Anda di halaman 1dari 10

JISE 5 (1) (2016)

Journal of Innovative Science Education


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jise

PENGEMBANGAN LKS FISIKA BERMUATAN GENERIK SAINS UNTUK


MENINGKATKAN HIGHER ORDER THINKING (HOTS) SISWA

Desiagi Dwi Kristianingsih , Nanik Wijayati, Sudarmin

Prodi Pendidikan IPA, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Pada abad pengetahuan ini, modal intelektual khususnya kecakapan berpikir tingkat tinggi (higher
Diterima 29 Juni 2016 order thinking skill) merupakan kebutuhan sebagai tenaga kerja yang handal agar siswa mampu
Disetujui Juli 2016 memahami materi pelajaran, maka diperlukan kecakapan berpikir tingkat tinggi. Namun ada
Dipublikasikan Agustus beberapa keluhan tentang rendahnya kemampuan berpikir kritis dan kreatif yang dimiliki oleh
2016 lulusan pendidikan dasar sampai perguruan tinggi. Kendala juga dialami SMK Swasta di Slawi
antara lain pembelajaran fisika sulit dipahami dan siswa kurang optimal saat pembelajaran.
________________ Akibatnya, banyak siswa yang kemampuan berpikir kritisnya kurang baik. Disisi lain, kebanyakan
Keywords: guru tidak mengembangkan bahan ajar sendiri melainkan membeli dari agen buku. Pada hal buku
LKS Content Development tersebut tidak disesuaikan dengan kondisi sekolah dan kondisi peserta. Tujuan dari penelitian ini:
Physics, KGS, HOTS untuk mengetahui tingkat kelayakan, efektifitas, dan pengaruh pengembangan LKS fisika
____________________ bermuatan KGS terhadap pengembangan HOTS siswa. Pendekatan yang digunakan adalah
penelitian pengembangan. Teknik analisis dengan menggunakan uji deskriptif prosentase, uji gain,
dan t test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1). Pengembangan LKS bermuatan KGS terdiri
dari 22 pertanyaan dinyatakan layak oleh tim validator. 2). Pengembangan LKS yang diberikan
treatment adalah efektif. 3). Metode KGS berpengaruh positip terhadap peningkatan HOTS siswa
SMK Swasta di Slawi.

Abstract
___________________________________________________________________
In the century of knowledge intellectual capital, especially high-level thinking skills (Higher Order
Thinking Skills) is a necessity as a reliable workforce so that students are able to understand the
subject matter, it would require a high -level thinking skills. However, there are some complaints
about the lack of critical thinking skills, creative owned by basic education graduates to college.
Private vocational constraints are also experienced in teaching physics Slawi among other elusive
and less than optimal student learning time. As a result, many students are poor critical thinking
skills. On the other hand, most teachers do not develop their own teaching materials , but bought
from a book agent. In the book it is not adapted to the conditions of the school and the condition of
the participants. The purpose of this research: to determine the feasibility, effectiveness, and
influence the development of physics LKS charged KGS against HOTS development of students.
The approach used is research pengembanganTeknik analysis using descriptive test percentage,
gain test, and t test. Research shows that: 1). KGS charged LKS development consists of 22
questions to be eligible by the team validator. 2). LKS development of a given treatment is
effective. 3). KGS method HOTS positive effect on improvement of vocational students private in
Slawi.

© 2016 UniversitasNegeri Semarang



Alamat korespondensi: p-ISSN 2252-6412
Desiagi Dwi Kristianingsih e-ISSN 2502-4523
Kampus Unnes Bendan Ngisor, Semarang, 50233
E-mail: desiagiansyah@gmail.com

73
Desiagi Dwi Kristianingsih, dkk. / Journal of Innovative Science Education

PENDAHULUAN hanya penting diperlukan untuk bidang yang


sedang ditekuni tetapi juga pada bidang lain.
Galbreath (1999) mengemukakan
Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan
bahwa pada abad pengetahuan, modal
salah satu sumber belajar yang digunakan untuk
intelektual khususnya kecakapan berpikir tingkat
membantu siswa dalam menambah informasi
tinggi (higher order thinking skill) merupakan
tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan
kebutuhan sebagai tenaga kerja yang handal.
belajar yang dilakukan secara sistematis.
Rindell (1999) mengemukakan agar siswa melek
Penerapan KGS dan kecakapan berpikir tingkat
terhadap sains mampu memahami materi
tinggi (Higher Order Thinking Skill) disetiap
pelajaran, mampu memanfaatkan informasi,
kegiatan yang terdapat dalam LKS dapat
dan mampu berkreativitas diperlukan kecakapan
membantu siswa dalam mencapai tujuan
berpikir. Oleh karena itu dalam proses
pembelajaran. Kegiatan yang terdapat dalam
pembelajaran, siswa harus dilatih tentang
LKS seharusnya dapat memberikan suatu
kecakapan berpikir. Semua pendapat para ahli
keterampilan generik dan menuntun siswa
ini mendukung pendapat John Dewey (dalam
dalam memperoleh pengetahuan secara
Johnson, 2002) yang sejak awal mengharapkan
langsung. Trianto (2007) mendefinisikan bahwa
agar siswa diajarkan kecakapan berpikir. Namun
Lembar Kerja Siswa adalah panduan siswa yang
kenyataannya sampai saat ini kecakapan
digunakan untuk melakukan kegiatan
berpikir siswa ini belum ditangani secara
penyelidikan dan pemecahan masalah. LKS
sungguh-sunguh oleh para guru di sekolah. Hal
diharapkan dapat mengembangkan kemampuan
ini didukung penemuan Rofi’udin (2000) bahwa
berpikir kritis siswa.
terjadi keluhan tentang rendahnya kemampuan
Berdasarkan hasil wawancara dengan
berpikir kritis-kreatif yang dimiliki oleh lulusan
beberapa guru fisika di SMK Bina Nusa Slawi
pendidikan dasar sampai perguruan tinggi,
ditemukan beberapa kendala pada proses
karena pendidikan berpikir belum ditangani
pembelajaran. Pertama, pembelajaran fisika
dengan baik. Oleh karena itu penanganan
banyak mengandung prinsip, konsep, dan teori
kecakapan berpikir kritis-kreatif sangat penting
yang abstrak sulit dipahami oleh siswa. Kedua,
diintegrasikan dalam setiap mata pelajaran.
siswa kurang optimal saat mengikuti
Selanjutnya, kemampuan generik juga
pembelajaran sehingga pemahaman konsep
penting bagi siswa karena kemampuan ini
siswa kurang baik dan berakibat siswa hanya
sangat dibutuhkan oleh siswa dalam
menghafal materi. Ketiga siswa menganggap
mengembangkan karir sesuai dengan bidang
pembelajaran fisika sebagai hal yang sulit untuk
masing-masing. Kemampuan generik tidak
dipelajari sehingga pada proses pembelajaran
diperoleh secara tiba-tiba melainkan
siswa kurang antusias. Beberapa kendala
keterampilan itu harus dilatih agar terus
tersebut mengakibatkan banyak siswa yang
meningkat. Brotosiswojo (2001) menyatakan
memperoleh hasil belajar kurang dari batas
kemampuan generik adalah suatu kemampuan
ketuntasan dan kemampuan berpikir kritis siswa
yang bersifat umum, dasar yang fleksibel, tidak
kurang baik. Sehingga peserta didik tidak

74
Desiagi Dwi Kristianingsih, dkk. / Journal of Innovative Science Education

memiliki kesempatan untuk mengembangkan METODE PENELITIAN


pengetahuan dan kemampuan berpikir kritis.
Untuk itu diperlukanlah bahan ajar yang Desain penelitian menggunakan satu

mampu menjadikan peserta didik untuk lebih kelas sampel sebagai kelas uji coba (One Group

berpikir kritis. Dalam mengembangkan bahan Pre-test and Post-test Design) yang akan digunakan

ajar diperlukan juga sebuah pendekatan/metode untuk melaksanakan metode penelitian tersebut
yang tepat. Pemilihan metode yang tepat dalam (Arikunto, 2006). Penelitian dilakukan di SMK
pembelajaran fisika sangat diperlukan dalam Swasta di Slawi kelas X, dan waktu penelitian
membantu pemahaman peserta didik terhadap dilaksanakan pada bulan Mei 2015. Rancangan
materi yang diajarkan dan juga diharapkan penelitian menggunakan pre-test and pos-test One
mampu meningkatkan keterampilan berpikir Group Pre-test and Post-test Design. Tes ini
kritis dan yang pada akhirnya dapat dilakukan sebanyak dua kali tes yaitu sebelum
meningkatkan hasil belajar peserta didik. perlakuan penelitian (pre-test) dan setelah
Namun persoalan yang terjadi saat ini diberikan perlakuan (post-test) pada kelas
kebanyakan guru tidak mengembangkan bahan eksperimen. Instrument dan teknik
ajar sendiri melainkan membeli dari agen buku. pengumpulan data yang pertama menggunakan
Padahal bahan ajar dari agen tersebut tidak teknik tes, teknik angket dan teknik
disesuaikan dengan kondisi sekolah dan kondisi dokumentasi.
peserta didik.
Materi yang akan diujikan melalui LKS HASIL DAN PEMBAHASAN
fisika bermuatan HOTS dengan keterampilan
generic sains adalah materi suhu dan kalor. Hasil Penilaian Tim Validator Terhadap LKS
Pada materi ini ada beberapa masalah yang Fisika Bermuatan KGS
menarik untuk dipecahkan oleh siswa mengenai Pengembangan LKS diharapkan dapat
permasalahan yang berkaitan dengan suhu dan mengembangkan HOTS siswa yang kemudian
kalor. Pengukuran suhu pada tubuh serta akan menciptakan prestasi para siswa dan lebih
perambatan kalor terhadap benda. Hal-hal yang dari itu, menjadikan citra SMK Swasta di Slawi
demikian dapat dilakukan eksplorasi yang tidak menjadi jauh lebih baik lagi. Berdasarkan hasil
terlepas dari permasalahan yang terkait dengan pengolahan data, secara keseluruhan nilai per
fisika dimana masalah-masalah tersebut aspek diperoleh hasil sebagaimana yang nampak
memiliki cakupan yang sangat luas. pada Gambar 1. Tanggapan Tim
Rata-Rata
Validator
Berdasarkan latar belakang tersebut,
100 85.3 Keterangan :
tujuan dari penelitian ini: untuk mengetahui 66.7 66.7 A. Penyajian
Rata-Rata Skor

53.3 B. Bahasa
tingkat kelayakan, efektifitas, dan pengaruh 38.7
50 C. Kegrafikan
pengembangan LKS fisika bermuatan KGS D. Kegiatan Pembelajaran
E. LKS Bermuatan KGS
terhadap pengembangan HOTS siswa. 0
A B C D E
Gambar 1 Rataan Tanggapan Tim Validator
Tim Validator Per Aspek LKS Fisika Bermuatan
KGS

75
Desiagi Dwi Kristianingsih, dkk. / Journal of Innovative Science Education

Hasil Penguasaan Konsep langsung sehingga dikenal kemampuan generik


Gambaran penguasaan konsep siswa pengamatan tak langsung (Brotosiswojo, 2001).
sebelum dan setelah pembelajaran dapat dilihat Pada Gambar 4.3 disajikan hasil
dari peningkatan perolehan rata-rata skor pretest analisis skor pretest, posttest, N-gain, uji t, dan
terhadap rata-rata skor posttest sebagaimana yang Taraf Pencapaian untuk keterampilan generik
nampak pada Gambar 2. pengamatan langsung dan tidak langsung, serta

53.03 54.54 bahasa simbolik. Dengan demikian LKS


53.69 53.54 53.6954.43
60 51.49 51.69
bermuatan KGS mampu meningkatkan
Rataan Prosentase

50
penguasaan keterampilan generic pengamatan
40
langsung dan tak langsung sampai serta bahasa
30
20 simbolik dengan kategori sedang.
10 0.75 0.61
0.67 0.58

0
Pretest Posttest N-gain 100

Skor Indikator KGS


69,39 64,29 72,47 68,31
Sub Pokok Bahasan
Suhu 50
Kalor dan Perubahan Wujud Zat
0,62 0,52
Pemuaian
0
Rerata Rerata N-gain%
Gambar 2 Data Pretest, Posttest, dan N-Gain
Gambar 3Pretest
AnalisisPosttest
Taraf Pencapaian
Untuk Keterampilan
Berdasarkan Materi Suhu Dan Kalor Generic Sains kelas
Eksperimen
Peningkatan penguasaan konsep secara
klasikal diperoleh N-gain rata-rata yang Hasil Pencapaian HOTS
termasuk dalam kategori sedang (Wiyanto, Untuk mengetahui peningkatan yang
2008). Keterampilan generik sains pada materi dilakukan maka perlu dilakukan perbandingan
suhu dan kalor yang diterapkan dalam hasil pretest dan posttest. Berikut ini adalah
penelitian berhasil meningkatkan penguasaan perhitungan rerata N-gain antara pretest dan
konsep siswa. Keberhasilan peningkatan posttest. Dengan demikian LKS bermuatan KGS
penguasaan konsep disebabkan karena mampu meningkatkan keterampilan berfikir
penyajian bahan ajar dengan sebagai media tingkat tinggi dengan kategori sedang disajikan
pembelajaran. pada Gambar 4.
Hasil Analisis Penguasaan KGS
100 65.79 70.14
72.39
Ilmu fisika adalah ilmu yang dilandasi
Skor Indikator HOTS

60.53

pada eksperimen dan pengamatan. Oleh karena


0.44 0.51
itu, pengamatan selama melakukan percobaan
0
Rerata Rerata N-gain%
fisika tentang thermometer merupakan faktor Pretest Posttest
utama kegiatan pembelajaran fisika. Untuk Kelas Ekperiment
Pemecahan Masalah Berfikir Kritis
pengamatan hasil suhu dan kalor ada yang
Gambar 4 Analisis Taraf Pencapaian Untuk
dapat diamati secara langsung dengan panca
Higher Order Thinking Skills
indera, tetapi ada pula yang tidak diamati secara (HOTS)

76
Desiagi Dwi Kristianingsih, dkk. / Journal of Innovative Science Education

Hasil Tanggapan Siswa Mengenai LKS Fisika menggunakan uji gain ternormalisasi <g>, yang
Bermuatan KGS sering disebut faktor-g atau faktor Hake
Tanggapan responden kelas eksperimen (Wiyanto, 2008). Tabel 2 berikut merupakan
di SMK Swasta di Slawi mengenai LKS yang hasil pengujian keefektifan.
bermuatan KGS dari rata-rata aspek. Tabel 2 Efektifitas LKS Fisika Bermuatan
KGS dalam Mengembangkan HOTS
Berdasarkan hasil pengolahan data, secara
Nilai
No Pengujian Pengujian Kesimpulan
keseluruhan nilai rata-rata per aspek diperoleh Gain

hasil sebagaimana yang nampak pada Gambar 1 Kelas 0,53 0,30 ≤ 0,53 Efektifitas
eksperimen < 0,70 sedang
2 Kelas 0,90 0,70 ≤ 0,90 Efektifitas
5. eksperimen ≤ 1,00 tinggi
Sumber : data primer diolah, 2016
100 88.9 88.7
79.8 81.4
72.2 74.5
80 Dalam Badan Nasional Standar
Rataan Skor

52.1 55.0
60 44.2 45.6 Pendidikan (BSNP) Indonesia dinyatakan
40
bahwa kegiatan inkuiri meliputi kegiatan
20
0
mengamati, mengukur, menggolongkan,
A B C D E mengajukan pertanyaan, menyusun hipotesis,
Aspek Yang Dinilai
merencanakan eksperimen untuk menjawab
Kelas Eksperimen Kelas Eksperimen
Keterangan: pertanyaan, mengklasifikasikan, mengolah, dan
A: Penyajian B: Bahasa C: Kegrafikan
D: Kegiatan Pembelajaran E: LKS Bermuatan menganalisis data, menerapkan ide pada situasi
KGS
baru, menggunakan peralatan sederhana serta
Gambar 5 Rata-rata Tanggapan Siswa
Kelas Eksperimen mengkomunikasikan informasi dalam berbagai
cara, yaitu dengan gambar, lisan, tulisan dan
Keunggulan dan Kelemahan LKS KGS dan
sebagainya dengan mengedepankan proses
HOTS
membangun konsepsi oleh pembelajaran itu
Hasil perhitungan t hitung > t tabel
sendiri dengan bimbingan pembelajar. Kerja
(6,89 > 1,67), selain itu juga mempunyai nilai t
ilmiah yang diawali dengan permasalahan dan
hitung yang positip. Uji hipotesis ini berada di
dilengkapi dengan LKS yang mengarahkan pada
daerah penerimaan Ha atau penolakan Ho,
upaya siswa untuk melakukan investigasi
sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
sebagai dasar untuk mengambil kesimpulan dan
pengaruh positip antara pengembangan LKS
dilanjutkan dengan menyusun laporan ilmiah
fisika bermuatan KGS terhadap pengembangan
yang disesuaikan dengan kehidupan nyata siswa
HOTS siswa SMK Swasta di Slawi.
menjadi factor penentu dan melatih kemampuan
Efektifitas LKS
berfikir tingkat tinggi.
Efektifitas ini diukur dari nilai UAS
Dengan adanya media Lembar Kerja
siswa sebelum penelitian dan setelah penelitian
Siswa (LKS) diharapkan dapat menjadikan
dilakukan. Selain itu juga, tingkat efektifitas ini
peserta didik aktif dan cepat tanggap, serta
akan dibandingkan dengan kelas kontrol yang
kreatif. LKS dapat digunakan pada peserta didik
menggunakan treatment berbeda dengan kelas
untuk mengamati kognitif, afektif dan
eksperimen. Pengujian ini dilakukan dengan
psikomotorik siswa. Dapat pula digunakan
77
Desiagi Dwi Kristianingsih, dkk. / Journal of Innovative Science Education

dalam pendekatan ketrampilan proses, dimana (LKS) dalam Lismawati (2010) (1) Keunggulan
Siswa berlatih mengumpulkan kosep sebanyak – media Lembar Kerja Siswa yaitu a.) Dari aspek
banyaknya tentang materi yang akan dipelajari penggunaan: merupakan media yang paling
melalui LKS dan kemudian didiskusikan untuk mudah. Dapat dipelajari di mana saja dan kapan
memperoleh kesimpulan mengenai definisi dan saja tanpa harus menggunakan alat khusus. b.)
karakteristik materi yang dipelajari. Dari aspek pengajaran: dibandingkan media
Pemanfaatan LKS sebagai media pembelajaran jenis lain bisa dikatakan lebih
pembelajaran dilakukan secara optimal, yaitu unggul. Karena merupakan media yang canggih
digunakan sebagai sumber perolehan informasi dalam mengembangkan kemampuan siswa
serta media dalam latihan soal. Implementasi untuk belajar tentang fakta dan mampu
pendekatan ketrampilan proses, dilakukan sesuai menggali prinsip-prinsip umum dan abstrak
bagan desain pembelajaran dengan pendekatan dengan menggu-nakan argumentasi yang
ketrampilan proses melalui media LKS. Proses realistis. c.) Dari aspek kualitas penyampaian
pembelajaran dilakukan dengan terlebih dahulu pesan pembelajaran yaitu mampu memaparkan
membagi siswa dalam kelompok kelompok. kata-kata, angka-angka, notasi musik, gambar
Pembelajaran dilakukan menggunakan berbagai dua dimensi, serta diagram dengan proses yang
macam metode, yaitu metode penemuan sangat cepat. d.) Dari aspek ekonomi: secara
konsep, metode diskusi, dan metode latihan ekonomis lebih murah dibandingkan dengan
soal. Penerapan setiap metode pembelajaran media pembelajaran yang lainnya. (2)
tersebut disesuaikan dengan karakteristik materi Kekurangan media Lembar Kerja Siswa yaitu
pelajaran pada setiap pertemuan. a.) Tidak mampu mempresentasikan gerakan,
Lismawati (2010) menjelaskan adapun pemaparan materi bersifat linear, tidak mampu
ciri-ciri LKS adalah a.) LKS hanya terdiri dari mempresentasikan kejadian secara berurutan.
beberapa halaman, tidak sampai seratus b.) Sulit memberikan bimbingan kepada
halaman, b.) LKS dicetak sebagai bahan ajar pembacanya yang mengalami kesulitan
yang spesifik untuk dipergunakan oleh satuan memahmi bagian-bagian tertentu. c.) Sulit
tingkat pendidikan tertentu, c.) Di dalamnya memberikan umpan balik untuk pertanyaan
terdiri uraian singkat tentang pokok bahasan yang diajukan yang memiliki banyak
secara umum, rangkuman pokok bahasan, kemungkinan jawaban atau pertanyaan yang
puluhan soal-soal pilihan ganda dan soal-soal membutuhkan jawaban yang kompleks dan
isian. mendalam. d.) Tidak mengakomodasi siswa
Walaupun Lembar Kerja Siswa dengan kemampuan baca terbatas karena media
digunakan sebagai media yang efektif dalam ini ditulis pada tingkat baca tertentu. e.)
pembelajaran karena media yang sederhana dan Memerlukan pengetahuan prasyarat agar siswa
dapat menjangkau semua kalangan pelajar. dapat memahami materi yang dijelaskan. Siswa
Setiap media pasti memiliki keunggulan dan yang tidak memenuhi asumsi pengetahuan
kekurangan, untuk keunggulan dan kekurangan Prasyarat ini akan mengalami kesulitan dalam
dari media pembelajaran Lembar Kerja Siswa memahami. Cenderung digunakan sebagai

78
Desiagi Dwi Kristianingsih, dkk. / Journal of Innovative Science Education

hafalan. Ada sebagaian guru yang menuntut para siswa. Pada akhirnya siswa akan memiliki
siswanya untuk menghafal data, fakta dan kreativitas yang tinggi, daya penalaran yang
angka. Tuntutan ini akan membatasi tinggi, minat yang tinggi pula. Lebih dari itu,
penggunaan hanya untuk alat menghafal. diharapkan dapat mencetak generasi muda yang
Kadangkala memuat terlalu banyak terminologi handal di bidang fisika, mampu berkompetisi
dan istilah sehingga dapat menyebabkan beban baik secara nasional maupun internasional,
kognitif yang besar kepada siswa. Presentasi satu termasuk harapan SMK Swasta di Slawi.
arah karena bahan ajar ini tidak interaktif Setiap kompetensi generik mengandung
sehingga cendrung digunakan dengan pasif, cara berpikir dan berbuat, karena itu akan
tanpa pemahaman yang memadai. memudahan guru dalam meningkatkan
Hasil penelitian ini dengan kompetensi generik siswa. Kompetensi generik
menggunakan t-test juga membuktikan bahwa terutama digunakan untuk meningkatkan
metode KGS berpengaruh positip terhadap kompetensi siswa dalam mempelajari fenomena
HOTS siswa SMK Swasta di Slawi. Hasil ini alam dan belajar cara belajar. Karena
dibuktikan dengan nilai t hitung > t tabel (6,89 > kompetensi generik merupakan kompetensi yang
1,67), dengan tingkat signifikansi 5%. Hasil uji digunakan secara umum dalam berbagai kerja
ini didukung dengan uji efektifitas, yang mana ilmiah, pembelajaran yang meningkatkan
pada kelas ekperimen yang tidak diberikan kompetensi generik siswa akan menghasilkan
treatment, mempunyai efektifitas yang sedang, siswa-siswa yang mampu memahami konsep,
sedankan kelas eksperimen 2 yang diberikan menyelesaikan masalah, dan kegiatan ilmiah
treatment, mempunyai efektifitas tinggi. Nilai lain, serta mampu belajar sendiri dengan efektif
Ulangan materi suhu dan kalor pada kelas dan efisien. Dengan melihat harga N-gain yang
eksperimen hanya terjadi peningkatan 4%, berkisar antara harga 0,30 sampai 0,70 untuk
sedangkan di kelas eksperimen setelah treatment siswa kelompok kelas eksperimen 1 dan kelas
terjadi peningkatan 17%. eksperimen 2, dalam pembelajaran telah mampu
Penelitian ini membuktikan bahwa jika mengembangkan keterampilan generic
para siswa mempunyai kemampuan generik pengamatan langsung dan tak langsung serta
sains yang tinggi, maka mempunyai daya pikir bahasa simbolik sampai pada kategori sedang.
yang tinggi pula. Mata pelajaran fisika Hasil ini dibuktikan dengan nilai t hitung > t tabel

khususnya materi suhu dan kalor, secara umum (78,53 > 2,69), dengan tingkat signifikansi 5%.
bagi para siswa tidak menarik dan malas untuk Sehingga dengan kemampuan generic yang
mempelajari, karena dirasa mempunyai tingkat dimiliki siswa akan meningkatkan kemampuan
kesulitan yang tinggi. Adanya LKS yang siswa dalam berfikir tingkat tinggi denganrerata
dikembangkan dengan metode KGS akan N-gain 0,47 dan rerata uji t 6,32 dengan taraf
membuat siswa untuk lebih tertarik belajar. pencapaian kategori sedang dalam berfikir kritis
Tampilan yang tidak monoton, disertai dengan dan memecahkan masalah dalam pembelajaran
ilustrasi-ilustrasi gambar, akan lebih mudah suhu dan kalor.
diingat, dan menumbuhkan daya logika bagi

79
Desiagi Dwi Kristianingsih, dkk. / Journal of Innovative Science Education

Pada proses pembelajaran 2010). Menurut Brotosiswoyo (2011)


membutuhkan media yang tepat. Media Keterampilan Generik Sains (KGS) adalah
pembelajaran merupakan segala sesuatu yang keterampilan yang dapat digunakan untuk
dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari mempelajari berbagai konsep dan
pengirim ke penerima sehingga dapat menyelesaikan berbagai masalah sains. Ciri
merangsang pikiran, perasaan dan minat serta proses pembelajaran yang bermuatan KGS,
perhatian siswa sedemikian rupa sehingga bahwa pembelajaran akan dapat membuat siswa
proses belajar terjadi. Menurut Hamalik dalam untuk pengembangan keterampilan berfikir
Arsyad (2011) fungsi media dalam proses tingkat tinggi atau Higher Order Thingking Skill
pembelajaran dapat membangkitkan motivasi (HOTS).
rangsangan kegiatan belajar, keinginan dan Media pembelajaran bermuatan KGS
minat yang baru. Penggunaan media sangat dibutuhkan dalam sains tidak terkecuali
pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran pada mata pelajaran IPA. Penggunaan KGS
sangat membantu keefektifan proses pada pembelajaran IPA yaitu: 1) Membantu
pembelajaran dan penyampaian pesan dari isi guru mengetahui apa yang harus ditingkatkan
pembelajaran. pada siswa dan membelajarkan siswa dalam
Guru selama proses pembelajaran belajar cara belajar, 2). Mengatur kecepatan
mempunyai peran yang sangat dominan mulai belajarnya sendiri, dan guru dapat mengatur
dari persiapan penyusunan, serta membuat kecepatan pembelajaran untuk setiap siswa, 3).
program/teknik proses pembelajaran di sekolah. Meminimalisir atau bahkan menghilangkan
Disisi lain, jika proses pembelajaran yang miskonsepsi pada siswa. LKS sebagai instrumen
berpusat pada guru akan berdampak negatip kegiatan belajar mengajar merupakan strategi
karena siswa akan bersikap pasif. Model untuk melatih ingatan siswa dalam menguasai
pembelaajaran seperti ini, guru kurang materi pelajaran, karena saat menggunakan
meleibatkan siswa dalam proses pembelajaran. LKS, siswa difokuskan untuk menjawab soal-
Pada proses pembelajaran fisika perlu adanya soal yang telah tersedia.
pendekatan, metode, dan sumber belajar yang SMK Swasta di Slawi dalam
bersifat mengarahkan siswa untuk mendapatkan pelaksanaan pembelajaran sudah menggunakan
suatu pengalaman belajar secara langsung, media LKS, namun selama ini belum mampu
misalnya melalui media pembelajaran berupa menggugah minat siswa untuk belajar lebih giat
LKS. lagi, sehingga nilai yang dicapai juga belum
LKS adalah salah satu sarana untuk optimal. Mengingat permasalahan ini, maka
membantu dan mempermudah dalam kegiatan perlu disusun LKS yang berbasis KGS yang
belajar mengajar sehingga akan terbentuk diharapkan untuk meningkatkan HOTS siswa.
interaksi yang efektif antara siswa dan guru Penelitian ini dilakukan dengan melakukan
sehingga dapat meningkatkan aktivitas siswa pengembangan LKS bermuatan KGS dalam
dalam peningkatan prestasi siswa, termasuk mata pelajaran fisika materi suhu dan kalor.
membangun keterampilan generik (Trianto, Penelitian dilakukan pada kelas eksperimen.

80
Desiagi Dwi Kristianingsih, dkk. / Journal of Innovative Science Education

Hasil penelitian ini dengan uji Gains LKS berorientasi keterampilan generik sains
membuktikan bahwa pada kelas adalah efektif. Artinya sebagian siswa mampu
eksperimenyang tidak diberikan treatment KGS, menyerap pesan yang terkandung dalam LKS
diperoleh hasil bahwa LKS materi suhu dan dan kegiatan siswa pada LKS mudah
kalor mempunyai tingkat efektifitas yang sedang dilaksanakan dengan langkah-langkah dalam
dengan Gain score sebesar 0,53. Tingkat LKS.
efektifitas yang sedang ini terbukti dari nilai Penelitian yang dilakukan oleh
Ulangan materi suhu dan kalor yang mana pada Nurrohma et al. (2014) menunjukkan bahwa
saat pre-test rata-rata nilai dari 35 siswa sebesar bahan ajar belum dapat diimplementasikan
53,91 kemudian pada saat post-test nilai kepada peserta didik dalam skala besar sehingga
meningkat menjadi 55,83 yang artinya hanya disarankan untuk melakukan penelitian
terjadi peningkatan nilai Ulangan materi suhu pengembangan lebih lanjut dengan melakukan
dan kalor 4%. tahap uji coba lebih luas hingga tahap
Pada kelas yang diberikan treatment diseminasi, sehingga diperoleh bahan ajar
dengan metode KGS yaitu kelas eksperimen, integratif yang teruji validitasnya secara empiris.
diperoleh hasil bahwa LKS materi suhu dan
kalor mempunyai tingkat efektifitas yang tinggi, SIMPULAN
dengan Gain score sebesar 0,90. Tingkat
efektifitas yang tinggi ini terbukti dari nilai 1. Pengembangan LKS bermuatan KGS untuk
Ulangan materi suhu dan kalor kelas mengembangkan HOTS siswa dilihat dari
eksperimen yang mana pada saat pre-test rata- aspek penyajian LKS, aspek bahasa, aspek
rata nilai dari 35 siswa sebesar 49,83 kemudian kegrafikan, aspek kegiatan pembelajaran,
pada saat post-test nilai meningkat menjadi 58,46 dan aspek LKS fisika bermuatan KGS yang
yang artinya terjadi peningkatan nilai Ulangan secara keseluruhan terdiri dari 22
materi suhu dan kalor 17%. Uji efektifitas ini pertanyaan dinyatakan layak oleh tim
membuktikan bahwa LKS yang diberikan validator.
treatment KGS pada materi suhu dan kolor 2. Pengembangan LKS fisika pada materi suhu
efektif untuk meningkatkan HOTS. dan kalor dapat meningkatkan penguasaan
Hasil penelitian tersebut sejalan konsep siswa dengan N-gain sebesar 65,25%,
dengan penelitian Nurrohman (2009) pada termasuk dalam kategori sedang.
materi tekanan untuk kelas VIII MTs Alfatah 3. Uji N-Gains dari hasil analisis pre-postest
Natar. Penelitian membuktikan bahwa proses KGS dan HOTS membuktikan bahwa
pembelajaran yang menggunakan LKS pengembangan LKS yang diberikan
bermuatan KGS lebih efektif untuk treatment KGS pada materi suhu dan kalor
meningkatkan HOTS sisawa dibandingkan efektif untuk meningkatkan HOTS dengan
dengan pembelajaran yang tidak diberikan taraf pencapaian kategori sedang. Hasil t-
treatment KGS. Hasil yang sama diperoleh test juga membuktikan bahwa metode KGS
Sunyono (2010) bahwa dengan menggunakan berpengaruh positip terhadap peningkatan

81
Desiagi Dwi Kristianingsih, dkk. / Journal of Innovative Science Education

HOTS siswa SMK Swasta di Slawi. Hasil Nurrohman. 2009. Pengembangan Lembar Kerja Siswa
(Lks) Berbasis Keterampilan Generik Sains
ini dibuktikan dengan nilai t hitung > t tabel (Kgs) Materi Tekanan. (online)
(6,89 > 1,67), dengan tingkat signifikansi 5% (http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/J
PF/article/view/4529. Diakses 30 22
mampu memberikan perbedaan yang Desember 2015).
Nurrohma, H. D., Agus S., Lia Y. 2014.
signifikan mengenai keterampilan generic Pengembangan Bahan Ajar Integratif untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Tingkat
sains dalam meningkatkan pengusaan
Tinggi Siswa Kelas X Pokok Bahasan Gerak
kemampuan berfikir tingkat tinggi. Lurus dan Dinamika Gerak. Skripsi. Fisika,
UM. (fisika.um.ac.id).
Rindell, A. J. A. 1999. Applying Inquiry-Based and
Cooperative Group Learning Strategies to
DAFTAR PUSTAKA
Promote Critical Thinking. Journal of
College Science Teaching (JCST) 28(3): 203-
207.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedurur Penelitian Rofi’udin. 2000. Model Pendidikan Berpikir Kritis-
(Suatu Pendekatan praktik). Jakarta: Rineka Kreatif Untuk Siswa Sekolah Dasar. Majalah
Cipta. Bahasa dan Seni, 1(28): 72:94.
Arsyad, A. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Shamsuar, N.R. 2014. Game Design as a Tool to
Raja Grafindo Persada. Promote Higher Order Thinking Skills.
Brotosiswoyo, B.S., 2001. Hakikat Pembelajaran International Journal For Innovation Education
MSAINS di Perguruan Tinggi Fisika. And Research. 2(6).
Jakata: Pusat Antar Universitas Untuk Sunyono. 2010. Pengembangan M odel Lembar
Peningkatan Pengembangan Aktivitas Kerja Siswa Berorientasi Keterampilan
Instruksional (PAU-PPAI) Dirjen Dikti. Generik Sains pada Meteri Kesetimbangan
Galbreath, J. 1999. Preparing the 21st Century Kimia. Bandar lampung: Prosiding Seminar
Worker: The Link Between Computer- Nasional.
Based Technology and Future Skill Sets. Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori
Educational Technology. Desember: 14-22. dan Praktek. Surabaya.
Johnson, E. B. 2002. Contextual Teaching And Wiyanto. 2008. Menyiapkan Guru Sains Mengembangkan
Learning. Califorenia: Corwin Press, Inc. Kompetensi Laboratorium. Semarang: Unnes
Lismawati. (2010). Pengoptimalan Penggunaan Lembar Press.
Kerja Siswa (LKS) Sebagai Sarana
Peningkatan Prestasi Belajar Pendidikan
Agama Islam di SMA. Raudlatul Ulum
Kapedi-Sumenep. Skripsi. Universitas Islam
Negeri (UIN) Malang.

82

Anda mungkin juga menyukai