NIM : 30901700098
PNEUMONIA
A. Pengertian pneumonia
Pneumonia adalah suatu proses peradangan dimana terdapat konsolidasi yang disebabkan
pengisian rongga alveoli oleh eksudat. Pertukaran gas berlangsung pada daerah yang mengalami
konsolidasi dan darah dialirkan kesekitar alveoli yang tidak berfungsi. Hipoksemia dapat terjadi
tergantung banyaknya jaringan paru-paru yang sakit ( Doenges & Moorhouse, 2000 : 67 ).
C. Manifestasi klinik
Manifestasi non spesifik infeksi dan toksisitas berupa demam,sakit kepala, iritabel, gelisah, malaise,
nafsu makan kurang, keluhan gastrointestinal.
Gejala umum: demam, sesak nafas, nadi berdenyut lebih cepat, dan dahak berwarna kehijauan seperti
karet.
Tanda pneumonia berupa retraksi ( penarikan dinding dada bagian bawah ke dalam saat bernafas
bersama dengan peningkatan frekuensi nafas), perkusi pekak, fremitus melemah, suara nafas
melemah, dan ronki
Tanda efusi pleura atau empiema berupa gerak ekskursi dada tertinggal di daerah efusi, perkusi
pekak, fremitus melemah, suara nafas melemah, suara nafas tubuler tepat di atas batas cairan, friction
rub, nyeri dada karena iritasi pleura (nyeri berkurang apabila efusi bertambah dan berubah menjadi
nyeri tumpul), kuku kuduk / meningismus( iritasi meningen tanpa inflamasi) bila terdapat iritasi
pleura atas, nyeri abdomen( kadang terjadi bila iritasi mengenai difragma pada pneumonia lobus
kanan bawah).
Tanda infeksi intrapulmonal
D. Patofisiologi
Paru merupakan struktur kompleks yang terdiri atas kumpulan unit yang di bentuk melalui
percabangan progresif jalan nafas. Saluran nafas bawah yang normal adalah steril, walaupun
bersebelahan dengan sejumlah besar mikroorganisme yang menempati orofaring dan terpajan
oleh mikroorganisme dari lingkungan udara yang di hirup. Sterilisasi saluran nafas bagian bawah
adalah hasil mekanisme penyaring dan pembersihan yang efektif.
Saat terjadi inhalasi-bakteri mikroorganisme penyebaba pneumonia ataupun akibat dari
penyebaran secara hematogen dari tubuh dan aspirasi melalui orofaring-tubuh pertama kali akan
melakukan mekanisme pertahanan primer dengan meningkatkan respon radang.
Timbulnya hepatisasi merah dikarenakan pembesaran eritrosit dan beberapa leukosit dari kapiler
paru-paru. Pada tingkat lanjut aliran darah menurun, alveoli penuh dengan leukosit dan relatif
sedeikit eritrosit. Kuman pneumococcus difagosit oleh leukosit beserta kuman. Paru masuk ke
dalam tahap hepatisasi abu-abu dan tampak berwarna abu-abu kekuningan. Secara perlahan sel
darah merah yang mati dan eksudat fibrin di buang dari alveoli. Terjadi resolusi sempurna paru
kembali menjadi normal tanpa kehilangan kemampuan dalam pertukaran gas ( Misnadiarly,
2008)
E. Komplikasi
Pneumonia ekstrapulmoner, pneumonia pneumokokus dengan bakteriemi, Pneumonia
ekstrapulmoner non infeksius gagal ginjal, gagal jantung, emboli paru dan infark miokard akut.
ARDS ( Acute Respiratory Distress Syndrom) d. Komplikasi lanjut berupa pneumonia
nosokomial, Sepsis, Gagal pernafasan, syok, gagal multiorgan, Penjalaran infeksi (abses otak,
endokarditis), Abses paru, Efusi pleura
F. Pemeriksaan penunjang
G. Penatalaksanaan
1. Medis
Bila dispnea berat berikan Oksigen
IVFD ; cairan DG 10 % atau caiara 24 Kcl, Glukosa 10 % tetesan dibagi rata dalam 24 jam.
Pengobatan: Penicilin Prokain 50.000 unit / kg BB / hari dan Kloramfenikol 75 mg /kg BB/ hari
dibagi dalam 4 dosis.
Pemberian antibiotic
Kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat, biasanya diberikan antibiotik peroral
(lewat mulut) dan tetap tinggal dirumah. Seperti: penicillin, chepalosporin.
- Penderita yang lebih tua dan penderita dengan sesak nafas atau dengan penyakit jantung
atau paru-paru lainnya, harus dirawat dan antiiotik diberikan melalui infus. Mungkin
perlu diberika oksigen tambahan, cairan intravena dan alat bantu nafas mekanik.
- Pemberian antipiretik, analgetik, bronchodilator
- Pemberian oksigen
- Pemberian cairan parenteral sesuai indikasi
Kebanyakan penderita akan memberikan respon terhadap pengobatan dan keadaannya membaik
dalam waktu 2minggu.
2. keperawatan
- Pengobatan yang intensive bila terdapat virus pneumonia
- Bila kondisi berat harus di rawat
- Berikan oksigen, fisioterapi dada dan cairan intravena
- Antibiotic sesuai dengan program
- Pemeriksaan sensitivitas untuk pemberian antibiotik