PENDAHULUAN
Pada dasarnya proses kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas dan
Keluarga Berencana (KB) merupakan suatu kejadian yang fisiologis/alamiah,
namun dalam prosesnya dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi
setiap saat yang dapat membahayakan jiwa ibu dan bayi, salah satu persiapan
menghadapi persalinan, ibu hamil perlu dilakukan pelayanan antenatal, intranatal,
postnatal dan neonatal secara berkesinambungan (Marmi, 2012).
Seribu hari pertama kehidupan telah disepakati oleh para ahli di seluruh
dunia sebagai saat yang terpenting dalam hidup seseorang. Sejak saat
perkembangan janin di dalam kandungan, hingga umur dua tahun menentukan
kesehatan dan kecerdasan seseorang. Nutrisi yang di dapat janin sejak dalam
kandungan sangat mempengaruhi tumbuh kembang janin (Achadi, 2014).
1
minggu), satu kali pada trimester kedua (usia kehamilan 12-24 minggu), dan dua
kali pada trimester ketiga (usia kehamilan 28 minggu sampai persalinan). Standar
waktu pelayanan tersebut dianjurkan untuk menjamin perlindungan terhadap ibu
hamil dan atau janin berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan, dan
penanganan dini komplikasi kehamilan (Kemenkes, 2017).
Kematian ibu adalah kematian selama kehamilan atau dalam periode 42 hari
setelah berakhirnya kehamilan, akibat semua sebab yang terkait dengan atau
diperberat oleh kehamilan atau penanganannya, tetapi bukan disebabkan oleh
kecelakaan/cedera.Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO)
tahun 2015 Angka Kematian Ibu (AKI) diseluruh dunia diperkirakan 216/100.000
2
kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) turun 47% antara tahun 1990-
2015, yaitu dari 36/1000 kelahiran hidup menjadi 19/1000 kelahiran hidup pada
tahun 2015. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
2012, angka kematian indonesia masih tinggi sebesar 359 per 100.000 kelahiran
hidup angka ini sedikit menurun meskipun tidak terlalu signifikan jika
dibandingkan dengan SDKI tahun 1991, yaitu 390 per 100.00 kelahiran hidup.
Target global MDGs (Millenium Development Goals) ke-5 menurunkan angka
kematian ibu menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 (Profil
Kesehatan Indonesia, 2017).
Oleh karena itu untuk membantu upaya bidan melaksanakan asuhan secara
berkelanjutan atau Continuity of Care. Continuity of Care adalah pelayanan yang
dicapai ketika terjalin hubungan yang terus menerus antara seorang wanita dan
bidan. Asuhan yang berkelanjutan berkaitan dengan tenaga professional
kesehatan, pelayanan kebidanan dilakukan mulai prakonsepsi, awal kehamilan,
selama semua trimester, kelahiran dan melahirkan sampai 6 minggu pertama
postpartum (Taufan, 2014).
3
Berdasarkan latar belakang, penulis tertarik memberikan asuhan kebidanan
kompresehensif dan berkesinambungan pada Ny. M di PMB Siti Julaeha S.Tr,
Keb yang berlokasi di Jl. Delima VII, Pekanbaru.
1.2 Tujuan
.3 Manfaat Penulisan
4
pendokumentasian metode SOAP serta dapat mengaplikasikan berbagai alat dan
instrument dalam memberikan pelayanan kebidanan.
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1) Uterus
Pada kehamilan cukup bulan, ukuran uterus adalah 30 x 25 x 20
cm dengan kapasitas lebih dari 4.000 cc. Hal ini memungkinkan bagi
adekuatnya akomodasi pertumbuhan janin. Pertambahan ukuran
Tinggi Fundus Uteri (TFU) per tiga jari dapat dicermati dalam tabel
2.1 berikut:
6
Tabel 2.1
Pengukuran TFU Menggunakan Perabaan Tiga jari
Usia Kehamilan (minggu) Tingi Fundus Uteri (TFU)
Tabel 2.2
Pengukuran TFU Menurut Mc Donald
Umur kehamilan
Berat Janin (gram) CM
(bulan)
1 0,25-0,5 1-2
2 1,1 3-4
3 14,2 6-7
4 100-200 8-9
5 300-350 10-12
6 600-700 13-18
7 1000-1500 22-25
8 1700-2100 26-28
9 2500-2800 29-32
10 3000-3500 35-36
7
Tujuan pemeriksaan tinggi fundus uteri (TFU) menurut Mc. Donald
adalah menentukan umur kehamilan berdasarkan minggu, dan hasilnya bisa
dibandingkan dengan Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT). Tinggi fundus
uteri dalam cm, yang normal harus sama dengan usia kehamilan dalam
minggu yang ditentukan berdasarkan hari pertama haid terakhir. Jika hasil
pengukuran berdeda 1-2 cm, masih bisa ditoleransi, tetapi jika deviasi lebih
kecil dari 2 cm umur kehamilan, kemungkinan ada gangguan pertumbuhan
janin, sedangkan bila deviasi lebih besar dari 2 cm kemungkinan terjadi bayi
kembar, polihidramnion, atau janin besar.
2) Payudara
Payudara sebagai target untuk proses laktasi mengalami banyak
perubahan sebagai persiapan setelah janin lahir. Beberapa perubahan
yang dapat diamati oleh ibu adalah sebagai berikut:
8
a) Selama kehamilan payudara bertambah besar, tegang, dan berat.
b) Dapat teraba nodul-nodul, akibat hipertropi kelenja alveoli.
c) Bayangan vena-vena lebih membiru
d) Hiperpigmentasi pada areola dan puting susu.
e) Kalau diperas akan keluar air susu jolong (kolostrum) berwarna
kuning (Sulistyawati, 2011).
3) Kulit
Topeng kehamilan (cloasma gravidarum) adalah bintik-bintik
pigmen kecoklatan yang tampak dikulit kening dan pipi. Peningkatan
pigmentasi juga terjadi disekeliling putting susu, sedangkan diperut
bawah bagian tengah biasanya tampak garis gelap, yaitu spider
angioma (pembuluh darah kecil yang memberi gambaran seperti laba-
laba) bisa muncul dikulit, dan biasanya diatas pinggang. Pelebaran
pembuluh darah kecil yang berdinding tipis sering kali tampak
ditungkai bawah.
Pembesaran rahim menimbulkan peregangan dan menyebabkan
robekannya serabut elastic dibawah kulit, sehingga menimbulkan
striae gravidarum/striae livide. Bila terjadi peregangan yang hebat,
misalnya pada hidramnion dan gamely, dapat terjadi diastasis rekti
bahkan hernia. Kulit perut pada linea alba betambah pigmentasinya
dan disebut sebagai linea nigra. Adanya vasodilatasi kulit
menyebabkan ibu mudah berkeringat (Sulistyawati, 2009).
4) Sistem Respirasi
Frekuensi pernafasan hanya mengalami sedikit perubahan
selama kehamilan, tetapi volume tidal, volume ventilasi per menit dan
pengembalian oksigen per menit akan mengalami penambahan secara
signifikan pada kehamilan lanjut. Perubahan ini akan mencapai
puncaknya pada minggu ke-37 dan akan kembali seperti sediakala
dalam 24 minggu setelah persalinan (Saifuddin, 2010).
5) Sistem Muskuloskleletal
9
dan ligamen pada kehamilan tua disebabkan oleh meningkatnya
pergerakan pelvis akibat pembesaran uterus (Sulistyawati, 2009).
6) Kenaikan berat badan
10
merasa dirinya jelek, aneh, dan tidak menarik. Merasakan tidak
menyenangkan ketika bayinya tidak lahir tepat waktu, takut akan
rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada saat melahirkan,
khwatir akan keselamatannya dan bayinya. Khawatir bayi akan
dilahirkan dalam keadaan tidak normal, bermimpi yang
mencerminkan perhatian dan kekhawatirannya. Merasa sedih karena
akan terpisah dari bayinya, merasa kehilangan perhatian, perasaan
mudah terluka (sensitif), dan libido menurun (Sulistyawati, 2011).
11
4) Protein
Jumlah protein diperlukan oleh ibu adalah 85 gram per hari.
Sumber protein tersebut dapat diperoleh dari tumbuh-tumbuhan
(kacang-kacangan) atau hewai ( ikan, ayam, keju, susu, telur).
Defisiensi protein dapat menyebabkan kelahiran prematur, anemia,
dan edema (Saifuddin, 2014).
5) Mineral
Kebutuhan zat besi pada Trimester kedua kira- kira 17 mg/hari.
Untuk memenuhi kebutuhan ini dibutuhkan suplemen besi 30
mg/hari dan pada kehamilan kembar atau wanita yang anemia
dibutuhkan 60-100 mg/hari (Kuswati, 2014).
6) Air
Air berfungsi untuk membantu sistem pencernaan makanan
dan proses transportasi. Selama hamil, terjadi perubahan nutrisi dan
cairan pada membrane sel. Air menjaga keseimbangan sel, darah,
getah bening, dan cairan vital tubuh, karena itu dianjurkan untuk
minum 6-8 gelas (1500-2000 ml) air.
7) Vitamin
Vitamin sebenarnya telah terpenuhi dengan makanan sayur
dan buah-buahan, tetapi dapat pula diberikan ekstra vitamin.
Pemberian asam folat terbukti mencegah kecacatan pada bayi.
b. Kebutuhan Personal Higiene
Kebersihan ibu harus terjaga selama kehamilan.Perubahan
anatomik pada perut, area genetalia/lipat paha, dan payudara
menyebabkan lipatan-lipatan kulit menjadi lebih lembab dan mudah
terinvestasi oleh mikroorganisme. Bagian tubuh lain yang sangat
membutuhkan perawatan kebersihan adalah daerah vital, karena saat
hamil biasanya terjadi pengeluaran secret vagina yang berlebih. Selain
mandi, mengganti celana dalam secara rutin.
c. Kebutuhan Eliminasi
Keluhan yang sering muncul pada ibu hamil berkaitan dengan
eliminasi adalah konstipasi dan sering buang air kecil. Tindakan
12
pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan mengkonsumsi
makanan tinggi serat dan banyak minum air putih, terutama ketika
lambung dalam keadaan kosong. Meminum air putih hangat ketika dalam
keadaan kosong dapat merangsang gerak peristaltik usus. Jika ibu sudah
mengalami dorongan, maka segeralah untuk buang air besar agar tidak
terjadi konstipasi. Sering buang air kecil merupakan keluhan utama
yangdirasakan oleh ibu hamil, terutama trimester I dan III, hal tersebut
adalah kondisi yang fisiologis.
d. Kebutuhan Seksual
Selama kehamilan berjalan normal, koitus diperbolehkan sampai
akhir kehamilan, meskipun beberapa ahli berpendapat sebaiknya tidak
lagi berhubungan seks selama 14 hari menjelang kelahiran. Koitus tidak
diperkenankan bila terdapat perdararahan pervaginan,riwayat abortus
berulang, abortus/ partus prematurus imminens, ketuban pecah
sebelumnya waktunya.
e. Kebutuhan Mobilisasi
Pertumbuhan rahim yang membesar akan menyebabkan peregangan
ligamen-ligamen atau otot-otot sehingga pergerakan ibu hamil menjadi
terbatas dan kadangkala menimbulkan rasa nyeri. Mobilisasi dan bodi
mekanik untuk ibu hamil harus memperhatikan cara-cara yang benar
antara lain :
b. Melakukan latihan/senam hamil agar otot-otot tidak kaku
c. Jangan melakukan gerakan secara tiba-tiba/spontan
d. Jangan mengangkat secara langsung benda-benda yang cukup berat,
jongkoklah terlebih dahulu baru kemudian mengangkat benda
e. Apabila bangun tidur, miring dulu baru kemudian bangkit dari
tempat tidur ( Nugroho, Taufan., dkk. 2014)
f. Istirahat
Tujuan utama istirahat dan tidur adalah untuk membangun sel-sel
yang baru. Pada saat tidur, hormon pertumbuhan dieksresikan dan hal ini
merupakan waktu yang optimal untuk pertumbuhan janin. Wanita hamil
13
harus berusaha untuk mengurangi pekerjaan yang berat dan harus
meningkatkan waktu istirahat.(Indriyani, 2011)
g. Persiapan persalinan
1) Memantau Membuat rencana persalinan
2) Membuat rencana untuk pengambilan keputusan jika terjadi
kegawatdarurata pada saat pengambilan keputusan utama tidak ada
3) Mempersiapkan sistem transportasi jika terjadi kegawatdaruratan
4) Membuat rencana atau pola menabung
5) Mempersiapkan peralatan yang diperlukan untuk persalinan
h. Kesejahteraan janin
1) Dengan bayi sejak masih dalam kandungannya dan ajak anak untuk
1. Pembesaran kaki
Pembesaran kaki sangat umum terjadi, khususnya pada sore hari
atau dalam cuaca panas. Pembesaran kaki ini biasanya tidak
berbahaya, namun pembesaran yang keterlaluan saat ibu terbangun di
pagi hari, atau pembesaran tangan dan wajah setiap saat, bisa menjadi
tanda-tanda pre-eklamsi. Pembesaran kaki bisa disembuhkan jika
wanita hamil meletakkan kakinya sejajar pantat selama beberapa
menit minimal 2 atau 3 kali sehari, mengkonsumsi makanan kemasan
lebih sedikit yang banyak sekali mengandung garam-garaman, dan
minum lebih banyak air atau jus buah.
2. Pembesaran pembuluh darah (varicose veins)
Pembengkakan pembuluh vena biru yang nampak di kaki atau
alat kelamin wanita hamil disebut varicose veins.Kadang-kadang
pembluh vena ini terasa sakit. Jika pembengkakan pembuluh vena
14
terdapat di kaki, akan lebih baik jika ibu sering meletakkan kaki
sejajar dengan pantat. Stoking yang ketat atau perban elastik bisa
membantu meredakan pembengkakan ini. Jika pembengkakan
pembuluh vena terjadi di sekitar alat kelamin, hal ini dapat
menyebabkan masalah perdarahan ketika keluar saat melahirkan.
Meletakkan daun kubis dingin di alat kelamin dapat membantu
meredakan kelamin ini.
3. Konstipasi (sulit buang air besar)
Beberapa wanita hamil mengalami kesulitan buang air besar.
Kondisi ini disebut konstipasi. Untuk mencegah dan merawat
konstipasi, seorang wanita mestinya:
1. Makan sayuran dan buahan lebih banyak
2. Makan segala jenis padi-padian
3. Minum sedikitnya 8 gelas air matang sehari
4. Berjalan, bergerak dan berlatih setiap hari
4. Hemorhoid (wasir)
Hemorhoid adalah pembengkakan pembuluh vena di sekitar
anus. Rasanya bisa terbakar, sakit atau perih. Kadang-kadang
pembuluh ini mengeluarkan darah ketika wanita hamil BAB,
khususnya jika dia juga mengalami konstipasi. Wanita mestinya
berusaha menghindar terserang konstipasi dengan menyantap banyak
buah dan sayuran, dan minum banyak air. Terlalu banyak duduk atau
berdiri dapat membuat hemorhoid semakin parah. Namun duduk di
dalam bak berisi air dingin atau berbaring dapat menguranginya.
5. Sering merasa ingin BAK
Kebutuhan untuk selalu BAK seringkali normal saja bagi wanita
hamil, khususnya di bulan pertama dan terakhir masa kehamilan. Ini
terjadi karena rahim yang bertumbuh menekan kuat kandung kemih.
Jika proses buang air kecil terasa sakit, perih atau seperti terbakar,
sang wanita mungkin memiliki infeksi kandung kemih atau infeksi
vagina. Pastikan untuk menyembuhkan infeksi ini sesegera mungkin,
karena dapat menyebabkan bukaan persalinan dan masalah lainnya.
15
6. Tarikan nafas yang pendek
Kebanyakan wanita hamil mengalami tarikan nafasnya jadi
pendek (tidak sepanjang dan sedalam biasanya). Ini terjadi karena bayi
yang tumbuh membesar memenuhi paru-paru ibunya sehingga ibunya
kurang memiliki ruangan untuk bernafas. Yakinkan ibu kalau ini hal
yang normal. Namun jika wanita juga merasa lemah dan kelelahan, atau
dia selalu mengalami sesak nafas sepanjang waktukehamilan, dia harus
diperiksa atas tanda-tanda penyakit tertentu, masalah jantung, anemia,
atau kurang gizi.
7. Selalu merasa gerah atau banyak mengeluarkan keringat
Merasa gerah sangat umum, dan selama tidak ada tanda-tanda
berbahaya (seperti tanda-tanda infeksi kandung kemih). Wanita hamil
tidak usah kuatir. Dia bisa mengenakan pakaian yang tidak berlengan,
sering mandi, dan banyak minum air putih atau cairan lainnya.
8. Sakit punggung
Banyak wanita ketika hamil mengalami sakit punggung. Berat
janin, rahim dan air ketuban membebani tulang dan otot wanita. Terlalu
banyak berdiri di satu tempat atau mengangkat beban dapat
menyebabkan sakit punggung. Kerja yang terlalu berat juga dapat
menyebabkan sakit punggung. Kebanyakan sakit punggung normal
sifatnya. Meskipun begitu, bisa juga sakit punggung disebabkan oleh
infeksi ginjal.Sarankan suami, anak, anggota keluarga lain atau rekan-
rekan wanita hamil untuk memijat-mijat punggungnya.
16
Pada awal kehamilan, perdarahan yang tidak normal adalah yang
merah, perdarahan yang banyak, atau perdarahan yang nyeri.Pada
kehamilan lanjut, perdarahan yang tidak normal adalah merah,
banyak, kadang-kadang, tetapi tidak selalu, disertai dengan rasa
nyeri.
2. Sakit kepala yang hebat
Sakit kepala yang menunjukkan adanya masalah yang serius adalah
sakit kepala yang hebat yang menetap dan tidak hilang dengan
beristirahat.Kadang-kadang dengan sakit kepala yang hebat
tersebut, ibu mungkin menemukan bahwa penglihatannya menjadi
kabur atau berbayang.
3. Nyeri perut yang hebat
Nyeri abdomen yang mungkin menunjukkan masalah
yanmengancam keselamatan jiwa adalah yang hebat, manetap, dan
tidak hilang setelah istirahat.
4. Gerakan janin tidak terasa
Ibu mulai merasakan gerakan janin selama bulan ke-5 atau ke-6.
Beberapa ibu dapat merasakan gerakan janinnya lebih awal. Janin
harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam 1 jam jika ibu berbaring
atau beristirahat dan jika ibu makan dan minum yang baik.
5. Keluar cairan per vagina
Yang dinamakan ketuban pecah dini adalah apabila terjadi sebelum
persalinan berlangsung, yang disebabkan karena berkurangnya
kekuatan membran atau meningkatnya tekanan intra uteri, atau oleh
kedua faktor tersebut.Juga karena adanya infeksi yang busa berasal
dari vagina dan servik dan penilaiannya ditentukan dengan adanya
cairan ketuban divagina.Penentuan cairan ketuban dapat dilakukan
dengan tes lakmus (nitrazin test) merah menjadi biru.
6. Bengkak di wajah dan di jari-jari tangan
Pada saat kehamilan, hampir seluruh ibu akan mengalami bengkak
yang normal pada kaki. Bengkak biasanya menunjukkan masalah
17
yang serius apabila muncul pada muka dan tangan, tidak hilang
setelahistirahat dan disertai keluhan fisik lain.
18
6. Pemberian imunisasi TT
Untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum, ibu hamil harus
mendapatkan imunisasi TT.Pada saat kontak pertama, dapat
dilakukan skrining status imunisasi TT pada ibu hamil. Pemberian
imunisasi TT pada ibu hamil disesuaikan dengan status imunisasi
ibu saat ini. Imunisasi Tetanus Toxoid harus segera diberikan pada
saat seorang wanita hamil melakukan kunjungan yang pertama dan
dilakukan pada minngu ke-4.
Tabel 2.4
Pemberian Imunisasi TT
Imunisasi TT Selang Waktu Lama Perlindungan
Minimal
TT 1 Langkah awal
pembentukan kekebalan
tubuh terhadap penyakit
Tetanus
TT 2 1 bulan setelah TT 1 3 tahun
TT 3 6 bulan setelah TT 2 5 tahun
TT 4 12 bulan setelah TT 3 10 tahun
TT 5 12 bulan setelah TT 4 >25 tahun
19
12. Pemeriksaan protein dan reduksi urine atas indikasi
13. Pemberian terapi kapsul yodium untuk daerah endemis gondok dan
terapi anti-malaria untuk daerah endemis malaria.
14. Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan
konseling, termasuk keluarga berencana). Ibu bertanya yang belum
diketahui, misalnya tanda-tanda bahaya dalam kehamilan, dan bidan
memberikan konseling tentang masalah yang dialami ibu pada saat
kehamilan.
2.1.7 Kartu Skor Poedji Rochjati
Kartu skor Poedji Rochjati adalah salah satu alat untuk mendeteksi dini
komplikasi dalam kehamilan. Dalam kartu PR tersebut dikategorikan tiga faktor
resiko yaitu:
a. Kelompok Faktor Risiko l (Ada Potensi Gawat Obstetrik/APGO)
1) Primi Muda
Terlalu Muda hamil pertama umur 16 tahun atau kurang
2) Primi Tua Primer
a) Terlalu tua, hamil pertama umur 35 tahun atau lebih
b) Terlalu lambat hamil. Setelah kawin 4 tahun lebih
3) Primi Tua Sekunder
4) Terlalu lama punya anak lagi, terkecil 10 tahun lebih
5) Terlalu cepat punya anak lagi, anak terkecil usia kurang 2 tahun
6) Grande Multi Terlalu banyak punya anak 4 atau lebih
7) Terlalu Tua (Umur ≥35 tahun)
8) Terlalu pendek (Tinggi Badan ≤ 145 cm)
9) Pada hamil pertama, kedua atau lebih belum pemah melahirkan normal
10) Pernah gagal pada kehamilan yang lalu
11) Pernah melahirkan dengan :
a) Tarikan
b) Uri dikeluarkan oleh penolong
c) Pernah diinfus atau transfuse pada pendarahan postpartum
d) Bekas operasi sesar
b. Kelompok Faktor Risiko II (Ada Gawat Obstetri/AGO)
20
1) Ibu Hamil Dengan Penyakit
2) Anemia: Pucat, lemas badan lekas lelah
3) Malaria: Panas Tinggi. Menggigil keluar keringat, sakit kepala
4) Tuberculosa Paru
5) Payah Jantung
6) Penyakit lain HIV-AIDS, Penyakit Menular Seksual
c. Pre eklampsia Ringan
d. Hamil Kembar/Gemeli
e. Kembar Air /Hidramnion
f. Bayi mati dalam
g. Hamil lebih bulan (Serotinus)
h. Letak Sungsang
i. Letak Lintang
j. Kelompok Faktor Risiko III (Ada Gawat Darurat Obstetri/AGDO)
1) Perdarahan sebelum bayi lahir mengeluarkan darah pada waktu hamil.
Preeklamsia berat dan atau eklamsia (Prawirohardjo, 2012).
2.1.8 Kebijakan
Menurut Saifuddin,dkk (2014), kebijakan pelayanan antenatal terdiri atas
yaitu:
a. Menyediakan sarana pelayanan antenatal yang sesuai dengan standar
pelayanan kebidanan.
b. Setiap ibu hamil dibuatkan kartu ibu atau buku KIA untuk mencatat hasil
pemeriksaan kehamilan.
c. Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama
kehamilan. K1 triwulan pertama, K2 triwulan kedua K3 K4 triwulan
ketiga.
21
lahir, dengan bantuan atau tanpa bantuan (Marmi, 2012). Adapun
menurut Manuaba, 2010, Persalinan adalah proses pengeluaran hasil
konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup umur kehamilannya dan
dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain dengan
bantuan atau dengan kekuatan ibu sendiri.
22
ukuran dan bentuk tulang panggul, sedangkan pada jalan lahir
lunak adalah segmen bawah uterus yang dapat meregang, serviks,
otot dasar panggul, vagina dan introitus vagina.
2.2.4 Tanda-Tanda Persalinan
1. Tanda pendahuluan menurut (Mochtar, 2013) adalah :
a. Ligtening atau setting atau dropping, yaitu kepala turun
memasuki pintu atas panggul.
b. Perut kelihatan lebih melebar dan fundus uteri turun.
c. Sering buang air kecil atau sulit berkemih karena kandung
kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.
d. Perasaan nyeri di perut dan di pinggang oleh adanya
kontraksi- kontraksi lemah uterus, kadang-kadang disebut
“false labor pains”.
e. Serviks menjadi lembek; mulai mendatar; dan sekresinya
bertambah, mungkin bercampur darah.
2. Tanda Pasti Persalinan meliputi:
a. Rasa nyeri oleh adanya his yang datang lebih kuat,sering, dan
teratur.
b. Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena
robekan- robekan kecil pada serviks.
c. Kadang-kadang, ketuban pecah dengan sendirinya.
d. Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan telah ada
pembukaan.
2.2.5 Teori Penyebab Persalinan
a. Teori Keregangan
1) Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam
batas tertentu
2) Setelah melewati batas tersebut, maka akan terjadi
kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai
b. Teori Penurunan Progesteron
23
1) Proses penuaan palsenta terjadi mulai umur kehamilan 28
minggu, dimana terjadi penimbunan jaringan ikat sehingga
pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu
2) Produksi progesteron mengalami penurunan sehingga otot
rahim lebih sensitif terhadap oksitosin.
3) Akibatnya, otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai
tingkat penurunan progesteron tertentu.
c. Teori Oksitosin Internal
1) Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis pars
posterior
2) Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat
mengubah sensitivitas otot rahim sehingga sering terjadi
kontraksi Braxton Hicks.
3) Menurunnya konsentrasi progesteron akibat tuanya usia
kehamilan menyebabkan oksitosin meningkatkan aktivitas
sehingga persalinan dimulai
d. Teori Prostaglandin
1) Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur
kehamilan 15 minggu , yang dikeluarkan oleh desidua
2) Pemberian prostaglandin saat hamil dapat
menimbulkan konstraksi otot rahim sehingga hasil
konsepsi dapat dikeluarkan
3) Prostaglandin dianggap sebagai pemicu terjadinya
persalinan (Sulistyawati Ari, 2010)
e. Teori Penurunan Hormon
24
Seiring matangnya usia kehamilan, villi chorialis
dalam plasenta mengalami beberpa perubahan, hal ini
menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progestoren
yang mengakibatkan tegangnya pembuluh darah sehingga
akan menimbulkan kontraksi utures
g. Teori Distensi Rahim
1) Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam
batas tertentu
2) Setelah melewati batas tersebut, akhirnya terjadi
kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai
3) Contohnya pada kehamilan gameli, sering terjadi
kontraksi karena uterus teregang oleh ukuran janin
ganda, sehingga kadang kehamilan gamely mengalami
persalinan yang lebih dini
h. Teori Hipotalamus-Pituitari dan Glandula Suprarenalis
1) Glandula suprarenalis merupakan pemicu terjadinya
persalinan.
2) Teori ini menunjukkan, pada kehamilan dengan bayi
anensefalus sering terjadi kelambatan persalinan karena
tidak terbentuknya hipotalamus.
i. Induksi Persalinan
Persalinan dapat juga ditimbulkan dengan jalan
sebagai berikut.
1) Gagang laminaria, dengan cara laminaria dimasukkan
kedalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang
fleksus frankenhauser.
2) Amniotomi: pemecahan ketuban
3) Oksitosin drip : pemberian oksitosin menurut tetsan per
infus (Ari Sulistyawati, 2013).
2.2.6 Mekanisme Persalinan
Selama persalinan janin membuat serangkaian gerakan pasif,
yang secara kolektif dikenal sebagai mekanisme
25
persalinan.Mekanisme ini memungkinkan janin beradaptasi dengan
perubahan panggul dan jalan lahir dengan memanfaatkan ruang yang
tersedia.Penting untuk memahami mekanisme ini sehingga manuver
normal janin saat kelahiran janin diantisipasi dan situasi yang
mungkin memerlukan bantuan tertentu.
a. Engagement
Pada minggu-minggu akhir kehamilan atau pada persalinan
dimulai kepala masuk melalui PAP, umumnya dengan
presentasi biparietal (diameter lebar yang paling panjang
berkisar 8,5 – 9,5 cm) atau 70% pada panggul ginekoid.
Masuknya kepala:
- Pada primi terjadi pada bulan terakhir kehamilan
- Pada multi terjadi pada permulaan persalinan
Kepala masuk pintu atas panggul dengan sumbu kepala janin
dapat tegak
lurus dengan pintu atas panggul (sinklitismus) atau miring /
membentuk sudut dengan pintu atas panggul (asinklitismus
anterior/ posterior).
Masuknya kepala ke dalam PAP dengan fleksi ringan,Sutura
Sagitalis/ SS melintang
Bila SS di tengah-tengah jalan lahir : synklitismus
Bila SS tidak di tengah-tengah jalan lahir : asynklitismus
Asynklitismus posterior : SS mendekati simfisis
Asynklitismus anterior : SS mendekati promontorium
b. Descent
Penurunan kepala janin sangat tergantung pada arsitektur
pelvis dengan hubungan ukuran kepala dan ukuran pelvis
sehingga penurunan kepala berlangsung lambat.
Kepala turun ke dalam rongga panggul akibat : tekanan
langsung dari his dari daerah fundus ke arah daerah bokong,
tekanan dari cairan amnion, kontraksi otot dinding perut dan
26
diafragma (mengejan), dan badan janin terjadi ekstensi dan
menegang.
c. Flexion (fleksi)
Pada umumnya terjadi flexi penuh/sempurna sehingga
sumbu panjang kepala sejajar sumbu panggul membantu
penurunan kepala selanjutnya.
Fleksi : kepala janin fleksi, dagu menempel ke toraks, posisi
kepala berubah dari diameter oksipito-frontalis (puncak kepala)
menjadi diamter suboksipito-bregmatikus (belakang kepala).
Dengan majunya kepala fleksi bertambah ukuran kepala
yang melalui jalan lahir lebih kecil (Diameter suboksipito
bregmatika menggantikan suboksipito frontalis).
d. Internal rotation (putar paksi dalam)
Rotasi internal selalu disertai turunnya kepala , putaran ubun-
ubun kecil ke arah depan (ke bawah simpisis pubis)
e. Extension (ekstensi)
Kepala yang berada pada posisi fleksi maksimal mencapai
vulva dan mengalami ekstensi.
f. External rotation (putar paksi luar)
Setelah kepala lahir, memutar kembali ke arah pungung untuk
menghilangkan torsi pada leher
g. Expulsion
Kemudian lahir lah berturut-turut bagian tubuh bayi
2.2.7 Tahapan Persalinan
Tahapan persalinan dibagi menjadi 4 kala, yaitu:
a. Persalinan Kala I
Kala I Persalinan dimulai sejak terjadinya kontak uterus yang
teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks
membuka lengkap (10 cm). Pada primipara, kala I persalinan
berlangsung selama 8-16 jam, sedangkan pada multipara, kala I
persalinan berlangsung selama 6-8 jam (Asrinah, 2010).
27
Menurut Nurasiah (2010) tahapan persalinan di bagi menjadi
Kala I persalinan terdiri atas dua fase, yaitu fase laten dan fase aktif.
1) Fase laten
2) Fase aktif
28
Menurut Rohani, dkk (2011) perubahan fisiologis pada
persalinan kala I sebagai berikut
1. Tekanan darah
Tekanan darah meningkat selama terjaidnya kontraksi
(sistol rata-rata naik) 10-20 mmHg, diastol 5-10 mmHg. Antara
kontraksi, tekanan darah kembali seperti saat sebelum persalinan.
2. Suhu Tubuh
Oleh adanya peningkatan metabolisme, maka suhu tubuh
sedikit meningkat di persalinan. Selama dan setelah persalinan
akan terjadi peningkatan 0,5-1 0C.
3. Detak jantung
Berhubungan dengan peningkatan metabolisme, detak
jantung akan meningkat secara dramatis selama kontraksi.
4. Pernafasan
Oleh terjadinya peningkatan metabolisme, maka terjadi
sedikit peningkatan laju pernafasan yang dianggap normal,
hiperventilasi yang dianggap tidak normaldan menyebabkan
alkalosis.
5. Sistem Perkemihan
Poliuri sering terjadi selama persalinan, yang dikarenakan
oleh cardiac output yang meningkat serta disebabkan oleh filtrasi
glomerulus serta aliran plasma ke renal. Kandung kencing harus
sering dikontrol setiap 2 jam yang bertujuan agar tidak
menghambat penurunan bagian terendah janin dan trauma pada
kandung kemih.
3) Perubahan Psikologis Kala I
Asuhan yang bersifat mendukung selama persalinan
merupakan suatu standar pelayanan kebidanan. Ibu yang bersalin
biasanya mengalami perubahan emosional yang tidak stabil (Rohani,
2011).
b. Persalinan Kala II
29
Kala II Persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah
lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II juga
disebut sebagai kala pengeluaran bayi. Kala II pada primipara
berlangsung selama 2 jam dan pada multipara 1 jam.
Tanda dan gejala kala II persalinan:
1). His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit
2). Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya
kontraksi
3). Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rektum dan
vagina
4). Perineum menonjol
5). Vulva- vagina dan sfingter Ani membuka
6). Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah
7). Pembukaan serviks telah lengkap
8). Vulva- vagina dan sfingter Ani membuka
9). Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah
10). Pembukaan serviks telah lengkap
11). Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina
1) Asuhan Kala II
1) Melibatkan ibu dan keluarga sebagai pembuat keputusan
2) Menghadirkan pendamping persalinan
3) Menjaga privasi ibu
4) Sentuhan, jika diperlukan
5) Menghindari intervensi yang tidak perlu
6) Memberi tahu ibu dan keluarga tentang pembukaannya
7) Memberitahu ibu setiap akan dilakukan prosedur dan hasilnya
8) Penentuan posisi meneran
30
ibu untuk meneran sesuai dengan dorongan alamiahnya dan
beristirahat diantara dua kontraksi. Jika menginginkan, ibu dapat
mengubah posisinya, biarkan ibu mengeluarkan suara selama
persalinan dan proses kelahiran berlangsung.
Setelah lahir bayi, uterus teraba kerasa dan fundus uteri agak
diatas pusat. Beberapa saat kemudian, uterus berkontraksi lagi
untuk melepaskan plasenta dari dindingnya. Biasanya plasenta
akan lepas dalam 6-15 menit setelah bayi lahir dan keluar secara
spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri. Lepasnya plasenta
dapat diperkirakan dengan memerhatikan tanda-tanda di bawah ini
, yaitu:
1. Perubahan bentuk dan tinggi fundus. Setelah bayi lahir dan
sebelum myometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk
bulat penuh (diskoid) dan tinggi fundus biasanya turun hingga
dibawah pusat. Setelah uterus berkontraksi dan plasenta
31
terdorong kebawah, uterus menjadi bulat dan fundus berada
diatas pusat ( sering kali mengarah kesisi kanan).
2. Tali pusat bertambah panjang. Tali pusat terlihat keluar
memanjang atau menjulur malalui vulva dna vagina (tanda
Ahfeld).
3. Semburan darah tiba-tiba. Darah yang terkumpul di belakang
plasenta akan membantu mendorong plasenta keluar dan
dibantu gaya gravitasi. Semburan darah yang tiba-tiba
menandakan bahwa darah yang terkumpul di antara tempat
melekatnya plasenta dan permukaan martenal plasenta keluar
melalui tepi plasenta yang terlepas.
1) Manajemen Aktif Kala III
Managemen aktif kala III terdiri atas tiga langkah utama yaitu:
1. Pemberian suntikkan oksitosin 10 IU secara IM dapat diberikan
dalam 1 menit stelah bayi lahir dan dapat di ulangi stelah 15
menit jika plasenta belum lahir. Berikan oksitosin10 IU secara IM
pada 1/3 bawah kanan bagian luar. Alasan: Oksitosin merangsang
fundus uteri untuk berkontraksi dengan kuat dan efektif sehingga
dapat membantu pelepasan plasenta dan mengurangi kehilangan
darah. Aspirasi sebelum penyuntikan untuk mencegah
penyuntikan oksitosin ke pembuluh darah.
2. Penegangan tali pusat terkendali (PTT)
Tempatkkan klem pada ujung tali pusat 5-7 cm dari vulva,
memegang tali dari jarak dekat untuk mencegah avulsi pada tali
pusat. Saat terjadinya kontraksi yang kuat, plasenta dilahirkan
dengan penegangan tali pusat terkendali kemudian tangan pada
dinding abdomen menekan korpus uteri kebawah dan atas (dorso
kranial).
3. Masase fundus uteri
Lakukan rangsangan taktil (masase) segera setelah plasenta dan
selaput di lahirkan. Sementara tangan kiri melakukan masase
32
uterus, periksalah plasenta dengan tangan kanan untuk
memastikan bahwa kotiledon dan membran sudah lengkap.
c. Persalinan kala IV
Dimulainya dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post
partum untuk melakukan observasi karena perdarahan post partum
sering terjadi pada 2 jam pertama. Observasi dilakukan meliputi:
1. Tingkat kesadaran pasien
2. Pemeriksaan tanda-tanda vital
3. Kontraksi uterus
4. Terjadinya perdarahan
(Lailiyana, 2012)
1) Asuhan dan Pemantauan pada Kala IV
a. Lakukan rangsangan taktil (seperti pemijatan) pada uterus,
untuk merangsang uterus berkontraksi
b. Evaluasi tinggi fundus dengan meletakkan jari tangan
secara melintang antara pusat dan fundus uteri
c. Perkiraan kehilangan darah secara keseluruhan
d. Periksa perineum dari perdarahan aktif (misalnya apakah
ada laserasi atau episiotomi)
33
e. Evaluasi kondisi ibu secara umum
f. Dokumentasikan semua asuhan dan temuan selama kala IV
persalinan di halaman belakang partograf segera setelah
asuhan diberikan atau setelah penilaian dilakukan.
2) Pemantauan Keadaan Umum Ibu pada Kala IV
Hal-hal yang perlu dipantau selama dua jam pertama pasca
persalinan
a. Pantau tekanan darah, nadi, tinggi fundus, kandung kemih,
dan perdarahan setiap 15 menit dalam satu jam pertama dan
setiap 30 menit dalam satu jam kedua pada kala IV
b. Pemijatan uterus untuk memastikan uterus menjadi keras,
seriap 25 menit dalam satu jam pertama dan setiap 30 menit
dalam satu jam kedua kala IV
c. Pantau suhu ibu satu kali dalam jam pertama dan satu jam
kedua pascapersalinan
d. Nilai perdarahan, periksa perineum dan vagina setiap 15
menit dalam satu jam pertama dan setiap 30 menit pada jam
kedua
e. Ajarkan ibu dan keluarganya bagaimana menilai tonus dan
perdarahan uterus, juga bagaimana melakukakn pemijatan
jika uterus menjadi lembek.
34
Menurut Wahyuningsih (2018), tahapan masa nifas dibagi menjadi
4 tahapan, yaitu:
35
b. Puerperium intermediate, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat
genital
c. Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan
sehat sempurna, terutama bila selama haml atau waktu persalinan
memepunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna mungkin
beberapa minggu, bulan atau tahun.
Perubahan fisik masa nifas:
a. Rasa kram dan mules dibagian bawah perut akibat penciutan rahim
(involusi)
b. Keluarnya sisa-sisa darah dari vagina (lochea)
c. Kelelahan karena proses melahirkan
d. Pembentukan ASI sehingga payudara membesar
e. Kesulitan buang air besar (BAB) dan BAK
f. Gangguan otot (betis, dada, perut, panggul dan bokong)
g. Perlukaan jalan lahir
Perubahan psikis masa nifas:
36
ini ibu mengeluarkan banyak sekali jumlah urine. Hilangnya
progesteron membantu mengurangi retensi cairan yang melekat
dengan meningkatnya volume pada jaringan tersebut selama
kehamilan. Pada persalinan pervaginam kehilangan darah sekitar
(200-400 cc). Bila kelahiran melalui seksio cesaria, maka
kehilangan darah dapat dua kali lipat.Perubahan terdiri dari
volume darah (blood volume) dan hemotokrit
(hoemoconcentration). Bila persalinan pervaginam, hemotrokit
akan naik dan pada seksio cesaria, hemotokrit cenderung stabil
dan kembali normal setelah 4-6minggu (Elisabeth, 2017).
b. Sistem Hematologi
1) Hari pertama masa nifas kadar fibrnogen dan plasma sedikit
menurun, tetapi darah lebih kental dengan peningkatan
viskositas sehingga meningkatkan pembekuan darah.
Haematokrit dan haemoglobin pada hari ke 3-7 setelah
persalinan. Pada keadaan tidak ada komplikasi, keadaan
haematokrit danhaemoglobin akan kembali pada keadaan
normal seperti sebelum hamil dalam 4-5 minggu postpartum.
2) Leukositsis meningkat, dapat mencapai 15000/mm3 selama
persalinan dan tetap tinggi dalam beberapa hari postpartum.
Jumlah sel darah putih normal rata-rata pada wanita hamil
kira-kira 12000/mm3. Selama 10-12 hari setelah melahirkan
umumnya bernilai antara 20000-25000/mm3, neutrofil
berjumlah lebih banyak dari sel darah putih, dengan
konsekuensi akan berubah.
3) Faktor pembekuan, yakni suatu faktor pembekuan darah terjdi
setelah persalinan. Aktivitas ini bersamaan dengan tisak
adanya pergerakan, trauma atau sepsis, yang mendorong
terjadinya tromboemboli. Keadaan produksi tertinggi dari
pemecahan fibrin mungkin akibat pengeluaran dari tempat
plasenta.
37
c. Sistem Reproduksi
1) Involusi Uterus
Involusi merupakan pengecilan yang normal dari
organ setelah organ tersebut memenuhi fungsinya, misalnya
penegcilan uterus setelah persalinan. Involusi uteri adalah
mengecilnya kembali rahim setelah persalinan kembali
kebentuk asal (Elisabeth, 2017).
Mekanisme involusi uterus secara normal adalah sebagai
berkut:
a) Iskemia miometrium, hal ini disebabkan oleh kontraksi dan
reaksi yang terus menerus dari uterus setelah pengeluaran
plasenta sehingga membuat uterus relatif anemi dan
menyebabkan serat otot atrofi
b) Atrofi jaringan yang terjadi sebagai reaksi penghentian
hormon esterogen saat pelepasan plasenta.
c) Autolisis, merupakan proses penghancuran diri sendiri yang
tetrjadi disalam otot uterus. Enzim proteolitik akan
memendekkan jairngan otot yang telah mengendur hingga
panjangnya 10 kali panjang sebelum hamil dan lebarnya 5
kali lebar sebelum hamil yang terjadi selama kehamilan.
Proses autolisis ini terjadi karena penurunan hormon
esterogen dan progesteron.
d) Efek oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi
otot uterus sehingga akan menekan pembuluh darah yang
mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uetrus. Proses
ini membantu untuk mengurangi suplai darah pada tempat
implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan.
Segera setelah lahirnya plasenta, pada uterus yang berkontraski
posisi fundus berada kurang lebih pertengahan antara umbilikus dan
simfisis, atau sedikit lebih tinggi. Dua hari kemudian, kurang lebih
sama dan kemudian mengerut, sehingga dalam dua minggu telah turun
masuk kedalam rongga pelvis dan tidak dapat diraba lagi dari luar.
38
Involusi uterus melibatkan pengreorganisasian dan pengguguran
desidua serta pengelupasan situs plasenta, sebagaimana diperlihatkan
dalam pengurangan dalam ukuran dan berat serta warna dan banyaknya
lochea. Banyaknya lochea dan kecepatan involusi tidak akan
berpengaruh oleh pemberian uterotonika pada saat manajemen aktif
kala III proses persalinan. Involusi tersebut dapat dipercepat proses bila
ibu menyusui bayinya.
Dalam keadaan normal, uterus mencapai ukuran besar pada
masa sebelum hamil sampai dengan kurang dari 4 minggu, berat uterus
setelah kelahiran kurang lebih 1 kg sebagai akibat involusi. Satu
minggu setelah melahirkan beratnya mnejadi kurag lebih 500 gram,
pada akhir minggu kedua setelah persalinan menjadi kurang lebih 300
gram, setelah itu menjadi 100 gram atau kurang. Secara lebih lengkap
involusi uterus dapat dilihat pada Tabel 2.5 dibawah ini.
Tabel 2.5
Involusi Uteri
Diameter
Involusi Uteri Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus
Uterus
Plasenta lahir Setinggi pusat 1000 gram 12,5 cm
Pertengahan pusat dan
7 hari (1 minggu) 500 gram 7,5 cm
simpisis
Tidak teraba diatas
14 hari (2 minggu) 350 gram 5 cm
simpisis
6 minggu Normal 60 gram 2,5 cm
39
berbeda-beda pada setiap wanita. Lochea yang berbau tidak sedap
menandakan adanya infeksi. Lochea mempunyai perubahan
karena proses involusi.
Proses keluarnya darah nifas atau lochea terdiri atas 4
tahapan:
a) Lochea Rubra/merah (kruenta)
Lochea ini muncul pada hari ke 1 sampai hari ke 4 masa
postpartum. Cairan yang keluar berwarna merah karena
berisi darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding
rahim, lemak bayi, lanungo (rambut bayi) dan mekonium.
b) Lochea Sanguiloenta
Cairan yang keluar berwarna merah kecoklatan dan
berlendir. Berlangsung dari hari ke 4 sampai hari ke 7
postpartum.
c) Lochea Serosa
Lochea ini berwarna kuning kecoklaan karena mengandung
serum, leukosit dan robekan/laserasi plasenta. Keluar pada
hari ke 7 sampai hari ke 14 postpartum
d) Lochea Alba / Putih
Mengandung leokosit, sel desidua, sel epitel, selaput lender
serviks dan serabut jaringan yang mati. Lochea alba bisa
belangsung selama 2 sampai 6 minggu postpartum.
Perubahan lochia selama nifas dapat dilihat pada Tabel 2.6 berikut
ini (Ambarwati dkk, 2010).:
Tabel 2.6
Serosa 7-14 hari Kekuningan/ Lebih sedikit darah dan lebih banyak
40
serum, juga terdiri dari leukosit dan
kecoklatan
robekan laserasi plasenta
3) Endometrium
Perubahan pada endometrium adalah timbulnya trombosis,
degenaerasi dan nekrosis ditempat implementasi plasenta. Pada
hari pertama tebal endometrium 2,5 mm, mempunyai permukaan
yang ksar akibat pelepasan desidua dan selaput janin. Setelah tiga
hari mulai rata, sehingga tidak ada pembentukan jaringan parut
pada bekas implantasi plasenta ( Saleha,2009:57)
4) Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama dengan uterus.
Warna serviks sendiri merah kehitam-hitaman karena penuh
pembuluh darah. Konsistensinya lunak, kadang - kadang terdapat
laserasi/perlukaan kecil. Karena robekan kecil yang terjadai
selama dilatasi, serviks tidak pernah kembali pada keadaan
sebelum hamil. Bentuknya seperti corong karena di sebabkan oleh
korpus uteri yang mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak
berkontraksi sehingga pada perbatasan antara korpus uteri dan
serviks terbentuk cincin. Muara serviks yang berdilatasi 10 cm
pada waktu persalinan, menutup secara bertahap. Setelah bayi
lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat
dimasuki 2-3 jari, pada minggu ke 6 postpartum serviks menutup.
Setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim, setelah
2 jam dapat dimasuki 2-3 jari, pada minggu ke 6 postpartum
serviks menutup (Ambarwati, 2010)
41
secara bertahap dalam 6 sampai 8 minggu postpartum. Penurunan
hormone ekstrogen pada masa postpartum berperan dalam
penyisipan mukosa vagina dan hilangnya rugae. Rugae akan
terlihat kembali pada sekitar minggu ke 4.
6) Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena
sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak
maju. Pada postnatal hari ke-5, perineum sudah mendapatkan
kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur
daripada keadaan sebelum melahirkan (Walyani dan
Endang,2015).
7) Payudara
Pada semua wanita yang telah melahirkan, proses laktasi terjadi
secara alami. Proses menyususi mempunyai dua mekanisme
fisologis, yaitu:
a) Produksi susu
b) Sekresi susu atau let down
Selama sembilan bulan kehamilan, jarinagn payudara tumbuh
dan menyiapkan fungsinya untuk menyediakan makanan bagi
bayi baru lahir. Setelah melahirkan, ketika hormon yang
dihasilkan plasenta tidak ada lagi untuk menghambatnya
kelenjar pitituari akan mengeluarkan prolaktin (hormon
laktagenetik). Sampai hari ke-3 setelah melahirkan, efek
prolaktin pada payudara mulai bisa dirasakan. Pembuluh darah
payudara menjadi bengkak terisi darah, sehingga timbul rasa
hangat, bengkak dan rasa sakit. Sel-sel acini yang
menghasilkan ASI juga mulai berfungsi. Ketika bayi
menghisap puting, lobus posterior pitituari untuk menyekresi
hormon oksitosin. Oksitosin merangsang reflek let down
( mengalirkan), sehingga menyebabkan ejeksi ASI melalui
sinus aktiferus payudara ke duktus yang terdapat pada puitng.
Ketika ASI dilahirkan karena isapan bayi atau dengan dipompa
42
sel-sel acini terangsang untuk menghasilakan ASI lebih
banyak. Refleks ini dapat berlanjut sampai waktu yang cukup
lama.
d. Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan selama kehamilan dipengaruhi oleh
beberapa beberapa hal, diantaranya tingginya kadar progesteron
yang dapat mengganggu keseimbangan cairan tubuh,
meningkatkan kolestrol darah, dan melambatkan kontraksi otot-otot
polos. Pasca melahirkan, kadar progesteron juga mulai menurun.
Namun demikian, faal usus memerlukan waktu 3-4 hari untuk
kembali normal. Beberapa hal yang berkaitan dengan perubahan
pada sistem pencernaan, antara lain:
1) Nafsu Makan
Pasca melahirkan biasanya ibu merasa lapar, karena metabolisme
ibu meningkat saat proses persalinan, sehingga ibu dianjurkan
usntuk meningkatkan konsumsi makanan, termasuk mengganti
kalori , energi, darah dan cairan yang telah dikeluarkan selama
proses persalinan. Ibu dapat mengalami perubahan nafsu makan.
Pemulihan nafsu makan diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal
usus kembali normal. Meskipun kadar progesteron menurun
setelah melahirkan, asupan makanan jugan mengalami penurunan.
2) Motilitas
Secara fisiologis, terjadi penurunan tonus dan motilitas otot
traktus pencernaan menetap selama waktu singkat beberapa jam
setelah bayi lahir. Setelah itu, akan kemabali seperti keadaan
sebelum hamil. Pada postpartum SC dimungkinkan karena
pengaruh analgesia dan anastesia bisa memperlambat
pengembalian tonus dan motilitas selama 1 atau 2 hari.
3) Pengosongan Usus/ Defekasi
Pasca melahirkan, ibu sering mengalami konstipasi. Hal ini
disebabkan tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan
awal masa pascapartum. Pada keadaan terjadi diare sebelum
43
persalinan, enema sebelum melahirkan, kurang asupan nutrisi,
dehidrasi, haemoroid ataupun luka jalan lahir, meningkatkan
terjadinya konstipasi postpartum,. Sistem pencernaan pada masa
nifas membutuhkan waktu beberapa hari untuk kembali normal.
Beberapa cara agar ibu dpat buang air besar kembali teratur,antara
lain pengaturan diit yang mengandung serat buah dan sayur,
cairan yang cukup, serta pemberian informasi tentang perubahan
eliminasi dan penatalaksanaannya pada ibu (Wahyuningsih,
2018).
e. Sistem Perkemihan
Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama.
Kemungkinan terdapat spasine sfingter dan edema leher
buli - buli sesudah bagian ini mengalami kompresi antara kepala
janin dan tulang pubis selama persalinan.Urin dalam jumlah yang
besar akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah
melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormon estrogen
yang bersifat menahan air akan mengalami penurunan yang
mencolok, keadaan ini menyebabkan cliviesis. Ureter yang
berdilatasi akan kembali
f. Sistem Muskulokeletal
Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada
waktu persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur
menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh
kebelakang dan menjadi retrofleksi, karena ligamen rotundum
menjadi kendor. Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8
minggu setelah persalinan.
g. Sistem Endokrin
1) Oksitosin
Oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang.
Selama tahap ketiga persalinan, hormon oksitsin berperan dalam
pelepasan plasenta dan mempertahankan kontraksi, sehingga
mencegah perdarahan. Isapan bayi dapat merangsang produksi
44
ASI dan sekresi oksitosin. Hal tersebut membantu uterus kembali
kebentuk normal.
2) Prolaktin
Menurunnya kadar esterogen menimbulkan terangsangnya
kelenjar pitituari bagian belakang untuk mengeluarkan prolaktin,
hormon ini berperan dalam pembesaran payudara untuk
merangsang produksi susu. Pada wanita yang menyusui bayinya,
kadar prolaktin tetap tinggi dan pada permulaan ada rangsangan
folikel dalam ovarium yang ditekan. Pada wanita yang tidak
menyusui bayinya tingkat sirkulasi prolaktin menurun dalam 14-
21 hari setelah persalinan, sehingga merangsang kelanjar kelenjar
bawah depan otak yang mengontrol ovarium kearah permulaan
pola produksi esterogen dan progesteron yang nomal,
pertumbuhan folikel , ovulasi dan mentruasi.
3) Esterogen dan Progesteron
Diperkirakan bahwa tingkat esterogen yang tinggi
memperbesar hormon antidiuretik yag menigkatkan volume
darah. Disamping itu, progesteron memengaruhi otot halus yang
mengurangi perangsangan dan peningkatan pembuluh darah. Hal
ini memengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar
panggul, perineum dan vulva serta vagina (Saleha,2009: 60)
h. Sistem Integumen
1) Penurunan melanin umunya setelah persalinan menyebabkan
berkurangnya hyperpigmentasi kulit
2) Perubahan pembuluh darah yang tampak pada kulit karena
kehamilan dan akan menghilang pada saat esterogen menurun
(Walyani dan Endang,2015).
i. Perubahan Tanda-tanda Vital
Menurut Yanti (2011) perubahan tada-tanda vital pada masa
nifas sebagai berikut:
a) Suhu Badan
45
Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2°C. Sesudah
partus dapat naik kurang lebih 0,5°C dari keadaan normal, namun
tidak akan melebihi 8°C. Sesudah dua jam pertama melahirkan
umumnya suhu badan akan kembali normal. Bila suhu lebih dari
38°C mungkin terjadi infeksi terhadap ibu.
b) Nadi
Denyut nadi setelah melahirkan biasanya akan lebih cepat
(denyut nadi normal : 60-80 kali/menit). Jika denyut nadi melebihi
100 kali/menit disebut abnormal dan hal ini menunjukkan adanya
kemungkininan infeksi.
c) Tekanan Darah
Selama beberapa jam setelah melahirkan, ibu mengaami
hipotensi orthostik (penurunan 20 mmHg) yang ditandai dengan
adanaya pusing segera setelah berdiri, yang dapat terjadi hingga 46
jam pertama. Hasil pengukuran tekanan darah seharusnya tetap
stabil setelah melahirkan. Penurunan tekanan darah bisa
mengindikasikan penyesuaian fisiologis terhadap penurunan
tekanan darah intrapeutik atau adaaya hipovelemia sekunder yang
berkaitan dengan hemoragi uterus. Peningkatan tekanan darah
sistolik 30 mmHg dan penambahan diastolik 15 mmHg yang
disertai dengan sakit kepala isa menandakan ibu mengalami
preeklamsi dan ibu perlu dievaluasi lebih lanjut.
d) Pernafasan
Pada ibu postpartum umumnya pernafasan lambat atau
normal. Hal ini dikarenakan karena ibu dalam keadaan pemulihan
atau dalam kondisi istirahat, keadaan pernafasan selalu
berhubungan dengan suhu dan denyut nadi. Bila suhu tidak normal,
pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali bila ada gangguan
pada saluran nafas. Bila pernafasan pada masa postpartum menjadi
lebih cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok.
46
a. Adaptasi Psikologis Ibu dalam Masa Nifas
Fase-fase yang akan dijalani oleh ibu nifas antara lain:
1) Fase Taking In
Fase taking in yaitu periode ketergantungan,berlangsung dari hari
pertama sampai hari ke dua melahirkan. Pada fase ini ibu berfokus
pada dirinya sendiri. Ketidaknyamanan fisik yang dialami ibu pada
fase ini seperti mules, nyeri pada jahitan, kurang tidur dan
kelelahan merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari. Hal yang
perlu diperhatikan pada fase ini adalah istirahat cukup, komunikasi
yang baik dan asupan nutrisi. Menurut Walyani (2015), gangguan
fisiologis yang mungkin dirasakan ibu adalah :
a) Kekecewaan karena tidak mendapatkan apa yang diinginkan
tentang bayinya misal jenis kelamin tertentu, warna kulit,
jenis rambut dan lainnya.
b) Ketidaknyamanan sebagai akibat dari perubahan fisik yang
dialami ibu misal rasa mules karena rahim berkontraksi untuk
kembali kekeadaan semula, payudara bengkak, nyeri luka
jahitan.
c) Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya
d) Suami atau keluarga yang mengkritik ibu tentang cara
merawat bayi dan cenderung melihat saja tanpa membantu.
Ibu akan merasakan tidak nyaman karena sebenarnya hal
tersebut bukan hanya tanggung jawab ibu semata.
2) Fase Taking Hold
Fase ini berlangsung anatara 3-10 hari setelah melahirkan. Ibu
merasa khawatir akan ketidak mampuannya dan rasatangguang
jawab dalam perawatan bayinya. Perasaan ibu lebih sensitif
sehingga mudah tersinggung. Hal yang perlu diperhatikan adalah
komunikasi yang baik, dukungan dan pemeberian
penyuluhan/pendidikan kesehatan tentang perawatan diri dan
bayinya.
47
Tugas bidan adalah : mengajarkan cara perawatan bayi, cara
menyusui yang benar, cara perawatan luka jahitan, senam nifas,
pendidikan kesehatan gizi, istirahat, kebersihan dll.
3) Fase Letting Go
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran
barunya. Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu
sudah mulai dapat menyesuaikan diri dengan ketergantungan
bayinya. Terjadi peningkatan akan perwatan diri dan bayinya.
Menurut Yanti (2011), hal-hal yang harus dipenuhi selama nifas
adalah sebagai berikut :
a) Fisik, Istirahat, asupan gizi, lingkungan bersih
b) Psikologi berupa dukungan dari keuarga sangat diperlukan.
c) Sosial. Perhatian, rasa kasih sayang, menghibur ibu saat
sedih, dan menemani ibu saat kesepian.
d) Psikososial
b. Post Partum Blues
Keadaan dimana ibu merasa sedih berkaitan dengan bayinya disebut
baby blues. Penyebab antara lain : perubahan perasaan saat hamil,
perubahan fisik dan emosional. Perubahan yang ibu alami akan kembali
secara perlahan setelah beradaptasi dengan peran barunya. Menurut Dewi
(2011), gejala-gejala baby blues antara lain :
1) Reaksi depresi/sedih/disforia
2) Sering menangis
3) Mudah tersinggung
4) Cemas
5) Labilitas perasaan
6) Cenderung menyalahkan diri sendiri
7) Gangguan tidur dan nafsu makan
8) Kelelahan
9) Mudah sedih
10) Cepat marah
48
11) Mood mudah berubah, cepat menjadi sedih dan cepat menjadi
gembira
12) Perasaan terjebak dan juga marah terhadap pasangannya, serta
bayinya
13) Perasaan bersalah
14) Pelupa
c. Depresi Berat
Depresi berat disebut juga dengan sindrom depresif non psikotik
pada kehamilan sampai beberapa minggu/bulan setelah kelahiran. Menurut
Yanti (2011), gejala-gejala depresi berat antara lain :
1) Perubahan mood
2) Gangguan tidur dan poa makan
3) Perubahan menta dan libido
4) Phobia, ketakutan menyakiti diri sendiri atau bayinya
d. Psikosis Post Partum
Gejala psikosis muncul beberapa hari sampai 4-6 minggu post
partum. Gejalanya antara lain :
1) Gaya bicara kelas
2) Menarik diri dari pergaulan
3) Cepat marah
4) Gangguan tidur
Faktor penyebab psikosis post partum adalah :
1) Riwayat keluarga penderita psikiatri
2) Riwayat ibu menderita psikiatri
3) Masalah keluarga dan perkawinan
2.3.5 Kebutuhan Dasar Masa Nifas
Menurut Saleha (2009), kebutuhan dasar pada ibu nifas adaalah:
a. Nutrisi dan Cairan
49
Masalah diet perlu mendapat perhatian yangs serius, karena
dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat penyembuhan ibu
dan sangat memengaruhi susunan air susu. Diet yang diberikan
harus bermutu, bergizi tinggi, cukup kalori, tinggi protein dan
banyak mengandung cairan. Ibu yang menyusui harus memenuhi
kebutuhan akan gizi sebagai berikut.
1) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari
2) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein,
mineral, dan vitamin yang cukup
3) Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari
4) Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi,
setidaknya selama 40 hari pasca persalinan
5) Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat
memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI
b. Ambulasi
Ambulasi dini (Early ambulation) ialah kebijaksanaan agar
seceapat mungkin bidan membimbing ibu postpartum bangun dari
tempat tidurnya dan membimbing ibbu seceapat mungkin untuk
berjalan. Ibu postpartum tidak dibenarkan lagi untuk telentang
ditempat tidur selama 7-14 hari setealah persalinan. Ibu post
paartum sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam 6
sampai 24 jam postpartum.
Keuntungan Early ambulation adalah sebagai berikut.
1) Ibu merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation
2) Faal usus dan kandung kemih lebih baik
3) Early ambulation memungkinkan kita mengajarkan ibu cara
merawat anaknya selama ibu masih dirumah sakit. Misalnya
memandikan, mengganti pakaian, dan memberi pakaian
4) Lebih sesuai dengan keadaan Indonesia (sosial ekonomi).
Menurut penelitian-penelitian yang seksama, early ambulation
tidak mempunyai pengaruh yang buruk, tidak menyebabkan
perdarahan yang abnormal, tidak memengaruhi penyembuhan
50
luka episiotomi atau luka di perut, serta tidak memperbesar
kemungkinan prolapsus atau retrotexto uteri.Early ambulation
tentu tidak dibenarkan pada ibu postpartum dengan penyulit,
misalnya anemia, penyakit jantung, penyakit paru-paru, demam,
dan sebagainya. Penambahan kegiatan dengan early ambulation
harus berangsur-angsur, jadi bukan maksudnya ibu segera setelah
bangun dibenarkan mencuci, memasak dan sebagainya
c. Eliminasi
1) Buang Air Kecil (BAK)
Ibu diminta untuk buang air kecil (miksi) 6 jam post
partum. Jika dalam 8 jam portpartum belum dapat berkemih
atau seali berkemih belum melbihi 100 CC, maka dilakukan
kateterisasi. Akan tetapi, kalau ternyata kandung kemih penuh,
tidak perlu menunggu 8 jam untuk kateterisasi. Berikut ini
sebab-sebab terjadinya kesulitan berkemih (retensio urine)
pada ibu post partum.
a) Berkurangnya tekanan intraabdominal
b) Otot-oto perut msih lemah
c) Edema dan uretra
d) Dinding kandung kemih yang sensitif
2) Buang Air Besar (BAB)
Ibu postpartum diharapkan dapat buang air besar
(defekasi) setelah hari kedua postpartum. Jika hari ketiga
belum juga BAB, maka perlu diberi obat pencahar peroral atau
per rektal. Jika setelah pemberian obat pencahar masih belum
bisa BAB, maka dilakukan klisma (huknah).
d. Personal Hygine
Pada masa postpartum, ibu nifas sangat rentan terhadap
infeksi. Oleh karena itu, kebersihan diri sangat penting untuk
mencegah terjadinya infeksi. Kebersihan tubuh, pakaian, tempat
tidur, dan lingkungan sangat penting untuk tetap dijaga. Langkah-
51
langkah yang dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan diri ibu
postpartum adalah sebagai berikut.
1) Anjurkan kebersihan seluruh tubuh, terutama perineum
2) Mengajarkan ibu bagaimana membersihakan daerah kelamin
dengan sabun dan air. pastikan bahwa ibu mengerti untuk
membersihkan daerah disekitar vulva terlebih dahulu , dari
depan ke belakang, kemudian membersihkan daerah sekirar
anus. Nasihati ibu untuk membersihkan vulva setiap kali
selesai buang air kecil atau besar.
3) Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut
setidaknya dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika
tealah dicuci dengan baik dan dikeringkan dibawah matahari
dan disetrika.
4) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air
sebelum dan sesudah membersihakn daerah kelalminnya.
5) Jika ibu mempunyai luka episiotemi atau laserasi, sarankan
kepada ibu untuk menghindari menyentuh daerah tersebut.
e. Istirahat dan tidur
Hal-hal yang bisa dilakukan pada ibu untuk memenuhi
kebutuhan istirahat dan tidur adalah sebagai berikut.
1) Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang
berlebihan
2) Sarankan ibu untuk kembali pada kegiatan-kegiatan rumah tangga
secara perlaahan-lahan, serta untuk tidur siang atau istirahat
selagi bayi tidur
3) Kurang istirahat akan memengaruhi ibu dalam beberapa hal:
- Menguragi jumlah ASI yang diproduksi
- Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak
perdarahan
- Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat
bayi dan dirinya sendiri
f. Aktivitas Seksual
52
Aktifitas seksual yang dapat dilakukanoleh ibu masa nifas
harus memnuhi syarat berikut ini.
1) Secara fisik aman untuk memulai hubungan seksual begitu
darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu-satu
dua jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri, maka ibu aman
untuk memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja
bu siap.
2) Banyak budaya yang mempunyai tradisi sampai masa waktu
terentu, misalnya setealah 40 hari atau 6 minggu setelah
persalinan. Keputusan ini bergantung pada pasangan yang
bersangkutan.
53
menit setiap hari akan sangat membantu untuk mengencangkan
otot bagian perut.
Berikut ini adalah beberapa contoh gerakan yang dapat
dilakukan saat melakukan senam nifas (Sulistyawati,2009:103) :
Tabel 2.7
Gerakan Senam Nifas
No. Gerakan Gambar
1 Tidur telentang, tangan disamping badan. Tekuk
salah satu kaki, kemudian gerakkan keatas
mendekati perut. Lakukan gerakan ini sebanyak
15 kali secara bergantian untuk kaki kanan dan
kiri. Setelah itu rileks selama 10 hitungan.
54
keluarkan lewat mulut.
6 Posisi badan menungging, perut dan paha
membentuk sudut 900. Gerakan perut keatas
sambil otot perut dan anus dikerutkan sekuat
mungkin, tahan selama 5 hitungan. Lakukan
gerakan ini sebanyak 15 kali dan rileks
selama 10 hitungan.
55
2.3.7 Asuhan Masa Nifas
a. Tujuan Asuhan Masa Nifas
Semua kegiatan yang dilakukan, baik dalam bidang kebidanan
maupun di bidang lain selalu mempunyai tujuan gar kegiatan tersebut
terarahdan diadakan evaluasi dan penilaian. Tujuan dari perawatan
nifas ini adalah:
56
5. Mengevaluasi bersama klien asuhan kebidanan yang telah
diberikan
6. Membuat rencana tindak lanjut asuhan kebidanan bersama
klien
c. Cakupan pelayanan kepada ibu pada nifas
Pelayanan kepada ibu pada nifas yakni dimulai dari 6 jam
sampai dengan 42 hari pasca bersalin. Sesuai standar paling
sedikit 3 kali dengan distribusi waktu 6 jam s/d hari ke-3 (KF1),
hari ke-4 s/d hari ke-28 (KF2) dan hari ke-29 s/d hari -42 (KF3)
setelah bersalin di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Dengan indikator ini dapat diketahui cakupan pelayanan nifas
secara lengkap (memenuhi standar pelayanan dan menepati waktu
yang ditetapkan serta untuk menjaring KB pasca persalinan),
yang menggambarkan jangkauan dan kualitas pelayanan
kesehatan ibu nifas, keluarga berencana disamping
menggambarkan kemampuan manajemen ataupun kelangsungan
program KIA (Buku KIA Kemenkes, 2017).
d. Jenis pelayanan kesehatan ibu nifas
Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2017, jenis
pelayanan ibu nifas yang diberikan meliputi:
1) Pemeriksaan tanda vital (tekanan darah, nadi, nafas, dan suhu)
2) Pemeriksaan tinggi puncak rahim (fundus uteri)
3) Pemeriksaan lochea dan airan pervaginam lain
4) Pemeriksaan payudara dan pemberian anjuran ASI eksklusif
5) Pemberian komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE)
kesehatan ibu nifas dan bayi baru lahir, termasuk keluarga
berencana
6) Pelayanan keluarga berencana pasca persalinan
2.3.8 KONSEP KELUARGA BERENCANA (KB)
a. Pengertian KB
Keluarga berencana merupakan usaha untuk mengukur jumlah
anak dan jarak kelahiran anak yang diinginkan. Maka dari itu,
57
Pemerintah mencanangkan program atau cara untuk mencegah dan
menunda kehamilan (Sulistyawati, 2013)
b. Tujuan Program KB
Tujuan dilaksanakan program KB yaitu untuk membentuk keluarga
kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan
cara pengaturan kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia
dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya (Sulistyawati,
2013). Tujuan program KB lainnya yaitu untuk menurunkan angka
kelahiran yang bermakna, untuk mencapai tujuan tersebut maka
diadakan kebijakaan yang dikategorikan dalam tiga fase
(menjarangkan, menunda, dan menghentikan) maksud dari kebijakaan
tersebut yaitu untuk menyelamatkan ibu dan anak akibat melahirkan
pada usia muda, jarak kelahiran yang terlalu dekat dan melahirkan
pada usia tua
c. Ruang Lingkup Program KB
Ruang lingkup program KB secara umum adalah sebagai berikut :
a. Keluarga berencana
b. Kesehatan reproduksi remaja
c. Ketahanan dan pemberdayaan keluarga
d. Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas
e. Keserasian kebijakan kependudukan
f. Pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM)
g. Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan.
2.3.9 Kontrasepsi
a. Definisi Kontrasepsi
Kontrasepsi merupakan usaha-usaha untuk mencegah
terjadinya kehamilan.Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara dan
permanen (Wiknjosastro, 2009). Kontrasepsi yaitu pencegahan
terbuahinya sel telur oleh sel sperma (konsepsi) atau pencegahan
menempelnya sel telur yang telah dibuahi ke dinding rahim
(Nugroho dan Utama, 2014).
58
b. Efektivitas (Daya Guna)
Kontrasepsi Menurut Wiknjosastro (2009) efektivitas atau
daya guna suatu cara kontrasepsi dapat dinilai pada 2 tingkat,
yakni:
1) Daya guna teoritis (theoretical effectiveness), yaitu
kemampuan suatu cara kontrasepsi untuk mengurangi
terjadinya kehamilan yang tidakdiinginkan, apabila
kontrasepsi tersebut digunakan dengan mengikuti aturan
yang benar.
2) Daya guna pemakaian (use effectiveness), yaitu
kemampuan kontrasepsi dalam keadaan sehari-hari dimana
pemakaiannya dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti
pemakaian yang tidak hati-hati, kurang disiplin dengan
aturan pemakaian dan sebagainya.
c. Memilih Metode Kontrasepsi
Menurut Hartanto (2015), ada beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan dalam memilih kontrasepsi. Metode kontrasepsi
yang baik ialah kontrasepsi yang memiliki syarat-syarat sebagai
berikut:
2. Aman atau tidak berbahaya
3. Dapat diandalkan
4. Sederhana
5. Murah
6. Dapat diterima oleh orang banyak
7. Pemakaian jangka lama (continution rate tinggi).
4) Macam-macam Kontrasepsi
1) Metode Kontrasepsi Sederhana
Metode kontrasepsi sederhana terdiri dari 2 yaitu metode
kontrasepsi sederhana tanpa alat dan metode kontrasepsi
dengan alat. Metode kontrasepsi tanpa alat antara lain: Metode
Amenorhoe Laktasi (MAL), Couitus Interuptus, Metode
Kalender, Metode Lendir Serviks, Metode Suhu Basal Badan,
59
dan Simptotermal yaitu perpaduan antara suhu basal dan lendir
servik. Sedangkan metode kontrasepsi sederhana dengan alat
yaitu kondom, diafragma, cup serviks dan spermisida
(Handayani, 2010).
2) Metode Kontrasepsi Hormonal
Metode kontrasepsi hormonal pada dasarnya dibagi
menjadi 2 yaitu kombinasi (mengandung hormon progesteron
dan estrogen sintetik) dan yang hanya berisi progesteron
saja.Kontrasepsi hormonal kombinasi terdapat pada pil dan
suntikan/injeksi. Sedangkan kontrasepsi hormon yang berisi
progesteron terdapat pada pil, suntik dan implant (Handayani,
2010).
3) Metode Kontrasepsi dengan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
(AKDR)
Metode kontrasepsi ini secara garis besar dibagi menjadi 2
yaitu AKDR yang mengandung hormon sintetik (sintetik
progesteron) dan yang tidak mengandung hormon (Handayani,
2010).AKDR yang mengandung hormon Progesterone atau
Leuonorgestrel yaitu Progestasert (Alza-T dengan daya kerja 1
tahun, LNG-20 mengandung Leuonorgestrel.
4) Metode Kontrasepsi Mantap
Metode kontrasepsi mantap terdiri dari 2 macam yaitu
Metode Operatif Wanita (MOW) dan Metode Operatif Pria
(MOP). MOW sering dikenal dengan tubektomi karena prinsip
metode ini adalah memotong atau mengikat saluran tuba/tuba
falopii sehingga mencegah pertemuan antara ovum dan sperma.
Sedangkan MOP sering dikenal dengan nama vasektomi,
vasektomi yaitu memotong atau mengikat saluran vas
deferenssehingga cairan sperma tidak dapat keluar atau
ejakulasi (Handayani, 2010).
60
2.4 KONSEP BAYI BARU LAHIR
2.4.1 Pengertian Neonatus Normal
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir cukup bulan, 38-42
minggu denganberat badan sekitar 2500-3000 gram dan panjang
badan sekitar 50-55 cm (Sondakh, 2017).
61
i. Genitalia: pada perempuan labia mayora sudah menutupi labia
minora, dan pada laki-laki, testis sudah turun dan skrotum sudah
ada
j. Refleks isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik
k. Refleks Moro atau gerak memeluk jikadikagetkan sudah baik
l. Refleks grap atau menggenggam sudah baik
m. Eliminasi baik, mekonium keluar dalam 24 jam pertama,
mekonium berwarna hitam kecoklatan (Tando, 2016).
62
gerakan tidak terkoordinasi, pengaturan suhu yang labil, kontrol
otot yang buruk, mudah terkejut, dan tremor pada ekstremitas.
e) Perubahan Gastrointestinal
Kadar gula darah tali pusat 65mg/100mL akan menurun
menjadi 50mg/100 mL dalam waktu 2 jam sesudah lahir, energi
tambahan yang diperlukan neonatus pada jam-jam pertama
sesudah lahir diambil dari hasil metabolisme asam lemak
sehingga kadar gula akan mencapai 120mg/100mL.
f) Perubahan Ginjal
Sebagian besar bayi berkemih dalam 24 jam pertama setelah
lahir dan 2-6 kali sehari pada 1-2 hari pertama, setelah itu mereka
berkemih 5-20 kali dalam 24 jam.
g) Perubahan Hati
Dan selama periode neontaus, hati memproduksi zat yang
essensial untuk pembekuan darah. Hati juga mengontrol jumlah
bilirubin tak terkonjugasi yang bersirkulasi, pigmen berasal dari
hemoglobin dan dilepaskan bersamaan dengan pemecahan sel-sel
darah merah.
h) Perubahan Imun
Bayi baru lahir tidak dapat membatasi organisme penyerang
dipintu masuk. Imaturitas jumlah sistem pelindung secara
signifikan meningkatkan resiko infeksi pada periode bayi baru
lahir.
63
1) Pengkajian faktor penyebaba dan sifat muntah
2) Pengobatan tergantung faktor penyebab
3) Perlakuan bayi dengan baik dan hati-hati
4) Rujuk
b. Gumoh
Gumoh adalah keluarnya kembali sebagian kecil isi lambung
setelah beberapa saat makanan masuk lambung.Muntah susu adalah
hal yang agak umum, terutama pada bayi yang mendapatkan ASI
Penanganan dari gumoh bisa dilakukan denagn cara:
1) Perbaiki teknik menyusui setelah menyusui usahakan bayi
disendawakan.
2) Perhatikan posisi botol saat pemberian susu bayi pada bayi yang
sedang menyusui pada ibunya harus dengan bibir yang mencakup
rapat seluruh puting susu ibu.
c. Oral trush
Oral trush kandidiasis embbran mukosa mulut yang ditandai
dengan munvulnya bercak-bercak keputihan yang membentuk plak-
plak berkeping di mulut.Penanganan dari oral trush bisa dilakukan
dengan cara :
1) Menjaga kebersihan dengan baik
2) Bersihkan daerah mulut bayi setelah makan ataupun minum susu
dengan air matang dan bersih.
3) Pada bayi yang minum susu dengan menggunakan botol, harus
teknik steril dalam membesihkan susu sebelum digunakan.
d. Miliarisis
Miliarisis disebut juga biang keringat, keringata buntet yaitu
dermatosis yang disebab kan oleh keringat akibat tersumbatnya pori
kelenjer keringat.Penanganan dari miliarisis bisa dilakukan dengan
cara :
1) Memelihara kebersihan tubuh bayi.
2) Gunakan pakaian yang tidak terlalu sempit, gunakan pakaian yang
menyerap keringat.
64
3) Segera ganti pakaian yang basah dan kotor.
e. Diare
Diare adalah pengeluaran tinja yang tidak normal dan
cairan.Buang air besar yang tidak normal dan bentuk tinja yang cair
dengan frekuensi yang lebih banyak dari biasanya.Penanganan dari
diare bisa dilakukan dengan cara;
1) Pemberian cairan (rehidrasi awal)
2) Diatetik (pemberian makan)
3) Obat-obatan
f. Obstipasi
1) Mencari penyebab
2) Menegakkan kembali kebiasaan defekasi yang normal dengan
memperhatikan gizi, tambahan cairan dan kondisi psikis (Yongki,
2012)
g. Ruam popok
Ruam popok (diaper rash) adalah ganguan yang lazim
ditemukanpada bayi. Ruam kulit akibat radang pada daerah yang
tertutup popok biasanya pada alat kelamin, sekitar bokong serta
lipatan [paha. Gangguan ini banyak mengenai bayi berumur kurang
dari 15 bulan , terutama pada kisaran usia 8-10 bulan. Gejalanya
antara lain ruam kemerahan atau lecet pada kulit di daerah yang
ditutupi popok (Syafrudin, 2011).
h. Ikterus Fisiologis
Ikterus adalah warna kuning di kulit , konjungtiva dan mukosa
terjadi karena meningkatnya kadar bilirubin dalam darah. Produksi
bilirunin sebagian besar berasal dari pemacehan sel darah merah
65
menua (80%) sisanyan berasal dari miglobulin.Ikterus perlu
ditangani secara serius agar tidak terjadi kernikterus yang dapat
menyebakan kematian.
Ikterus fisiologis apabila meningkatnya kadar bilirubin tidak
menimbilkan gangguan fungsi dan kerusakan organ. Iketrus timbul
pada hari 2-3, mencapai puncaknyapada hari 5-7 dan menghilang
pada hari 10-14.kadar bilirubin ikterus fisiologis biasanya tidak
melebihi 12mg% padab bayi cukup bulan dan 15mg% pada bayi
kurang bulan. Keadaan umum bayi baik, minum ASI baik, berat
badan naik, tidak ada pembesaran hati atau limpa, buang air kebil
dan air besar biasa.Adapun penanganannya adalah dengan
memberikan ASI sesering mungkin dan menjemur bayi dibawah
sinar matahari pagi.
2.4.5 Kunjungan Asuhan Neonatus Normal
66
a. Identitas diri terdiri dari nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan,
alamat dan identitas suami
b. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
c. Riwayat persalinan sekarang (tempat melahirkan, penolong
persalinan,jenis persalinan, selaput ketuban, air ketuban, lama
persalinan, kala I, kala II, kala III, komplikasi persalinan,riwayat
kelahiran bayi, tanggal, pukul, masa gestasi, jenis kelamin, panjang
bayi, berat badan, cacat bawaan).
d. Riwayat penyakit/operasi yang lalu (jenis penyakit, dimana, kapan)
e. Riwayat penyakit keluarga yang pernah diderita
f. Riwayat yang berhubungan dengan masalah kesehatan reproduksi
g. Riwayat keluarga berencana
h. Pola makan, minum, eliminasi, istirahat, psikososial
2. O: Objektif
1. Keadaan umum, tinggi badan, berat badan dan TTV (tekanan darah,
temperatur, nadi, pernafasan)
2. Kepala dan leher (odema, mata, pembesaran kelenjar tyroid dan
pembesaran vena jugularis)
3. Payudara (bentuk, ukuran, kesimetrisan, cairan yang keluar)
4. Abdomen dan uterus (bekas luka operasi, tinggi fundus uteri,
kontraksi, involusi)
5. Ekstremitas (edema, varises)
6. Anogenetalia (perdarahan, vulva, perenium, lochea, hemoroid)
3. A: Assessment
67
kebidanan, dan kebutuhan. Analisis yang tepat dan akurat mengikuti
perkembangan data klien akan menjamin cepat diketahuinya perubahan
pada klien, dapat terus diikuti dan diambil keputusan/tindakan yang tepat.
4. P: Plan
68
BAB 3
3.1.1 Tempat
3.1.2 Waktu
69
d. Melakukan pemantauan dilakukan dengan cara wawancara untuk
mendapatkan data subjektif dan melakukan pemeriksaan untuk
mendapatkan data objektif sesuai dengan keluha yang dialami ibu.
Kemudian melakukan asuhan kebidanan kepada ibu dengan manajemen
asuhan kebidanan pada ibu nifas dan pendokumentasian SOAP sesuai
dengan asuhan yang dilakukan.
3.3 INSTRUMEN
70
BAB 4
pelayanan kesehatan tersedia bagi pasien umum dengan biaya mandiri maupun
rumah pasien ke PMB Siti Julaeha ±9,6 km atau 20 menit perjalanan dengan
menggunakan kendaraan. Ny. M seorang ibu rumah tangga, sedangkan suami nya
71
PMB Siti Julaeha ini merupakan lahan praktik kebidanan bagi mahasiswa
72
4. RIWAYAT KEHAMILAN, PERSALINAN, NIFAS YANG LALU
?
Laki-laki Perempuan Ibu Hamil
10. RIWAYAT KELUARGA BERENCANA
Metode KB yang pernah dipakai dan lamanya : Ibu mengatakan belum pernah
73
menggunakan metode kontrasepsi.
11. POLA MAKAN/ MINUM / ELIMINASI / ISTIRAHAT / PSIKOSOSIAL
A. Makan : 2x/hari
Minum : 8x/hari
Sarapan : Lontong, pecal
Siang : Nasi, ikan, ayam, telor, sayuran
Malam : Buah, jus buah
B. Eliminasi : BAK : sering,±8x/hari
BAB : teratur, 1x/hari
C. Istirahat : Tidur Siang : 1 jam/hari
Tidur Malam : 8 jam/hari
D. Psikososial : Penerimaan klien terhadap kehamilan ini : Ibu mengatakan
senang dan bahagia dengan kehamilannnya.
E. Sosial Support dari : Suami dan keluarga mendukung dan selalu mensupport
ibu dengan membantu ibu melakukan pekerjaan harian ibu dirumah
B. DATA OBJEKTIF
1. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Sikap tubuh : Lordosis
d. BB Sebelum Hamil : 40 kg BB Sekarang : 55,9 kg
e. IMT : 22,67 (ideal)
f. TB : 157 cm
g. LILA : 24 cm
h. TTV :
- TD : 110/80 mmHg
- Suhu : 36,5oC
- P : 22 x/menit
- N : 84 x/menit
i. Rambut/kepala: Tidak mengalami ketombe, bersih dan tidak rontok.
j. Mata
- Sklera : Putih, tidak ikterik
- Konjungtiva : Merah muda, tidak anemis
- Penglihatan : Bagus
- Alat bantu : Tidak menggunakan kacamata
k. Muka : Mengalami hiperpigmentasi, tidak edema
74
l. Hidung : Tidak mengalami pembengkakan dan polip
m. Mulut : Tidak ada masalah
n. Telinga : Tidak ada masalah
o. Leher : Tidak mengalami pembengkakan pada kelenjar tyroid
p. Payudara:
- Puting susu : Menonjol dan bersih
- Areola mammae : Mengalami hiperpigmentasi
- Pengeluaran ASI : Sudah ada/tampak colostrum
q. Abdomen
- Bekas operasi : Tidak ada bekas operasi
- Striae : Livide
- Linea : Alba
r. Palpasi :
Bagian Atas : Teraba lunak, bundar, dan tidak melenting kemungkinan
bokong janin
Bagian Samping :
- Kanan : Teraba bagian keras dan memapan kemungkinan punggung
janin
- Kiri : Teraba tonjolan-tonjolan kecil kemungkinan ekstremitas janin
Bagian Bawah : Teraba keras, bulat dan melenting kemungkinan kepala
janin. Kepala janin belum masuk PAP (konvergen).
TFU : Pertengahan pusat-prosesus xiphoideus (px) (30 cm)
s. TBJ : (30cm- 13 ) x 155 = 2635 gram
t. DJJ : 142 x/menit
u. Ekstremitas : Tidak mengalami udema pada tungkai kaki kanan dan kiri.
v. Refleks Patella : (+) / (+)
w. Akral : Normal
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hb: 11,2 gr/dl HBSAg : (-)
Protein Urine: (-) HIV/AIDS : (-)
Glukosa Urine: (-)
D. ASESSMENT
Diagnosa :
Ibu :(G 1 P 0 A0 H 0), usia kehamilan 34 minggu 1 hari, keadaan umum janin baik.
TTV dalam batas normal.
75
Janin : Hidup, tunggal, intrauterin, preskep, keadaan janin baik.
Skor KSPR : Resiko Rendah
E. PLAN
1. Menginformasikan kepada ibu mengenai hasil pemeriksaan fisi bahawa keadaan
umum ibu baik dan janin baik, dilihat dari hasil pemeriksaan umum dan
pemeriksaan fisik yaitu TTV dalam batas normal, TD 110/80 mmHg, persentase
belakang kepala, letak janin memanjang.
2. Melakukan skrining menggunakanKartu Skor Poedji Rochjati (KSPR), Skor
untuk ibu adalah 2, dan ibu termasuk dalam kategori Kehamilan Resiko Rendah.
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang menjaga personal hygine ibu setelah
BAK dengan cara mengelap kering bagian kemaluan ibu dengan tissue atau
handuk kecil, ibu mengatakan akan sering mengelap kemaluannya setelah BAK.
4. Memberitahukan kepada ibu mengenai tanda-tanda bahaya kehamilan sesuai
dengan buku KIA halaman 8 yaitu:
- Demam tinggi
- Bengkak kaki, tangan, dan wajah
- Sakit kepala disertai kejang
- Janin dirasakan kurang bergerak
- Perdarahan pada saat hamil
- Air ketuban keluar sebelum waktunya
Apabila ibu mengalami salah satu tanda tersebut ibu segera berkunjung ke
tempat bidan atau kefasilitas kesehatan terdekat.
5. Memberikan ibu obat tablet penambah darah (Albion), manfaatnya sebagai nutrisi
ibu dan janin dimasa kehamilan, pencegahan perdarahan pada saat persalinan dan
mencegah anemia.Memberikan ibu obat sebanyak 30 tablet dan dikonsumsi
seharii sekali, obat dikonsumsi tanpa bersamaan dengan kopi dan teh karena akan
mengurangi penyerapan. Dianjurkan untuk mengkonsumsi obat yang
mengandung Vitamin C seperti jus jeruk, pepaya.
6. Memberitahukan kepada ibu untuk melakukan kunjungan ulang 2 minggu lagi
tanggal 2 Februari 2020 untuk memantau penambahan BB serta TBJ ibu, apabila
terdapat keluhan lainnya ibu segera datang ke klinik
76
CATATAN PERKEMBANGAN
Waktu/Tempat Uraian
29-01-2020 S : Kunjungan ulang pemeriksaan hamil. Ibu masih sering
Pukul 16.30 WIB berkemih.
PMB Siti Julaeha
O : Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Sikap tubuh : Lordosis
Tanda-tanda vital : TD : 110/90mmHg
N : 80 kali/menit
S : 36,50C
P : 19x /menit
BB : 56,8 kg
IMT : 23 (Ideal)
TFU : 31 cm
Bagian atas: Tinggi fundus uteri ½ pusat-prosesus xiphoideus,
bagian atas perut ibu teraba bulat, tidak melenting yaitu bokong
janin.
Bagian samping : Bagian samping kanan teraba bagian keras,
memanjang yaitu punggung janin, bagian samping kiri teraba
bagian-bagian kecil, yaitu bagian ekstremitas janin.
Bagian bawah : Bagian bawah perut ibu teraba bulat, keras dan
melenting yaitu kepala janin, kepala janin belum masuk pintu atas
panggul (PAP).
TBJ : (31-13) x 155 = 2790 gram
DJJ : 142 kali/menit teratur dan kuat
Refleks patella : kiri (+) kanan (+)
77
tekanan darah 110/80 mmHg , berat badan sekarang 56,8 kg. Usia
kehamilan sekarang 35-36 minggu dan pembesaran rahim sesuai
dengan usia kehamilan. Hasil pemeriksaan Hb 11,5gr/dL adalah
normal. Keadaan janin baik ditandai dengan denyut jantung janin
(DJJ) 142x/menit adalah normal.
2. Memberi pengertian kepada ibu bahwa ketidaknyamanan yang
dirasakan ibu makin sering BAK adalah hal yang wajar bagi ibu
hamil trimester III, karena dengan bertambahnya usia kehamilan
akan semakin menekan kandung kemih, ibu dapat mengetahui
keadaanya saat ini yaitu sering BAK disebabkan karena
tertekannya kandung kemih karena bertambahnya usia kehamilan.
3. Mengingatkan kembali tanda-tanda bahaya kehamilan yaitu
perdarahan pervaginam, sakit kepala yang hebat, pandangan
kabur, bengkak pada wajah dan jari-jari tangan, sakit pada ulu
hati, gerakan janin berkurang (minimal dalam 12 jam ada 10
gerakan), keluar cairan pervaginam berupa cairan ketuban.
Evaluasi : ibu mengerti dan dapat mengulang kembali tanda
bahaya kehamilan yang dijelaskan.
4. Menjelaskan kepada ibu tentang nutrisi yaitu porsi sekali makan
terdiri dari 1/3 piring nasi, 1/3 piring sayur, ¼ piring lauk-pauk
dan ¼ piring buah.
Evaluasi : ibu bersedia melakukan yang disarankan.
5. Memberitahukan ibu tentang persiapan persalinan yaitu penolong
dan tempat persalinan, pendamping dan pengambil keputusan saat
persalinan, transportasi, pendonor darah jika sewaktu diperlukan,
biaya persalinan atau tabungan, asuransi kesehatan jika ada,
pakaian ibu dan bayi yang bersih di tempatkan dalam tas.
Evaluasi : ibu sudah mempersipkan persiapan persalinan,
golongan darah ibu sama dengan suami.
6. Menjelaskan kepada ibu tentang ASI ekslusif, yaitu menyusukan
bayi tanpa memberikan makanan/minuman apapun selain ASI (air
susu ibu) selama 6 bulan, dan setelah 6 bulan ibu dapat member
kan makanan tambahan seperti bubur tim disamping tetap
memberikan ASI.
Evaluasi : ibu bersedia melakukan yang disarankan.
78
7. Merencanakan kunjungan ulang pada tanggal 12 Februari 2020
atau datang kembali jika ada keluhan.
Evaluasi : ibu bersedia datang ketempat bidan untuk melakukan
pemeriksaan kehamilan.
Waktu/Tempat Uraian
07-02-2020 S : Kunjungan ulang pemeriksaan hamil. Ibu tidak ada keluhan.
Pukul 20.50 WIB
PMB Siti Julaeha O : Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Sikap tubuh : Lordosis
Tanda-tanda vital : TD : 120/80mmHg
N : 80 kali/menit
S : 36,50C
P : 20x /menit
BB : 58 kg
IMT : 23,53 (Ideal)
TFU : 31 cm
79
memanjang, presentasi kepala, K/U janin
baik.
P :
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan umum ibu
dan janin baik dilihat dari hasil pemeriksaan umum dan fisik
yaitu tekanan darah 120/80 mmHg , berat badan sekarang 58
kg. Usia kehamilan sekarang 37-38 minggu dan pembesaran
rahim sesuai dengan usia kehamilan. Keadaan janin baik
ditandai dengan denyut jantung janin (DJJ) 146x/menit adalah
normal.
2. Memberitahu kepada ibu untuk mengkonsumsi makanan
dengan gizi seimbang serta memperbanyak mengkonsumsi
buah-buahan dan sayur-sayuran, usahakan untuk tetap
menstabilkan berat badan ibu.
Evaluasi : ibu mengerti dan memahami.
3. Memberitahu kepada ibu mengenai perawatan payudara untuk
persiapan menyusui, ibu dapat melakukan perawatan payudara
dan akan melakukan perawatan payudara saat dirumah.
Evaluasi : ibu bersedia melakukan yang dianjurkan.
4. Merencanakan kunjungan ulang pada tanggal 14 februari 2020
atau datang kembali jika ada keluhan.
Evaluasi : ibu bersedia datang ketempat bidan untuk
melakukan pemeriksaan kehamilan.
Waktu/Tempat Uraian
14-02-2020 S : Kunjungan ulang pemeriksaan hamil. Ibu tidak ada keluhan.
Pukul 09.00 WIB
PMB Siti Julaeha O : Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Sikap tubuh : Lordosis
Tanda-tanda vital : TD : 100/80mmHg
N : 78 kali/menit
S : 36,50C
P : 19x /menit
BB : 58 kg
80
IMT : 23,53 (Ideal)
TFU : 31 cm
Bagian atas: Tinggi fundus uteri ½ pusat-prosesus xiphoideus,
bagian atas perut ibu teraba bulat, tidak melenting yaitu
bokong janin.
Bagian samping : Bagian samping kanan teraba bagian keras,
memanjang yaitu punggung janin, bagian samping kiri teraba
bagian-bagian kecil, yaitu bagian ekstremitas janin.
Bagian bawah : Bagian bawah perut ibu teraba bulat, keras dan
melenting yaitu kepala janin, kepala janin belum masuk pintu
atas panggul (PAP).
TBJ : (31-13) x 155 = 2790 gram
DJJ : 147 kali/menit teratur dan kuat
Refleks patella : kiri (+) kanan (+)
81
golongan darah ibu sama dengan suami.
3. Memberitahu dan mengingatkan kembali kepada ibu tanda-
tanda persalinan yaitu keluar lendir bercampur darah, sakit
pinggang menjalar ke perut bagian bawah (dalam waktu 10
menit terjadi 2 kali dengan durasi 20 detik), keluar cairan
ketuban. Jika ibu mengalami hal tersebut segera datang
ketempat bidan atau tempat persalinan yang sudah
direncanakan sebelumnya dan membawa persiapan persalinan.
Evaluasi : ibu mengerti dan dapat mengulang kembali
penjelasan yang diberi.
4. Memberitahukan kepada ibu untuk tetap mengkonsumsi tablet
penambah darah yang telah diberikan oleh bidan agar asupan
zat besi tercukupi untuk ibu dan janin, serta memperbanyak
konsumsi air putih dan buah-buahan / sayur-sayuran.
Evaluasi : ibu bersedia melakukan yang disarankan.
5. Merencanakan kunjungan ulang pada tanggal 14 februari 2020
atau datang kembali jika ada keluhan.
Evaluasi : ibu bersedia datang ketempat bidan untuk
melakukan pemeriksaan kehamilan.
Waktu/Tempat Uraian
21-02-2020 S : Kunjungan ulang pemeriksaan hamil. Ibu mengatakan
Pukul 09.00 WIB punggung.
PMB Siti Julaeha
O : Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Sikap tubuh : Lordosis
Tanda-tanda vital : TD : 120/80mmHg
N : 80 kali/menit
S : 36,50C
P : 22x /menit
BB : 60 kg
IMT : 24,34 (Ideal)
TFU : 33 cm
Bagian atas: Tinggi fundus uteri 3 jari dibawah prosesus
82
xiphoideus (px), bagian atas perut ibu teraba bulat, tidak
melenting yaitu bokong janin.
Bagian samping : Bagian samping kanan teraba bagian keras,
memanjang yaitu punggung janin, bagian samping kiri teraba
bagian-bagian kecil, yaitu bagian ekstremitas janin.
Bagian bawah : Bagian bawah perut ibu teraba bulat, keras dan
melenting yaitu kepala janin, kepala janin sejajar dengan pintu
atas panggul (PAP).
TBJ : (33-12) x 155 = 3255 gram
DJJ : 145 kali/menit teratur dan kuat
Refleks patella : kiri (+) kanan (+)
83
badan secara signifikan (berlebih) untuk menghindari
terjadinya kelahiran dengan panggul sempit.
Evaluasi : ibu mengerti dan bersedia melakukan yang
disarankan.
4. Memberitahukan ibu tentang persiapan persalinan yaitu
penolong dan tempat persalinan, pendamping dan pengambil
keputusan saat persalinan, transportasi, pendonor darah jika
sewaktu diperlukan, biaya persalinan atau tabungan, asuransi
kesehatan jika ada, pakaian ibu dan bayi yang bersih di
tempatkan dalam tas.
Evaluasi : ibu sudah mempersipkan persiapan persalinan,
golongan darah ibu sama dengan suami.
5. Memberitahu dan mengingatkan kembali kepada ibu tanda-
tanda persalinan yaitu keluar lendir bercampur darah, sakit
pinggang menjalar ke perut bagian bawah (dalam waktu 10
menit terjadi 2 kali dengan durasi 20 detik), keluar cairan
ketuban. Jika ibu mengalami hal tersebut segera datang
ketempat bidan atau tempat persalinan yang sudah
direncanakan sebelumnya dan membawa persiapan persalinan.
Evaluasi : ibu mengerti dan dapat mengulang kembali
penjelasan yang diberi.
6. Memberitahukan kepada ibu untuk tetap mengkonsumsi tablet
penambah darah yang telah diberikan oleh bidan agar asupan
zat besi tercukupi untuk ibu dan janin, serta memperbanyak
konsumsi air putih dan buah-buahan / sayur-sayuran.
Evaluasi : ibu bersedia melakukan yang disarankan.
7. Merencanakan kunjungan ulang pada tanggal 28 februari 2020
atau datang kembali jika ada tanda-tanda persalinan/ keluhan.
Evaluasi : ibu bersedia datang ketempat bidan untuk
melakukan pemeriksaan kehamilan.
10-03-2020 S :Ibu mengeluh nyeri pada perut ada dorongan ingin meneran seperti ingin BAB.
Pukul 08.30 Ibu mengatakan nyeri nya mulai ia rasakan sejak pagi sekitar pukul 04.00 WIB,
WIB namun masih bisa ditahan. Sekitar pukul 09.00, keluar lendir sedikit dari jalan
PMB Siti lahir. Ibu mengatakan nyeri mulai sejak subuh dan memutuskan langsung pergi ke
84
Julaeha PMB dengan suami.
O:
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Compos Mentis
c. TTV :
1) TD : 110/ 90 mmHg
2) P : 22 x/menit
3) N : 80 x/menit
4) S : 36,5 ºC
d. BB sekarang : 60 kg
e. Konjungtiva : Tidak Pucat
f. Ekstremitas : Tidak oedema
2. Pemeriksaan Khusus :
a. Palpasi :
1) Bagian Atas : Teraba TFU 3 jari dibawah px (33 cm), teraba
lunak, bundar dan tidak melenting adalah bokong janin
2) Bagian Samping : Kiri, teraba tonjolan-tonjolan kecil adalah
ekstremitas janin. Kanan, teraba keras dan memanjang adalah
punggung janin.
3) Bagian bawah : Teraba keras dan bulat adalah kepala janin.
Kepala sudah masuk PAP (2/5). Divergent.
4) HIS : 3x10’40’’
b. Auskultasi :DJJ : 142 x/menit, kuat dan teratur
c. TBJ : (33-11) x 155 = 3410 gram
3. Pemeriksaan Anogenetalia
a. Vulva : Tidak oedema dan tidak ada varises serta terdapat
pengeluaran lendir bercampur darah (blood slym)
b. Anus : Tidak Ada haemoroid
85
c. Portio : Tipis
d. Pembukann : 6 cm
e. Ketuban : (-), warna jernih, bau khas ketuban, tidak ada bagian
janin yang menumbung
f. Presentasi : Belakang kepala
g. Posisi : UUK depan
h. Penurunan : H III
i. Molage : Tidak ada molage
A:
Dx Ibu : G1P0A0H0 UK 40-41 minggu, Inpartu Kala I, KU Ibu baik
Dx Janin : Janin hidup, tunggal,intrauterine, preskep, KU janin baik
P:
1. Memberitahukan Hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa KU ibu dan janin
baik, TTV normal, DJJ normal, Ketuban sudah pecah dan pembukaan belum
lengkap.
a. Membantu ibu untuk mempercepat proses pembukaan
1. Menganjurkan ibu untuk duduk dibola persalinan
2. Menganjurkan ibu untuk tetap mempertahankan posisi miring ke
kiri
3. Memberikan ibu dukungan dan semangat agar dapat menunggu
hingga pembukaan lengkap
4. Memenuhi kebutuhan hidrasi ibu dengan memberi ibu minuman
teh
Pukul : 10.30 S : Ibu mengeluh nyeri pada perut menjalar ke pinggang dan ada dorongan ingin
WIB meneran seperti ingin BAB yang tak tertahankan.
O : Pemeriksaan Umum
g. Keadaan Umum : Baik
h. Kesadaran : Compos Mentis
i. TTV :
5) TD : 110/ 80 mmHg
6) P : 22 x/menit
7) N : 84 x/menit
8) S : 36,7 ºC
86
5. Pemeriksaan Khusus :
d. Palpasi :
5) Bagian Atas : Teraba TFU 3 jari dibawah px (33 cm), teraba
lunak, bundar dan tidak melenting adalah bokong janin
6) Bagian Samping : Kiri, teraba tonjolan-tonjolan kecil adalah
ekstremitas janin. Kanan, teraba keras dan memanjang adalah
punggung janin.
7) Bagian bawah : Teraba keras dan bulat adalah kepala janin.
Kepala sudah masuk PAP (1/5). Divergent.
8) HIS : 3x10’50’’
e. Auskultasi :DJJ : 142 x/menit, kuat dan teratur
f. TBJ : (33-11) x 155 = 3410 gram
6. Pemeriksaan Anogenetalia
c. Vulva : Tidak oedema dan tidak ada varises serta terdapat
pengeluaran lendir bercampur darah (blood slym), vulva membuka,
perineum menonjol
d. Anus : Tidak Ada haemoroid
A: Inpartu Kala II
P:
2. Membantu ibu dalam proses persalinannya
87
a. Mengajarkan ibu cara meneran yang baik yaitu dengan menarik napas
panjang dari hidung dan melihat kearah jalan lahir seolah-olah ibu
melihat bayinya, kedua kaki dibuka lebar dan ditarik sejauh mungkin
kearah dada, serta kedua tangan ibu berada di paha
b. Membimbing ibu meneran saat ada his dan istirahat apabila his berhenti
c. Memberikan ibu pujian dan dukungan apabila ibu meneran dengan baik
d. Memenuhi kebutuhan hidrasi ibu dengan memberi ibu minuman teh
3. Membantu ibu dalam proses kelahiran bayi pada saat kepala berada 5-6 cm
didepan vulva
b. Meletakkan handuk atau kain bersih diatas perut ibu
c. Meletakkan under pad di bawah bokong ibu
d. Melakukan episiotomi kearah medio lateralis
e. Tangan kanan menahan perineum dan tangan kiri menahan belakang
kepala agar defleksi tidak terlalu cepat
f. Membiarkan kepala melakukan putaran paksi luar dan lakukan
pemeriksaan lilitan tali pusat ; tidak ada lilitan tali pusat
g. Membantu kelahiran bahu dengan posisi tangan biparietal, lalu membawa
bayi kearah bawah untuk melahirkan bahu anterior dan membawa bayi
kearah atas untuk melahirkan bahu posterior
h. Membantu kelahiran bayi dengan melakukan sanggah susur, yaitu tangan
kanan menyanggah kepala dan leher bayi, serta tangan kiri menyusuri
badan bayi
i. Meletakkan bayi diatas perut ibu, lakukan penilaian pada bayi ; Bayi lahir
spontan pukul 11.20 WIB, menangis kuat, cukup bulan, gerakan bayi
aktif, JK. Laki-laki. Lalu mengeringkan badan bayi dan membungkus
bayi.
j. Melakukan palpasi abdomen untuk mengetahui apakah ada janin kedua ;
tidak ada janin kedua
Pukul : 11.20 S : Ibu mengatakan ia senang bayinya telah lahir dan mengeluh perutnya terasa
WIB mules
O:
1. Keadaan umum ibu dan bayi baik
2. Bayi lahir spontan, menangis kuat, cukup bulan, pergerakan aktif, warna
kulit kemerahan, Jk. Laki-laki
88
3. TFU setinggi pusat ; tidak ada janin kedua
4. Kontraksi baik
5. Perdarahan : ±100 cc
6. Plasenta belum lahir dan tali pusat belum dipotong
P:
1. Memberitahukan kepada ibu bahwa ibu telah melewati proses kelahirannya
dan memberikan selamat kepada ibu serta menjelaskan kepada ibu bahwa
mules yang ibu rasakan merupakan hal yang normal, dikarenakan adanya
kontraksi pada uterus.
2. Melakukan manajemen aktif kala III, yaitu ;
a. Menyuntikann oksitosin sebanyak 10 IU secara IM pada 1/3 pada
ibusebelah lateral, dengan menginformasikan terlebih dahulu kepada ibu
bahwa ibu akan disuntik
b. Melakukan pemotongan tali pusat pada bayi
c. Melakukan PTT, dengan cara : pindahkan tali pusat dengan jarak 5-10 cm
didepan vulva, jika ada kontraksi tegangkan talipusat kearah bawah
sambil tangan lain melakukan dorso cranial, lalu tegangkan searah jalan
lahir sambil menilai tanda-tanda pelepasan plasenta. Setelah plasenta
nampak di vulva,melakukan penegangan kearah atas dan bantu kelahiran
plasenta dengan memutar searah ; Plasenta lahir spontan pukul 11.25
WIB
d. Melakukan segera massase fundus uteri ; kontraksi baik
3. Melakukan pemeriksaan plasenta ; selaput plasenta ada robekan dan robekan
tersebut dapat disatukan, tidak ada kotiledon yang terlepas
4. Melakukan pemeriksaan TTV, TFU, Kontraksi, kandung kemih dan
perdarahan; TD: 110/80 mmHg, N : 88x/menit,S : 37,3ºC,TFU 2 jari dibawah
pusat, kontraksi baik, kandung kemih tidak penuh, dan perdarahan ±150 cc.
Pukul : 11.40 S : Ibu mengatakan ia senang dan besyukur bayi dan plasentanya telah lahir
WIB
O:
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. TTV :
89
a. TD : 110/90 mmHg
b. N : 84x/menit
c. S : 37ºC
4. TFU : 2 jari dibawah pusat
5. Kontraksi : Baik
6. Kandung kemih : Tidak penuh
7. Perdarahan : ±150 cc
Plasenta lahir spontan, selaput dan kotiledon lengkap pukul 11.40 WIB
Terdapat laserasi jalan lahir derajat II
A : Parturient kala IV
P:
1. Memberitahu ibu bahwa ibu telah melewati proses persalinannya
2. Melakukan pemeriksaan laserasi jalan lahir ; terdapat laserasi jalan lahir
3. Melakukan penjahiran luka perineum dengan melakukan anestesi terlebiih
dahulu, jumlah jahitan 4/3
4. Melakukan pemantauan kala IV yaitu selama 2 jam post partum, 1 jam
pertama setiap 15 menit dan 1 jam kedua setiap 30 menit ; hasil pemantauan
terlampir pada lembar belakang partograf
5. Mengajarkan ibu massase fundus uteri untuk merangsang kontraksi uterus
sehingga mengurangi dan mencegah perdarahan post partum
6. Memberikan kenyamaan pada ibu dengan membersihkan ibu
7. Memenuhi kebutuhan hidrasi ibu dengan memberikan ibu minum
8. Melakukan dekontasminasi alat dan tempat bersalin
9. Memberikan bayi pada ibu untuk disusui serta member selamat pada ibu
10. Melengkapi pendokumentasian dan lembar partograf
Selasa, 10 S :Ibu mengatakan keadaannya sehat dan mengatakan telah memberikan ASI pada
Maret 2020 bayinya serta mengeluh perutnya terasa mules saat menyusui bayinya
Pukul : 18.00
WIB O:
1. Keadaan Umum : Baik
KF-1 2. Kesadaran : Compos Mentis
(kunjungan 1) 3. TTV :
a. TD : 110/80 mmHg
b. P : 20x/menit
90
c. N : 85x/menit
d. S : 36,2ºC
4. Mata : Konjungtiva tidak pucat
5. Payudara :Pengeluaran ASI ada (kolostrum)
6. Abdomen :
a. TFU : 3 jari dibawah pusat
b. Kontraksi : Baik
c. Kandung Kemih : Tidak Penuh
7. Anogenetalia :
a. Lochea : Rubra (±70 cc)
b. Terdapat jahitan luka perineum
P:
1. Memberitahukan ibu mengenai hasil pemeriksaan bahwa KU ibu baik dan
TTV normal. Ibu mengetahui akan keadaannya
2. Menjelaskan kepada ibu mengenai keluhan ibu berupa perut mules saat
menyusui bahwa ini merupakan hal yang normal dikarenakan saat ibu
menyusui bayinya, maka hormone prolactin yang merangsang produksi ASI
juga akan merangsang oksitosin, sehingaa perut ibu terasa mules dan jika
terjadi mules ini artinya ada kontraksi uterus baik.
3. Mengajarkan ibu mengenai massase fundus uteri untuk merangsang kontraksi
uterus sehingga dapat mengurangi dan mencegah terjadinya perdarahan post
partum yang abnormal. Ibu dapat mengikuti gerakan massase seperti yang
diajarkan
4. Mengingatkan kembali ibu tentang ASI Eksklusif dan menganjurkan ibu
untuk menyusui bayinya sesering mungkin dan tanpa di jadwal (on demand).
Ibu mengatakan akan menyusui bayinya seperti yang dianjurkan.
5. Menganjurkan ibu untuk melakukan mobilisasi untuk mempercepat
penyembuhan luka perineum, ibu mengatakan sudah pergi ke kamar mandi
sendiri
6. Menjelaskan kepada ibu mengenai perawatan luka perineum, yaitu selalu
menjaga kebersihan luka, sering mengganti pembalut agar area luka tidak
lembab, tidak membersihkan area luka dengan obat-obatan tradisional, tidak
91
mencuci dengan air hangat, mencuci dari arah depan kebelakang dan tidak
sering sering menyentuh luka.
7. Memberi ibu terapi obat berupa vitonal F, Asam Mefernamat, vitonal F dan
Amoxicilin serta menjelaskan cara mengkonsumsinya
Jum’at, 26 Juli S : Ibu mengatakan ia masih memberikan ASI saja pada bayinya
2019
Pukul : 09.30 O:
WIB 1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Compos Mentis
KF-2 3. TTV :
a. TD : 110/80 mmHg
b. P : 20x/menit
c. N : 78x/menit
d. S : 36,5ºC
4. Mata : Konjungtiva tidak pucat
5. Payudara : Pengeluaran ASI banyak
6. Abdomen :
a. TFU : Pertengahan sympisis- pusat
b. Kontraksi : Baik
c. Kandung Kemih : Tidak Penuh
7. Anogenetalia :
a. Lochea : Sanguinolenta
b. Jahitan luka perineum sudah kering
92
menguangi 3 dari tanda bahaya yang disebutkan
8. Memberikan ibu berupa lefleat tentang yang diperlukan dalam masa nifas.
Ibu menerima dan akan membacanya.
CATATAN PERKEMBANGAN
Selasa, 10 Maret S :
2020 1. Ibu mengatakan ia memberikan ASI pada bayinya
Pukul : 17.30 2. Ibu mengatakan bayinya sudah BAB pada pukul 17.00 sore hari
WIB O:
KN1 1. Keadaan Umum : Baik
(Kunjungan 1) 2. Kesadaran : Compos Mentis
3. TTV :
a. P : 48x/menit
b. N : 134 x/menit
c. S : 37,0ºC
4. Mata : Konjungtiva tidak pucat
5. Abdomen : Tali pusat tidak berdarah
6. Kulit : Kemerahan
A : Neonatus usia 6 jam , KU bayi baik
P:
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa KU bayi baik,
TTV normal
2. Melakukan perawatan sehari-hari bayi berupa memandikan bayi dan
perawatan tali pusat
3. Memberikan suntikan imunisasi Hb0 pada paha kanan secara IM
4. Memberikan penkes tentang cara menyusui bayi yang benar
5. Menjelaskan kepada ibu perawatan tali pusat, yaitu menjaga kebersihan
tali pusat, menjaga tali pusat agar tetap kering, dan membersihkan
dengan air bersih dan dibiarkan terbuka.
Minggu, 15 S :
Maret 2020 1. Ibu mengatakan ia baru saja memberikan ASI pada bayinya, dan
memberikan asinya sering 7-8x/ hari
Pukul : 09.00 2. Ibu mengatakan bayinya sudah BAK 1 kali
WIB O:
1. Keadaan Umum : Baik
KN 2 2. Kesadaran : Compos Mentis
93
3. TTV :
a. P : 42x/menit
b. N : 130x/menit
c. S : 36,5ºC
4. Mata : Konjungtiva tidak pucat
5. Abdomen : Tali pusat tidak berdarah
6. Kulit : Kemerahan
A : Neonatus usia 5 hari, KU bayi baik
P:
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa KU bayi baik,
TTV normal
2. Memberikan penkes tentang tanda bahaya bayi baru lahir
3. Mengingatkan kembali ibu mengenai cara menyusui yang benar
4.3 Kesimpulan
4.3.1 Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan
Pada kunjungan pertama tanggal 19 Januari 2020, Ny. M G1P0A0H0.
usia kehamilan 34 minggu 1 hari datang ke PMB Siti Julaeha ingin
memeriksakan kehamilannya. Dari awal kehamilan, Ny. M sudah 8 kali
melakukan kunjungan kehamilan ke fasilitas kesehatan, yaitu satu kali pada
trimester 1, dua kali pada trimester II dan lima kali pada trimester III.
Standar kunjungan ANC untuk setiap ibu hamil yaitu minimal 4 kali selama
masa kehamilan, dengan distribusi waktu minimal satu kali pada trimester
pertama (usia kehamilan 0-12 minggu), satu kali pada trimester kedua (usia
kehamilan 12-24 minggu), dan dua kali pada trimester ketiga (usia
kehamilan 28 minggu sampai persalinan). Standar waktu pelayanan tersebut
dianjurkan untuk menjamin perlindungan terhadap ibu hamil dan atau janin
berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan, dan penanganan dini
komplikasi kehamilan (Kemenkes, 2017).
Pada data subjektif Ny. M mengeluh lebih sering buang air kecil. Hal
ini merupakan ketidaknyamanan pada trimester III. Menurut Hani (2011)
keluhan sering berkemih karena tertekannya kandung kemih oleh uterus
94
yang semakain membesar dan menyebabkan kapasitas kandung kemih
berkurang serta frekuensi berkemih meningkat. Cara mengatasinya dengan
mengajurkan ibu untuk mengurangi asupan cairan sebelum tidur, agar
istirahat ibu tidak terganggu. Dengan seringnya ibu BAK, maka perlu juga
memperhatikan personal hygiene ibu yaitu selalu mengeringkan vagina ibu
menggunakan kain/handuk bersih untuk menjaga agar tetap kering, ini
dilakukan untuk mengurangi kelembaban yang mencegah timbulnya jamur.
95
18 kg. Jadi kenaikan berat Ny. M berdasarkan IMT yang ditemukan telah
sesuai. IMT pada ibu mempengaruhi ukuran Lingkar Lengan Atas (LILA),
didapat LILA pada ibu 24 cm yang berarti status gizi baik. Menurut
Mandriwati (2008) tujuan pengukuran LILA adalah untuk mengetahui
ukuran lengan atas dan status gizi ibu hamil normalnya >23,5 cm. Maka
dapat disimpulkan bahwa pola nutrisi ibu selama kehamilan telah terpenuhi
dengan bertambahnya berat badan ibu sebanyak 20 kg dan LILA ibu 24 cm.
96
melalu whatsapp. Sesuai dengan standar pemeriksaan, pada Ny. M tidak
dapat dilakukan tes laboratorium HIV dan protein urine, dikarenakan ibu
tidak ingin diperiksa, namun ibu telah disarankan untuk periksa ke ke PMB.
97
2011) Tanda-tanda pelepasan plasenta diantaranya adanya semburan darah,
pemanjangan tali pusat, perubahan bentuk uterus yang disebabkan oleh
kontraksi uterus dan perubahan dalam posisi uterus yaitu uterus naik
didalam abdomen.
Pada kasus Ny. M kala I hingga pembukaan lengkap ibu berlngsung 11
jam. Berdasarkan hasil pemeriksaan tidak terdapat kesenjangan antara teori
dimana, Menurut Asrinah (2010) lamanya kala I pada primigravida
berlangsung 12-16 jam, sedangkan pada multigravida 6-8 jam. Serviks
membuka dari 4 sampai 10 cm, biasanya dengan kecepatan 1 cm/jam
(primipara) atau lebih (multipara) hingga pembukaan lengkap (10cm).
Pada kala II berlangsung 2 jam. Lamanya kala II ini sesuai dengan
pendapat Nurasiah (2010) bahwa proses kala II juga disebut sebagai kala
pengeluaran bayi yaitu pada primipara berlangsung selama 2 jam dan pada
multipara 1 jam. Dan plasenta lahir dalam 15 menit dan uterus sudah
berkontraksi pada detik ke 10 setelah plasenta lahir. Masase dilakukan
selama 15 detik untuk merangsang uterus berkontraksi baik dan kuat
(Asrinah, 2010).
Pada persalinan ibu ditolong oleh bidan dan mahasiswa, persalinan
tidak terjadi perdarahan, karena keberhasilan pada saat melakukan
manajemen aktif kala III. Menurut (Rohani, 2011) adapun keuntungan
manajemen aktif kala III adalah untuk menghasilkan kontraksi uterus yang
lebih efektif sehingga dapat mempersingkat waktu, mencegah perdarahan,
mengurangi jumlah kehilangan darah serta mencegah terjadinya retensio
plasenta. Faktor lain yang membuat ibu tidak terjadi perdarahan dilihat dari
hasil pemeriksaan Hb ibu 11,5gr/dL ibu tidak anemia. Menurut WHO
normalnya kadar Hb pada ibu hamil trimester III adalah 11 gr/dl-14 gr/dl.
IMD merupakan suatu kesempatan yang diberikan kepada bayi segera
setelah lahir dengan cara meletakkan bayi di perut ibu, kemudian
dibiarkannya bayi untuk menemukan puting susu ibu dan menyusu hingga
puas. Menurut (IDAI, 2018) tahapan IMD yaitu bayi baru lahir segera
letakkan di atas perut ibu dengan posisi tengkurap dengan kepala mengarah
ke kepala ibu. Untuk melakukan ini, bayi tidak perlu dimandikan terlebih
98
dulu. Cukup keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh
lainnya kecuali kedua tangannya agar bau air ketuban tetap melekat. Bau air
ketuban di tangan bayi ini penting, karena bau air ketuban pada tangan bayi
inilah yang akan memandu bayi menemukan puting ibu yang mempunyai
bau yang sama. Ketika akhirnya berhasil mencapai payudara ibu, bayi akan
mengangkat kepala, mulai mengulum puting, dan mulai menyusu.
Pemberian ASI segera setelah bayi lahir akan merangsang pelepasan
oksitosin karena isapan bayi pada payudara. Hormon oksitosin yang dilepas
akan mengatur kontraksi uterus, kontraksi uterus membantu mengurangi
nyeri bekas luka tempat implantasi plsenta dan mengurangi perdarahan
(Maryunani, 2009).
Proses IMD dilakukan paling kurang 60 menit (1 jam) pertama setelah
bayi lahir, dan pada bayi Ny. M bayi berhasil menemukan puting pada 20
menit setelah persalinan. Dengan dilakukannya IMD sangat bermanfaat bagi
ibu dan bayi yaitu meningkatkan bayi untuk mendapatkan kolostrum yang
kaya nutrisi yang membantu mencegah penyakit, mendukung keberhasilan
ASI ekslusif, memperkuat hubungan ibu dan bayi, merangsang produksi
hormon oksitosin dan prolaktin, meningkatkan kesehatan bayi dan
mencegah pendarahan persalinan.
Keberhasilan IMD pada bayi Ny. M karena adanya dukungan dari
keluarga, pengetahuan ibu, adanya persiapan laktasi dari masa kehamilan,
dan motivasi bidan pendamping. Hal ini sesuai Menurut Sirajudin (2013)
menyatakan bahwa variabel yang paling berkontribusi dalam keberhasilan
IMD adalah dukungan keluarga. Menurut jurnal Aprilia (2010) salah satu
faktor yang berpengaruh dalam pelaksanaan IMD adalah faktor sikap,
khusunya bidan dalam hal motivasi ibu dalam pelaksanaan IMD. PMB Siti
Julaeha ini sangat mendukung IMD sehingga hampir setiap persalinan
berhasil melakukan IMD.
99
episiotomi diantaranya yaitu mengganti pembalut setiap kali selesai BAB,
BAK dan terasa penuh, serta membersihkan daerah kemaluan/vagina
dengan cara berjongkok perlahan-lahan sehingga daerah vagina dapat
bersih secara keseluruhan (Saleha, 2009), dan Ny. S mengeluh bahwa ibu
masih merasakan mules. Hal ini bersifat fisiologis karena pada saat ini
uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya
kembali seperti sebelum hamil (Saleha 2009).
Asuhan yang diberikan ibu dianjurkan untuk melakukan senam nifas
satu hari setelah persalinan sampai 10 hari masa nifas, penulis
mengajarkan ibu senam nifas dan ibu melakukan senam mulai pada hari
ke-5 pasca melahirkan. Sebaiknya senam dilakukan pada hari pertama
pasca melahirkan, tetapi karena keadaan ibu belum siap, maka ibu
melakukan senam pada hari ke-5 pasca melahirkan. Menurut (Saleha,
2009) setelah persalinan terjadi involusi pada hampir seluruh organ tubuh
wanita, terutama pada alat kandungan. Sebagai akibat kehamilan dinding
perut menjadi lembek dan lemas disertai adanya striae gravidarum yang
membuat keindahan tubuh akan sangat terganggu. Adapun tujuan dari
senam nifas adalah untuk memperbaiki sirkulasi darah, postur/sikap tubuh,
mempercepat involusi, tonus otot panggul, regangan otot abdomen,
regangan otot tungkai sehingga dapat mencegah pembuluh darah yang
menonjol dan pembengkakan pada kaki, mengembalikan rahim pada posisi
semula, mencegah kesulitan buang air besar dan buang air kecil,
mempercepat penyembuhan luka episiotomi, mengembalikan kerampingan
tubuh dan membantu kelancaran pengeluaran ASI. Asuhan senam nifas
ini berhasil dilakukan karena TFU, pendarahan, ekskresi dan
penyembuhan luka pada ibu telah sesuai dengan tahapan-tahapan yang ada
(Sulistyawati,2009:103).
Asuhan selanjutnya diajarkan pijat oksitosin kepada ibu yang dibantu
oleh suami guna untuk memperlancar ASI dan memberikan kenyaman
kepada ibu. Pijat oksitosin adalah pemijatan pada sepanjang tulang
belakang (vertebrae) sampai tulang costae kelima-keenam dan merupakan
usaha untuk merangsang hormon prolaktin dan oksitosin setelah
100
melahirkan (Yohmi, Roesli, 2009). Menurut Depkes RI (2007). Pijat
oksitosin ini dilakukan untuk merangsang reflek oksitosin atau let down
reflex. Selain untuk merangsang let down reflex manfaat pijat oksitosin
adalah memberikan kenyamanan pada ibu, mengurangi bengkak
(enorgement), mengurangi sumbatan ASI, merangsang pelepasan hormon
oksitosin, dan mempertahankan produksi ASI ketika ibu dan bayi sakit.
Menurut Depkes RI (2007). Langka-langkah melakukan pemijatan
oksitosin ini yaitu dengan melumuri kedua telapak tangan dengan minyak
atau baby oil lalu memijit sepanjang kedua sisi tulang belakang ibu dengan
menggunakan dua kepala tangan, dengan ibu jari menunjuk kedapan. Area
tulang belakang leher, cari daerah dengan tulang yang paling menonjol
namanya cervical vertebrae. Menekan kuat-kuat kedua sisi tulang belakang
membentuk gerakan-gerakan melingkar kecil-kecil dengan kedua ibu jari.
Pada saat bersamaan, memijat kedua sisi tulang belakang kearah bawah,
dari leher kearah tulang belikat selama 2-3 menit, dan mengulangi
pemijatan 3 kali. Penulis mengajarkan kepada suami melakukan pijat
oksitosin kepada ibu untuk kelancaran produksi ASI guna untuk
keberhasilan dalam memberikan ASI secara eksklusif pada bayinya
sampai bayi berumur 6 bulan.
Menurut WHO, ASI eksklusif diberikan selama 6 bulan pertama tanpa
campuran susu formula dan makanan tambahan apapun, sebab ada banyak
manfaat ASI eksklusif yang didapat bayi yaitu sistem kekebalan tubuh
bayi lebih kuat, memperkuat hubungan ibu dan bayi, mengurangi risiko
terjadinya sidrom kematian bayi mendadak, membuat bayi cerdas,
kenaikan berat badan ideal, mudah didapat dan murah serta ASI mudah
dicerna oleh bayi. keuntungan memberikan ASI bagi ibu yaitu isapan bayi
memberikan kontraksi sehingga mempercepat pemulihan organ-organ ibu
pasca persalinan. keberhasilan ASI eksklusif tidak lepas karena
keberhasilan pada saat IMD. Pada kasus Ny. M IMD berhasil dilakukan,
dengan itu ibu dapat memberikan ASI ekslusif kepada bayinya dan juga
didukung dari asuhan yang telah diberikan dari masa kehamilan yaitu
101
perawatan payudara sehingga menambah keberhasilan ibu untuk
memberikan ASI ekslusif.
Pada masa nifas ini berjalan dengan lancar tanpa ada hambatan yang
dialami oleh ibu dan ibu merasa sangat senang dengan keadaannya saat ini,
hal ini dikarenakan ibu dan keluarga sangat mengharapkan kehadiran
bayinya dan ibu didukung penuh oleh suami, anak dan anggota keluarga
lainnya, dukungan yang diberikan merupakan hal yang sangat penting
untuk kesejahteraan ibu dan bayi, pada kasus ini suami Ny. M sangat
mendukung dilihat dari masa kehamilan suami selalu menemani Ny.M
untuk periksa ke PMB, pada masa persalinan, suami berperan
mendampingi ibu yaitu dengan memberikan asuhan sayang ibu yang sudah
diajarkan seperti pengurangan rasa nyeri dengan masase punggung,
pemenuhan cairan dan nutrisi pada ibu yaitu dengan memberi makan dan
minum, dan memberikan dukungan emosional dan semangat pada ibu
untuk menghadapi persalinan, hal ini berdampak juga saat masa nifas yang
dapat membuat ibu merasa senang dan nyaman, sehingga ibu dapat
beradaptasi akan perubahan nya saat ini dan mencegah terjadinya depresi
postpartum. Menurut Lewis (2007) dukungan suami yang menjadi salah
satu domain dalam kesejahteraan ibu nifas.
Adapun pada kunjungan nifas ini penulis memberikan informasi
tambahan melalui lefleat yang dibawa oleh penulis mengenai senam ibu
hamil, tata cara pijat bayi, tanda – tanda bahaya saat nifas serta mengenai
kebutuhan gizi pada ibu nifas. Ibu menerima dan mengatakan akan
membacanya.
4.3.4. Asuhan Kebidanan Pada Masa Neonatus
Kunjungan pertama neonatus dilakukan pada saat 6 jam pertama, pada
kunjungan ini dilakukan pemeriksaan fisik, Bayi dibedong dan diberi topi
untuk menjaga kehangatan tubuh bayi, bayi sudah BAB dan BAK, bayi
sudah dimandikan dan melakukan perawatan tali pusat, hal ini telah
sesuai dengan teori menurut Desidel, dkk (2012) untuk mencegah
hipotermi, bayi tidak langsung dimandikan, bayi dimandikan 6 jam
setelah bayi lahir.
102
Pada hari kedua setelah persalinan ibu mengatakan ASI keluar sedikit
tapi bayi tetap diberikan ASI. Menurut IDAI (2013). Breastfeeding
jaundice muncul pada bayi yang mendapat ASI eksklusif yang terjadi pada
hari ke-2 atau ke-3 disaat produksi air susu ibu sedikit. Bayi kehilangan
berat badan/dehidrasi, frekuensi menyusu yang tidak adekuat, hambatan
ekskresi bilirubin hepatik serta adanya gangguan reabsorpsi bilirubin
diusus. Ikterus fisiologi akan muncul pada hari kedua dan ketiga pasca
lahir dan terlihat jelas pada hari ke-5 sampai ke-6 (Saputra, 2014) dan
berdasarkan dari anamnesa pada ibu bahwa ASI pada hari kedua sedikit
maka dari itu dianjurkan kepada ibu untuk selalu dan sesering mungkin
memberikan ASI kepada bayinya serta memberikan asuhan agar menjemur
bayinya dipagi hari selama 15 menit guna mencegah ikterus pada bayi.
Pada kunjungan kedua pada hari ke 5 bahwa ibu mengatakan bayi
menyusu sangat adekuat dan produksi ASI sangat lancar karena ibu tetap
melakukan perawatan payudara hingga saat ini, dan juga dikaji dari ekresi
bayi yaitu BAB 3-4 kali/hari dan BAK 8 kali/hari hal ini menunjukkan
bayi cukup mendapatkan ASI.
Pada pemeriksaan data objektif pemeriksaan pada fisik bayi dalam
keadaan umum baik, didapatkan hasil pemeriksaan tanda – tanda vital
dalam batas normal. Pada pemeriksaan fisik kemampuan gerakan bayi
aktif. Berat badan bayi menjadi 3700 gram, dilihat dari kenaikan berat
badan bayi sejak hari ke 5 sudah terjadi kenaikan 200 gram. Hal ini terjadi
karena frekuensi menyusui Ny. M sudah sering sehingga meningkatkan
kualitas menyusui dan meningkatkan produksi ASI. Karena ada
peningkatan produksi ASI dipengaruhi oleh atau tidaknya bayi menyusui.
Mulai usia ini hingga enam bulan, tinggi bayi akan bertambah sekitar 2,5
cm per bulan dan berat badan meningkat 140-200 gram per minggu. Berat
badan akan terus bertambah selama pola dan kebiasaan makan bayi
berlangsung baik. Kenaikan berat badan bayi yang baik ini didukung oleh
kualitas menyusui Ny. M, baik dan frekuensi menyusui maupun nutrisi
ibu.
103
Pada kunjungan ini dilakukan konseling mengenai manfaat pijat bayi
dan bagaimana cara memijat dan ibu memahami dan mengatakan akan
menerapkannya.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
104
merupakan hal fisiologis karena semakin turunnya uterus semakin menekan
kandung kemih ibu serta dikarenakan pengaruh body mechanic ibu yang semakin
lordosis. Setelah diberikan asuhan, masa kehamilan ibu berjalan tanpa ada
masalah. Pada masa persalinan keadaan umum ibu dan bayi baik, ibu bersalin
normal dan tidak ada penyulit hanya saja ibu merasa nyeri persalinan yang
merupakan hal normal. Pada masa nifas pada nyeri luka perineum, ibu tidak ada
keluhan dan bekas luka jahitan telah kering dengan baik. Pada neonatus tidak
ditemukan masalah dan bayi mendapatkan ASI Eksklusif. Dari hasil pengkajian
secara keseluruhan didapatkan tidak ada penyulit bagi ibu dan bayi.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Penulis Selanjutnya
Asuhan yang sudah diberikan pada klien sudah cukup baik dan hendaknya
lebih meningkatkan mutu pelayanan agar dapat memberikan asuhan yang lebih
baik sesuai dengan standar asuhan kebidanan serta dapat mengikuti perkembangan
ilmu pengetahuan kesehatan agar dapat menerapkan setiap asuhan kebidanan
sesuai dengan teori dari mulai kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir.
105
DAFTAR PUSTAKA
Achadi, E. L. 2014. Periode Kritis 1000 Hari Pertama Kehidupan dan Dampak
Jangka Panjang terhadap Kesehatan dan Fungsinya. Disampaikan pada:
“Kursus Penyelenggara Ilmu Gizi” PERSAGI di Yogyakarta, 25 November
2014.
Ambarwati, Eny Retna. dkk. 2010. Asuhan Kebidanan NIFAS. Jogjakarta: Nuha
Medika
106
Cunningham, 2013. Obstetri Williams (Williams Obstetri). Jakarta : EGC.
Lailiyana, dkk. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC.
Lockhart & Lyndon. 2014. Asuhan Kebidanan Fisiologis dan Patologis:
Tanggerang : BINARUPA AKSARA Publisher.
Marmi, 2011. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil: Yogyakarta : Penerbit Pelajar.
______, 2012. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Prasekolah: Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
______, 2015. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Maryunani, Anik. 2009. Asuhan Kegawatan dan Penyulit Pada Neonatus. Jakarta:
Trans Info Medika.
Nugroho, T, dkk. 2014. Buku Ajar Askeb I Kehamilan. Yogyakarta; Nuha Medika.
107
Nurasiah, 2010. Asuhan persalinan Normal Bagi Bidan. Banung: Refika Aditama.
Saleha, Sitti. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba
Medika
Tando, Naomy Marie. 2016. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan Anak Balita.
Jakarta: EGC.
108
Yanti, 2011. Asuhan Kebidanan Persalinan. Yogyakarta: Pustaka Rihama.
LAMPIRAN – LAMPIRAN
109
Gambar 1. Kartu Skor Poedji Rochjati
110
Gambar 2. Buku KIA Pemeriksaan Hamil
111
Gambar 4. Melakukan palpasi pada Ny. M
112
Gambar 6. Melakukan pemeriksaan DJJ Ny. M
113
Gambar 8-10. Partograf
114
115
116