Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

“Komunikasi Terapeutik pada Klien Anak”

Diajukan untuk memenuhi syarat Mata Kuliah Keperawatan Komunikasi pada


Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran

Disusun Oleh :
Atet Malki 220110166052
Selly Amalia Nurhasanah 220110166053
Neli Hartini 220110166054

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
GARUT
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Komunikasi Terapeutik
pada Klien Anak”. Kami menyadari masih ada kekurangan dalam penulisan makalah ini,
makadariitu kami menerima kritik dan sarannya yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah kami selanjutnya.

Terselesaikannya makalah ini tidak terlepas dari bentuan berbagai pihat. Untuk itu
kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang membantu baik secara langsung
maupun tidak langsung.

Garut, 12 Mei 2019

Penulis

Kelompok B

i
DAFTAR ISI

Halaman Judul

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB 1. PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang
1. 2 Tujuan Penulisan
1.2. 1 Tujuan Umum
1.2. 2 Tujuan Khusus

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Prinsip Komunikasi Terapeutik pada Anak


2. 2 Aspek Peniting Komunikasi Terapeutik pada Anak
2. 3 Teknik – Teknik Komunikasi Terapeutik pada Anak
2. 4 Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan pada Anak
2. 5 Tahapan dalam Komunikasi pada Anak
2. 6 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi pada Anak

BAB 3. MASALAH DAN PEMBAHASAN

3.1 Masalah
3.2 Pembahasan

BAB 4. SIMPULAN DAN SARAN

4. 1 Simpulan
4. 2 Saran

ii
BAB 1. PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang
Menurut R.A. Kosnan “Anak-anak yaitu manusia muda dalam umur muda dalam
jiwa dan perjalanan hidupnya karena mudah terpengaruh untuk keadaan sekitarnya”.
Oleh karna itu anak-anak perlu diperhatikan secara sungguhsungguh. Akan tetapi,
sebagai makhluk social yang paling rentan dan lemah, ironisnya anak-anak justru sering
kalidi tempatkan dalam posisi yang paling di rugikan, tidakmemiliki hak untuk
bersuara, dan bahkan mereka sering menjadi korban tindak kekerasa dan pelanggaran
terhadap hak-haknya.
Komunikasi pada anak merupakan proses pertukaran informasi yang disampaikan
oleh anak kepada orang lain dengan harapan orang yang diajak dalam pertukaran
informasi tersebut mampu memenuhi kebutuhannya (Hidayat, 2005). Perawat harus bisa
membedakan berkomuniaksi dengan anak, remaja,dewasa dan lansia. Karena,
komunikasi yaitu cara yang paling utama untuk memberikan informasi dan mengurangi
perasaan cemas anak akibat keadaanya.
Menurut penelitian Ekawati, L. (2010) menunjukkan bahwa komunikasi yang
dilakukan perawat sangat penting untuk mengurangi kecemasan pada anak yang dirawat
di rumah sakit, jadi dengan melakukan teknik komunikasi yang baik maka kecemasan
pada anak dapat berkurang dan anak dapat mengungkapkan perasaan yang dirasakan
selama dirawat di rumah sakit
Dalam berkomunikasi, diperlukan ketulusan hati antara pihak yang terlibat agar
komunikasi yang dilakukan efektif. Pihak yang menyampaikan harus ada kesungguhan
atau keseriusan bahwa informasi yang disampaikan adalah penting, sedangkan pihak
penerima harus memiliki kesungguhan untuk memperhatikan dan memahami makna
informasi yang diterima serta memberikan respons yang sesuai.

1. 2 Tujuan Penulisan
1.2. 1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan komuikasi terapeutik pada anak.
1.2. 2 Tujuan Khusus

3
4

1.2.2.1 Memahami Prinsip Komunikasi Terapeutik pada Anak


1.2.2.2 Memahami Aspek Peniting Komunikasi Terapeutik pada Anak
1.2.2.3 Memahami Teknik – Teknik Komunikasi Terapeutik pada Anak
1.2.2.4 Memahami Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan pada Anak
1.2.2.5 Memahami Tahapan dalam Komunikasi pada Anak
1.2.2.6 Memahami Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi pada
Anak
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Prinsip Komunikasi Terapeutik pada Anak


Manusia melakukan komunikasi sepanjang rentang kehidupannya, yaitu semenjak
bayi dalam rahim ibu sampai lansia dan bahkan sampai menjelang ajal. Sejak dalam
kandungan anak berkomunikasi dengan ibunya dengan cara menendang dan melakukan
pergerakan-pergerakan secara teratur, sedangkan ibu/ayah/kakak berkomunikasi dengan
bayi yang ada dalam kandungannya melalui elusan atau kecupan lembut pada perut ibu
serta panggilan lembut dekat perut ibu. Hal ini dilakukan dalam rangka membina
hubungan dan berinteraksi sedini mungkin dengan anak untuk memberikan stimulasi
komunikasi secara dini.
Komunikasi adalah hubungan timbal balik antara komunikator dan komunikan.
Orang dewasa berusaha melakukan komunikasi yang bisa dipahami anak. Sebaliknya,
anak juga menggunakan bahasa atau isyarat-isyarat yang bisa dipahami orang dewasa.
Dalam berkomunikasi dengan anak, orang dewasa harus memahami apa yang dipikirkan
dan perasaan apa yang akan disampaikan anak dan berusaha memahami anak dengan
bahasa yang tepat.
Tujuan komunikasi terapeutik adalah untuk menyediakan tempat yang aman bagi
klien untuk mengeksplorasi makna dari pengalaman penyakit dan untuk menyediakan
informasi dan dukungan emosional setiap kebutuhan klien untuk mencapai kesehatan
maksimum dan kesejahteraan. Dalam banyak hal, perawat berfungsi sebagai
pendamping yang terampil, menggunakan pendamping, menggunakan komunikasi
sebagai alat utama untuk mencapai tujuan kesehatan (Pearson, 1997:46-52). Setiap
percakapan terapeutik adalah unik (Caughan & Long, 2000:979-984) karena orang-
orang menahan mereka berbeda.

2. 2 Aspek Penting Komunikasi Terapeutik pada Anak


2.3. 1 Komunikator harus menggunakan bentuk bahasa yang bermakna bagi anak yang
diajak berbicara.
2.2.1.1 Menggunakan insyarat seperti menunjuk objek secara jelas jika objek
tersebut ingin dilihat anak dan akan mudah dipahami bai anak.

5
6

2.2.1.2 Memilih kata-kata secara tepat dan struktur bahasanya yang mudah
dipahamioleh anak.
2.3. 2 Anak akan berusaha agar komunikasinya juga dipahami orang lain.
2.2.2.1 Anak dalam berkomunikasi selalu menggunakan isyarat-isyarat tertentu
untuk menyampaikan atau mengungkapkan perasaannya supaya orang
yang diajak berkomunikasi paham apa yang dia katakan atau inginkan.
2.2.2.2 Semakin bertambahnya usia anak, komunikasi dengan isyarat akan
berkurang karena pemahaman komunikasi anak sudah lebih baik.

2. 3 Teknik - Teknik Komunikasi Terapeutik pada Anak


Anak adalah individu yang unik dan berespons secara berbeda-beda untuk
kebutuhan mereka. Anak dengan keunikannya mempunyai cara yang berbeda pula
dalam menyatakan keinginannya. Untuk berkomunikasi dengan anak, diperlukan
pendekatan atau teknik khusus agar hubungan yang dijalankan dapat berlangsung
dengan baik sesuai dengan tumbuh kembang anak. Secara umum ada dua teknik
berkomunikasi yang digunakan pada anak, yaitu teknik komunikasi verbal dan
nonverbal.
2.3. 1 Teknik Verbal
2.3.1.1 Bercerita (Story Telling)
Bercerita menggunakan bahasa anak dapat menghindari ketakutan-
ketakutan yang yang terjadi selama anak dirawat. Teknik strory telling
dapat dilakukan dengan cara meminta anak menceritakan
pengalamannya ketika sedang diperiksa dokter. Teknik ini juga dapat
menggunakan gambar dari suatu peristiwa (misalnya gambar perawat
waktu membantu makan) dan meminta anak untuk menceritakannya
dan selanjutnya perawat masuk dalam masalah yang dihadapi anak.
Tujuan dari teknik ini adalah membantu anak masuk dalam masalahnya.
Contohnya, anak bercerita tentang ketakutannya saat diperiksa oleh
perawat. Kemudian, perawat cerita bahwa pasien anak di sebelah juga
diperiksa, tetapi tidak merasa takut karena perawatnya baik dan ramah-
ramah. Dengan demikian, diharapkan perasaan takut anak akan
berkurang karena semua anak juga diperiksa seperti dirinya.
2.3.1.2 Bibliotheraphy
7

Bibliotheraphy (biblioterapi) adalah teknik komunikasi terapeutik


pada anak yang dilakukan dengan menggunakan buku-buku dalam
rangka proses therapeutic dan supportive. Sasarannya adalah membantu
anak mengungkapkan perasaan-perasaan dan perhatiannya melalui
aktivitas membaca. Cara ini dapat memberi kesempatan pada anak
untuk menjelajahi suatu kejadian yang sama dengan keadaannya, tetapi
sedikit berbeda. Pada dasarnya, buku tidak mengancam karena anak
dapat sewaktuwaktu menutup buku tersebut atau berhenti membacanya
saat dia merasa tidak aman atau tidak nyaman.
Dalam menggunakan buku untuk berkomunikasi dengan anak,
yang penting diperhatikan adalah mengetahui emosi dan pengetahuan
anak serta melakukan penghayatan terhadap cerita sehingga dapat
menyampaikan sesuai dengan maksud dalam buku yang dibaca dengan
bahasa yang sederhana dan dapat dipahami anak. Selanjutnya,
diskusikan isi buku dengan anak dan bersama anak membuat
kesimpulan.
2.3.1.3 Mimpi
Mimpi adalah aktivitas tidak sadar sebagai bentuk perasaan dan pikiran
yang ditekan ke alam tidak sadar. Mimpi ini dapat digunakan oleh
perawat untuk mengidentifikasi adanya perasaan bersalah, perasaan
tertekan, perasaan jengkel, atau perasaan marah yang mengganggu anak
sehingga terjadi ketidaknyamanan
2.3.1.4 Meminta untuk menyebutkan keinginan
Ungkapan ini penting dalam berkomunikasi dengan anak. Dengan
meminta anak untuk menyebutkan keinginan, dapat diketahui berbagai
keluhan yang dirasakan anak dan keinginan tersebut dapat
menunjukkan perasaan dan pikiran anak pada saat itu.
2.3.1.5 Bermain dan permainan
Bermain adalah salah satu bentuk komunikasi yang paling penting dan
dapat menjadi tehnik yang paling efektif untuk berhubungan dengan
anak. Dengan bermain dapat memberikan petunjuk mengenai tumbuh
kembang fisik, intelektual dan sosial. Terapeutik Play sering digunakan
untuk mengurangi trauma akibat sakit atau masuk rumah sakit atau
8

untuk mempersiapkan anak sebelum dilakukan prosedur


medis/perawatan. Perawat dapat melakukan permainan bersama anak
sehingga perawat dapat bertanya dan mengeksplorasi perasaan anak
selama di rumah sakit.
2.3.1.6 Melengkapi kalimat (sentences Completion)
Teknik komunikasi ini dilakukan dengan cara meminta anak
menyempurnakan atau melengkapi kalimat yang dibuat perawat.
Dengan teknik ini, perawat dapat mengetahui perasaan anak tanpa
bertanya secara langsung kepadanya, misalnya terkait dengan
kesehatannya atau perasaannya. Pernyataan dimulai dengan yang netral
kemudian dilanjutkan dengan pernyataan yang difokuskan pada
perasaannya.
Contohnya sebagai berikut. “Apa yang menyenangkan waktu di
rumah?” “Kalau di rumah sakit ini, apa yang menyenangkan?”
2.3.1.7 Pro dan kontra
Penggunaan teknik komunikasi ini sangat penting dalam
menentukan atau mengetahui perasaan dan pikiran anak. Anak diminta
mengajukan pilihan positif atau negatif sesuai dengan pendapat anak.
Teknik komunikasi ini dilakukan dengan tujuan mengeksplorasi
perasaan-perasaan anak, baik yang menyenangkan maupun tidak
menyenangkan. Teknik ini penting diterapkan untuk menciptakan
hubungan baik antara perawat dan anak. Teknik ini dimulai dari hal-hal
yang bersifat netral, selanjutnya hal yang serius. Perhatikan contoh
berikut.
Topik netral: anak diminta menceritakan hobinya, selanjutnya anak
diminta menyebutkan kebaikan-kebaikan dari hobinya dan keburukan-
keburukan dari hobinya.
Topik khusus: anak diminta menceritakan pengalamannya di rawat
di rumah sakit, selanjutnya anak diminta menyebutkan kebaikan-
kebaikan dan keburukankeburukan dirawat di rumah sakit.
2.3. 2 Teknik Non Verbal
2.3.2.1 Menulis
9

Menulis adalah pendekatan komunikasi yang secara efektif tidak saja


dilakukan pada anak tetapi juga pada remaja. Ungkapan rasa yang sulit
dikomunikasikan secara verbal bisa ampuh dengan komunikasi lewat
tulisan. Cara ini dapat dilakukan apabila anak sudah memiliki
kemampuan untuk menulis. Melalui cara ini, anak akan dapat
mengekspresikan dirinya baik pada keadaan sedih, marah, atau lainnya
dan biasanya banyak dilakukan pada anak yang jengkel, marah, dan
diam. Perawat dapat memulai komunikasi dengan anak melalui cara
memeriksa/menyelidiki tulisan. Dengan meminta anak menulis, perawat
dapat mengetahui apa yang dipikirkan anak dan bagaimana perasaan
anak
2.3.2.2 Menggambar
Teknik ini dilakukan dengan cara meminta anak untuk menggambarkan
sesuatu terkait dengan dirinya, misalnya perasaan, apa yang dipikirkan,
keinginan, dan lain-lain. Dasar asumsi dalam menginterpretasi gambar
adalah anak-anak mengungkapkan dirinya melalui coretan atau gambar
yang dibuat. Dengan gambar, akan dapat diketahui perasaan anak,
hubungan anak dalam keluarga, adakah sifat ambivalen atau
pertentangan, serta keprihatinan atau kecemasan pada hal-hal tertentu.
Pengembaangan dari teknik menggambar ini adalah anak dapat
menggambarkan keluarganya dan dilakukan secara bersama antara
keluarga (ibu/ayah) dengan anak. Anak diminta menggambar suatu
lingkaran untuk melambangkan orang-orang yang berada dalam
lingkungan kehidupannya dan gambar bundaran-bundaran di dekat
lingkaran menunjukkan keakraban/kedekatan. Menggambar bersama
dalam keluarga merupakan satu alat yang berguna untuk
mengungkapkan dinamika dan hubungan keluarga. Struat dan Sundeen
(1998) menguraikan bahwa dalam berkomunikasi dengan anak dapat
digunakan beberapa teknik, yaitu penggunaan nada suara, mengalihkan
aktivitas, penggunaan jarak fisik, ungkapan marah, dan sentuhan.
2.3.2.3 Nada suara
10

Gunakan nada suara lembut, terutama jika emosi anak dalam keadaan
tidak stabil. Hindari berteriak karena berteriak hanya akan mendorong
pergerakan fisik dan merangsang kemarahan anak semakin meningkat.
2.3.2.4 Aktivitas pengalihan
Untuk mengurangi kecemasan anak saat berkomunikasi, gunakan
aktivitas pengalihan, misalnya membiarkan anak bermain dengan
barang-barang kesukaannya, seperti boneka, handphone, mobil-
mobilan, kacamata, dan lain-lain. Komunikasi dilakukan sambil
menggambar bersama anak. Bermacam-macam aktivitas ini akan
berdampak fokus anak teralihkan sehingga dia merasa lebih
rileks/santai saat berkomunikasi.
Pembicaraan atau komunikasi akan terasa lancar dan efektif jika kita
sejajar. Saat berkomunikasi dengan anak, sikap ini dapat dilakukan
dengan cara membungkuk atau merendahkan posisi kita sejajar dengan
anak. Dengan posisi sejajar, kita dapat mempertahankan kontak mata
dengan anak dan mendengarkan secara jelas apa yang dikomunikasikan
anak.
2.3.2.5 Ungkapan marah
Kadang-kadang anak merasa jengkel, tidak senang, dan marah. Pada
situasi ini, izinkanlah anak untuk mengungkapkan perasaan marahnya
serta dengarkanlah dengan baik dan penuh perhatian apa yang
menyebabkan dia merasa jengkel dan marah.
Untuk memberikan ketenangan pada anak saat marah, duduklah dekat
dia, pegang tangan/pundaknya, atau peluklah dia. Dengan cara-cara
seperti tersebut, anak akan merasa aman dan tenang bersama Anda.
2.3.2.6 Sentuhan
Sentuhan adalah kontak fisik yang dilakukan dengan cara memagang
sebagian tangan atau bagian tubuh anak, misalnya pundak, usapan di
kepala, berjabat tangan, atau pelukan, bertujuan untuk memberikan
perhatian dan penguatan terhadap komunikasi yang dilakukan antara
anak dan orang tua. Dengan kontak fisik berupa sentuhan ini, anak
merasa dekat dan aman selama komunikasi. Teknik ini efektif
dilakukan saat anak merasa sedih, menangis, atau bahkan marah.
11

2. 4 Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan pada Anak


Pada kelompok usia ini, anak sudah mampu berkomunikasi secara verbal ataupun
nonverbal. Anak sudah mampu menyatakan keinginan dengan menggunakan kata-kata
yang sudah dikuasainya. Ciri khas anak kelompok ini adalah egosentris, yaitu mereka
melihat segala sesuatu hanya berhubungan dengan dirinya sendiri dan melihat sesuatu
hanya berdasarkan sudut pandangnya sendiri. Anak tidak mampu membedakan antara
kenyataan dan fantasi sehingga tampak jika mereka bicara akan banyak ditambahi
dengan fantasi diri tentang obyek yang diceritakan. Contoh implementasi komunikasi
dalam keperawatan sebagai berikut.
2.4. 1 Memberi tahu apa yang terjadi pada diri anak.
2.4. 2 Memberi kesempatan pada anak untuk menyentuh alat pemeriksaan yang akan
digunakan.
2.4. 3 Nada suara rendah dan bicara lambat. Jika anak tidak menjawab, harus diulang
lebih jelas dengan pengarahan yang sederhana.
2.4. 4 Hindarkan sikap mendesak untuk dijawab seperti kata-kata, “jawab dong”.
2.4. 5 Mengalihkan aktivitas saat komunikasi, misalnya dengan memberikan mainan
saat komunikasi.
2.4. 6 Menghindari konfrontasi langsung.
2.4. 7 Jangan sentuh anak tanpa disetujui dari anak.
2.4. 8 Bersalaman dengan anak saat memulai interaksi karena bersalaman dengan anak
merupakan cara untuk menghilangkan perasaan cemas.
2.4. 9 Mengajak anak menggambar, menulis, atau bercerita untuk menggali perasaan
dan fikiran anak

2. 5 Tahapan dalam Komunikasi pada Anak


2.5. 1 Prainteraksi
Pada tahap ini yang harus dilakukan adalah mengumpulkan data tentang klien
dengan mempelajari status atau bertanya kepada orang tua tentang masalah atau
latar belakang yang ada,mengeksplorasi perasaan,proses ini akan mengurangi
kekurangan dalam saat berkomunikasi dengan cara mengeksplorasikan perasaan
apa yang ada pada dirinya,membuat rencana pertemuan denga klien,proses ini
12

ditunjukkan dengan kapan komunikasi akan dilakukan,dimana dan rencana apa


yang dikomunikasikan serta target dan sasaran yang ada.
2.5. 2 Orientasi
Pada tahap ini dilaksanakan dengan jalan memberikan salam,senyum kepada
anak,melakukan validasi( kognitif,psikomotor,afektif),mencari kebenaran data
yang ada dengan wawancara,mengobservasi atau pemeriksaan yang
lain,memperkenalkan nama kita dengan tujuan agar selalu ada yang
memperhatikan terhadap kebutuhannya,menanyakan anam panggilan kesukaan
klien karena akan mempermudah dalam berkomunikasi dan lebih
dekat,menjelaskan tanggung jawab perawat dan anak,menjelaskan peran kita dan
anak,menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan,menjelaskan
tujuan,menjelaskan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan dan
menjelaskan kerahasiaan
2.5. 3 Kerja
Pada Tahap ini kegiatan yang dapat kita lakukan adalah memberi kesempatan
pada anak untuk bertanya,memberitahu tentang hal-hal yang kurang
dimengerti,menanyakan keluhan utama,memulai kegiatan dengan cara yang baik
dan kegiatan sesuai dengan rencana.
2.5. 4 Terminasi
Kegiatan yang dapat dilakukan adalah menyimpulkan hasil wawancara meliputi
evaluasi proses dan hasil,memberikan reinforcement positif,merencanakan
tindak lanjut dengan klien,melakukan kontrak ( waktu,tempat,dan topik) dan
mengakhiri wawancara dengan cara yang baik.

2. 6 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi pada Anak


2.6. 1 Pendidikan
Pendidikan merupakan penuntun manusia untuk berbuat dan mengisi
kehidupannya yang dapat digunakan untuk mendapatkan informasi sehingga
dapat meningkatkan kualitas hidup. Sebagaimana umumnya semakin tinggi
pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi dan makin bagus
pengetahuan yang dimiliki sehingga pengguanaan komunikasi dapat secara
efektif akan dapat dilakukannya. Dalam komunikasi dengan anak atau orang tua
juga perlu diperhatiak tingkat pendidikan khususnya orang tua karena berbagai
13

informasi akan mudah diterima jika bahasa yang disampaikan sesuai dengan
tingkat pendidikan yang dimilikinya.

2.6. 2 Pengetahuan
Merupakan proses belajar dengan menggunakan panca indera yang
dilakukan seseorang terhadap objek tertentu untuk dapat menghasilkan
pengetahuan dan keterampilan. Menurut Bloom dan Kartwalk (1996) yang
dikutip oleh Wimar Tinambunan (1998), membagi pengetahuan dalam 6
tingkatan diantaranya pertama, tahu dimana subjek hanya dapat mengingat,
menyebutkan tentang materi yang dipelajarinya. Kedua memahami, di mana
subjek dapat menjelaskan dan menginterpretasikan, menyimpulkan, memberi
contoh, dan meramalkan terhadap objek yang sudah dipelajari. Ketiga aplikasi,
subjek dapat menerapkan atau menggunakan materi yang sudah dipahami dalam
kondisi sebenarnya. Keempat, analisis adalah subjek dapat menggambarkan,
membedakan, menjabarkan materi ke dalam komponen yang masih dalam
satuan yang terkait, misalnya dengan membuat suatu bagan tentang apa sudah
diketahui secara benar. Kelima sintesis, adalah subjek dapat menunjukkan
kemampuan untuk meletakkan hubungan atau meringkas materi dalam suatu
bentuk baru. Keenam, evaluasi adalah kemampuan subjek menilai materi atau
objek dengan memakai kriteria sendiri atau kriteria lain yang telah ada.
Faktor pengetahuan tersebut dalam proses komunikasi dapat
mempengaruhinya hal ini dapat diperlihatkan apabila seseorang pengetahuan
cukup, maka informasi yang disampaikan akan jelas dan mudah diterima oleh
penerima akan tetapi apabila pengetahuan kurang maka akan menghasilkan
informasi yang kurang.
2.6. 3 Sikap
Sikap dalam komunikasi dapat mempengaruhi proses komunikasi berjalan
efektif atau tidak, hal tersebut dapat ditunjukkan seseorang yang memiliki sikap
kurang baik akan menyebabkan pendengar kuramg percaya terharap
komunikator, demikian sebaliknya apabila dalam komunikasi menunjukkan
sikap yang baik maka dapat menunjukkan kpercayaan dari penerima pesan atau
informasi. Sikap yang diharapkan dalam komunikasi tersebut seperti tebuka,
14

percaya, empati, menghargai dan lain – lain, kesemuanya dapat mendukung


behasilnya komunikasi terapeutik.
2.6. 4 Usia Tumbuh Kembang
Faktor usia ini dapat mempengaruhi proses komunikasi, hal ini dapat
ditunjukkan semakin tinggi usia perkembangan anak kemampuan dalam
komunikasi semakin kompleks dan sempurna yang dapat dilihat dari
perkembangan bahasa anak.
2.6. 5 Status Kesehatan Anak
Status kesehatan sakit dapat mempengaruhi dalam komunikasi, hal ini dapat
diperlihatkan ketika anak sakit atau mengalami gangguan psikologis maka
cenderung anak kurang komunikatif atau sangat pasif, dengan demikian dalam
komunikasi membutuhkan kesiapan secara fisik dan psikologis untuk mencapai
komunikasi yang efektif.
2.6. 6 Sistem Sosial
Sistem social yang dimaksud di sini adalah budaya yang ada di masyarakat, di
mana setiap daerah memiliki budaya atau cara komunikasi yang berbeda. Hal
tersebut dapat juga mempengaruhi proses komunikasi seperti orang batak
dengan orang Madura ketika berkomunikasi dengan bahasa komunikasi yang
berbeda dan sama – sama tidak memahami bahas daerah maka akan merasa
kesulitan untuk mencapai tujuan dari komunikasi.
2.6. 7 Saluran
Saluran ini merupakan factor luar yang berpengaruh dalam proses komunikasi
seperti intonasi suara, sikap tubuh, dan sebagainya semuanya akan dapat
memberikan pengaruh dalam proses komunikasi, sebagai contoh apabila kita
berkomunikasi dengan orang yang memiliki suara atau intonasi jelas maka
sangat mudah kita menerima informasi atau pesan yang disampaikan. Demikian
sebaliknya apabila kita bekomunikasi dengan orang yang memiliki suara yang
tidak jelas kita akan kesulitan menerima pesan atau informasi yang disampaikan.
2.6. 8 Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar area, lingkungan dalam
komunikasi yang dimaksud di sini dapat berupa situasi, ataupun lokasi yang ada.
Lingkungan yang baik atau tenang akan memberikan dampak berhasilnya tujuan
komunikasi sedangkan lingkungan yang kurang baik akan memberikan dampak
15

yang kurang. Hal ini dapat kita contohkan apabila kita berkomunikasi dengan
anak pada tempat yang gaduh misalnya atau tempat yang bising, maka proses
komunikasi tidak akan bisa berjalan dengan baik, kemungkinana sulit kita
bekomunikasi secara efektif karena suara tidak jelas, sehingga pesan yang akan
disampaikan sulit untuk diterima oleh anak.
BAB 3. MASALAH DAN PEMBAHASAN

3. 1 Masalah
Kami mengambil masalah kurangnya komunikasi antara anak dan orangtua yang
menyebabkan terjadinya Bullying.
https://news.detik.com/berita/d-1982752/kak-seto-bullying-terjadi-akibat-kurang-
komunikasi-anak--keluarga
Jakarta - Kasus bullying atau kekerasan di usia sekolah merupakan masalah yang
kompleks. Salah satu penyebabnya lantaran macetnya komunikasi anak dan orang tua.
"Contoh di kasus SMA Don Bosco ini, si anak mengaku kepada orang tua dirinya ada
acara buka puasa bersama tetapi kenyataannya dari bukti-bukti yang ada dia melakukan
tindakan bullying" ujar Ketua Dewan Pembina Komisi Nasional Perlindungan Anak
(Komnas PA), Seto Mulyadi, atau yang akrab dipanggil Kak Seto, di Mapolres Jakarta
Selatan, Jumat (3\/8\/2012).
Untuk itu, Kak Seto meminta kepada para orang tua untuk selalu melakukan
komunikasi dengan anaknya masing-masing sehingga diharapkan dengan adanya
komunikasi yang baik dapat terbentuk sebuah hubungan yang harmonis.
"Semua pihak, harus membangun kembali seluruh komunikasi. Komunikasi anak
dengan orang tua, anak dengan sekolah, maupun orang tua dengan sekolah sehingga
tidak terjadi semacam miskomunikasi yang menyebabkan hal-hal yang tidak diinginkan
seperti kasus bullying ini,\\\" terang Kak Seto.
Selain komunikasi yang baik, Kak Seto mendorong peran dari institusi-institusi terkait.
Institusi-institusi ini cukup memegang peranan penting dalam perkembangan anak di
sekolah.
"Penting adanya pendekatan kepada para siswa dan remaja melalui Kemendikbud,
psikolog dan dinas pendidikan. Karena masalah bullying sebetulnya merupakan
masaalah yang sangat kompleks, dan tidak hanya terjadi di tingkatan SMA, tetapi juga
sudah mulai terjadi di tingkat SMP bahkan SD,\\\" papar dia.

16
17

3. 2 Pembahasan
Dilihat dari kasus diatas meneybutkan bahwa macetnya komunkasi anak dan orangtua.
Jika dibiarkan terus menerus maka anak tersebut akan mengalami masalah yang
kompleks diantaranya psikolgi anak terganggu.
Peran perawat disini sangatlah penting diantaranya melakukan penkes tentang
komunikasi yang baik antara orangtua dan anak. Orangtua menjadi sasaran utama dalam
melakukan penkes ini karena dalam menentukan komunikasi anak baik tidaknya ada
faktor dari lingkungan juga termasuk orangtua.
BAB 4. SIMPULAN DAN SARAN

4. 1 Simpulan
4.1. 1 Kemampuan menerapkan teknik komunikasi terapeutik memerlukan latihan dan
kepekaan serta ketajaman perasaan, karena komunikasi terjadi tidak dalam
kemampuan tetapi dalam dimensi nilai, waktu dan ruang yang turut
mempengaruhi keberhasilan komunikasi yang terlihat melalui dampak
terapeutiknya bagi klien dan juga kepuasan bagi perawat.
4.1. 2 Komunikasi juga akan memberikan dampak terapeutik bila dalam penggunaanya
diperhatikan sikap dan tehnik komunikasi terapeutik. Hal lain yang cukup penting
diperhatikan adalah dimensi hubungan. Dimensi ini merupakan factor penunjang
yang sangat berpengaruh dalam mengembangkan kemampuan berhubungan
terapeutik.

4. 2 Saran
4.2. 1 Dalam melayani klien hendaknya perawat selalu berkomunikasi dengan klien
untuk mendapatkan persetujuan tindakan yang akan di lakukan.
4.2. 2 Dalam berkomunikasi dengan klien hendaknya perawat menggunakan bahasa
yang mudah di mengerti oleh klien sehingga tidak terjadi kesalahpahaman
komunikasi.
4.2. 3 Dalam menjalankan profesinya hendaknya perawat selalu memegang teguh etika
keperawatan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Anjaswarni, Tri, 2013, Modul 1 Komunikasi dalam Keperawatan, Konsep Dasar


Komunikasi, Jakarta:Badan PPSDM Kesehatan

Damayanti. 2013. Komunikasi Terapeutik pada Anak.


https://www.scribd.com/document/127536899/Komunikasi-Terapeutik-Pada-Anak

Safrika Rika, S.Kep., M.Kep, Ariani Esthika Maisa, S.Kep., M.Kep dll. 2018. Buku
Ajar Keperawatan Dasar 2. Padang : Andalas University Press.

Sukarno, Anita. 2012. Komunikasi Terapeutik pada Anak dan Remaja.


https://www.scribd.com/doc/111745377/Komunikasi-Terapeutik-Pada-Anak-Dan-Remaja

Anda mungkin juga menyukai