4.2 Kajian Kasus

PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN

PADA KEHAMILAN NY. M

Tempat Yankes : PMB SJ


Tanggal pengkajian : 19 Februari 2020
Mahasiswa : Siti Nurfhadillah Iswan
A. 9
1. BIODATA
Nama ibu : Ny. M Nama Suami : Tn. J
Umur : 21 tahun Umur : 26tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : S1
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Guru
Alamat : Jl. Beringin Air Hitam Alamat : Jl. Beringin Air Hitam
No. Hp : 081254XXXXXX No. Hp : 081254XXXXXX

Alasan Kunjungan / Riwayat / Keluhan Utama : Ibu mengatakan ingin


memeriksakan kehamilannya.
2. RIWAYAT MENSTRUASI
HPHT :22-05-2019 Perkiraan Partus : 29-02-2020
Siklus : Teratur, 28 hari Masalah : Tidak ada
Usia Kehamilan : 34 minggu 1 hari
3. RIWAYAT PERKAWINAN
Perkawinan Ke : Pertama Usia Saat Kawin : 20 Tahun
Lamanya Perkawinan : 1 Tahun

72
4. RIWAYAT KEHAMILAN, PERSALINAN, NIFAS YANG LALU

Tgl/ Anak Keadaan


N Usia Tempat Jenis
Thn Penolong Nifas JK/B Anak
O Kehamilan Partus Persalinan
Partus B sekarang
1. H A M I L I N I

5. RIWAYAT KEHAMILAN SAAT INI (G 1 P 0 A0 H 0)


Pertama kali memeriksakan kehamilan pada UK: 8 minggu Di: Bidan
Pemeriksaan ini yang ke: 3 kali
Masalah yang pernah dialami
Trimester I : Mual dan muntah
Trimester II/III : -
Imunisasi : TT2
Pengobatan/anjuran yang pernah diperoleh : Calsifar, Calfera, Albion
6. RIWAYAT PENYAKIT/OPERASI YANG LALU
Ibu mengatakan tidak ada riwayat penyakit/operasi yang lalu.

7. RIWAYAT YANG BERHUBUNGAN DENGAN MASALAH KESEHATAN


REPRODUKSI
Ibu mengatakan tidak ada riwayat penyakit yang berhubungan dengan masalah
kesehatan reproduksi.
8. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA YANG PERNAH MENDERITA
SAKIT
Ibu mengatakan tidak ada riwayat penyakit keluarga.
9. GENOGRAM
Keluarga Suami Keluarga Istri

?
Laki-laki Perempuan Ibu Hamil
10. RIWAYAT KELUARGA BERENCANA
Metode KB yang pernah dipakai dan lamanya : Ibu mengatakan belum pernah

73
menggunakan metode kontrasepsi.
11. POLA MAKAN/ MINUM / ELIMINASI / ISTIRAHAT / PSIKOSOSIAL
A. Makan : 2x/hari
Minum : 8x/hari
Sarapan : Lontong, pecal
Siang : Nasi, ikan, ayam, telor, sayuran
Malam : Buah, jus buah
B. Eliminasi : BAK : sering,±8x/hari
BAB : teratur, 1x/hari
C. Istirahat : Tidur Siang : 1 jam/hari
Tidur Malam : 8 jam/hari
D. Psikososial : Penerimaan klien terhadap kehamilan ini : Ibu mengatakan
senang dan bahagia dengan kehamilannnya.
E. Sosial Support dari : Suami dan keluarga mendukung dan selalu mensupport
ibu dengan membantu ibu melakukan pekerjaan harian ibu dirumah
B. DATA OBJEKTIF
1. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Sikap tubuh : Lordosis
d. BB Sebelum Hamil : 40 kg BB Sekarang : 55,9 kg
e. IMT : 22,67 (ideal)
f. TB : 157 cm
g. LILA : 24 cm
h. TTV :
- TD : 110/80 mmHg
- Suhu : 36,5oC
- P : 22 x/menit
- N : 84 x/menit
i. Rambut/kepala: Tidak mengalami ketombe, bersih dan tidak rontok.
j. Mata
- Sklera : Putih, tidak ikterik
- Konjungtiva : Merah muda, tidak anemis
- Penglihatan : Bagus
- Alat bantu : Tidak menggunakan kacamata
k. Muka : Mengalami hiperpigmentasi, tidak edema

74
l. Hidung : Tidak mengalami pembengkakan dan polip
m. Mulut : Tidak ada masalah
n. Telinga : Tidak ada masalah
o. Leher : Tidak mengalami pembengkakan pada kelenjar tyroid
p. Payudara:
- Puting susu : Menonjol dan bersih
- Areola mammae : Mengalami hiperpigmentasi
- Pengeluaran ASI : Sudah ada/tampak colostrum
q. Abdomen
- Bekas operasi : Tidak ada bekas operasi
- Striae : Livide
- Linea : Alba
r. Palpasi :
Bagian Atas : Teraba lunak, bundar, dan tidak melenting kemungkinan
bokong janin
Bagian Samping :
- Kanan : Teraba bagian keras dan memapan kemungkinan punggung
janin
- Kiri : Teraba tonjolan-tonjolan kecil kemungkinan ekstremitas janin
Bagian Bawah : Teraba keras, bulat dan melenting kemungkinan kepala
janin. Kepala janin belum masuk PAP (konvergen).
TFU : Pertengahan pusat-prosesus xiphoideus (px) (30 cm)
s. TBJ : (30cm- 13 ) x 155 = 2635 gram
t. DJJ : 142 x/menit
u. Ekstremitas : Tidak mengalami udema pada tungkai kaki kanan dan kiri.
v. Refleks Patella : (+) / (+)
w. Akral : Normal
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hb: 11,2 gr/dl HBSAg : (-)
Protein Urine: (-) HIV/AIDS : (-)
Glukosa Urine: (-)

D. ASESSMENT
Diagnosa :
Ibu :(G 1 P 0 A0 H 0), usia kehamilan 34 minggu 1 hari, keadaan umum janin baik.
TTV dalam batas normal.

75
Janin : Hidup, tunggal, intrauterin, preskep, keadaan janin baik.
Skor KSPR : Resiko Rendah
E. PLAN
1. Menginformasikan kepada ibu mengenai hasil pemeriksaan fisi bahawa keadaan
umum ibu baik dan janin baik, dilihat dari hasil pemeriksaan umum dan
pemeriksaan fisik yaitu TTV dalam batas normal, TD 110/80 mmHg, persentase
belakang kepala, letak janin memanjang.
2. Melakukan skrining menggunakanKartu Skor Poedji Rochjati (KSPR), Skor
untuk ibu adalah 2, dan ibu termasuk dalam kategori Kehamilan Resiko Rendah.
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang menjaga personal hygine ibu setelah
BAK dengan cara mengelap kering bagian kemaluan ibu dengan tissue atau
handuk kecil, ibu mengatakan akan sering mengelap kemaluannya setelah BAK.
4. Memberitahukan kepada ibu mengenai tanda-tanda bahaya kehamilan sesuai
dengan buku KIA halaman 8 yaitu:
- Demam tinggi
- Bengkak kaki, tangan, dan wajah
- Sakit kepala disertai kejang
- Janin dirasakan kurang bergerak
- Perdarahan pada saat hamil
- Air ketuban keluar sebelum waktunya
Apabila ibu mengalami salah satu tanda tersebut ibu segera berkunjung ke
tempat bidan atau kefasilitas kesehatan terdekat.
5. Memberikan ibu obat tablet penambah darah (Albion), manfaatnya sebagai nutrisi
ibu dan janin dimasa kehamilan, pencegahan perdarahan pada saat persalinan dan
mencegah anemia.Memberikan ibu obat sebanyak 30 tablet dan dikonsumsi
seharii sekali, obat dikonsumsi tanpa bersamaan dengan kopi dan teh karena akan
mengurangi penyerapan. Dianjurkan untuk mengkonsumsi obat yang
mengandung Vitamin C seperti jus jeruk, pepaya.
6. Memberitahukan kepada ibu untuk melakukan kunjungan ulang 2 minggu lagi
tanggal 2 Februari 2020 untuk memantau penambahan BB serta TBJ ibu, apabila
terdapat keluhan lainnya ibu segera datang ke klinik

76
CATATAN PERKEMBANGAN

Waktu/Tempat Uraian
29-01-2020 S : Kunjungan ulang pemeriksaan hamil. Ibu masih sering
Pukul 16.30 WIB berkemih.
PMB Siti Julaeha
O : Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Sikap tubuh : Lordosis
Tanda-tanda vital : TD : 110/90mmHg
N : 80 kali/menit
S : 36,50C
P : 19x /menit
BB : 56,8 kg
IMT : 23 (Ideal)
TFU : 31 cm
Bagian atas: Tinggi fundus uteri ½ pusat-prosesus xiphoideus,
bagian atas perut ibu teraba bulat, tidak melenting yaitu bokong
janin.
Bagian samping : Bagian samping kanan teraba bagian keras,
memanjang yaitu punggung janin, bagian samping kiri teraba
bagian-bagian kecil, yaitu bagian ekstremitas janin.
Bagian bawah : Bagian bawah perut ibu teraba bulat, keras dan
melenting yaitu kepala janin, kepala janin belum masuk pintu atas
panggul (PAP).
TBJ : (31-13) x 155 = 2790 gram
DJJ : 142 kali/menit teratur dan kuat
Refleks patella : kiri (+) kanan (+)

A : Dx Ibu : G 1 P 0 A0 H 0 usia kehamilan 35 minggu 4 hari,


K/U ibu baik.
Dx Janin : Janin hidup, tunggal, intarauterin, letak
memanjang, presentasi kepala, K/U janin baik.
P :
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan umum ibu
dan janin baik dilihat dari hasil pemeriksaan umum dan fisik yaitu

77
tekanan darah 110/80 mmHg , berat badan sekarang 56,8 kg. Usia
kehamilan sekarang 35-36 minggu dan pembesaran rahim sesuai
dengan usia kehamilan. Hasil pemeriksaan Hb 11,5gr/dL adalah
normal. Keadaan janin baik ditandai dengan denyut jantung janin
(DJJ) 142x/menit adalah normal.
2. Memberi pengertian kepada ibu bahwa ketidaknyamanan yang
dirasakan ibu makin sering BAK adalah hal yang wajar bagi ibu
hamil trimester III, karena dengan bertambahnya usia kehamilan
akan semakin menekan kandung kemih, ibu dapat mengetahui
keadaanya saat ini yaitu sering BAK disebabkan karena
tertekannya kandung kemih karena bertambahnya usia kehamilan.
3. Mengingatkan kembali tanda-tanda bahaya kehamilan yaitu
perdarahan pervaginam, sakit kepala yang hebat, pandangan
kabur, bengkak pada wajah dan jari-jari tangan, sakit pada ulu
hati, gerakan janin berkurang (minimal dalam 12 jam ada 10
gerakan), keluar cairan pervaginam berupa cairan ketuban.
Evaluasi : ibu mengerti dan dapat mengulang kembali tanda
bahaya kehamilan yang dijelaskan.
4. Menjelaskan kepada ibu tentang nutrisi yaitu porsi sekali makan
terdiri dari 1/3 piring nasi, 1/3 piring sayur, ¼ piring lauk-pauk
dan ¼ piring buah.
Evaluasi : ibu bersedia melakukan yang disarankan.
5. Memberitahukan ibu tentang persiapan persalinan yaitu penolong
dan tempat persalinan, pendamping dan pengambil keputusan saat
persalinan, transportasi, pendonor darah jika sewaktu diperlukan,
biaya persalinan atau tabungan, asuransi kesehatan jika ada,
pakaian ibu dan bayi yang bersih di tempatkan dalam tas.
Evaluasi : ibu sudah mempersipkan persiapan persalinan,
golongan darah ibu sama dengan suami.
6. Menjelaskan kepada ibu tentang ASI ekslusif, yaitu menyusukan
bayi tanpa memberikan makanan/minuman apapun selain ASI (air
susu ibu) selama 6 bulan, dan setelah 6 bulan ibu dapat member
kan makanan tambahan seperti bubur tim disamping tetap
memberikan ASI.
Evaluasi : ibu bersedia melakukan yang disarankan.

78
7. Merencanakan kunjungan ulang pada tanggal 12 Februari 2020
atau datang kembali jika ada keluhan.
Evaluasi : ibu bersedia datang ketempat bidan untuk melakukan
pemeriksaan kehamilan.

Waktu/Tempat Uraian
07-02-2020 S : Kunjungan ulang pemeriksaan hamil. Ibu tidak ada keluhan.
Pukul 20.50 WIB
PMB Siti Julaeha O : Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Sikap tubuh : Lordosis
Tanda-tanda vital : TD : 120/80mmHg
N : 80 kali/menit
S : 36,50C
P : 20x /menit
BB : 58 kg
IMT : 23,53 (Ideal)
TFU : 31 cm

Bagian atas: Tinggi fundus uteri ½ pusat-prosesus xiphoideus,


bagian atas perut ibu teraba bulat, tidak melenting yaitu
bokong janin.
Bagian samping : Bagian samping kanan teraba bagian keras,
memanjang yaitu punggung janin, bagian samping kiri teraba
bagian-bagian kecil, yaitu bagian ekstremitas janin.
Bagian bawah : Bagian bawah perut ibu teraba bulat, keras dan
melenting yaitu kepala janin, kepala janin belum masuk pintu
atas panggul (PAP).
TBJ : (31-13) x 155 = 2790 gram
DJJ : 146x /menit teratur dan kuat
Refleks patella : kiri (+) kanan (+)

A : Dx Ibu : G 1 P 0 A0 H 0 usia kehamilan 37 minggu 4 hari,


K/U ibu baik.
Dx Janin : Janin hidup, tunggal, intarauterin, letak

79
memanjang, presentasi kepala, K/U janin
baik.
P :
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan umum ibu
dan janin baik dilihat dari hasil pemeriksaan umum dan fisik
yaitu tekanan darah 120/80 mmHg , berat badan sekarang 58
kg. Usia kehamilan sekarang 37-38 minggu dan pembesaran
rahim sesuai dengan usia kehamilan. Keadaan janin baik
ditandai dengan denyut jantung janin (DJJ) 146x/menit adalah
normal.
2. Memberitahu kepada ibu untuk mengkonsumsi makanan
dengan gizi seimbang serta memperbanyak mengkonsumsi
buah-buahan dan sayur-sayuran, usahakan untuk tetap
menstabilkan berat badan ibu.
Evaluasi : ibu mengerti dan memahami.
3. Memberitahu kepada ibu mengenai perawatan payudara untuk
persiapan menyusui, ibu dapat melakukan perawatan payudara
dan akan melakukan perawatan payudara saat dirumah.
Evaluasi : ibu bersedia melakukan yang dianjurkan.
4. Merencanakan kunjungan ulang pada tanggal 14 februari 2020
atau datang kembali jika ada keluhan.
Evaluasi : ibu bersedia datang ketempat bidan untuk
melakukan pemeriksaan kehamilan.

Waktu/Tempat Uraian
14-02-2020 S : Kunjungan ulang pemeriksaan hamil. Ibu tidak ada keluhan.
Pukul 09.00 WIB
PMB Siti Julaeha O : Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Sikap tubuh : Lordosis
Tanda-tanda vital : TD : 100/80mmHg
N : 78 kali/menit
S : 36,50C
P : 19x /menit
BB : 58 kg

80
IMT : 23,53 (Ideal)
TFU : 31 cm
Bagian atas: Tinggi fundus uteri ½ pusat-prosesus xiphoideus,
bagian atas perut ibu teraba bulat, tidak melenting yaitu
bokong janin.
Bagian samping : Bagian samping kanan teraba bagian keras,
memanjang yaitu punggung janin, bagian samping kiri teraba
bagian-bagian kecil, yaitu bagian ekstremitas janin.
Bagian bawah : Bagian bawah perut ibu teraba bulat, keras dan
melenting yaitu kepala janin, kepala janin belum masuk pintu
atas panggul (PAP).
TBJ : (31-13) x 155 = 2790 gram
DJJ : 147 kali/menit teratur dan kuat
Refleks patella : kiri (+) kanan (+)

A : Dx Ibu : G 1 P 0 A0 H 0 usia kehamilan 37 minggu 4 hari,


K/U ibu baik.
Dx Janin : Janin hidup, tunggal, intarauterin, letak
memanjang, presentasi kepala, K/U janin
baik.
P :
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan umum ibu
dan janin baik dilihat dari hasil pemeriksaan umum dan fisik
yaitu tekanan darah 100/80 mmHg , berat badan sekarang 58
kg. Usia kehamilan sekarang 37-38 minggu dan pembesaran
rahim sesuai dengan usia kehamilan. Keadaan janin baik
ditandai dengan denyut jantung janin (DJJ) 147x/menit adalah
normal.
2. Memberitahukan ibu tentang persiapan persalinan yaitu
penolong dan tempat persalinan, pendamping dan pengambil
keputusan saat persalinan, transportasi, pendonor darah jika
sewaktu diperlukan, biaya persalinan atau tabungan, asuransi
kesehatan jika ada, pakaian ibu dan bayi yang bersih di
tempatkan dalam tas.
Evaluasi : ibu sudah mempersipkan persiapan persalinan,

81
golongan darah ibu sama dengan suami.
3. Memberitahu dan mengingatkan kembali kepada ibu tanda-
tanda persalinan yaitu keluar lendir bercampur darah, sakit
pinggang menjalar ke perut bagian bawah (dalam waktu 10
menit terjadi 2 kali dengan durasi 20 detik), keluar cairan
ketuban. Jika ibu mengalami hal tersebut segera datang
ketempat bidan atau tempat persalinan yang sudah
direncanakan sebelumnya dan membawa persiapan persalinan.
Evaluasi : ibu mengerti dan dapat mengulang kembali
penjelasan yang diberi.
4. Memberitahukan kepada ibu untuk tetap mengkonsumsi tablet
penambah darah yang telah diberikan oleh bidan agar asupan
zat besi tercukupi untuk ibu dan janin, serta memperbanyak
konsumsi air putih dan buah-buahan / sayur-sayuran.
Evaluasi : ibu bersedia melakukan yang disarankan.
5. Merencanakan kunjungan ulang pada tanggal 14 februari 2020
atau datang kembali jika ada keluhan.
Evaluasi : ibu bersedia datang ketempat bidan untuk
melakukan pemeriksaan kehamilan.

Waktu/Tempat Uraian
21-02-2020 S : Kunjungan ulang pemeriksaan hamil. Ibu mengatakan
Pukul 09.00 WIB punggung.
PMB Siti Julaeha
O : Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Sikap tubuh : Lordosis
Tanda-tanda vital : TD : 120/80mmHg
N : 80 kali/menit
S : 36,50C
P : 22x /menit
BB : 60 kg
IMT : 24,34 (Ideal)
TFU : 33 cm
Bagian atas: Tinggi fundus uteri 3 jari dibawah prosesus

82
xiphoideus (px), bagian atas perut ibu teraba bulat, tidak
melenting yaitu bokong janin.
Bagian samping : Bagian samping kanan teraba bagian keras,
memanjang yaitu punggung janin, bagian samping kiri teraba
bagian-bagian kecil, yaitu bagian ekstremitas janin.
Bagian bawah : Bagian bawah perut ibu teraba bulat, keras dan
melenting yaitu kepala janin, kepala janin sejajar dengan pintu
atas panggul (PAP).
TBJ : (33-12) x 155 = 3255 gram
DJJ : 145 kali/menit teratur dan kuat
Refleks patella : kiri (+) kanan (+)

A : Dx Ibu : G 1 P 0 A0 H 0 usia kehamilan 38 minggu 1 hari,


K/U ibu baik.
Dx Janin : Janin hidup, tunggal, intarauterin, letak
memanjang, presentasi
kepala, K/U janin baik.
P :
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan umum ibu
dan janin baik dilihat dari hasil pemeriksaan umum dan fisik
yaitu tekanan darah 120/80 mmHg , berat badan sekarang 60
kg. Usia kehamilan sekarang 38-39 minggu dan pembesaran
rahim sesuai dengan usia kehamilan. Keadaan janin baik
ditandai dengan denyut jantung janin (DJJ) 145x/menit adalah
normal.
2. Memberikan konseling bahwa nyeri punggung pada trimester
III adalah kondisi fisiologi selama tidak berlebihan dan
mengganggu aktifitas sehari hari dan ibu bisa lebih sering
duduk tegak dan mengurangi mengangkat beban yang berat,
ketika duduk ibu bisa mengganjal pinggangnya dengan bantal
atau melakukan kompres dingin, melakukan pijatan ringan. Ibu
mengerti dan akan melakukanya dirumah
3. Memberitahukan kepada ibu untuk mengurangi makan-
makanan yang banyak mengandung glukosa (manis) seperti
cokelat, eskrim karena dapat membuat pertambahan berat

83
badan secara signifikan (berlebih) untuk menghindari
terjadinya kelahiran dengan panggul sempit.
Evaluasi : ibu mengerti dan bersedia melakukan yang
disarankan.
4. Memberitahukan ibu tentang persiapan persalinan yaitu
penolong dan tempat persalinan, pendamping dan pengambil
keputusan saat persalinan, transportasi, pendonor darah jika
sewaktu diperlukan, biaya persalinan atau tabungan, asuransi
kesehatan jika ada, pakaian ibu dan bayi yang bersih di
tempatkan dalam tas.
Evaluasi : ibu sudah mempersipkan persiapan persalinan,
golongan darah ibu sama dengan suami.
5. Memberitahu dan mengingatkan kembali kepada ibu tanda-
tanda persalinan yaitu keluar lendir bercampur darah, sakit
pinggang menjalar ke perut bagian bawah (dalam waktu 10
menit terjadi 2 kali dengan durasi 20 detik), keluar cairan
ketuban. Jika ibu mengalami hal tersebut segera datang
ketempat bidan atau tempat persalinan yang sudah
direncanakan sebelumnya dan membawa persiapan persalinan.
Evaluasi : ibu mengerti dan dapat mengulang kembali
penjelasan yang diberi.
6. Memberitahukan kepada ibu untuk tetap mengkonsumsi tablet
penambah darah yang telah diberikan oleh bidan agar asupan
zat besi tercukupi untuk ibu dan janin, serta memperbanyak
konsumsi air putih dan buah-buahan / sayur-sayuran.
Evaluasi : ibu bersedia melakukan yang disarankan.
7. Merencanakan kunjungan ulang pada tanggal 28 februari 2020
atau datang kembali jika ada tanda-tanda persalinan/ keluhan.
Evaluasi : ibu bersedia datang ketempat bidan untuk
melakukan pemeriksaan kehamilan.

10-03-2020 S :Ibu mengeluh nyeri pada perut ada dorongan ingin meneran seperti ingin BAB.
Pukul 08.30 Ibu mengatakan nyeri nya mulai ia rasakan sejak pagi sekitar pukul 04.00 WIB,
WIB namun masih bisa ditahan. Sekitar pukul 09.00, keluar lendir sedikit dari jalan
PMB Siti lahir. Ibu mengatakan nyeri mulai sejak subuh dan memutuskan langsung pergi ke

84
Julaeha PMB dengan suami.

O:
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Compos Mentis
c. TTV :
1) TD : 110/ 90 mmHg
2) P : 22 x/menit
3) N : 80 x/menit
4) S : 36,5 ºC
d. BB sekarang : 60 kg
e. Konjungtiva : Tidak Pucat
f. Ekstremitas : Tidak oedema
2. Pemeriksaan Khusus :
a. Palpasi :
1) Bagian Atas : Teraba TFU 3 jari dibawah px (33 cm), teraba
lunak, bundar dan tidak melenting adalah bokong janin
2) Bagian Samping : Kiri, teraba tonjolan-tonjolan kecil adalah
ekstremitas janin. Kanan, teraba keras dan memanjang adalah
punggung janin.
3) Bagian bawah : Teraba keras dan bulat adalah kepala janin.
Kepala sudah masuk PAP (2/5). Divergent.
4) HIS : 3x10’40’’
b. Auskultasi :DJJ : 142 x/menit, kuat dan teratur
c. TBJ : (33-11) x 155 = 3410 gram

3. Pemeriksaan Anogenetalia
a. Vulva : Tidak oedema dan tidak ada varises serta terdapat
pengeluaran lendir bercampur darah (blood slym)
b. Anus : Tidak Ada haemoroid

4. Pemeriksaan Dalam (VT)


a. Tanggal dan Jam : 10/03/2020, pukul 08.30 WIB
b. Indikasi : HIS inpartu, pecah ketuban

85
c. Portio : Tipis
d. Pembukann : 6 cm
e. Ketuban : (-), warna jernih, bau khas ketuban, tidak ada bagian
janin yang menumbung
f. Presentasi : Belakang kepala
g. Posisi : UUK depan
h. Penurunan : H III
i. Molage : Tidak ada molage

A:
Dx Ibu : G1P0A0H0 UK 40-41 minggu, Inpartu Kala I, KU Ibu baik
Dx Janin : Janin hidup, tunggal,intrauterine, preskep, KU janin baik

P:
1. Memberitahukan Hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa KU ibu dan janin
baik, TTV normal, DJJ normal, Ketuban sudah pecah dan pembukaan belum
lengkap.
a. Membantu ibu untuk mempercepat proses pembukaan
1. Menganjurkan ibu untuk duduk dibola persalinan
2. Menganjurkan ibu untuk tetap mempertahankan posisi miring ke
kiri
3. Memberikan ibu dukungan dan semangat agar dapat menunggu
hingga pembukaan lengkap
4. Memenuhi kebutuhan hidrasi ibu dengan memberi ibu minuman
teh
Pukul : 10.30 S : Ibu mengeluh nyeri pada perut menjalar ke pinggang dan ada dorongan ingin
WIB meneran seperti ingin BAB yang tak tertahankan.

O : Pemeriksaan Umum
g. Keadaan Umum : Baik
h. Kesadaran : Compos Mentis
i. TTV :
5) TD : 110/ 80 mmHg
6) P : 22 x/menit
7) N : 84 x/menit
8) S : 36,7 ºC

86
5. Pemeriksaan Khusus :
d. Palpasi :
5) Bagian Atas : Teraba TFU 3 jari dibawah px (33 cm), teraba
lunak, bundar dan tidak melenting adalah bokong janin
6) Bagian Samping : Kiri, teraba tonjolan-tonjolan kecil adalah
ekstremitas janin. Kanan, teraba keras dan memanjang adalah
punggung janin.
7) Bagian bawah : Teraba keras dan bulat adalah kepala janin.
Kepala sudah masuk PAP (1/5). Divergent.
8) HIS : 3x10’50’’
e. Auskultasi :DJJ : 142 x/menit, kuat dan teratur
f. TBJ : (33-11) x 155 = 3410 gram

6. Pemeriksaan Anogenetalia
c. Vulva : Tidak oedema dan tidak ada varises serta terdapat
pengeluaran lendir bercampur darah (blood slym), vulva membuka,
perineum menonjol
d. Anus : Tidak Ada haemoroid

7. Pemeriksaan Dalam (VT)


j. Tanggal dan Jam : 10/03/2020, pukul 10.30 WIB
k. Indikasi : HIS inpartu, pecah ketuban
l. Portio : Tipis
m. Pembukann : 10 cm (lengkap)
n. Ketuban : (-), warna jernih, bau khas ketuban, tidak ada bagian
janin yang menumbung
o. Presentasi : Belakang kepala
p. Posisi : UUK depan
q. Penurunan : H IV
r. Molage : Tidak ada molage

A: Inpartu Kala II

P:
2. Membantu ibu dalam proses persalinannya

87
a. Mengajarkan ibu cara meneran yang baik yaitu dengan menarik napas
panjang dari hidung dan melihat kearah jalan lahir seolah-olah ibu
melihat bayinya, kedua kaki dibuka lebar dan ditarik sejauh mungkin
kearah dada, serta kedua tangan ibu berada di paha
b. Membimbing ibu meneran saat ada his dan istirahat apabila his berhenti
c. Memberikan ibu pujian dan dukungan apabila ibu meneran dengan baik
d. Memenuhi kebutuhan hidrasi ibu dengan memberi ibu minuman teh
3. Membantu ibu dalam proses kelahiran bayi pada saat kepala berada 5-6 cm
didepan vulva
b. Meletakkan handuk atau kain bersih diatas perut ibu
c. Meletakkan under pad di bawah bokong ibu
d. Melakukan episiotomi kearah medio lateralis
e. Tangan kanan menahan perineum dan tangan kiri menahan belakang
kepala agar defleksi tidak terlalu cepat
f. Membiarkan kepala melakukan putaran paksi luar dan lakukan
pemeriksaan lilitan tali pusat ; tidak ada lilitan tali pusat
g. Membantu kelahiran bahu dengan posisi tangan biparietal, lalu membawa
bayi kearah bawah untuk melahirkan bahu anterior dan membawa bayi
kearah atas untuk melahirkan bahu posterior
h. Membantu kelahiran bayi dengan melakukan sanggah susur, yaitu tangan
kanan menyanggah kepala dan leher bayi, serta tangan kiri menyusuri
badan bayi
i. Meletakkan bayi diatas perut ibu, lakukan penilaian pada bayi ; Bayi lahir
spontan pukul 11.20 WIB, menangis kuat, cukup bulan, gerakan bayi
aktif, JK. Laki-laki. Lalu mengeringkan badan bayi dan membungkus
bayi.
j. Melakukan palpasi abdomen untuk mengetahui apakah ada janin kedua ;
tidak ada janin kedua

Pukul : 11.20 S : Ibu mengatakan ia senang bayinya telah lahir dan mengeluh perutnya terasa
WIB mules

O:
1. Keadaan umum ibu dan bayi baik
2. Bayi lahir spontan, menangis kuat, cukup bulan, pergerakan aktif, warna
kulit kemerahan, Jk. Laki-laki

88
3. TFU setinggi pusat ; tidak ada janin kedua
4. Kontraksi baik
5. Perdarahan : ±100 cc
6. Plasenta belum lahir dan tali pusat belum dipotong

A: Parturient Kala III

P:
1. Memberitahukan kepada ibu bahwa ibu telah melewati proses kelahirannya
dan memberikan selamat kepada ibu serta menjelaskan kepada ibu bahwa
mules yang ibu rasakan merupakan hal yang normal, dikarenakan adanya
kontraksi pada uterus.
2. Melakukan manajemen aktif kala III, yaitu ;
a. Menyuntikann oksitosin sebanyak 10 IU secara IM pada 1/3 pada
ibusebelah lateral, dengan menginformasikan terlebih dahulu kepada ibu
bahwa ibu akan disuntik
b. Melakukan pemotongan tali pusat pada bayi
c. Melakukan PTT, dengan cara : pindahkan tali pusat dengan jarak 5-10 cm
didepan vulva, jika ada kontraksi tegangkan talipusat kearah bawah
sambil tangan lain melakukan dorso cranial, lalu tegangkan searah jalan
lahir sambil menilai tanda-tanda pelepasan plasenta. Setelah plasenta
nampak di vulva,melakukan penegangan kearah atas dan bantu kelahiran
plasenta dengan memutar searah ; Plasenta lahir spontan pukul 11.25
WIB
d. Melakukan segera massase fundus uteri ; kontraksi baik
3. Melakukan pemeriksaan plasenta ; selaput plasenta ada robekan dan robekan
tersebut dapat disatukan, tidak ada kotiledon yang terlepas
4. Melakukan pemeriksaan TTV, TFU, Kontraksi, kandung kemih dan
perdarahan; TD: 110/80 mmHg, N : 88x/menit,S : 37,3ºC,TFU 2 jari dibawah
pusat, kontraksi baik, kandung kemih tidak penuh, dan perdarahan ±150 cc.
Pukul : 11.40 S : Ibu mengatakan ia senang dan besyukur bayi dan plasentanya telah lahir
WIB
O:
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. TTV :

89
a. TD : 110/90 mmHg
b. N : 84x/menit
c. S : 37ºC
4. TFU : 2 jari dibawah pusat
5. Kontraksi : Baik
6. Kandung kemih : Tidak penuh
7. Perdarahan : ±150 cc
Plasenta lahir spontan, selaput dan kotiledon lengkap pukul 11.40 WIB
Terdapat laserasi jalan lahir derajat II

A : Parturient kala IV

P:
1. Memberitahu ibu bahwa ibu telah melewati proses persalinannya
2. Melakukan pemeriksaan laserasi jalan lahir ; terdapat laserasi jalan lahir
3. Melakukan penjahiran luka perineum dengan melakukan anestesi terlebiih
dahulu, jumlah jahitan 4/3
4. Melakukan pemantauan kala IV yaitu selama 2 jam post partum, 1 jam
pertama setiap 15 menit dan 1 jam kedua setiap 30 menit ; hasil pemantauan
terlampir pada lembar belakang partograf
5. Mengajarkan ibu massase fundus uteri untuk merangsang kontraksi uterus
sehingga mengurangi dan mencegah perdarahan post partum
6. Memberikan kenyamaan pada ibu dengan membersihkan ibu
7. Memenuhi kebutuhan hidrasi ibu dengan memberikan ibu minum
8. Melakukan dekontasminasi alat dan tempat bersalin
9. Memberikan bayi pada ibu untuk disusui serta member selamat pada ibu
10. Melengkapi pendokumentasian dan lembar partograf
Selasa, 10 S :Ibu mengatakan keadaannya sehat dan mengatakan telah memberikan ASI pada
Maret 2020 bayinya serta mengeluh perutnya terasa mules saat menyusui bayinya
Pukul : 18.00
WIB O:
1. Keadaan Umum : Baik
KF-1 2. Kesadaran : Compos Mentis
(kunjungan 1) 3. TTV :
a. TD : 110/80 mmHg
b. P : 20x/menit

90
c. N : 85x/menit
d. S : 36,2ºC
4. Mata : Konjungtiva tidak pucat
5. Payudara :Pengeluaran ASI ada (kolostrum)
6. Abdomen :
a. TFU : 3 jari dibawah pusat
b. Kontraksi : Baik
c. Kandung Kemih : Tidak Penuh
7. Anogenetalia :
a. Lochea : Rubra (±70 cc)
b. Terdapat jahitan luka perineum

A : P1A0H1, 6 Jam Post Partum, KU Ibu baik

P:
1. Memberitahukan ibu mengenai hasil pemeriksaan bahwa KU ibu baik dan
TTV normal. Ibu mengetahui akan keadaannya
2. Menjelaskan kepada ibu mengenai keluhan ibu berupa perut mules saat
menyusui bahwa ini merupakan hal yang normal dikarenakan saat ibu
menyusui bayinya, maka hormone prolactin yang merangsang produksi ASI
juga akan merangsang oksitosin, sehingaa perut ibu terasa mules dan jika
terjadi mules ini artinya ada kontraksi uterus baik.
3. Mengajarkan ibu mengenai massase fundus uteri untuk merangsang kontraksi
uterus sehingga dapat mengurangi dan mencegah terjadinya perdarahan post
partum yang abnormal. Ibu dapat mengikuti gerakan massase seperti yang
diajarkan
4. Mengingatkan kembali ibu tentang ASI Eksklusif dan menganjurkan ibu
untuk menyusui bayinya sesering mungkin dan tanpa di jadwal (on demand).
Ibu mengatakan akan menyusui bayinya seperti yang dianjurkan.
5. Menganjurkan ibu untuk melakukan mobilisasi untuk mempercepat
penyembuhan luka perineum, ibu mengatakan sudah pergi ke kamar mandi
sendiri
6. Menjelaskan kepada ibu mengenai perawatan luka perineum, yaitu selalu
menjaga kebersihan luka, sering mengganti pembalut agar area luka tidak
lembab, tidak membersihkan area luka dengan obat-obatan tradisional, tidak

91
mencuci dengan air hangat, mencuci dari arah depan kebelakang dan tidak
sering sering menyentuh luka.
7. Memberi ibu terapi obat berupa vitonal F, Asam Mefernamat, vitonal F dan
Amoxicilin serta menjelaskan cara mengkonsumsinya
Jum’at, 26 Juli S : Ibu mengatakan ia masih memberikan ASI saja pada bayinya
2019
Pukul : 09.30 O:
WIB 1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Compos Mentis
KF-2 3. TTV :
a. TD : 110/80 mmHg
b. P : 20x/menit
c. N : 78x/menit
d. S : 36,5ºC
4. Mata : Konjungtiva tidak pucat
5. Payudara : Pengeluaran ASI banyak
6. Abdomen :
a. TFU : Pertengahan sympisis- pusat
b. Kontraksi : Baik
c. Kandung Kemih : Tidak Penuh
7. Anogenetalia :
a. Lochea : Sanguinolenta
b. Jahitan luka perineum sudah kering

A : P1A0H1, post partum 5 hari


P:
1. Memberitahukan ibu mengenai hasil pemeriksaan bahwa KU ibu baik dan
2. TTV normal.
3. Memantau involusi dan menilai adanya tanda gejala infeksi
4. Menjeaskan kepada ibu mengenai cara penyimpanan ASI. Ibu
mengatakan ia menyimpan di kukas bagian bawah dari sore sampai pagi
untuk diberikan pagi saat menjemur bayi.
5. Memberikan penkes mengenai kebutuhan nutrisi. Ibu mengatakan saat ini
porsi makannya meningkat dari sebelum hami
6. Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI pada bayinya
7. Memberikan penkes mengenai tanda bahaya masa nifas. Ibu dapat

92
menguangi 3 dari tanda bahaya yang disebutkan
8. Memberikan ibu berupa lefleat tentang yang diperlukan dalam masa nifas.
Ibu menerima dan akan membacanya.

CATATAN PERKEMBANGAN
Selasa, 10 Maret S :
2020 1. Ibu mengatakan ia memberikan ASI pada bayinya
Pukul : 17.30 2. Ibu mengatakan bayinya sudah BAB pada pukul 17.00 sore hari
WIB O:
KN1 1. Keadaan Umum : Baik
(Kunjungan 1) 2. Kesadaran : Compos Mentis
3. TTV :
a. P : 48x/menit
b. N : 134 x/menit
c. S : 37,0ºC
4. Mata : Konjungtiva tidak pucat
5. Abdomen : Tali pusat tidak berdarah
6. Kulit : Kemerahan
A : Neonatus usia 6 jam , KU bayi baik
P:
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa KU bayi baik,
TTV normal
2. Melakukan perawatan sehari-hari bayi berupa memandikan bayi dan
perawatan tali pusat
3. Memberikan suntikan imunisasi Hb0 pada paha kanan secara IM
4. Memberikan penkes tentang cara menyusui bayi yang benar
5. Menjelaskan kepada ibu perawatan tali pusat, yaitu menjaga kebersihan
tali pusat, menjaga tali pusat agar tetap kering, dan membersihkan
dengan air bersih dan dibiarkan terbuka.
Minggu, 15 S :
Maret 2020 1. Ibu mengatakan ia baru saja memberikan ASI pada bayinya, dan
memberikan asinya sering 7-8x/ hari
Pukul : 09.00 2. Ibu mengatakan bayinya sudah BAK 1 kali
WIB O:
1. Keadaan Umum : Baik
KN 2 2. Kesadaran : Compos Mentis

93
3. TTV :
a. P : 42x/menit
b. N : 130x/menit
c. S : 36,5ºC
4. Mata : Konjungtiva tidak pucat
5. Abdomen : Tali pusat tidak berdarah
6. Kulit : Kemerahan
A : Neonatus usia 5 hari, KU bayi baik
P:
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa KU bayi baik,
TTV normal
2. Memberikan penkes tentang tanda bahaya bayi baru lahir
3. Mengingatkan kembali ibu mengenai cara menyusui yang benar

4.3 Kesimpulan
4.3.1 Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan
Pada kunjungan pertama tanggal 19 Januari 2020, Ny. M G1P0A0H0.
usia kehamilan 34 minggu 1 hari datang ke PMB Siti Julaeha ingin
memeriksakan kehamilannya. Dari awal kehamilan, Ny. M sudah 8 kali
melakukan kunjungan kehamilan ke fasilitas kesehatan, yaitu satu kali pada
trimester 1, dua kali pada trimester II dan lima kali pada trimester III.
Standar kunjungan ANC untuk setiap ibu hamil yaitu minimal 4 kali selama
masa kehamilan, dengan distribusi waktu minimal satu kali pada trimester
pertama (usia kehamilan 0-12 minggu), satu kali pada trimester kedua (usia
kehamilan 12-24 minggu), dan dua kali pada trimester ketiga (usia
kehamilan 28 minggu sampai persalinan). Standar waktu pelayanan tersebut
dianjurkan untuk menjamin perlindungan terhadap ibu hamil dan atau janin
berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan, dan penanganan dini
komplikasi kehamilan (Kemenkes, 2017).

Pada data subjektif Ny. M mengeluh lebih sering buang air kecil. Hal
ini merupakan ketidaknyamanan pada trimester III. Menurut Hani (2011)
keluhan sering berkemih karena tertekannya kandung kemih oleh uterus

94
yang semakain membesar dan menyebabkan kapasitas kandung kemih
berkurang serta frekuensi berkemih meningkat. Cara mengatasinya dengan
mengajurkan ibu untuk mengurangi asupan cairan sebelum tidur, agar
istirahat ibu tidak terganggu. Dengan seringnya ibu BAK, maka perlu juga
memperhatikan personal hygiene ibu yaitu selalu mengeringkan vagina ibu
menggunakan kain/handuk bersih untuk menjaga agar tetap kering, ini
dilakukan untuk mengurangi kelembaban yang mencegah timbulnya jamur.

Pada kunjungan kedua pada tanggal 29 Februari 2020, keluhan yang


dirasakan ibu ternyata belum bisa diatasi, karena ibu tidak melakukan
sepenuhnya asuhan lanjutan yang telah diberikan sebelumnya. Hal ini
merupakan suatu kebiasaan yang dilakukan ibu pada malam hari, sehingga
ibu sulit untuk melakukan asuhan yang telah diberikan sebelumnya dengan
mengubah pola minumnya pada malam hari. Dampaknya ibu masih sering
BAK pada malam hari, maka dari itu penulis memberikan pengertian
kepada ibu bahwa sering BAK adalah hal yang fisiologis dan
ketidaknyamanan pada trimester III.

Pada kunjungan ke 8 ibu juga mengeluh nyeri punggung. Ini merupakan


ketidaknyamanan pada trimester III. Menurut Hani (2010) Nyeri pada
punggung ibu karena perubahan sikap tubuh dapat mempengaruhi titik berat
tubuh. Pada ibu hamil trimester III sikap tubuh yaitu Lordosis yang dapat
menyebabkan nyeri akibat tarikan pada saraf. Perubahan ini mengakibatkan
rasa tidak nyaman pada muskoloskeletal yang dapat menyebabkan nyeri dan
kesulitan berjalan. Cara mengatasinya gunakan bantal waktu tidur untuk
meluruskan punggung, melakukan kompres dingin, posisi tidur
menyamping, lakukan pijatan ringan pada punggung yang dibantu oleh
suami, dan hindari pekerjaan yang berat.

Berdasarkan data objektif ditemukan berat badan sebelum hamil Ny, M


40 kg, berat badan sekarang 60 kg, dan kenaikan berat badan ibu selama
kehamilan yaitu 20 kg, tinggi badan 157 cm, dengan IMT 24,34 kg/m2 hal
ini masih dalam kategori ideal. Menurut (Sarwono, 2014) jika berat badan
kurang diawal kehamilan IMT <18,5 pertambahan berat badan harus 12,5-

95
18 kg. Jadi kenaikan berat Ny. M berdasarkan IMT yang ditemukan telah
sesuai. IMT pada ibu mempengaruhi ukuran Lingkar Lengan Atas (LILA),
didapat LILA pada ibu 24 cm yang berarti status gizi baik. Menurut
Mandriwati (2008) tujuan pengukuran LILA adalah untuk mengetahui
ukuran lengan atas dan status gizi ibu hamil normalnya >23,5 cm. Maka
dapat disimpulkan bahwa pola nutrisi ibu selama kehamilan telah terpenuhi
dengan bertambahnya berat badan ibu sebanyak 20 kg dan LILA ibu 24 cm.

Pada pengukuran TFU ibu menurut Mc Donald yaitu 33 cm dan


menurut perabaan jari yaitu 3 jari dibawah pusat, telah sesuai dengan teori
yang ada, serta didapatkan tafsiran berat janin yaitu 3255 gram. Menurut
Rukiyah (2010) berat bayi lahir normal antara 2500-4000 gram. Berat badan
bayi Ny. M saat lahir yaitu 3500 gram. Hal ini telah menunjukan bahwa
terpenuhinya pola nutrisi ibu hamil dapat mempengaruhi status gizi dan
pertumbuhan pada janin.

Asuhan yang diberikan pada masa kehamilan ini tentang persiapan


laktasi yaitu perawatan payudara untuk menjaga kebersihan payudara
terutama puting susu, merangsang kelenjar-kelenjar air susu sehingga
produksi ASI nantinya akan banyak dan lancar. Cara perawatan payudara
dapat dilakukan beberapa tahap yaitu menggunakan BH yang tidak terlalu
ketat, mempersiapkan puting susu, caranya dengan lembut putar puting susu
sekitar 10 detik saat mandi, dan melakukan pemijatan yang lembut pada
payudara guna merangsang produksi ASI. Hal ini berhasil dilakukan karena
ibu sebelumnya sering melakukan perawatan payudara yang diajarkan oleh
bidan di PMB, dan dilihat saat pemeriksaan selanjutnya puting susu
mengeluarkan beberapa tetes kolustrum. Perawatan payudara ini adalah
salah satu cara untuk persiapan laktasi guna untuk keberhasilan IMD dan
ASI ekslusif.

Menurut penulis keberhasilan asuhan juga didukung oleh Contuinity Of


Comunication karena penulis selain memberikan pendidikan secara
langsung juga memberikan asuhan melalui komunikasi elektronik. Selama
masa asuhan kehamilan, penulis sering memberikan pendidikan kesehatan

96
melalu whatsapp. Sesuai dengan standar pemeriksaan, pada Ny. M tidak
dapat dilakukan tes laboratorium HIV dan protein urine, dikarenakan ibu
tidak ingin diperiksa, namun ibu telah disarankan untuk periksa ke ke PMB.

4.3.2. Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan


Pada data subyektif yang ditemukan yaitu keluar lendir bercampur
darah dari jalan lahir dan perut terasa sangat mules. Berdasarkan keluhan
ibu tidak terdapat kesenjangan antara teori karena keluar lendir bercampur
darah dan his semakin adekuat merupakan salah satu tanda persalinan
(Mochtar, 2013).
Pada fase pembukaan ibu merasakan nyeri yang kuat, asuhan yang
diberikan yaitu memberikan dukungan emosional, menghadirkan suami
untuk mendampingi ibu serta mengajarkan suami untuk melakukan masase
punggung dengan usapan menyeluruh pada punggung ibu guna memberikan
rasa nyaman serta mengurangi rasa nyeri yang ibu rasakan. Menurut
(Lailiyana dkk, 2012) Asuhan sayang ibu, asuhan dengan prinsip saling
menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan ibu. Salah satu prinsip
asuhan sayang ibu adalah dengan mengikutsertakan suami dan keluarga
selama persalinan.
Dari pengkajian data objektif kala I didapatkan hasil TTV dalam batas
normal antara kontraksi, pada saat kala II Ny. M merasa ingin BAB.
Keluhan ibu yang menyatakan tanda fisik dini pada persalinan kala II adalah
adanya tekanan pada rektum, sensasi ingin defekasi selama kontraksi. Pada
kala II didapatkan hasil inspeksi yaitu tampak tekanan anus, perineum
menonjol, dan vulva membuka. tanda persalinan kala II dalam tatalaksana
asuhan persalinan normal tergabung dalam 60 langkah APN yaitu tekanan
yang semakin meningkat pada rectum dan vagina, perineum tampak
menonjol, vulva dan sfingter ani membuka (Nurasiah, 2010).
Pada kala III didapatkan hasil Ny. M merasa perutnya masih terasa
mules. Menurut Rohani, dkk (2011) Pada kala III masih merasakan
kontraksi yang kuat akibat pelepasan plasenta dari tempat implantasinya.
Pada data objektif dengan hasil tali pusat menjulur didepan vulva, adanya
semburan darah, dan kontraksi uterus yang kuat. Menurut (Rohani,dkk

97
2011) Tanda-tanda pelepasan plasenta diantaranya adanya semburan darah,
pemanjangan tali pusat, perubahan bentuk uterus yang disebabkan oleh
kontraksi uterus dan perubahan dalam posisi uterus yaitu uterus naik
didalam abdomen.
Pada kasus Ny. M kala I hingga pembukaan lengkap ibu berlngsung 11
jam. Berdasarkan hasil pemeriksaan tidak terdapat kesenjangan antara teori
dimana, Menurut Asrinah (2010) lamanya kala I pada primigravida
berlangsung 12-16 jam, sedangkan pada multigravida 6-8 jam. Serviks
membuka dari 4 sampai 10 cm, biasanya dengan kecepatan 1 cm/jam
(primipara) atau lebih (multipara) hingga pembukaan lengkap (10cm).
Pada kala II berlangsung 2 jam. Lamanya kala II ini sesuai dengan
pendapat Nurasiah (2010) bahwa proses kala II juga disebut sebagai kala
pengeluaran bayi yaitu pada primipara berlangsung selama 2 jam dan pada
multipara 1 jam. Dan plasenta lahir dalam 15 menit dan uterus sudah
berkontraksi pada detik ke 10 setelah plasenta lahir. Masase dilakukan
selama 15 detik untuk merangsang uterus berkontraksi baik dan kuat
(Asrinah, 2010).
Pada persalinan ibu ditolong oleh bidan dan mahasiswa, persalinan
tidak terjadi perdarahan, karena keberhasilan pada saat melakukan
manajemen aktif kala III. Menurut (Rohani, 2011) adapun keuntungan
manajemen aktif kala III adalah untuk menghasilkan kontraksi uterus yang
lebih efektif sehingga dapat mempersingkat waktu, mencegah perdarahan,
mengurangi jumlah kehilangan darah serta mencegah terjadinya retensio
plasenta. Faktor lain yang membuat ibu tidak terjadi perdarahan dilihat dari
hasil pemeriksaan Hb ibu 11,5gr/dL ibu tidak anemia. Menurut WHO
normalnya kadar Hb pada ibu hamil trimester III adalah 11 gr/dl-14 gr/dl.
IMD merupakan suatu kesempatan yang diberikan kepada bayi segera
setelah lahir dengan cara meletakkan bayi di perut ibu, kemudian
dibiarkannya bayi untuk menemukan puting susu ibu dan menyusu hingga
puas. Menurut (IDAI, 2018) tahapan IMD yaitu bayi baru lahir segera
letakkan di atas perut ibu dengan posisi tengkurap dengan kepala mengarah
ke kepala ibu. Untuk melakukan ini, bayi tidak perlu dimandikan terlebih

98
dulu. Cukup keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh
lainnya kecuali kedua tangannya agar bau air ketuban tetap melekat. Bau air
ketuban di tangan bayi ini penting, karena bau air ketuban pada tangan bayi
inilah yang akan memandu bayi menemukan puting ibu yang mempunyai
bau yang sama. Ketika akhirnya berhasil mencapai payudara ibu, bayi akan
mengangkat kepala, mulai mengulum puting, dan mulai menyusu.
Pemberian ASI segera setelah bayi lahir akan merangsang pelepasan
oksitosin karena isapan bayi pada payudara. Hormon oksitosin yang dilepas
akan mengatur kontraksi uterus, kontraksi uterus membantu mengurangi
nyeri bekas luka tempat implantasi plsenta dan mengurangi perdarahan
(Maryunani, 2009).
Proses IMD dilakukan paling kurang 60 menit (1 jam) pertama setelah
bayi lahir, dan pada bayi Ny. M bayi berhasil menemukan puting pada 20
menit setelah persalinan. Dengan dilakukannya IMD sangat bermanfaat bagi
ibu dan bayi yaitu meningkatkan bayi untuk mendapatkan kolostrum yang
kaya nutrisi yang membantu mencegah penyakit, mendukung keberhasilan
ASI ekslusif, memperkuat hubungan ibu dan bayi, merangsang produksi
hormon oksitosin dan prolaktin, meningkatkan kesehatan bayi dan
mencegah pendarahan persalinan.
Keberhasilan IMD pada bayi Ny. M karena adanya dukungan dari
keluarga, pengetahuan ibu, adanya persiapan laktasi dari masa kehamilan,
dan motivasi bidan pendamping. Hal ini sesuai Menurut Sirajudin (2013)
menyatakan bahwa variabel yang paling berkontribusi dalam keberhasilan
IMD adalah dukungan keluarga. Menurut jurnal Aprilia (2010) salah satu
faktor yang berpengaruh dalam pelaksanaan IMD adalah faktor sikap,
khusunya bidan dalam hal motivasi ibu dalam pelaksanaan IMD. PMB Siti
Julaeha ini sangat mendukung IMD sehingga hampir setiap persalinan
berhasil melakukan IMD.

4.3.3. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas


Pada kunjungan nifas pertama ibu mengatakan perutnya mules-mules
dan ibu cemas dengan luka perineum. Cara perawatan luka bekas jahitan

99
episiotomi diantaranya yaitu mengganti pembalut setiap kali selesai BAB,
BAK dan terasa penuh, serta membersihkan daerah kemaluan/vagina
dengan cara berjongkok perlahan-lahan sehingga daerah vagina dapat
bersih secara keseluruhan (Saleha, 2009), dan Ny. S mengeluh bahwa ibu
masih merasakan mules. Hal ini bersifat fisiologis karena pada saat ini
uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya
kembali seperti sebelum hamil (Saleha 2009).
Asuhan yang diberikan ibu dianjurkan untuk melakukan senam nifas
satu hari setelah persalinan sampai 10 hari masa nifas, penulis
mengajarkan ibu senam nifas dan ibu melakukan senam mulai pada hari
ke-5 pasca melahirkan. Sebaiknya senam dilakukan pada hari pertama
pasca melahirkan, tetapi karena keadaan ibu belum siap, maka ibu
melakukan senam pada hari ke-5 pasca melahirkan. Menurut (Saleha,
2009) setelah persalinan terjadi involusi pada hampir seluruh organ tubuh
wanita, terutama pada alat kandungan. Sebagai akibat kehamilan dinding
perut menjadi lembek dan lemas disertai adanya striae gravidarum yang
membuat keindahan tubuh akan sangat terganggu. Adapun tujuan dari
senam nifas adalah untuk memperbaiki sirkulasi darah, postur/sikap tubuh,
mempercepat involusi, tonus otot panggul, regangan otot abdomen,
regangan otot tungkai sehingga dapat mencegah pembuluh darah yang
menonjol dan pembengkakan pada kaki, mengembalikan rahim pada posisi
semula, mencegah kesulitan buang air besar dan buang air kecil,
mempercepat penyembuhan luka episiotomi, mengembalikan kerampingan
tubuh dan membantu kelancaran pengeluaran ASI. Asuhan senam nifas
ini berhasil dilakukan karena TFU, pendarahan, ekskresi dan
penyembuhan luka pada ibu telah sesuai dengan tahapan-tahapan yang ada
(Sulistyawati,2009:103).
Asuhan selanjutnya diajarkan pijat oksitosin kepada ibu yang dibantu
oleh suami guna untuk memperlancar ASI dan memberikan kenyaman
kepada ibu. Pijat oksitosin adalah pemijatan pada sepanjang tulang
belakang (vertebrae) sampai tulang costae kelima-keenam dan merupakan
usaha untuk merangsang hormon prolaktin dan oksitosin setelah

100
melahirkan (Yohmi, Roesli, 2009). Menurut Depkes RI (2007). Pijat
oksitosin ini dilakukan untuk merangsang reflek oksitosin atau let down
reflex. Selain untuk merangsang let down reflex manfaat pijat oksitosin
adalah memberikan kenyamanan pada ibu, mengurangi bengkak
(enorgement), mengurangi sumbatan ASI, merangsang pelepasan hormon
oksitosin, dan mempertahankan produksi ASI ketika ibu dan bayi sakit.
Menurut Depkes RI (2007). Langka-langkah melakukan pemijatan
oksitosin ini yaitu dengan melumuri kedua telapak tangan dengan minyak
atau baby oil lalu memijit sepanjang kedua sisi tulang belakang ibu dengan
menggunakan dua kepala tangan, dengan ibu jari menunjuk kedapan. Area
tulang belakang leher, cari daerah dengan tulang yang paling menonjol
namanya cervical vertebrae. Menekan kuat-kuat kedua sisi tulang belakang
membentuk gerakan-gerakan melingkar kecil-kecil dengan kedua ibu jari.
Pada saat bersamaan, memijat kedua sisi tulang belakang kearah bawah,
dari leher kearah tulang belikat selama 2-3 menit, dan mengulangi
pemijatan 3 kali. Penulis mengajarkan kepada suami melakukan pijat
oksitosin kepada ibu untuk kelancaran produksi ASI guna untuk
keberhasilan dalam memberikan ASI secara eksklusif pada bayinya
sampai bayi berumur 6 bulan.
Menurut WHO, ASI eksklusif diberikan selama 6 bulan pertama tanpa
campuran susu formula dan makanan tambahan apapun, sebab ada banyak
manfaat ASI eksklusif yang didapat bayi yaitu sistem kekebalan tubuh
bayi lebih kuat, memperkuat hubungan ibu dan bayi, mengurangi risiko
terjadinya sidrom kematian bayi mendadak, membuat bayi cerdas,
kenaikan berat badan ideal, mudah didapat dan murah serta ASI mudah
dicerna oleh bayi. keuntungan memberikan ASI bagi ibu yaitu isapan bayi
memberikan kontraksi sehingga mempercepat pemulihan organ-organ ibu
pasca persalinan. keberhasilan ASI eksklusif tidak lepas karena
keberhasilan pada saat IMD. Pada kasus Ny. M IMD berhasil dilakukan,
dengan itu ibu dapat memberikan ASI ekslusif kepada bayinya dan juga
didukung dari asuhan yang telah diberikan dari masa kehamilan yaitu

101
perawatan payudara sehingga menambah keberhasilan ibu untuk
memberikan ASI ekslusif.
Pada masa nifas ini berjalan dengan lancar tanpa ada hambatan yang
dialami oleh ibu dan ibu merasa sangat senang dengan keadaannya saat ini,
hal ini dikarenakan ibu dan keluarga sangat mengharapkan kehadiran
bayinya dan ibu didukung penuh oleh suami, anak dan anggota keluarga
lainnya, dukungan yang diberikan merupakan hal yang sangat penting
untuk kesejahteraan ibu dan bayi, pada kasus ini suami Ny. M sangat
mendukung dilihat dari masa kehamilan suami selalu menemani Ny.M
untuk periksa ke PMB, pada masa persalinan, suami berperan
mendampingi ibu yaitu dengan memberikan asuhan sayang ibu yang sudah
diajarkan seperti pengurangan rasa nyeri dengan masase punggung,
pemenuhan cairan dan nutrisi pada ibu yaitu dengan memberi makan dan
minum, dan memberikan dukungan emosional dan semangat pada ibu
untuk menghadapi persalinan, hal ini berdampak juga saat masa nifas yang
dapat membuat ibu merasa senang dan nyaman, sehingga ibu dapat
beradaptasi akan perubahan nya saat ini dan mencegah terjadinya depresi
postpartum. Menurut Lewis (2007) dukungan suami yang menjadi salah
satu domain dalam kesejahteraan ibu nifas.
Adapun pada kunjungan nifas ini penulis memberikan informasi
tambahan melalui lefleat yang dibawa oleh penulis mengenai senam ibu
hamil, tata cara pijat bayi, tanda – tanda bahaya saat nifas serta mengenai
kebutuhan gizi pada ibu nifas. Ibu menerima dan mengatakan akan
membacanya.
4.3.4. Asuhan Kebidanan Pada Masa Neonatus
Kunjungan pertama neonatus dilakukan pada saat 6 jam pertama, pada
kunjungan ini dilakukan pemeriksaan fisik, Bayi dibedong dan diberi topi
untuk menjaga kehangatan tubuh bayi, bayi sudah BAB dan BAK, bayi
sudah dimandikan dan melakukan perawatan tali pusat, hal ini telah
sesuai dengan teori menurut Desidel, dkk (2012) untuk mencegah
hipotermi, bayi tidak langsung dimandikan, bayi dimandikan 6 jam
setelah bayi lahir.

102
Pada hari kedua setelah persalinan ibu mengatakan ASI keluar sedikit
tapi bayi tetap diberikan ASI. Menurut IDAI (2013). Breastfeeding
jaundice muncul pada bayi yang mendapat ASI eksklusif yang terjadi pada
hari ke-2 atau ke-3 disaat produksi air susu ibu sedikit. Bayi kehilangan
berat badan/dehidrasi, frekuensi menyusu yang tidak adekuat, hambatan
ekskresi bilirubin hepatik serta adanya gangguan reabsorpsi bilirubin
diusus. Ikterus fisiologi akan muncul pada hari kedua dan ketiga pasca
lahir dan terlihat jelas pada hari ke-5 sampai ke-6 (Saputra, 2014) dan
berdasarkan dari anamnesa pada ibu bahwa ASI pada hari kedua sedikit
maka dari itu dianjurkan kepada ibu untuk selalu dan sesering mungkin
memberikan ASI kepada bayinya serta memberikan asuhan agar menjemur
bayinya dipagi hari selama 15 menit guna mencegah ikterus pada bayi.
Pada kunjungan kedua pada hari ke 5 bahwa ibu mengatakan bayi
menyusu sangat adekuat dan produksi ASI sangat lancar karena ibu tetap
melakukan perawatan payudara hingga saat ini, dan juga dikaji dari ekresi
bayi yaitu BAB 3-4 kali/hari dan BAK 8 kali/hari hal ini menunjukkan
bayi cukup mendapatkan ASI.
Pada pemeriksaan data objektif pemeriksaan pada fisik bayi dalam
keadaan umum baik, didapatkan hasil pemeriksaan tanda – tanda vital
dalam batas normal. Pada pemeriksaan fisik kemampuan gerakan bayi
aktif. Berat badan bayi menjadi 3700 gram, dilihat dari kenaikan berat
badan bayi sejak hari ke 5 sudah terjadi kenaikan 200 gram. Hal ini terjadi
karena frekuensi menyusui Ny. M sudah sering sehingga meningkatkan
kualitas menyusui dan meningkatkan produksi ASI. Karena ada
peningkatan produksi ASI dipengaruhi oleh atau tidaknya bayi menyusui.
Mulai usia ini hingga enam bulan, tinggi bayi akan bertambah sekitar 2,5
cm per bulan dan berat badan meningkat 140-200 gram per minggu. Berat
badan akan terus bertambah selama pola dan kebiasaan makan bayi
berlangsung baik. Kenaikan berat badan bayi yang baik ini didukung oleh
kualitas menyusui Ny. M, baik dan frekuensi menyusui maupun nutrisi
ibu.

103
Pada kunjungan ini dilakukan konseling mengenai manfaat pijat bayi
dan bagaimana cara memijat dan ibu memahami dan mengatakan akan
menerapkannya.

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Asuhan kebidanan komprehensif yang dilakukan pada Ny. M di Praktik


Mandiri Bidan Siti Julaeha dilakukan sejak usia kehamilan 34 minggu 1 hari
hingga ibu dalam masa nifas. Hasil pendokumentasian yang digunakan yaitu
metode SOAP maka dapat disimpulkan bahwa, pada masa kehamilan ibu
mempunyai keluhan sering BAK dan nyeri punggung, yang dirasakan ibu

104
merupakan hal fisiologis karena semakin turunnya uterus semakin menekan
kandung kemih ibu serta dikarenakan pengaruh body mechanic ibu yang semakin
lordosis. Setelah diberikan asuhan, masa kehamilan ibu berjalan tanpa ada
masalah. Pada masa persalinan keadaan umum ibu dan bayi baik, ibu bersalin
normal dan tidak ada penyulit hanya saja ibu merasa nyeri persalinan yang
merupakan hal normal. Pada masa nifas pada nyeri luka perineum, ibu tidak ada
keluhan dan bekas luka jahitan telah kering dengan baik. Pada neonatus tidak
ditemukan masalah dan bayi mendapatkan ASI Eksklusif. Dari hasil pengkajian
secara keseluruhan didapatkan tidak ada penyulit bagi ibu dan bayi.

5.2 Saran
5.2.1 Bagi Penulis Selanjutnya

Diharapkan penulis selanjutnya dapat lebih menerapkan asuhan kebidanan


secara komprehensif yang sesuai dengan standar asuhan pelayanan kebidanan.

5.2.2 Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat menyediakan dan memfasilitasi mahasiswa untuk


melakukan pemeriksaan penunjang laboratorium guna memberikan asuhan yang
lebih maksimal.

5.2.3 Bagi Lahan Praktik

Asuhan yang sudah diberikan pada klien sudah cukup baik dan hendaknya
lebih meningkatkan mutu pelayanan agar dapat memberikan asuhan yang lebih
baik sesuai dengan standar asuhan kebidanan serta dapat mengikuti perkembangan
ilmu pengetahuan kesehatan agar dapat menerapkan setiap asuhan kebidanan
sesuai dengan teori dari mulai kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir.

105
DAFTAR PUSTAKA

Achadi, E. L. 2014. Periode Kritis 1000 Hari Pertama Kehidupan dan Dampak
Jangka Panjang terhadap Kesehatan dan Fungsinya. Disampaikan pada:
“Kursus Penyelenggara Ilmu Gizi” PERSAGI di Yogyakarta, 25 November
2014.

Ambarwati, Eny Retna. dkk. 2010. Asuhan Kebidanan NIFAS. Jogjakarta: Nuha
Medika

Azwar, Saifuddin. 2014. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Asrinah, 2010. Asuhan Kebidanan Masa Persalinan. Yogyakarta: Graha Ilmu,


Astuti, dkk 2017.Asuhan Ibu Dalam Masa Kehamilan: Jakarta Timur; CV. Trans
Info Medika.

106
Cunningham, 2013. Obstetri Williams (Williams Obstetri). Jakarta : EGC.

Elisabeth, 2017. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. 2nd ed. Yogyakarta:


Pustaka Baru; 2017.

Handayani, Sri. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta:


Pustaka Rihama.

Hartanto, H. 2015. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pusat Sinar


Harapan.

Indriyani, R. 2011. Hubungan Personal Hygiene dengan Kejadian Keputihan.


Studi Kebidanan.

Jannah Nurul. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Kehamilan. Yogyakarta:


C.VAndi Offset
Kemenkes, 2016. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta : Kemenkes, 2017.

Kuswanti, I. 2014. Asuhan Kehamilan. Yogyakarta: PT. Pustaka Pelajar.

Lailiyana, dkk. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC.
Lockhart & Lyndon. 2014. Asuhan Kebidanan Fisiologis dan Patologis:
Tanggerang : BINARUPA AKSARA Publisher.

Manuaba, 2008. Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta.EGC

______, 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta.EGC

Marmi, 2011. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil: Yogyakarta : Penerbit Pelajar.

______, 2012. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Prasekolah: Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

______, 2015. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

______, 2016. Asuhan Kebidanan Pada Masa Intranatal. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.

Maryunani, Anik. 2009. Asuhan Kegawatan dan Penyulit Pada Neonatus. Jakarta:
Trans Info Medika.

Mochtar, Russtam. 2013. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC.

Nugroho, T, dkk. 2014. Buku Ajar Askeb I Kehamilan. Yogyakarta; Nuha Medika.

107
Nurasiah, 2010. Asuhan persalinan Normal Bagi Bidan. Banung: Refika Aditama.

Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.


Jakarta: PT. Bina Pustaka.

______. 2014. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo: Jakarta : PT. Bina


Pustaka.

______. 2018. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo: Jakarta : PT. Bina


Pustaka.

Rohani, 2011. Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan. Jakarta: Salemba


Medika.

Romauli, S. 2015. Dasar Asuhan Kehamilan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Saifuddin, A. B. 2010. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.

______. 2014. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.


Jakarta: EGC.

Saleha, Sitti. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba
Medika

Sulistyawati, Ari. 2009.Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Yogyakarta: Penerbit


Andi

______. 2010. Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan. Jakarta. Salemba


Medika

______. 2011. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta. Salemba Medika

______. 2013. Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan. Jakarta. Salemba


Medika

Tando, Naomy Marie. 2016. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan Anak Balita.
Jakarta: EGC.

Taufan, N, dkk. 2014. Buku Ajar Obstetri dan Mahasiswa Kebidanan.


Yogyakarta: Nuha Medika.

Wahyuningsih, 2018. Faktor – Faktor yang Mmepengaruhi Persalinan.


Walyani dan Endang, 2015. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan.
Yogyakarta: Pustaka Bupress.

Winkjosastro, Hanifa. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka.

108
Yanti, 2011. Asuhan Kebidanan Persalinan. Yogyakarta: Pustaka Rihama.

Yongki, dkk. 2012. Asuhan Pertumbuhan Kehamilan, Persalinan, Neonatus, Bayi


dan Balita. Yogyakarta: Nuha Medika.

LAMPIRAN – LAMPIRAN

109
Gambar 1. Kartu Skor Poedji Rochjati

110
Gambar 2. Buku KIA Pemeriksaan Hamil

Gambar 3. Kunjungan Hamil 1-4

111
Gambar 4. Melakukan palpasi pada Ny. M

Gambar 5. Mengukur TFU Ny. M

112
Gambar 6. Melakukan pemeriksaan DJJ Ny. M

Gambar 7. Kunjungan Nifas ke Rumah Ny. M

113
Gambar 8-10. Partograf

114
115
116

Anda mungkin juga menyukai