Anda di halaman 1dari 15

HUBUNGAN HUKUM DAN PERENCANAAN DALAM

PEMBENTUKAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS


(KEK)

Disusun Oleh :

Arif Farhanawan
(1604110010031)

UNIVERSITAS SYIAH KUALA


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
TAHUN 2017/2018

Mata kuliah : Hukum dan administrasi perencanaan

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Program pembangunan di Indonesia telah berlangsung kurang lebih sudah puluh


tahun lamanya , namun sebagian besar kegiatan pembanguan di Indonesia masih mengarah
pada eksploitasi sumber daya alam yang lebih menekankan pengembangan kawasan di
daratan. Jumlah penduduk yang terus bertambah serta diikuti dengan meningkatnya
kebutuhan manusia terhadap sumber daya alam, membuat pemerintah Indonesia untuk mulai
meningkatkan peran sumber daya yang ada di pesisir sebagai sumber pertumbuhan baru bagi
pencapaian tujuan pembangunan nasional.

Upaya dalam pencapaian tujuan untuk meningkatkan kinerja ekspor, dengan menarik
investasi – baik domestik maupun asing, serta mendorong pertumbuhan ekonomi, pemerintah
Indonesia merencanakan pembangunan berupa kawasan strategis. Pembangunan ini bermula
dengan pendirian Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (KPBPB) pada tahun
1970 yang kemudian terus mengalami perkembangan sampai pada tahun 2009 dengan
dibentuknya Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Pemerintah menargetkan dalam
pengembangan KEK sebagai salah satu alternatif solusi untuk masalah-masalah yang terkait
dengan iklim investasi dan bisnis di Indonesia.

Undang-undang Nomor 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-
pulau Kecil menyatakan bahwa wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil memiliki keragaman
potensi sumber daya alam yang tinggi, dan sangat penting untuk pengembangan sosial,
ekonomi, lingkungan, budaya, dan penyangga kedaulatan bangsa, oleh karena itu perlunya
pengelolaan secara berkelanjutan dan berwawasaan global, dengan memperhatikan aspirasi
dan partisipasi masyarakat, dan tata nilai bangsa yang berdasarkan norma hukum nasional.
Program pembangunan yang diupayakan oleh pemerintah saat ini yaitu program Kawasan
Ekonomi Khusus (KEK). Undang-undang nomor 39 tahun 2009 yang mana disebutkan di
dalamnya KEK adalah kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum NKRI yang
ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu.
Kawasan ekonomi khusus (KEK) memiliki bentuk yang berupa kawasan yang terdiri dari
satu atau beberapa zona/kawasan seperti pengolahan logistik, industri, ekspor, pengembangan
teknologi, energi, pariwisata, atau ekonomi lain.

Pembangunan dan Pembentukan Kawasan Ekonomi Khusus merupakan salah satu


strategi dari Pemerintah untuk mendorong investasi masuk dan meningkatkan daya saing
indonesia di level internasional. Maka dari itu juga diperlukannya suatu kebijakan atau
kententuan yang mencakup kedalam penetapan kriteria pokok pemilihan lokasi disuatu
daerah yang memenuhi persyaratan-persyaratan terhadap pembangunan KEK; menyetujui
kebijakan-kebijakan yang diperlukan oleh kawasan-kawasan itu; dan yang terpenting adalah
untuk menyediakannya pelayanan-pelayanan investasi dan kelembagaan yang memiliki
standar internasional.

Pemberian intensif yakni dengan dilakukan pembebasan PPN dan PPnBM untuk produk
yang akan diekspor kembali dengan prosedur yang sederhana, fasilitas visa dan ijin kerja
tenaga asing yang juga sederhana. Yang terpenting dari itu adalah proses pelayanan investasi
dimana investor dapat memperoleh seluruh perijinan dan kebutuhan dokumentasi serta
penyelesaian masalah-masalah yang mereka hadapi melalui pelayanan satu atap dalam waktu
singkat.

Namun dalam aspek-aspek lain dapat kita lihat bahwa, pembentukan sebuah kawasan-
kawasan ekonomi khusus dibeberapa wilayah di diharapkan dapat membawa keuntungan
bagi Indonesia dalam hal:
1. peningkatan investasi.
2. penyerapan tenaga kerja.
3. penerimaan devisa.
4. keunggulan kompetitif produk ekspor;
5. meningkatkan pemanfaatan yang meliputi pelayanan, sumber daya lokal, dan kapital
bagi peningkatan ekspor.
6. mendorong terjadinya peningkatan kualitas SDM melalui transfer of technology.
Yang bertujuan untuk harus sejalan dengan visi pemerintah indonesia guna
meningkatkan perekonomian dan pemerataan secara nasional dan menciptakan
fundamental ekonomi yang kuat, baik secara makro ataupun secara mikro.
Saat ini, di Indonesia sudah beroperasi dalam berbagai kawasan ekonomi antara lain:
Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET), Kawasan Berikat (KB), Kawasan
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (KPBPB) dan Kawasan Industri (KI).
Maka dari itu, dalam pengembangan kawasan tersebut juga belum dapat kita lihat dan juga
dapat memberikan hasil yang optimal dan masih juga terdapat berbagai kendala dalam
implementasinya itu sendiri. Maka dari itu, pemerintah indonesia sendiri juga merencanakan
akan mengembangkan Kawasan Ekonomi Khusus, dengan cara membidik atau memfokuskan
berbagai fasilitas yang menarik agar peminat lebih banyak dapat menanamkan modal untuk
berusaha di berbagai kawasan di Indonesia.
Pembentukan kawasan ekonomi khusus (KEK) juga diharapkan dapat meningkatkan
investasi di kawasan tersebut atau usaha yang mendorong pertumbuhan ekonomi di kawasan
yang di terbentuknya KEK , yang berdampak terhadap peningkatan lapangan pekerjaan dan
penurunan tingkat kemiskinan. Secara nasional, tujuan yang ingin dicapai pemerintah
meliputi pemerataan ekonomi, terutama dari sudut pandang pendapatan, dan daya saing
produk nasional. Dengan penyesuaian konsep dan juga kententuan pembentukan kawasan
ekonomi khusus (KEK), maka dibutuhkannya persiapan yang sangat matang dan juga
menyeluruh serta komitmen yang bulat dari seluruh yang berkepentingan dalam mendukung
pelaksanaan kegiatan yang ada di dalam kawasan tersebut. Persiapan-persiapan yang meliputi
dari konsep perencanaan, kebijakan atau hukum dan juga kelembagaan, insentif dan
pembiayaan serta dukungan infrastruktur yang memadai serta yang sesuai dengan tata ruang
wilayah. Kawasan ekonomi khusus menjadi sangat penting atau vital dalam peningkatan
investasi asing masuk ke Indonesia. Masalah tersebut merupakan hal yang sangat penting
dalam pembahasan ini, yang bertujuan untuk
1. mengidentifikasikan permasalahan yang ada pada kawasan ekonomi dan
2. melakukan analisis dampak dalam pembentukan KEK terhadap pertumbuhan
investasi, tenaga kerja dan perdagangan.
Akan tetapi, terdapat sejumlah tantangan kunci dalam upaya pemerintah mencapai
agenda pembangunan melalui pengembangan KEK, termasuk masalah kelembagaan,
infrastruktur dan payung hukum. Tantangan ini perlu diantisipasi dengan baik agar investor
asing tertarik untuk berinvestasi di KEK. Berdasarkan kondisi tersebut, Centre for Strategic
and International Studies (CSIS) melakukan studi ini untuk melakukan kajian mengenai
beberapa aspek dalam pengembangan KEK serta memberikan sejumlah rekomendasi untuk
meningkatkan kapabilitas KEK dalam menarik investasi asing yang sangat dibutuhkan untuk
dapat meningkatakan pertumbuhan ekonomi nasional. Kajian ini dilakukan dengan
menggunakan studi literatur, wawancara dan diskusi dengan beberapa pihak yang terkait
penyelenggaraan KEK di Indonesia, kunjungan langsung ke beberapa lokasi KEK di
Indonesia, serta kunjungan ke beberapa KEK yang telah berhasil di luar negeri.

1.2 Rumusan Masalah


1. Pemahaman antara hubungan hukum terhadap kawasan ekonomi khusus (KEK)
2. Penerapan hukum terhadap hubungan perencanaan kawasan eknomi khusus (KEK)

1.3 Tujuan
Memahami hubungan hukum dan penerapan hukum terhadap perencanaan kawasan
ekonomi khusus (KEK)
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)


Kawasan Ekonomi Khusus yang selanjutnya disebut KEK adalah kawasan dengan
batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi-fungsi perekonomian yang bersifat khusus
dan memperoleh fasilitas tertentu. (UU RI No 39 tahun 2009)
2.2 Zona
Merupakan area di dalam KEK dengan batas tertentu yang pemanfaatannya sesuai
dengan peruntukannya. (UU RI No 39 tahun 2009)
2.3 Dewan Nasional
Merupakan dewan yang dibentuk di tingkat nasional untuk menyelenggarakan KEK.
(UU RI No 39 tahun 2009)
2.4 Dewan Kawasan
Merupakan dewan yang dibentuk di tingkat provinsi untuk membantu Dewan
Nasional dalam penyelenggaraan KEK. (UU RI No 39 tahun 2009)
2.5 Administrator
Merupakan bagian dari Dewan Kawasan yang dibentuk untuk setiap KEK guna
membantu Dewan Kawasan dalam penyelenggaraan KEK (UU RI No 39 tahun 2009)
2.6 Badan Usaha
Merupakan perusahaan berbadan hukum yang berupa Badan Usaha Milik Negara,
Badan Usaha Milik Daerah, koperasi, swasta, dan usaha patungan untuk
menyelenggarakan kegiatan usaha KEK. (UU RI No 39 tahun 2009)
2.7 Pelaku Usaha
Merupakan perusahaan yang berbentuk badan hukum, tidak berbadan hukum atau
usaha orang perseorangan yang melakukan kegiatan usaha di KEK. (UU RI No 39
tahun 2009)
2.8 Geoekonomi
Merupakan kombinasi faktor ekonomi dan geografi dalam perdagangan
internasional(UU RI No 39 tahun 2009)

2.9 geostrategi
Merupakan kombinasi faktor geopolitik (pengaruh faktor geografi, ekonomi, dan
demografi dalam politik luar negeri suatu negara) dan strategi yang memberikan
peran tertentu pada suatu kawasan geografis. (UU RI No 39 tahun 2009)
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Proses Perencanaan KEK


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus,
KEK adalah kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh
fasilitas tertentu. KEK dikembangkan melalui penyiapan kawasan yang memiliki keunggulan
geoekonomi dan geostrategik dan berfungsi untuk menampung kegiatan industri, ekspor,
impor, dan kegiatan ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan daya saing
internasional. KEK umumnya terdiri atas satu atau juga beberapa zona, yaitu pengolahan
ekspor, industri, logistik,pengembangan teknologi, energi, pariwisata, dan ekonomi lain.
Lokasi KEK yang diusulkan dapat merupakan area baru atau perluasan KEK
yang sudah ada. Lokasi yang dapat diusulkan untuk menjadi KEK harus memenuhi
kriteria:
1. Sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah yang telah di tetapkan dan juga
tidak berpotensi mengganggu kawasan lindung.
2. Pemerintah provinsi/kabupaten/kota yang bersangkutan mendukung KEK, paling
sedikit meliputi:
a. Komitmen rencana pemberian insentif berupa pembebasan atau keringanan
pajak daerah dan retribusi daerah serta kemudahan; dan
b. Pendelegasian kewenangan di bidang perizinan, fasilitas, dan kemudahan.
3. Terletak pada posisi yang dekat dengan jalur perdagangan internasional atau juga
dekat dengan jalur pelayaran internasional di Indonesia atau terletak pada
kawasan wilayah potensi sumber daya yang unggulan.
Posisi yang dekat dengan jalur perdagangan internasional merupakan lokasi yang
memiliki akses ke pelabuhan atau bandar udara atau tempat lain yang melayani
kegiatan perdagangan internasinal. Kemudian posisi yang terletak pada wilayah
potensi sumber daya unggulan merupakan lokasi yang berdekatan dengan sumber
bahan baku industri pengolahan yang dikembangkan. Sementara itu, posisi yang
dekat dengan jalur pelayaran internasional di Indonesia merupakan lokasi yang
memiliki akses ke:
a. Alur laut kepulauan Indonesia
b. Jaringan pelayaran yang menghubungkan antar pelabuhan internasional hub
dan pelabuhan internasional dengan pelabuhan internasional di negara lain,
dan
c. Jaringan pelayaran yang menghubungkan antara pelabuhan internasional hub
dan pelabuhan internasional dengan pelabuhan internasional di negara lain.
4. Mempunyai batas yang jelas, meliputi batas alam atau batas buatan.
Pada batas KEK harus ditetapkan pintu keluar atau masuk barang untuk
keperluan pengawasan barang yang masih terkandung kewajiban kepabeanan.
Penetapan pintu keluar atau masuk barang dilakukan dengan berkoordinasi
dengan kantor pabean setempat.

Proses penyelenggaraan KEK terdiri atas kegiatan pengusulan, penetapan,


pembangunan dan pengoperasian, pengelolaan, serta evaluasi pengelolaan KEK.

3.1.1 Pengusulan

Dalam pengusulan menyelenggarakan pengembangan KEK, dibentuk Dewan


Nasional KEK dan Dewan Kawasan. Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 8
Tahun 2010 tentang Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus, susunan
keanggotaan Dewan Nasional KEK.

3.1.2 Penetapan
Dalam penetapan suatu kawasan menjadi KEK, Dewan Nasional KEK
akan melakukan kajian terlebih dahulu atas usulan KEK yang telah diterima.
Pengkajian akan dilakukan dalam waktu paling lama 45 (empat puluh lima) hari
kerja sejak diterimanya dokumen usulan secara lengkap. Adapun kajian yang
dilakukan meliputi:
a. Pemenuhan kriteria lokasi KEK; dan
b. Kebenaran dan kelayakan isi dokumen yang dipersyaratkan.
Dewan Nasional KEK memiliki wewenang untuk dapat menyetujui atau
menolak usulan pembentukan KEK setelah melakukan pengkajian atas usulan
yang telah diterima. Dalam hal Dewan Nasional KEK dapat menyetujui
pembentukan KEK, Dewan Nasional KEK mengajukan rekomendasi
pembentukan KEK kepada Presiden. Lalu, jika Dewan Nasional KEK menolak
usulan pembentukan KEK, penolakan dapat disampaikan kepada pengusul
disertai dengan alasan penolakan. Pembentukan KEK akan ditetapkan dengan
suatu Peraturan Pemerintah. Dalam hal tertentu, Pemerintah dapat menetapkan
suatu wilayah sebagai KEK tanpa melalui proses pengusulan.

3.1.3 Pembangunan dan Pengoperasian


Setelah usulan KEK ditetapkan, pemerintah provinsi atau pemerintah
kabupaten/kota menetapkan Badan Usaha untuk membangun KEK sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Penetapan ini dilaksanakan oleh
pemerintah provinsi dalam hal lokasi KEK berada pada lintas kabupaten/kota dan
pemerintah kabupaten/kota dalam hal lokasi KEK berada pada satu
kabupaten/kota.
Pembangunan KEK meliputi kegiatan:
a. Pembebasan tanah untuk lokasi KEK dilakukan oleh yang mengusulkan
pembentukan KEK;
b. Pelaksanaan pembangunan fisik KEK.

3.1.4 Pengelolaan
Tahap pengelolaan KEK dilakukan oleh administrator dan juga badan
usaha pengelola. Administrator dibentuk oleh Dewan Kawasan. Adapun tugas
administrator KEK adalah:

a. Memberikan izin usaha dan izin lain yang diperlukan bagi pelaku usaha
untuk mendirikan, menjalankan, dan mengembangkan usaha di KEK;
b. Melakukan pengawasan dan pengendalian operasionalisasi KEK yang
dilakukan oleh Badan Usaha pengelola KEK; dan
c. Menyampaikan laporan operasionalisasi KEK secara berkala dan insidental
kepada Dewan Kawasan.
Sedangkan badan usaha pengelola KEK bertugas menyelenggarakan kegiatan
usaha KEK. Bentuk badan usaha pengelola KEK dapat berupa:

a. BUMN/BUMD;
b. Badan usaha koperasi;
c. Badan usaha swasta;
d. Badan usaha patungan antara swasta dan/atau koperasi dengan pemerintah,
pemerintah provinsi, dan/atau pemerintah kabupaten/kota.
Badan usaha pengelola KEK ditetapkan pada masa pelaksanaan
pembangunan KEK itu sendiri dan paling lambat sebelum KEK dinyatakan siap
untuk beroperasi oleh Dewan Nasional KEK. Badan usaha pengelola KEK
melaksanakan pengelolaan KEK berdasarkan perjanjian pengelolaan KEK yang
ditandatangani bersama antara badan usaha dengan pemerintah kabupaten/kota,
pemerintah provinsi, atau kementerian/lembaga pemerintah non kementerian
sesuai dengan kewenangannya.

Perjanjian antara badan usaha pengelola KEK dengan pihak berwenang


paling sedikit memuat:

a. Lingkup pekerjaan;
b. Jangka waktu;
c. Standar kinerja pelayanan;
d. Sanksi;
e. Pelaksanaan pelayanan KEK dalam hal terjadi sengketa;
f. Pemutusan perjanjian oleh pemerintah kabupaten/kota, pemerintah provinsi,
atau kementrian/lembaga pemerintah non kementerian dalam hal tertentu;
g. Manajemen operasional KEK;
h. Pengakhiran perjanjian;
i. Pertanggungjawaban terhadap barang milik negara/daerah;
j. Serah terima aset atau infrastruktur oleh badan usaha pengelola kepada
kementrian/lembaga pemerintah non kementerian, pemerintah provinsi, atau
pemerintah kabupaten/kota setelah kerjasama pengelolaan berakhir; dan
k. Kesanggupan penyediaan ruang kantor untuk kegiatan pelayanan kepabeanan
dan cukai.
Pengelolaan KEK yang dilakukan oleh BUMN/BUMD yang dilakukan
dengan mekanisme penyertaan modal negara/daerah kepada suatu
BUMN/BUMD, maka pengelolaan KEK tidak memerlukan perjanjian
pengelolaan KEK.

3.1.4 Evaluasi
Evaluasi pengelolaan KEK dilakukan oleh Dewan Kawasan berdasarkan
laporan yang disampaikan oleh administrator. Hasil evaluasi akan disampaikan
kepada administrator dan Dewan Nasional KEK. Hasil evaluasi Dewan Kawasan
akan menjadi bahan penilaian Dewan Nasional KEK terhadap operasionalisasi
KEK.

Penilaian dari Dewan Nasional KEK dapat memberikan arahan kepada


Dewan Kawasan untuk peningkatan kinerja operasionalisasi KEK, melakukan
pemantauan terhadap operasionalisasi KEK, dan/atau memberikan rekomendasi
mengenai langkah tindak lanjut operasionalisasi KEK berupa pemutusan
perjanjian pengelolaan KEK, perbaikan manajemen operasional KEK, atau
pengusulan pencabutan penetapan KEK.

3.2 Dasar Penetapan dan Landasan Hukum Perencanaan KEK


3.2.1 Fungsi
Tujuan dari kawasan ekonomi khusus (KEK) itu sendiri yaitu dapat mengembangkan
kawasan melalui penyiapan kawasan yang memiliki keunggulan geoekonomi dan
geostrategi dan juga berfungsi untuk menampung kegiatan industri, ekspor, impor,
dan kegiatan ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan daya saing
internasional.
3.2.2 Bentuk

A. KEK terdiri atas satu atau beberapa Zona:

a. pengolahan ekspor;
b. logistik;
c. industri;
d. pengembangan teknologi;
e. pariwisata;
f. energi; dan/atau
g. ekonomi lain.

B. Di dalam KEK itu sendiri dapat dibangunnya fasilitas-fasilitas pendukung dan


perumahan bagi pekerja KEK itu sendiri.
C. Di dalam setiap KEK disediakannya lokasi untuk usaha mikro, menengah
(UMKM), usaha kecil dan koperasi, baik sebagai Pelaku Usaha maupun juga sebagai
pendukung kegiatan perusahaan yang ada dalam KEK itu sendiri.

3.2.3 Kriteria

Lokasi yang dapat diusulkan untuk menjadi kawsan ekonomi khusus (KEK) harus
memenuhi kriteria sebagai berikut :

a. sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah dan tidak berpotensi mengganggu
kawasa lindung
b. pemerintah provinsi/kabupaten/kota yang bersangkutan mendukung KEK;
c. terletak pada posisi yang terletak pada wilayah potensi sumber daya unggulan dan
juga dekat dengan jalur perdagangan internasional atau dekat dengan jalur pelayaran
internasional di Indonesia.
d. mempunyai batas yang jelas.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
KEK merupakan kawasan yang dibentuk untuk membuat lingkungan kondusif
bagi aktivitas investasi, ekspor, dan perdagangan guna mendorong laju pertumbuhan
ekonomi serta sebagai katalis reformasi ekonomi. Perbedaan utama KEK dengan
kawasan ekonomi lainnya, selain kemudahan yang diberikan adalah banyaknya peran
pemerintah daerah, baik dalam pengelolaannya maupun dalam penyediaan
infrastruktur dan lahan.
Dengan kita memahai hubungan antara hukum perencnaanan terhdadap kawasan
ekonomi khusus (KEK) kita bisa melihat bagaimana prosespek perencaanaan itu
sendiri dengan menjamin dan dapat memastikan kepastian hukum, sebagai pedoman
penerbitan izin kepemilikan ruang atau kawasan sebagai instrumen pengendalian dari
pemanfaatan ruang atau kawasan, dengan metode perencanaan, pemanfaatan,
pengendalian diharapkan munculnya hasil positif berupa keteraturan yang jelas dan
terarah.

4.2 Saran
Dari hasil pembahasan yang telah dibuat dapat kita lihat bahwa cara
pembentukan sebuah kawasan ekonomi khusus yang benar yaitu dengan proses-
proses yang sesuai dengan hukum yang tertera pada perencanaan per undang-undang.
Jadi sudah sangat jelas cara pembentukan atau penentuan KEK dan di harapkan
dengan kejalasan tersebut dapat membuat kawasan-kawasan di indonesia dapat
mengembangkan kawasan dan dapat terbentuknya KEK di suatu daerah dengan benar
dan sesuai prosedur pembentukan KEK. Dan dapat meningkatkan perekonomian
suatu kawasan tersebut dan juga indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Perundang-undangan
1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2010 tentang Kawasan Ekonomi Khusus;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi
Khusus;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah
Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2014 tentang Kawasan Ekonomi Khusus Palu;
5. Peraturan Presiden Nomor 33 Tahun 2010 tentang Dewan Nasional dan Dewan Kawasan
Kawasan Ekonomi Khusus;
6. Peraturan Presiden Nomor 124 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 33
Tahun 2010 tentang Dewan Nasional dan Dewan Kawasan Kawasan Ekonomi Khusus;
7. Peraturan Presiden Nomor 150 Tahun 2014 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden
Nomor 33 Tahun 2010 tentang Dewan Nasional dan Dewan Kawasan Kawasan Ekonomi
Khusus;

Anda mungkin juga menyukai