Disusun Oleh :
Atet Malki 220110166052
Selly Amalia Nurhasanah 220110166053
Neli Hartini 220110166054
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
GARUT
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Komunikasi Terapeutik
pada Klien Anak”. Kami menyadari masih ada kekurangan dalam penulisan makalah ini,
makadariitu kami menerima kritik dan sarannya yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah kami selanjutnya.
Terselesaikannya makalah ini tidak terlepas dari bentuan berbagai pihat. Untuk itu
kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang membantu baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Penulis
Kelompok B
i
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB 1. PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
1. 2 Tujuan Penulisan
1.2. 1 Tujuan Umum
1.2. 2 Tujuan Khusus
3.1 Masalah
3.2 Pembahasan
4. 1 Simpulan
4. 2 Saran
ii
BAB 1. PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Menurut R.A. Kosnan “Anak-anak yaitu manusia muda dalam umur muda dalam
jiwa dan perjalanan hidupnya karena mudah terpengaruh untuk keadaan sekitarnya”.
Oleh karna itu anak-anak perlu diperhatikan secara sungguhsungguh. Akan tetapi,
sebagai makhluk social yang paling rentan dan lemah, ironisnya anak-anak justru sering
kalidi tempatkan dalam posisi yang paling di rugikan, tidakmemiliki hak untuk
bersuara, dan bahkan mereka sering menjadi korban tindak kekerasa dan pelanggaran
terhadap hak-haknya.
Komunikasi pada anak merupakan proses pertukaran informasi yang disampaikan
oleh anak kepada orang lain dengan harapan orang yang diajak dalam pertukaran
informasi tersebut mampu memenuhi kebutuhannya (Hidayat, 2005). Perawat harus bisa
membedakan berkomuniaksi dengan anak, remaja,dewasa dan lansia. Karena,
komunikasi yaitu cara yang paling utama untuk memberikan informasi dan mengurangi
perasaan cemas anak akibat keadaanya.
Menurut penelitian Ekawati, L. (2010) menunjukkan bahwa komunikasi yang
dilakukan perawat sangat penting untuk mengurangi kecemasan pada anak yang dirawat
di rumah sakit, jadi dengan melakukan teknik komunikasi yang baik maka kecemasan
pada anak dapat berkurang dan anak dapat mengungkapkan perasaan yang dirasakan
selama dirawat di rumah sakit
Dalam berkomunikasi, diperlukan ketulusan hati antara pihak yang terlibat agar
komunikasi yang dilakukan efektif. Pihak yang menyampaikan harus ada kesungguhan
atau keseriusan bahwa informasi yang disampaikan adalah penting, sedangkan pihak
penerima harus memiliki kesungguhan untuk memperhatikan dan memahami makna
informasi yang diterima serta memberikan respons yang sesuai.
1. 2 Tujuan Penulisan
1.2. 1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan komuikasi terapeutik pada anak.
1.2. 2 Tujuan Khusus
3
4
5
6
2.2.1.2 Memilih kata-kata secara tepat dan struktur bahasanya yang mudah
dipahamioleh anak.
2.3. 2 Anak akan berusaha agar komunikasinya juga dipahami orang lain.
2.2.2.1 Anak dalam berkomunikasi selalu menggunakan isyarat-isyarat tertentu
untuk menyampaikan atau mengungkapkan perasaannya supaya orang
yang diajak berkomunikasi paham apa yang dia katakan atau inginkan.
2.2.2.2 Semakin bertambahnya usia anak, komunikasi dengan isyarat akan
berkurang karena pemahaman komunikasi anak sudah lebih baik.
Gunakan nada suara lembut, terutama jika emosi anak dalam keadaan
tidak stabil. Hindari berteriak karena berteriak hanya akan mendorong
pergerakan fisik dan merangsang kemarahan anak semakin meningkat.
2.3.2.4 Aktivitas pengalihan
Untuk mengurangi kecemasan anak saat berkomunikasi, gunakan
aktivitas pengalihan, misalnya membiarkan anak bermain dengan
barang-barang kesukaannya, seperti boneka, handphone, mobil-
mobilan, kacamata, dan lain-lain. Komunikasi dilakukan sambil
menggambar bersama anak. Bermacam-macam aktivitas ini akan
berdampak fokus anak teralihkan sehingga dia merasa lebih
rileks/santai saat berkomunikasi.
Pembicaraan atau komunikasi akan terasa lancar dan efektif jika kita
sejajar. Saat berkomunikasi dengan anak, sikap ini dapat dilakukan
dengan cara membungkuk atau merendahkan posisi kita sejajar dengan
anak. Dengan posisi sejajar, kita dapat mempertahankan kontak mata
dengan anak dan mendengarkan secara jelas apa yang dikomunikasikan
anak.
2.3.2.5 Ungkapan marah
Kadang-kadang anak merasa jengkel, tidak senang, dan marah. Pada
situasi ini, izinkanlah anak untuk mengungkapkan perasaan marahnya
serta dengarkanlah dengan baik dan penuh perhatian apa yang
menyebabkan dia merasa jengkel dan marah.
Untuk memberikan ketenangan pada anak saat marah, duduklah dekat
dia, pegang tangan/pundaknya, atau peluklah dia. Dengan cara-cara
seperti tersebut, anak akan merasa aman dan tenang bersama Anda.
2.3.2.6 Sentuhan
Sentuhan adalah kontak fisik yang dilakukan dengan cara memagang
sebagian tangan atau bagian tubuh anak, misalnya pundak, usapan di
kepala, berjabat tangan, atau pelukan, bertujuan untuk memberikan
perhatian dan penguatan terhadap komunikasi yang dilakukan antara
anak dan orang tua. Dengan kontak fisik berupa sentuhan ini, anak
merasa dekat dan aman selama komunikasi. Teknik ini efektif
dilakukan saat anak merasa sedih, menangis, atau bahkan marah.
11
informasi akan mudah diterima jika bahasa yang disampaikan sesuai dengan
tingkat pendidikan yang dimilikinya.
2.6. 2 Pengetahuan
Merupakan proses belajar dengan menggunakan panca indera yang
dilakukan seseorang terhadap objek tertentu untuk dapat menghasilkan
pengetahuan dan keterampilan. Menurut Bloom dan Kartwalk (1996) yang
dikutip oleh Wimar Tinambunan (1998), membagi pengetahuan dalam 6
tingkatan diantaranya pertama, tahu dimana subjek hanya dapat mengingat,
menyebutkan tentang materi yang dipelajarinya. Kedua memahami, di mana
subjek dapat menjelaskan dan menginterpretasikan, menyimpulkan, memberi
contoh, dan meramalkan terhadap objek yang sudah dipelajari. Ketiga aplikasi,
subjek dapat menerapkan atau menggunakan materi yang sudah dipahami dalam
kondisi sebenarnya. Keempat, analisis adalah subjek dapat menggambarkan,
membedakan, menjabarkan materi ke dalam komponen yang masih dalam
satuan yang terkait, misalnya dengan membuat suatu bagan tentang apa sudah
diketahui secara benar. Kelima sintesis, adalah subjek dapat menunjukkan
kemampuan untuk meletakkan hubungan atau meringkas materi dalam suatu
bentuk baru. Keenam, evaluasi adalah kemampuan subjek menilai materi atau
objek dengan memakai kriteria sendiri atau kriteria lain yang telah ada.
Faktor pengetahuan tersebut dalam proses komunikasi dapat
mempengaruhinya hal ini dapat diperlihatkan apabila seseorang pengetahuan
cukup, maka informasi yang disampaikan akan jelas dan mudah diterima oleh
penerima akan tetapi apabila pengetahuan kurang maka akan menghasilkan
informasi yang kurang.
2.6. 3 Sikap
Sikap dalam komunikasi dapat mempengaruhi proses komunikasi berjalan
efektif atau tidak, hal tersebut dapat ditunjukkan seseorang yang memiliki sikap
kurang baik akan menyebabkan pendengar kuramg percaya terharap
komunikator, demikian sebaliknya apabila dalam komunikasi menunjukkan
sikap yang baik maka dapat menunjukkan kpercayaan dari penerima pesan atau
informasi. Sikap yang diharapkan dalam komunikasi tersebut seperti tebuka,
14
yang kurang. Hal ini dapat kita contohkan apabila kita berkomunikasi dengan
anak pada tempat yang gaduh misalnya atau tempat yang bising, maka proses
komunikasi tidak akan bisa berjalan dengan baik, kemungkinana sulit kita
bekomunikasi secara efektif karena suara tidak jelas, sehingga pesan yang akan
disampaikan sulit untuk diterima oleh anak.
BAB 3. MASALAH DAN PEMBAHASAN
3. 1 Masalah
Kami mengambil masalah kurangnya komunikasi antara anak dan orangtua yang
menyebabkan terjadinya Bullying.
https://news.detik.com/berita/d-1982752/kak-seto-bullying-terjadi-akibat-kurang-
komunikasi-anak--keluarga
Jakarta - Kasus bullying atau kekerasan di usia sekolah merupakan masalah yang
kompleks. Salah satu penyebabnya lantaran macetnya komunikasi anak dan orang tua.
"Contoh di kasus SMA Don Bosco ini, si anak mengaku kepada orang tua dirinya ada
acara buka puasa bersama tetapi kenyataannya dari bukti-bukti yang ada dia melakukan
tindakan bullying" ujar Ketua Dewan Pembina Komisi Nasional Perlindungan Anak
(Komnas PA), Seto Mulyadi, atau yang akrab dipanggil Kak Seto, di Mapolres Jakarta
Selatan, Jumat (3\/8\/2012).
Untuk itu, Kak Seto meminta kepada para orang tua untuk selalu melakukan
komunikasi dengan anaknya masing-masing sehingga diharapkan dengan adanya
komunikasi yang baik dapat terbentuk sebuah hubungan yang harmonis.
"Semua pihak, harus membangun kembali seluruh komunikasi. Komunikasi anak
dengan orang tua, anak dengan sekolah, maupun orang tua dengan sekolah sehingga
tidak terjadi semacam miskomunikasi yang menyebabkan hal-hal yang tidak diinginkan
seperti kasus bullying ini,\\\" terang Kak Seto.
Selain komunikasi yang baik, Kak Seto mendorong peran dari institusi-institusi terkait.
Institusi-institusi ini cukup memegang peranan penting dalam perkembangan anak di
sekolah.
"Penting adanya pendekatan kepada para siswa dan remaja melalui Kemendikbud,
psikolog dan dinas pendidikan. Karena masalah bullying sebetulnya merupakan
masaalah yang sangat kompleks, dan tidak hanya terjadi di tingkatan SMA, tetapi juga
sudah mulai terjadi di tingkat SMP bahkan SD,\\\" papar dia.
16
17
3. 2 Pembahasan
Dilihat dari kasus diatas meneybutkan bahwa macetnya komunkasi anak dan orangtua.
Jika dibiarkan terus menerus maka anak tersebut akan mengalami masalah yang
kompleks diantaranya psikolgi anak terganggu.
Peran perawat disini sangatlah penting diantaranya melakukan penkes tentang
komunikasi yang baik antara orangtua dan anak. Orangtua menjadi sasaran utama dalam
melakukan penkes ini karena dalam menentukan komunikasi anak baik tidaknya ada
faktor dari lingkungan juga termasuk orangtua.
BAB 4. SIMPULAN DAN SARAN
4. 1 Simpulan
4.1. 1 Kemampuan menerapkan teknik komunikasi terapeutik memerlukan latihan dan
kepekaan serta ketajaman perasaan, karena komunikasi terjadi tidak dalam
kemampuan tetapi dalam dimensi nilai, waktu dan ruang yang turut
mempengaruhi keberhasilan komunikasi yang terlihat melalui dampak
terapeutiknya bagi klien dan juga kepuasan bagi perawat.
4.1. 2 Komunikasi juga akan memberikan dampak terapeutik bila dalam penggunaanya
diperhatikan sikap dan tehnik komunikasi terapeutik. Hal lain yang cukup penting
diperhatikan adalah dimensi hubungan. Dimensi ini merupakan factor penunjang
yang sangat berpengaruh dalam mengembangkan kemampuan berhubungan
terapeutik.
4. 2 Saran
4.2. 1 Dalam melayani klien hendaknya perawat selalu berkomunikasi dengan klien
untuk mendapatkan persetujuan tindakan yang akan di lakukan.
4.2. 2 Dalam berkomunikasi dengan klien hendaknya perawat menggunakan bahasa
yang mudah di mengerti oleh klien sehingga tidak terjadi kesalahpahaman
komunikasi.
4.2. 3 Dalam menjalankan profesinya hendaknya perawat selalu memegang teguh etika
keperawatan.
18
DAFTAR PUSTAKA
Safrika Rika, S.Kep., M.Kep, Ariani Esthika Maisa, S.Kep., M.Kep dll. 2018. Buku
Ajar Keperawatan Dasar 2. Padang : Andalas University Press.