DISUSUN OLEH :
BAB I
TINJAU TEORITIS
1. Definisi
Lambert & Lambert mengatakan bahwa: kehilangan adalah suatu keadaan individu
berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, kemungkinan menjadi tidak ada, baik terjadi
sebagian atau keseluruhan. Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh
setiap individu selama rentang kehidupan cenderung mengalami kembali walaupun dalam
bentuk berbeda.
2. Etiologi
Faktor yang mempengaruhi Berduka dan kehilangan yaitu Genetik dimana riwayat
keluarga depresi sehingga sulit mengembangkan Sikap optimistic dalam menghadapi
permasalahan. Kesehatan fisik dimana keadaan fisik sehat cenderung mampu mengatasi
stress, kesehatan mental dimana individu gangguan jiwa dengan riwayat depresi merasa masa
depan suram peka dengan situasi kehilangan, pengalaman kehilangan masa lalu yaitu
kehilangan masa kanak-kanak mempengaruhi kemampuan menghadapi kehilangan dimasa
depan.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi kehilangan, tergantung:
1. Arti dari kehilangan
2. Sosial budaya
3. kepercayaan / spiritual
4. Peran seks/jenis kelamin
5. Status social ekonomi
6. kondisi fisik dan psikologi individu.
4. Tipe Kehilangan
Kehilangan dibagi dalam 2 tipe yaitu:
1. Kehilangan aktual atau nyata. Kehilangan ini sangat mudah dikenal atau
diidentifikasi oleh orang lain, seperti hilangnya anggota tubuh sebahagian, amputasi,
kematian orang yang sangat berarti / di cintai.
2. Kehilangan persepsi. Kehilangan jenis ini hanya dialami oleh seseorang dan sulit
untuk dapat dibuktikan, misalnya; seseorang yang berhenti bekerja / PHK,
menyebabkan perasaan kemandirian dan kebebasannya menjadi menurun.
Jenis-jenis Kehilangan
Terdapat 5 jenis kehilangan, yaitu:
a. Kehilangan seseorang seseorang yang dicintai, dan sangat bermakna atau
orang yang berarti merupakana salah satu jenis kehilangan yang paling
mengganggu dari tipe-tipe kehilangan. Kematian akan berdampak
menimbulkan kehilangan bagi orang yang dicintai. Karena hilangnya
keintiman, intensitas dan ketergantungan dari ikatan atau jalinan yang ada,
kematian pasangan suami/istri atau anak biasanya membawa dampak
emosional yang luar biasa dan tidak dapat ditutupi.
b. Kehilangan yang ada pada diri sendiri (loss of self) Bentuk lain dari
kehilangan adalah kehilangan diri atau anggapan tentang mental seseorang.
Kehilangan ini meliputi kehilangan perasaan terhadap keatraktifan, diri
sendiri, kehilangan kemampuan fisik dan mental, sersta kehilngan akan peran
dalam kehidupan, dan dampaknya. Kehilangan dari aspek diri mungkin
sementara atau menetap, sebagian atau seluruhnya. Beberapa aspek lain yang
dapat hilang dari seseorang misalnya kehilangan pendengaran, ingatan, usia
muda, fungsi tubuh.
c. Kehilangan objek eksternal Kehilangan objek eksternal misalnya kehilangan
benda milik sendiri atau bersama-sama, perhiasan, uang atau pekerjaan.
Kedalaman berduka yang dirasakan seseorang terhadap benda yang hilang
tergantung pada arti dan kegunaan benda tersebut.
d. Kehilangan lingkungan yang sangat dikenal Kehilangan diartikan dengan
terpisahnya individu dari lingkungan yang sangat dikenal termasuk dari
kehidupan latar belakang keluarga dalam waktu satu periode atau bergantian
secara menetap. Misalnya pindah kekota lain, maka akan memiliki tetangga
yang baru dan proses penyesuaian baru.
e. Kehilangan kehidupan/ meninggal Seseorang dapat mengalami mati baik
secara perasaan, pikiran dan respon pada kegiatan dan orang disekitarnya,
sampai pada kematian yang sesungguhnya. Sebagian orang berespon berbeda
tentang kematian.
a. Fase denial
1) Merupakan reaksi pertama pada fase ini adalah syok, tidak
mempercayai kenyataan
2) Ungkapan verbal pada fase ini biasanya individu mengatakan itu
tidak mungkin, saya Sdak percaya itu terjadi .
3) Perubahan fisik; letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan
pernafasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah.
b. Fase anger / marah
1) Individu mulaimenyadari akan kenyataan yang terjadi
2) Timbul respon marah diproyeksikan pada orang lain
3) Reaksi fisik yang timbul adalah; muka merah, nadi cepat, gelisah,
susah tidur, tangan mengepal, serta perilaku agresif.
c. Fase bergaining / tawar- menawar.
1) Ungkapan secara verbal pada fase ini adalah; kenapa harus terjadi
pada saya ?, kalau saja yang sakit bukan saya, seandainya saya hati-
hati
d. Fase depresi
1) Menunjukan sikap menarik diri, tidak mau bicara atau putus asa.
2) Gejala pada fase ini individu menolak makan, mengeluh sulit tidur,
letih, dorongan libido menurun.
e. Fase acceptance
1) Pikiran pada objek yang hilang mulai berkurang.
2) Ungkapan verbal pada fase ini adalah” apa yang dapat saya lakukan
agar saya cepat sembuh, yah, akhirnya saya harus operasi”
1.
KONSEP BERDUKA
1. Pengertian
Berduka merupakan respon emosi terhadap kehilangan yang dimanifestasikan dengan
adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur, dan lain-lain. Berduka
merupakan respon normal yang terjadi pada semua kejadian kehilangan. NANDA membagi
menjadi dua tipe berduka yaitu berduka diantisipasi dan berduka disfungsional. Berduka
diantisipasi merupakan suatu status pengalaman individu dalam merespon kehilangan yang
aktual ataupun yang dirasakan seseorang, hubungan/kedekatan, objek atau ketidakmampuan
fungsional sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam batas normal. Sedangkan
berduka disfungsional adalah suatu status individu dalam merespon suatu kehilangan dimana
respon kehilangan dibesar-besarkan padaa saat individu kehilangan secara aktual maupun
potensial, hubungan, objek dan ketidakmampuan fungsional. Tipe ini kadang-kadang
menjurus ke tipikal, abnormal, atau kesalahan/kekacauan.
2. Teori dan Proses Berduka
Belum ada cara yang paling tepat dan cepat untuk menjalani proses berduka. Konsep dan
teori berduka hanyalah salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengantisipasi kebutuhan
emosional klien dan keluarganya dan juga rencana intervensi yang bertujuan untuk
membantu individu dalam memahami kesedihan mereka dan mengatasinya. Peran perawat
pada proses ini adalah mendapatkan gambaran tentang perilaku berduka, mengenali pengaruh
berduka terhadap perilaku dan memberikan dukungan dalam bentuk empati.
Proses berduka menurut Engel (1964) mempunyai beberapa fase
f. Fase I (shock dan tidak percaya)
Individu yang berada pada fase ini seringkali menolak menerima kenyataan akan
kehilangan yang dialami. Individu mungkin menarik diri dari lingkungan sekitar, duduk
malas, atau pergi tanpa tujuan. Reaksi fisik yang timbul pada fase ini adalah pingsan,
diaporesis, mual, diare, detak jantung cepat, tidak bisa istirahat, insomnia dan kelelahan.
g. Fase II (berkembangnya kesadaran)
Individu mulai merasakan adanya kehilangan secara nyata/akut dan mungkin mengalami
putus asa,marahan, perasaan bersalah, frustasi, depresi, dan kekosongan jiwa tiba-tiba terjadi.
h. Fase III (restitusi)
Individu berusaha mencoba untuk sepakat/damai dengan perasaan yang hampa/kosong,
pada fase ini individu kehilangan masih tetap tidak dapat menerima perhatian yang baru dari
seseorang yang bertujuan untuk mengalihkan kehilangan seseorang.
i. Fase IV
Individu mulai menekan seluruh perasaan yang negatif dan bermusuhan terhadap
almarhum. Bisa merasa bersalah dan sangat menyesal tentang kurang perhatiannya di masa
lalu terhadap almarhum.
j. Fase V
Kehilangan yang tak dapat dihindari. Pada fase ini individu harus mulai menyadari
arti kehilangan. Sehingga pada fase ini diharapkan seseorang sudah dapat menerima
kondisinya. Kesadaran baru telah berkembang.
BAB III
TINJAU KASUS
STATUS MENTAL
1. Emosi :
- Pasien tidak dapat mengontrol emosinya
2. Konsep Diri :
- Pasien mengatakan ia merasa sangat kecewa atas dirinya dan selalu
menyalahkan dirinya tentang apa yang terjadi
3. Pola Interaksi :
- Interaksi pasien sangat kurang
4. Gaya Komunikasi :
- Pasien berkomunikasi dengan baik saat dilakukan pengkajian
LATAR BELAKANG STATUS SOSIAL BUDAYA
1. Pekerjaan :
Pasien Ny.W bekerja sebagai Ibu rumah tangga
2. Hubungan Sosial:
Pasien Ny.W mengatakan disaat suaminya masih hidup dia selalu berkomunikasi dan
saling bertukar pendapat dengn almarhum suaminya
3. Sosio – Budaya :
4. Gaya Hidup :
Gaya hidup pasien baik, tidak perokok dan peminum alcohol
RIWAYAT KELUARAGA
Genogram
Laki-Laki
Perempuan
Meninggal
Pasien
1. Masalah Keluarga dan Krisis
Keluarga sering menemani pasien berobat di tempat pelayanan kesehatan dan kondisi
pasien saat ini tidak mempengaruhi fungsi keluarga.
2. Interaksi Dalam Keluarga
Saat sakit interaksi dalam keluarga terganggu karna pasien sering menyendiri
PENGKAJIAN FISIK
1. Riwayat Penyakit
Pasien mengatakan pasien merasa tidak nafsu makan,merasa lemas merasa sedih dan
terpukul semenjak suaminya meninggal pada tanggal 26/08/2020.Pasien juga
mengatakan pasien sangat marah dan kecewa pada Tuhan
2. Pemeriksaan Fisik :
TD : 110/80mmHg
N : 84x/m
R : 24x/m
3. Kebiasaan Yang Berhubung dengan Status Kesehatan :
Pasien tidak perokok dan tidak mengkonsumsi alcohol
4. Merokok :
Pasien tidak pernah merokok
5. Akohol/obat terlarang :
Pasien tidak pernah mengkonsumsi alcohol/obat terlarang
6. Istirahat dan tidur :
Pasien mengatakan pasien susah tidur
7. Nutrisi :
Pola makan pasien kurang baik pasien makan 3xsehari porsi tidak dihabiskan
8. Eliminasi :
Pola eliminasi pasien baik/normal, BAB : 1-2xsehari dengan konsitensi feses lembek.
BAK 5-6x sehari dengan warna urine jernih.
9. Orientasi :
pasien tidak mengalami gangguan orientasi.
10. Tingkat Aktivitas :
Pasien jarang beraktifitas
11. Tingkat Energi :
Pasien beraktivitas dengan mandiri.
Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1 DS : berduka Berduka
Pasien mengatakan pasien
merasa tidak nafsu
makan,merasa lemas,merasa Kehilangan
sedih dan terpukul
Pasien marah dan kecewa Kematian suami
kepada Tuhan
DO :
Pasien terlihat sedih dan
menangis
Pasien terlihat tidak nafsu
makan
TD : 110/80mmHg
N : 84x/m
R : 24x/m
DO :
Pasien terlihat sedih dan
menangis
Pasien terlihat tidak nafsu
makan
TD : 110/80mmHg
N : 84x/m
R : 24x/m
Pohon Masalah
Distress
Spiritual
Kehilangan
Kematian
suami
Diagnosa Keperawatan :
1.Distres spiritual b.d kehilangan anggota keluarga terdekat
2. Berduka b.d kematian suami
Inisial Pasien : NNy B.N Nama Mahasiswa : putra rongga
No. Medrec : 000000000 NIM : 711440118054
Ruangan : Ruangan A
Diagnosa
No.
Keperaw Tindakan Keperawatan
Dx
atan
Kriteria
Tujuan Intervensi
Evaluasi
1. Distress Setelah S: Observasi
spiritual dilakukukan Pasien 1. Identifikasi oerasaan
b.d tindakan mengata khwatir,kesepian,dan
kehilang keperawatan kan ketidakberdayaan
an diharapkan terima 2. Identifikasi pandangan
anggota status spiritual dengan tentang hubungan antara
keluarga membaik kenyata spiritual dan kesehatan
terdekat dengan kh : an 3. Identifikasi ketaatan
1. Verbalis bahwa dalam beragama
asi suami- Terapeutik
penerim nya 4. Yakinkan bahwa perawat
aan telah bersedia mendukung
meningk mening salam masa
at gal ketidakberdayaan
2. Perilaku O : 5. Sediakan privasi dan
marah pasien waktu tenang untuk
pada terlihat aktifitas spiritual
Tuhan tabah 6. Diskusikan keyakinan
menuru dan tentang makna dan tujuan
n meneri hidup
ma 7. Fasilitasi melakukan
keadaan kegiatan beribadah
Edukasi
8. Anjurkan berinteraksi
dengan keluarga ,teman
dan/atau orang lain
Kolaborasi
9. Anjurkan kunjungan
dengan
rohaniawan(mis.pendeta,u
stad,romo,biksu)
P : Lanjutkan intervensi
Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
a. Data subjectif
Klien mengatakan saat ini dia masih merasa suami nya masih ada di dunia ini
Klien mengatakan susah tidur dan tidak napsu makan
b. Data objektif
Klien tampak sedih dan lemas
1. Kondisi Klien
Ibu B sering melamun dan selalu mengatakan jika suaminya belum meninggal. Selain itu,
Ibu B juga tidak mau berinteraksi dengan orang lain dan sering manghayal dan susah
tidur.
A. Orientasi
1. Salam terapiutik
Perawat : Selamat pagi Ibu
Pasien : selamat pagi
Perawat : Perkenalkan saya mahasiwa , nama saya arter runtuwene, saya senang dipanggil
Rendy nama ibu siapa?”
Pasien : saya dengan ibu Britny
Perawat : “Ibu senang di panggil siapa?
Pasien : britny saja
Perawat : baik ibu Bagaimana perasaan Ibu hari ini, apa yang Ibu rasakan saat ini?
Pasien ; Sejujurnya saya sekarng ini masi saja teringat dengan suami saya dan mersa tidak
terima dengan kepergiannya
Perawat : ohhjadi begitu, bagimana ibu kalau kita berbincang bincang untuk mengetahui
keadaan Ibu saat ini, apakah ibu bersedia?
Pasien : iya silahkan
Perawat : ibu ingin kita bicara di mana? Hmm,, bagaimana kalau di taman ?
Pasien : baiklah Buk.
Perawat : Berapa lama ibu ingin kita bincang-bincangnya Bu? Bagaimana kalau kita
berbincang selama 15menit bisa ibu?
Pasien: baik
Perawat : baik ibu langsung saja ya
B. Kerja
Perawat : Ibu, tadi Ibu sudah menyebutkan nama Ibu, lalu boleh saya tahu berapa umur Ibu
sekarang?
Pasien : saya berumur 33 tahun
Perawat : Boleh saya tahu Ibu berasal dari mana?
Pasien : saya berasal dari poopo
Perawat : kalau bole tau hubungan ibu dengan keluarga ibu bagimana?
Pasien : saya agak menyendiri dari keluarga saya sejak kematian suami tercinta saya
Perawat : ohh jadi seperti itu
Pasien : iya
Perawat : Boleh saya tahu apakah hobi Ibu? Bagaimana kalau sekarang Ibu bercerita tentang
hobi Ibu?
Pasien : hobbysya memasak dan bernyanyi
Perawat : Wah….ternyata bagus sekali hobi Ibu. Boleh saya tahu apa pekerjaan Ibu sebelum
nya Bisa Ibu ceritakan tentang pekerjaan Ibu?
Pasien : iya bisa , kerjaan saya seorang ibu rumah tangga
Perawat : Wah, ternyata pekerjaan Ibu bagus sekali.
Pasien : terimaksih
Perawat : sama-sama ibu
C. Terminasi
1. Evaluasi
Perawat : bagaimana ibu Setelah kita ngobrol tadi,bagaimana perasaan Ibu saat ini?
Pasien : Saya merasa agak baikan
Perawat : bagus . Jadi bu waktu untuk pertemuan kita sudah habis saya rasa cukup sampai
disini dulu perbincangan kita
Pasien : iya baik
Perawat : jadi ibu besok saya akan kembali dan bertemu lagi dengan ibu tapi kira-kira jam
berapah kita akan bertemu jam seperti bisa bisa ibu
Pasien : baik saya bisa
Perawat : baikalah kalau begitu bu sampai besok ya , sampai jumpah
1. Tahap orientasi
Perawat : “Selamat pagi Ibu . Masih ingat dengan saya Bu?
Pasien : iya
Perawat : bagus , Seperti seperti janji saya kemarin saya akan datang kembali
lagi”Bagaimana keadaan Ibu hari ini? Apa sudah lebih baik dari kemarin?
Pasien : suadah agak mendingan
Perawat : Bagus kalau begitu , bagaimana jika kita berbincang-bincang sebentar? Saya rasa
30menit cukup Bu. Ibu bersedia?”
Pasien : ohiya
Perawat : Ibu mau kita berbincang-bincang dimana? Di sini saja?
Pasien : iya
Perawat : Baiklah.”
2. Tahap kerja
Perawat : Baiklah Ibu britny, bisa Ibu jelaskan kepada saya bagaimana perasaan Ibu britny
saat ini?”
Pasien : perasaan saya masi sama sperti kemarin
Perawat : Saya mengerti Ibu sangat sulit menerima kenyataan ini. Tapi kondisi sebenarnya
memang suami Ibu telah meninggal. Sabar ya, Bu ”
pasien : iya terimaksih
perawat : Saya tidak bermaksud untuk tidak mendukung Ibu. Tapi coba Ibu pikir, jika Ibu
pulang
ke rumah nanti, ibu masi dengan kondisi yangdan sama tidak bisa di hentikan , kira kira
bagaimana nanti kelurga besar ibu , pasti mereka akan kawatir dengan kodisi ibu yang seperti
itu
pasien : iya
perawat : Itu sudah menjadi kehendak Tuhan, Bu. Ibu harus berusaha menerima
kenyataan ini.”
Pasien : iya
Perawat : iya Ibu, karna hidup matinya seseorang semua sudah diatur oleh Tuhan.
Meninggalnya suami Ibu juga merupakan kehendak-Nya sebagai Maha Pemilik Hidup. Tidak
ada satu orang pun yang dapat mencegahnya, termasuk saya ataupun Ibu sendiri.”
Pasien : iya
Perawat : “Ibu sudah bisa memahaminya?”
Pasien : iya saya akan berusaha
Perawat : Ibu tidak perlu cemas. Umur Ibu masih muda, Ibu bisa mencoba mencari pekerjaan
untuk memenuhi kebutuhan keluarga Ibu. Saya percaya Ibu mempunyai keahlian yang
bisa digunakan.
Pasien : iya
Perawat : Ibu juga tidak akan hidup sendiri. Ibu masih punya saudara-saudara,
anak-anak dan orang lain yang sayang dan peduli sama Ibu.”
Pasien : iya betul
Perawat : Untuk mengurangi rasa cemas Ibu, sekarang Ibu ikuti teknik relaksasi yang saya
lakukan. Coba sekarang Ibu tarik napas yang dalam, tahan sebentar, kemudian
hembuskan perlahan-lahan.” Bisa ibu ?
pasien : iya
perawat : Ya, bagus sekali Bu, seperti itu. Relaksasi ini say harap ibu lakukan terus menurus
ya buk agar ibu lebih rileks
pasien : baik terimaksih
3. Tahap terminasi
Perawat : “Bagaimana perasaan Ibu sekarang? Apa Ibu sudah mulai memahami
kondisi yang sebenarnya terjadi?
Pasien : iya
Perawat : “Kalau begitu, coba Ibu jelaskan lagi, hal-hal yang Ibu dapatkan dari
perbincangan kita tadi dan coba Ibu ulangi teknik relaksasi yang telah kita lakukan.”
Pasien : iya jadi say pribadi harus menerima kepergian suami say selamanya
Perawat : iya bagus sekali, terimkasih ibu telah mahami hasil pertemuan ini, besok juaga saya
akan kembalidengan waktu saya pula, bagaimana ibu bisa ?
Pasien : iya bisa
Perawat : baik ubu sampai jumpah
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan pengkajian di yang telah di lakuakan di temukan data subjektif dan objektif
yang sesuai dengan prioritas masalah yang di alami Ny. B yaitu masalah psikososial
kehilangan dan berduka di dukung dengan data subjektif pasien mengatakan Pasien
mengtakan belum siap dengan kenyataan bahwa ia harus berpisah dengan suaminya
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Asuhan keperawatan jiwa pada pasien Ny.B dengan masalah psikososial kehilangan dan
berduka telah di laksanakan sehingga dapat di ambil pembahasa sebagai berikut :
Pengkajian di yang telah di lakuakan , di temukan data – data yang menunjuakan
bahwa Ny.B mengalami masalah psikososial kehilangan dan berduka di dukung dengan data
subjektif pasien mengatakan Pasien mengtakan belum siap dengan kenyataan bahwa ia harus
berpisah dengan suaminya
Pada kasus yang di alami Ny. B di temukan satu diagnosa keperawatan prioritas :
Berduka b/d kematian keluarga atau orang yang berarti di tandai dengan pasien mengatakan
Pasien mengtakan belum siap dengan kenyataan bahwa ia harus berpisah dengan suaminya
Rencana asuhan keperawatan pada pasien kehilangan dan berduka berdasarkan buku SLKI
(Standart Luaran Keperawatan) SIKI ( Standar Intervensi Keperawatan Indonesia )
Pelaksanaan asuhan keperawatan yaitu rencana tindakan keperawatan yang telah di susun
sebelumnya, pelaksanaan yang di berikan sesuai dengan kebutuhan pasien,pelaksanan telah di
lakukan perancanaan
Mengidentifikasi proses berduka yang dialami, mengidentifikasi reaksi awal terhadap
kehilangan, Memotivasi agar mau mengungkapkan perasaan kehilangan, menjelaskan kepada
pasien dan keluarga bahwa sikap mengingkari, marah, tawar-menawar, depresi dan menerima
adalahwajar dalam menghadapi kehilangan
https://id.com/document/123337096/Askep-kehilangan-dan-berduka
Keliat, B.A., dkk. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas (CMHN - Basic
Course).Jakarta: EGC