Anda di halaman 1dari 2

Ibu Hamil Meninggal karena Diduga Terlambat Dilayani,

Sempat ke 7 Rumah Sakit Kompas.com - 12/12/2020, 19:48 WIB


Seorang perempuan bernama Hartina asal Balimbing, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan,
meninggal dunia bersama bayi di dalam kandungannya, karena diduga terlambat mendapatkan
pertolongan, Rabu (9/12/2020). Hartina sedang hamil 9 bulan dan akan melahirkan. Sebelum dibawa ke
rumah sakit, Hartina mengalami kejang. Pihak keluarga telah berupaya dan memohon agar Hartina dan
bayinya segera ditangani tim medis. Namun, permintaan itu diduga ditolak oleh 7 rumah sakit.

Pihak keluarga bernama Haerul mengatakan, rumah sakit yang dimaksud adalah RSUD Bantaeng, RSUD
Jeneponto, RSUD Takalar, RS Labuang Baji, RS Kartini, RS Ananda, dan RS Pelamonia. "Awalnya Bu
Hartina diantar ke Puskesmas Bontobangun Bulukumba, lalu dirujuk ke RSUD Bantaeng. Tapi baru di
pintu masuk RSUD Bantaeng, sudah ditolak. Akhirnya dibawa ke RS Jeneponto dan RS Takalar, namun
kembali ditolak," kata Haerul saat dikonfirmasi Kompas.com, Sabtu (12/12/2020). Tak ingin menyerah,
pihak keluarga langsung melarikan Hartina ke RS Labuang Baji Makassar. "Karena ditolak di rumah sakit
daerah, makanya ke RS Labuang Baji Makassar. Tapi ditolak lagi karena tidak ada hasil rapid test. Lalu
dilarikan ke RS Kartini, ditolak karena tidak ada ICU, dan dilarikan ke RS Ananda, ditolak lagi," kata dia

Hartina dibawa ke RS Plamonia dan saat itu diberikan pertolongan pertama di atas mobil ambulans
dengan diberikan suntikan anti kejang dan oksigen. "Memang di Plamonia ditolong, tapi tidak
diturunkan ke ruangan. Akhirnya Hartina dilarikan ke RS Wahidin. Baru tiba di ruangan bersalin,
sementara ditangani beberapa menit, meninggal dunia," kata Haerul. Haerul mengaku begitu kecewa
kepada semua rumah sakit yang menolak memberikan perawatan medis kepada Hartina. "Dari kampung
sudah terkatung-katung hingga ke Kota Makassar. Pihak RS tidak punya hati nurani, bagaimana
perasaanya kalau keluarganya yang mengalami hal yang sama," kata dia. Haerul mengatakan, semua
warga, baik dari kota dan pedesaan semestinya mendapat pelayanan yang baik. Konfirmasi rumah sakit
Kepala Sub Bagian Humas RS Wahidin, Aulia mengatakan, pasien masuk ke RS Wahidin pukul 20.45
WITA, dan mendapat tindakan dari petugas seperti pemasangan oksigen, pemasangan gudel,
pemeriksaan tanda vital, USG, pasang monitor, resusitasi jantung oleh tim codeblue. "Namun kondisi
pasien terus memburuk dan akhirnya dinyatakan meninggal jam 20.58 WITA," kata Aulia. Sementara itu,
Manajer Pelayanan Medis RS Ananda Fira mengatakan, pasien tiba dengan kondisi tekanan darah tinggi
dan disertai dengan kajang-kejang. Kondisi ini sudah berlangsung sejak di rumah, saat dibawa ke
puskesmas sampai ke perjalanan ke Makassar. "Ketika pasien tiba di RS Ananda, dokter datang
memeriksa di mobil dan didapatkanlah kondisi pasien dengan kesadaran menurun, napas mulai dalam.
Dan kalau begini, sudah butuh perawatan intensive care yang lebih bagus," ujar dokter Fira saat
dihubungi. Menurut Fira, RS Ananda tidak punya fasilitas intensive care yang lebih memadai. Apalagi, RS
Ananda merupakan rumah sakit tipe C. Untuk itu, pihaknya mengarahkan pasien ke RS Labuang Baji.
Kemudian, saat dikonfirmasi, Kepala Bidang Pelayanan Medik RSUD Bantaeng, dokter Hikmawati
membantah kedatangan pasien Hartina. "Kami telah telusuri di sistem informasi, tidak ada pasien yang
masuk atas nama Hartina. Jika mendapat penanganan awal, pasti didata ke sistem," kata Hikmawati. Hal
yang sama disampaikan pihak RSUD Jeneponto. Pihak rumah sakit membantah soal kedatangan pasien
Hartina. berusaha menghubungi RSUD Takalar, RS Kartini, RS Labuang Baji dan RS Plamonia. Tetapi,
hingga berita ini ditulis, belum ada respons dari pihak rumah sakit

Sumber berita : kompas.com


Ibu dan Bayi Berumur 7 Hari Terjebak Banjir di Bekasi,
BPBD Evakuasi Kompas.com - 23/02/2020, 10:21 WIB
Seorang ibu meminta pertolongan karena terjebak banjir bersama bayinya di Harapan Indah, Bekasi,
Minggu (23/2/2020) Seorang wanita bernama Sarah Simamora meminta pertolongan melalui akun
Twitter-nya, @sarsersor, karena dia dan bayinya yang baru lahir terjebak banjir di Harapan Indah, Kota
Bekasi, Jawa Barat, Minggu (23/2/2020). Tweet Sarah yang diunggah pada pukul 05.29 WIB itu viral di
media sosial.

Hingga pukul 10.00 WIB, tweet-nya sudah di-retweet lebih dari 1.500 pengguna Twitter dan disukai
lebih dari 1.000 pengguna akun media sosial tersebut. "MOHON BANTUANNYA, SAYA TERJEBAK BANJIR
DENGAN BAYI SAYA YANG BERUMUR 7 HARI. LOKASI DI PEJUANG HARAPAN INDAH #BANJIR
#BANJIRBEKASI #BANJIRPEJUANG #BANJIRHARAPANINDAH,"— sarah simamora (@sarsersor)

Wakil Kepala Satgas BPBD Kota Bekasi Karsono mengatakan, BPBD bersama Basarnas dan Dinas
Pemadam Kebakaran Kota Bekasi sudah berada di lokasi banjir untuk mengevakuasi ibu dan bayinya
yang baru lahir tersebut. "Kami sudah respons dari pagi dan sudah di lokasi sekitar Harapan Indah
bersama Basarnas, Damkar," ujar Karsono saat Kompas.com menunjukkan tweet Sarah melalui pesan
WhatsApp. Sementara itu, di Jakarta, banjir terjadi di 55 rukun warga (RW). RW yang terendam banjir
tersebar di 36 kelurahan di 23 kecamatan. Kepala Pusat Data dan Informasi Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD) Jakarta M Insaf mengatakan, banjir disebabkan curah hujan tinggi, luapan Kali
Ciliwung, luapan Kali Item, luapan Kali Sunter, dan luapan Kali Semongol. Ketinggian air banjir di 55 RW
yang terendam pun beragam, mulai dari 5 sentimeter sampai 120 sentimeter. Banjir dengan ketinggian
120 sentimeter terjadi di Kelurahan Mampang, Jakarta Selatan

Anda mungkin juga menyukai