Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN KELOMPOK

PRAKTEK KEBIDANAN KOMUNITAS

KELOMPOK II
DESA BOLO KECAMATAN KARE KABUPATEN MADIUN
Tanggal, 1 – 20 Februari 2021

Disusun dan Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan dalamPelaksanaanPraktek


Kebidanan Komunitas

Disusun oleh:
1. Ayu Maulina Sa’diyah 201801005
2. Bella Octavia Putri 201801006
3. Devi Monika 201801007
4. Devi Yollanda Putri 201801008

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN


PRODI DIII-KEBIDANAN
2021
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN AKHIR KELOMPOK PRAKTEK KEBIDANAN KOMUNITAS


DESA BOLO KECAMATAN KARE
KABUPATEN/KOTA MADIUN

KELOMPOK II

Madiun, 3 Maret2021

Disetujui Oleh:

Penguji Pembimbing Institusi

Yeni Utami, S.Si.T., M.Kes. Cintika Yorinda,S.SST.,M.Kes


NIS. 20080052 NIS. 20150112

Ka. LPPM Kaprodi

Aris Hartono, S.Kep., Ners., M.Kes Asasih Villasari, S.Si.T., M.Kes


NIS. 20160138 NIS.20080050

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah subahanahu wa ta’ala yang melimpahkan berkah


rahmat-Nya kepada kita semua sehingga laporan mini riset Kebidanan Komunitas
Program Studi D-3 Kebidanan Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun tahun
akademik 2020/2021 dapat tersusun.
Adapun laporan mini riset ini merupakan petunjuk pelaksanaan kegiatan
Kuliah Kerja Nyata (KKN) Program Studi DIII Kebidanan Stikes Bhakti Husada
Mulia Madiun agar Laporan kebidanan komunitas dapat berjalan sesuai dengan
program yang telah di tentukan dalam kurikulum pemandu institusi yang
didalamnya telah terperinci kegiatan – kegiatan Laporan praktek kebidanan
komunitas sebagai acuan dari kompetensi tenaga bidan professional.
Pada kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada berbagai
pihak yang telah memberikan bimbingan serta turut membantu kelancaran
pelaksanaan kegiatan Kulih Kerja Nyata (KKN) yaitu:
1.Bapak dr. Saifudin selaku Kepala Puskesmas Kare, Kecamatan Kare, Kabupaten
Madiun.
2.Bapak Aris Hartono, S.Kep., Ners., M.Kes selaku ketua LPPM.
3.Ibu Asasih Villasari, M. Kes selaku Kepala Program Studi D3 Kebidanan STIKES
Bhakti Husada Mulia Madiun serta Dosen Pembimbing Akademik STIKES
Bhakti Husada Mulia Madiun.
4.Ibu Yeni Utami, S.Si.T., M.Kes. selaku penguji KKN STIKES Bhakti Husada
Mulia Madiun serta Dosen Pembimbing Akademik STIKES Bhakti Husada
Mulia Madiun
5.Ibu Cintika Yorinda,S.SST.,M.Kes selaku Dosen Pembimbing Akademik STIKES
Bhakti Husada Mulia Madiun.
6.Ibu Sulasmiati., S. STBidan Koordinasi dan Pembimbing Lahan Puskesmas Kare,
Kecamatan Kare, Kabupaten Madiun.
7.Seluruh masyarakat Desa Bolo, Kecamatan Kare, Kabupaten Madiun.
8.Mahasiswa Prodi D3 Kebidanan selaku Peserta Kegiatan Program KKN.
9.Semua pihak yang telah membantu kegiatan Program KKN.

iii
Laporan Pelaksanaan Kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) ini telah kami susun
seoptimal mungkin, namun kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam
laporan ini.Oleh karena itu, kami mohon saran dan masukan dari berbagai pihak untuk
perbaikan laporan ini.Semoga laporan ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknnya oleh
Mahasiswa, Dosen Pembimbing, Pembimbing Lahan, Penguji dan berbagai pihak yang
terkait.
Madiun, Februari 2021

Penulis

iv
DAFTAR ISI

JUDUL...................................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................... ii
KATA PENGANTAR.............................................................................................. iii
DAFTAR ISI............................................................................................................. v
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................................... 1
B. Perumusan Masalah............................................................................................. 4
C. Tujuan ................................................................................................................. 4
D. Manfaat................................................................................................................ 4
BAB II. TINJAUAN TEORI
A. Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)............................................................ 6
B. Batasan Pemantauan PWS-KIA.......................................................................... 6
C. Indikator Pemantuan PWS-KIA.......................................................................... 10
D. Grafik PWS-KIA................................................................................................. 12
E. Sistem Pencatatan dan Pelaporan........................................................................ 14
BAB III. HASIL
A. Pengumpulan Data.............................................................................................. 16
B. Pengolahan Data................................................................................................. 16
C. Analisis Data....................................................................................................... 24
D. Interpretasi Data.................................................................................................. 26
E. Rencana Tindakan............................................................................................... 27
F. Evaluasi............................................................................................................... 27
BAB IV. PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................................... 30
B. Saran..................................................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 31
LAMPIRAN-LAMPIRAN...................................................................................... 32

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kuliah Kerja Nyata (KKN) Merupakan kegiatan intrakulikuler yang
memadukan pelaksanaan tri darma perguruan tinggi dengan metode pemberian
pengalaman belajar dan bekerja kepada mahasiswa dengan kegiatan pemberdayaan
masyarkat. Salah satu kegiatan yang menambah daya kritis dan pengalaman bagi
mahasiswa dalam bentuk nyata yaitu melalui kuliah kerja nyata.
Program kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu program pokok di
Puskesmas yang mendapat prioritas tinggi, mengingat kelompok ibu hamil,
menyusui, bayi dan anak merupakan kelompok yang rentan terhadap kesakitan dan
kematian. Pemantauan wilayah setempat kesehatan ibu dan anak (PWS-KIA) adalah
alat manajemen program KIA untuk memantau cakupan pelayanan KIA di suatu
wilayah (puskesmas/ kecamatan) secara terus menerus, agar dapat dilakukan tindak
lanjut yang cepat dan tepat terhadap wilayah yang cakupan pelayanan KIA nya
masih rendah (Wahyuni,2018)
Setiap bayi memperoleh pelayanan kesehatan minimal 4 kali yaitu 1 kali pada
umur 1-3 bulan, 1 kali pada umur 3-6 bulan, 1 kali pada umur 6-9 bulan dan 1 kali
pada umur 9-12 bulan (Dani, 2016).
Kemudian Kematian Maternal masih menjadi permaslahan. Salah satu
intervensi kunci untuk menurunkan kematian maternal adalah pelayanan obstetri
emergensi. Pelayanan obstetri emergensi penting karena skrining kasus berisiko
tinggi dan peningkatan status kesehatan ibu sebelum dan selama hamil tidak akan
menghilangkan komplikasi yang mungkin terjadi secara total (Taufiqy, dkk 2015).
Kematian Maternal merupakan salah satu masalah kesehatan yang terus
menjadi perhatian. Sekitar 80% kematian maternal merupakan akibat meningkatnya
komplikasi selama kehamilan, persalinan dan setelah persalinan, sehingga perlu
diketahui secara dini faktor-faktor penyebabnya (Amalia, dan Isnaen, 2015).
Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) telah dilaksanakan di Indonesia sejak
tahun 1985. Pada saat itu pimpinan puskesmas maupun pemegang program di Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota belum mempunyai alat pantau yang dapat memberikan

1
data yang cepat sehingga pimpinan dapat memberikan respon atau tindakan yang
cepat dalam wilayah kerjanya. PWS dimulai dengan program Imunisasi yang dalam
perjalanannya, berkembang menjadi PWS-PWS lain seperti PWS-Kesehatan Ibu dan
Anak (PWS KIA) dan PWS Gizi (Kemenkes, 2010).
Pelaksanaan PWS imunisasi berhasil baik, dibuktikan dengan tercapainya
Universal Child Immunization (UCI) di Indonesia pada tahun 1990. Dengan
dicapainya cakupan program imunisasi, terjadi penurunan AKB yang signifikan.
Namun pelaksanaan PWS dengan indikator Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) tidak
secara cepat dapat menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) secara bermakna
walaupun cakupan pelayanan KIA meningkat, karena adanya faktor-faktor lain
sebagai penyebab kematian ibu (ekonomi, pendidikan, sosial budaya, dsb). Dengan
demikian maka PWS KIA perlu dikembangkan dengan memperbaiki mutu data,
analisis dan penelusuran data. (Kemenkes,2010)
AKI dan AKB yang masih tinggi di Indonesia masih menjadi perhatian utama
dalam pembangunan bangsa karena AKI merupakan indikator kesejahteraan sebuah
bangsa dalam penurunan AKI dan AKB, peran bidan sangat penting karena bidan
sebagai pemberi pelayanan kepada ibu dan dan anak yang tersebar dari tingkat
perdesaan sampe perkotaan (Purwoastuti dan Walyani, 2012)
Angka Kematian Ibu(AKI) di Jawa Timur cenderung menurun pada dua tahun
terakhir. Hal ini menggambarkan hasil kinerja yang lebih baik karena faktor
dukungan baik dari segi manajemen program KIA maupun sistem pencatatan dan
pelaporan juga semakin baik. Peningkatan keterampilan klinis petugas di lapangan
tetap dilakukan dengan melibatkan multi pihak dari Forum Penakib Provinsi Jawa
Timur dan Kabupaten/ Kota. Menurut Supas tahun 2016, untuk AKI Nasional
sebesar 305 per 100.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2019, AKI Provinsi Jawa Timur
mencapai 89,81 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini menurun dibandingkan
tahun 2018 yang mencapai 91,45 per 100.000 kelahiran hidup (Dinkes Jatim, 2019).
Seadangkan Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Neonatal
(AKN) yang diperoleh dari laporan rutin relatif sangat kecil. Namun bila dihitung
angka kematian absolut masih tinggi yaitu sebanyak 3.875 bayi meninggal pertahun
dan sebanyak 4.216 balita meninggal pertahun. Adapun proporsi kematian neonatal

2
dalam 3 tahun ini mencapai hampir 4/5 dari kematian bayi. Dalam satu hari berarti
sebanyak 11 bayi meninggal dan 12 balita meninggal (Dinkes Jatim, 2019).
Menunjukkan bahwa tiga penyebab tertinggi kematian ibu pada tahun 2019
adalahPre-Eklamsi/Eklamsi yaitu sebesar 31,15% atau sebanyak 162 orang dan
perdarahan yaitu 24,23%, penyebab lain-lain yaitu 23,1% atau 120 orang. Penyebab
lain-lain turun dikarenakan sebagian masuk kriteria penyebab gangguan
metabolisme, dan sebagiannya lagi masuk kriteria gannguan peredaran darah.
Sedangkan penyebab infeksi meningkat dari tahun 2018 yaitu 6,73% atau sebanyak
35 orang (Dinkes Jatim, 2019).
Masalah yang terkait dengan Kesehatan Ibu dan Anak, bahwa proporsi
kematian bayi masih banyak (3/4) terjadi pada periode neonatal (0 – 28 hari) dan ini
terjadi pada setiap tahunnya, bahwa mulai tahun 2015 sampai dengan tahun 2019 ada
kecenderungan Angka Kematian Bayi stagnan. Tahun 2019 Angka Kematian Bayi
pada posisi 23 per 1.000 kelahiran hidup (angka estimasi dari BPS Pusat), Angka
Kematian Bayi Jawa Timur sampai dengan tahun 2019 sudah di bawah target
Nasional (Dinkes Jatim, 2019).
Angka Kematian Ibu (AKI) pada Tahun 2019 sebesar 39,53, artinya terdapat
kematian ibu sebanyak 39,53 ibu dari 100.000 kelahiran hidup.AKI di Tahun 2019
masih dibawah target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
tetapi masih dibawah target SDG’S yaitu sebesar 70 kematian ibu dari 100.000
kelahiran hidup.Angka Kematian Neonatal pada Tahun 2019 di Kota Madiun sebesar
2,8 per 1.000 Kelahiran Hidup dengan jumlah absolute sebanyak 7 neonatus dari
2.530 Kelahiran Hidup. Angka Kematian Neonatal ini sudah memenuhi target SDG’s
yaitu sebesar 12 per 1.000 Kelahiran Hidup. Angka Kematian Bayi (AKB) pada
Tahun 2019 di Kota Madiun sebesar 6,3 per 1.000 Kelahiran Hidup. Jumlah absolut
kematian bayi sebanyak 16 bayi dari 2.530 Kelahiran Hidup. AKB sudah memenuhi
target RPJMD pada Tahun 2019 yaitu sebesar 6,95 per 1.000 Kelahiran Hidup.
Adapun tren AKB pada Tahun 2016-2019 dibandingkan dengan target RPJMD
adalah sebagai berikut (DINKES Kota Madiun,2019).
Analisis PWS-KIA baik untuk kepentingan program, ditujukan untuk
menghasilkan suatu keputusan tindak lanjut teknis dan non teksni bagi puskesmas.

3
Keputusan tersebut harus dijabarkan dalam bentuk rencana operasional jangka
pendek untuk dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi. (Wahyuni,2018).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana letak geografis di Desa Bolo?
2. Bagaimana hasil identifikasi masalah yang ada di Desa Bolo setelah melakukan
pengkajian data?
3. Bagaimana prioritas masalah yang ada di Desa Bolo setelah melakukan
identifikasi masalah?
4. Bagaimana pemecahan masalah dan bstetric solusi yang ada di Desa Bolo?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah selesai mengikuti KKN dilapangan mahasiswa mampu melakasanakan
asuhan kebidanan bermutu dan komprehensif kepada keluarga, kelompok dan
masyarakat sesuai dengan budaya setempat.
2. Tujuan Khusus
Setelah selesai mengikuti pratikum asuhan kebidanan komunitas dilapangan
mahasiswa dapat:
a. Mampu mengumpulan data secara lengkap dan sesuai kebutuhan
b. Mampu mengelolah data secara lengkap dan sesuai kebutuhan
c. Mampu analisa data yang telah didapatkan.
d. Mampu memgintrepetasi data yang telah diperoleh
e. Mampu merencanaan tindakan yang aan dilakukan
f. Mampu mengimplementasi dan
g. Mampu evaluasi.

C. Manfaat
1. Bagi mahasiswa
a. Dapat menerapkan ilmu yang diperoleh di perkuliahan secara nyata diwilayah
KKN.

4
b. Mahasiswa mendapatan pengalaman dalam penyelenggaraan KKN serta
memperoleh pengetahuan dan keterampilan dalam menangani masalah
kesehatan yang ada di masyatakat yang berhubungan dengan KIA/KB.
c. Dapat bekerjasama dengan institusi terait dalam rangka mengurangi masalah
kesehatan di DESA BOLO
2. Bagi Masyarakat
Dapat menambah pengetahuan masyarakat dalam bidang kesehatan dan
termotivasi untuk bertindak sesuai perilaku hidup sehat.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan bacaan di perpustakaan dan masukan untuk pelaksanaan KKN
kebidanan komunitas di masyatakat yang akan datang.

5
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. PROGRAM KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA)


Program kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu program pokok di
Puskesmas yang mendapat prioritas tinggi, mengingat kelompok ibu hamil,
menyusui, bayi dan anak merupakan kelompok yang rentan terhadap kesakitan
dan kematian Pemantauan wilayah setempat kesehatan ibu dan anak (PWS-KIA)
adalah alat manajemen program KIA untuk memantau cakupan pelayanan KIA
di suatu wilayah (puskesmas/ kecamatan) secara terus menerus, agar dapat
dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat terhadap wilayah yang cakupan
pelayanan KIA nya masih rendah.
Tujuan umm PWS-KIA, yaitu meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan
KIA secara terus menerus di wilayahnya. Sedangkan tujuan khusus KIA adalah:
1. Memantau cakupan pelayanan KIA dengan mutu yang memadai dipilih
sebagai indikator, secara teratur (bulanan) dan berkesinambungan terus
menerus) untuk tiap wilayah/ desa.
2. Menilai kesenjangan antara target yang ditetapkan dan pencapain
sebenarnya untuk desa.
3. Menentukan urutan desa prioritas yang akan di tangani secara intensif
berdasarkan besarnya kesenjangan antara target dan pencapaian.
4. Merencanakan tindak lanjut dengan menggunakan sumber daya yang
tersedia yang dapat di gali
5. Membangkitkan peran pamong setempat dalam pergerakan sasaran dan
moblisasi sumber daya.

B. BATASAN PEMANTAUAN PWS-KIA


Untuk memantau tentang PWS-KIA perlu digunakan batasan operasional dan
indicator pemantauan sebagai berikut.
1. Pelayanan antenatal. Pelayanan ini merupakan pelayanan yang dilakukan
oleh tenaga kesehatan yang profesional yang dilakukan kepada ibu selama

6
masa kehamilannya, dilakukan sesuai dengan standar operasional ANC
yaitu 10T .
a. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
Ukur berat badan dalam kilogram tiap kali kunjungan antenatal
dilakukan unetuk mendetksi adanya gangguan pertumbuhan janin.
Penambahan berat badan yang kurang dari 9 kg selama kehamilan atau
kurang dari 1 kg setiap bulannya menunjukkan adanya gangguan
pertumbuhan janin. Pengukuran tinggi badan pada pertama kali
kunjungan dilakukan untuk menepis adanya faktor risiko pada ibu hamil.
Tinggi badan krang dari 145 cm meningkatkan risiko terjadinya Chepalo
Pelvic Disproportion (CPD).
b. Ukur tekanan darah
normal 110/80 – 140/90 mmHg. Untuk medeteksi adanya Tekanan darah
normal 110/80 hipertensi (tekanan darah >140/90 mmHg) pada
kehamilan dan preeklampsia (hipertensi disertai edema wajah dan atau
tungkai bawah dan atau proteinuria).
c. Ukur Lingkar Lengan Atas /LILA
Dilakukan kontak pertama oleh tenaga kesehatan di trimester I untuk
skrining ibu hamil berisiko KEK (Kekuranagn Energi Kronik), Lila
kurang dari 23,5 cm ibu hamil dengan KEK akan dapat melahirkan bayi
berat lahir rendah (BLR).
d. Ukur Tinggi fundus uteri
Standar pengukuran menggunakan pita pengukuran setelah kehamilan 24
minggu.
e. Skrining status imunisasi dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
f. Pemberian Tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan
g. Pemeriksaan Laboratorium (rutin dan khsusus). Pemeriksaan meliputi
haemoglobin darah, protein dalam urin, kadar gula darah malaria, tes
sifilis, HIV, dan BTA.
h. Tatalaksanan/penanganan kasus
i. Perawatan payudara, senam payudara, dan pijat tekan payudara

7
j. Temu wicara (konseling) termasuk perencanaan persalinan dan
pencegahan komplikasi (P4K) serta KB pasca salin.
2. Deteksi dini kehamilan berisiko. Kegiatan ini bertujuan umtuk
mengidentifikasi ibu hamil yang berisiko yang dapat diketahui oleh kader,
dukun bayi dan tenaga kesehatan. Dimana kader dan dukun bayi
sebelumnya sudah diberikan informasi dan pengetahuan apa saja yang
terlihat dari luar ibu hamil yang berisiko.
3. Kunjungan ibu hamil. Pada kegiatan ini tenaga kesehatan professional
melakukan kontak kepada ibu hamil untuk mendapatkan pelayanan
antenatal yang standar
4. Kunjungan baru ibu hamil (K1), kunjungan ini khusus diperuntukan untuk
ibu hamil yang pertama kali pada masa kehamilan
5. Kunjungan ulang yaitu kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang
kedua dan selanjutnya untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai
standar selama masa kehamilan berlangsung
6. K4 yaitu kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang ke empat atau
lebih untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar dengan
ketentuan:
a. Minimal 1 kali kontak pada trimeseter I
b. Minimal 1 kali kontak pada trimeseter II
c. Minimal 2 kali kontak pada trimeseter III
7. Kunjungan neonatus (KN) adalah kontak neonatus dengan tenaga kesehatan
minimal dua kali :
a. Kunjungan pertama kali pada hari pertama dengan hari ketujuh (sejak 6
jam setelah lahir)
b. Kunjungan kedua kali pada hari kedelapan sampai hari kedua puluh
delapan
c. Pertolongan persalinan dengan tenaga kesehatan bukan merupakan
kunjungan neonatal.
8. Cakupan akses adalah presentase ibu hamil disuatu wilayah, dalam kurun
waktu tertentu, yang pernah mendapat pelayanan antenatal sesuai standar,
paling sedikit satu kali selama kehamilan. Cara menghitungnya adalah

8
sebagai berikut: Jumlah kunjungan ibu hamil di bagi dengan jumlah sasaran
ibu hamil yang ada disuatu wilayah kerja dalam kurun waktu satu tahun
dikalikan 100%.
9. Cakupan ibu hamil ( cakupan K4) Pelayanan antenatal yang sesuai dengan
standart dan paling sedikit empat kali pemeriksaan kehamilan. Cara
menghitungnya adalah sebagai berikut:
Jumlah ibu hamil yang telah menerima K4 dibagi jumlah sasaran ibu hamil
dalam kurun waktu satu tahun dikali 100%.
10. Sasaran ibu hamil adalah jumlah semua ibu hamil di wilayah dalam kurun
waktu satu tahun. Angka ini dapat diperoleh dengan berbagai cara:
a. Angka sebenarnya diperoleh dari cacah jiwa (perhitungan banyaknya
penduduk disuatu daerah).
b. Angka perkiraan: Diperoleh dengan rumus:
1) Angka Kelahiran Kasar/Crude Birth Rate (CBR) x 1,1 x jumlah
penduduk setempat, dengan pengambian data CBR dari provinsi atau
kabupaten setempat.
2) 3% x jumlah penduduk setempat.
11. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah persentase
ibu bersalin disuatu wilayah dalam kurun waktu tertentu yang ditolong oleh
tenaga kesehatan.
12. Cakupan penjaringan ibu hamil berisiko oleh masyarakat adalah presentasi
ibu hamil berisiko yang ditemukan oleh kader dan dukun bayi, kemudian
dirujuk ke puskesmas atau tenaga kesehatan dalam kurun waktu tertentu.
13. Cakupan ibu hamil berisiko oleh tenaga kesehatan adaah persentase ibu
hamil berisiko yang ditemukan baik oleh tenaga kesehatan maupun kader/
dukun bayi yang telah dipastikan oleh tenaga kesehatan yang kemudian di
tindaklanjuti (dipantau secara intensif dan ditangani sesuai kewenangan dan
atau dirujuk ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi) dalam kurun waktu
tertentu.
14. Ibu hamil berisiko adalah ibu hamil yang memiliki faktor resiko dan risiko
tinggi, kecuali ibu hamil normal.

9
15. Cakupan kunjungan neonaus (KN) adalah persentase neonatus yang
memperoleh pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan. Dengan
penghitungan Jumlah kunjungan neonatus ke pelayanan kesehatan dengan
tenaga kesehatan minimal 2 kali dibagi dengan jumlah seluruh sasarn bayi
yang ada di suatu wilayah dalam kurun waktu satu tahun, dikalikan 100%.

C. INDIKATOR PEMANTAUN PWS KIA


Indikator pemantauan program KIA yang dipakai untuk PWS-KIA meliputi
bstetric yang dapat menggambarkan keadaan kegiatan pokok dalam program
KIA. Berikut ditetapkan 6 indikator PWS – KIA.
1. Akses pelayanan antenatal (Cakupan K1)
Indikator ini untuk mengetahui jangkauan pelayanan antenatal serta
kemampuan program dalam menggerakan masyarakat. Rumus yang
digunakan untuk perhitungannya adalah sebagai berikut :
Jumlah Kunjungan baru (K1) ibu hamil

Jumlah sasaran ibu hamil dalam satu tahun X 100%

2. Cakupan ibu hamil (Cakupan K4)


Dengan indikator ini, dapat diketahui cakupan pelayanan dan menepati waktu
yang ditetapkan, yang menggambarkan kemampuan manajemen ataupun
kelangsungan program KIA. Rumus yang digunakan untuk perhitungannya
adalah sebagai berikut :

Jumlah Kunjungan ibu hamil

Jumlah sasaran ibu hamil dalam satu tahun X 100%

3. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan


Dengan indikator ini dapat diperkirakan proporsi persalinan yang ditangani oleh
tenaga kesehatan, dan ini menggambarkan kemampuan manajemen program

10
KIA dalam pertolongan persalinan secara professional . Rumus yang digunakan
sebagai berikut:

Jumlah persalinan oleh tenaga kesehatan

Jumlah seluruh sasaran persainan dalam satu tahun X 100%

4. Penjaringan (deteksi) ibu hamil berisiko oleh masyarakat


Dengan indikator ini dapat diukur tingkat kemampuan dan peran seta
masyarakat dalam melakukan deteksi ibu hamil berisiko di suatu wilayah.
Rumus yang digunakan sebagai berikut:

Jumlah ibu hamil berisiko yang di rujuk oleh kader/dukun bayi ke nakes

Jumlah seluruh sasaran persalinan dalam satu tahun X 100%

5. Penjaringan (deteksi) ibu hamil berisiko oleh tenaga kesehatan


Dengan indikatoor ini dapat diperkirakan besarnya masalah yang dihadapi oleh
program KIA dan harus ditindaklanjuti dengan intervensi secara intensif. Rumus
yang digunakan sebagai berikut:

Jumlah ibu hamil berisiko yang ditemukan oleh nakes dan kader/ dukun bayi

Jumlah seluruh sasaran ibu hamil dalam satu tahun X 100%

6. Cakupan pelayanan bstetri (KN) oleh tenaga kesehatan


Dengan indikator ini dapat diketahui jangkauan dan kualitas pelayanan
kesehatan neonatus. Rumus yang digunakan sebagai berikut :
Jumlah kunjugan neonatal yang mendapat pelayanan Kesehatan minimal 2 kali
oleh nakes

Jumlah seluruh sasaran ibu hamil dalam satu tahun X 100%

11
D. GRAFIK PWS –KIA
PWS-KIA disajikan dalam bentuk grafik dari tiap indikator yang dipakai untuk
menggambarkan pencapaian tiap desa dalam tiap bulan. Dengan demikian, tiap
bulan dibuat 6 grafik yang meliputi:
1. Grafik cakupan K1
2. Grafik cakupan K4
3. Grafik cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan
4. Grafik penjaringan ibu hamil berisiko oleh masyarakat
5. Grafik penjaringan ibuhamil berisiko oeh tenaga kesehatan
6. Grafik cakupan bstetri oleh tenaga kesehatan
Semua grafik cakupan tersebut dipakai untuk alat pemantauan program KIA.
Sedangkan grafik cakupan K1 dan grafik cakupan K4, dapat dimafaatkan juga
untuk alat motivasi dan komunikasi lintas sektor.
1. Penggambaran Grafik
Langkah-langkah pokok dalam pembuatan grafik PWS KIA adalah
pengumpulan data, pengolahan data, dan penggambaran grafik PWS –KIA.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam membuat grafik PWS-KIA dengan
menggunakan bstetric cakupan K1 sebagai berikut:
a. Menentukan target rata- rata per bulan untuk menggambarkan skala
pada grafik vertikal (sumbu Y). Misalnya, target cakupan ibu hamil
baru (cakupan K1) dalam satu tahun ditentukan 90% (garis a), sasaran
rata- rata setiap bulan:
90 % = 75%

12 bulan
Dengan demikian, sasaran pencapaian kumulatif sampai dengan bulan
April adalah (4 x 7,5% = 30%) (garis b).
b. Hasil perhitungan pencapain kumulatif cakupan K1 sampai bulan April
dimasukkan dalam jalur % kumulatif secara berurutan sesuai dengan
peringkat. Pencapaian tertinggi disebelah kiri dan terendah disebelah
kanan, sedangkan pencapaian untuk puskesmas dimasukan di kolom
terakhir.

12
c. Nama desa bersangkutan dituliskan dalam lajur desa, sesuai dengan
cakupan kumulatif masing-masing desa yang dituliskan pada butir b di
atas.
d. Hasil perhitungan pencapain bulan ini (Juni) dan bulan lalu (Juli)
untuk tiap desa dimasukkan ke dalam lajur masing-masing.
e. Gambar anak panah dipergunakan untuk mengisi lajur tren. Bila
pencapaian cakupan bula ini lebh besar dari cakupan bulan lalu, maka
digambar anak panah yang menunjuk ke atas. Sebaliknya, untuk
cakupan bulan ini yang lebih rendah dari cakupan bulan lalu,
digambarkan anak panah yang menunjuk ke bawah; sedangkan untuk
cakupan yang tetap atau sama digambarkan dengan tanda (-).
2. Analisis dan Tindak lanjut Grafik PWS-KIA
Grafik PWS –KIA perlu dianalisis dan ditafsirkan, agar diketahui desa mana
yang paling memerlukan perhatian dan tindak lanjut yang perlu dilakukan.
Gambar 2.1 berikut ini menyajikan contoh grafik PWS-KIA.
Gambar 2.1 grafik PWS KIA

(Sumber: Puskesmas Sungai Ayuk, 2014)

Table 2.1. Analisa Grafik PWS-KIA Puskesmas Sungai Ayuk

13
Berdasarkan matriks pada Tabel 2.1 di atas, dapat disimpulkan adanya
3 macam status cakupan desa, yaitu sebagai berikut.
a. Status baik adalah desa dengan cakupan di atas target yang ditetapkan
untuk bulan Juni 2014 dan mempunyai kecenderungan cakupan bulanan
yang meningkat atau tetap jika dibandingkan dengan cakupan bulan lalu.
Desa – desa ini adalah Desa A dan Desa C, jika keadaan ini berlanjut,
desa – desa tersebut akan mencapai atau melebihi target tahunan yang
ditentukan.
b. Status kurang adalah desa dengan cakupan di atas target yang ditetapkan
bulan Juni 2014 dan mempuynai kecenderungan cakupan bulanan yang
menurun jika dibandingkan dengan cakupan bulan lalu. Desa dalam
kategori ini adalah desa D, Desa E dan Desa F, yang perlu mendapat
perhatian karena cakupan bulan ini lebih sedikit dibanding cakupan bulan
sebelumnya. Jika cakupan terus menurun, desa tersebut tidak akan
mencapai target tahunan yang ditentukan.
c. Status buruk adalah desa dengan cakupan di bawah target yang
ditetapkan untuk bulan Juni 2014 dan mempunyai kecenderungan
cakupan bulanan yang menurun jika dibandingkan dengan cakupan bulan
lalu. Desa dalam kategori ini adalah desa C, yang perlu diprioritaskan
untuk pembinaan agar cakupan bulanan selanjutnya lebih dapat
ditingkatkan di atas cakupan bulanan minimal agar dapat mengejar
kekurangan target sampai bulan Juni 2014 sehingga dapat pula mencapai
target tahunan yang ditentukan.
Analisis PWS – KIA baik untuk kepentingan program, ditujukan untuk
menghasilkan suatu keputusan tidnak lanjut teknis dan non teksni bagi
puskesmas. Keputusan tersebut harus dijabarkan dalam bentuk rencana
operasional jangka pendek untuk dapat menyelesaikan masalah yang
dihadapi.

E. SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN


Pengumpulan dan pengolahan data merupakan kegiatan pokok dari PWS-KIA.
Data yang dicatat per desa dan kemudian dikumpulkan di tingkat puskesmas

14
akan dilaporkan sesuai jejang administrasi. Jenis data yang diperlukan untuk
mendukung pelaksanaan PWS KIA adalah sebagai berikut.
1. Data sasaran
a. Jumlah seluruh ibu hamil
b. Jumlah seluruh ibu bersalin
c. Jumlah seluruh bayi berusia kurang dari 1 bulan (neonatus)
d. Jumlah seluruh bayi
2. Data Pelayanan
a. Jumlah K1
b. Jumlah K4
c. Jumlah ibu hamil berisiko yang dirujuk oleh masyarakat
d. Jumlah ibu hail berisiko yang dilayani oleh tenaga kesehatan
e. Jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga professional
f. Jumlah bayi berusia kurang dari 1 bulan yang dilayani oleh tenaga
kesehatan minimal 2 kali
Sumber data yang diperlukan untuk melakukan PWS –KIA umumnya
berasal dari:
a. Register kohort ibu dan bayi
b. Laporan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan dan dukun bayi
c. Laporan dari dokter/bidan praktik swasta
d. Laporan dari fasilitas pelayanan selain puskesmas yang berada di
wilayah puskesmas
Data dari tingkat puskesmas dikumpulkan dan kemudian diolah. Laporan ini
dikirimkan setiap bulan, selambat – lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya.
Dinas Kesehatan Dati II membuat rekapitulasi laporan puskesmas untuk
dikirimkan ke provinsi selambat-lambatnya tanggal 15 bulan berikutnya.
Selanjutnya, provinsi membuat rekapitulasi laporan kabupaten untuk
dikirimkan ke pusat. Laporan ini dikirimkan ke pusat setiap triwulan, paling
lambat satu bulan triwulan tersebut berakhir

15
BAB III
HASIL

A. Data Umum
1. Data Kesehatan Masyarakat
Nama Kelurahan : Bolo
Tipe Kelurahan : Kelurahan siaga
Kecamatan : Kare
Kota/Kabupaten : Kab Madiun
Provinsi : jawa timur
Kelurahan Bolo merupakan salah satu bagian dari beberapa kelurahan dan yang
ada di kecamatan Kare dengan kondisi geografis sebagai berikut :
1. Luas Wilayah : 847.00 Ha
2. Jumlah RW :4
3. Jumlah RT : 18
4. Sifat Wilayah
a. Keadaan tanah : Subur
b. Jarak dengan Puskesmas : 17,1 Km
c. Waktu tempuh ke Puskesmas : 27 menit

B. Data Khusus
 Cakupan PWS KIA
N Target Provinsi Capaian Di
Cakupan Keterangan
o Jawa Timur 2019 Desa Bolo
1 Hamil K1 100% 100% Tercapai
2 Hamil K4 100% 106,9% Tercapai
Pertolongan persalinan oleh
3 100% 107,1% Tercapai
tenaga kesehatan (Pn)
4 Nifas (KF3) 107,1% Tercapai
5 KN 1 100% 120,0% Tercapai
6 KN Lengkap 100% 120,0% Tercapai
Deteksi faktor risiko dan
7 80% 20,7% Belum Tercapai
komplikasi oleh masyarakat
8 Komplikasi Obstetri 80% 16,7% Belum Tercapai
9 Komplikasi Neonatus 80% 75,0% Belum Tercapai
10 Anak balita 98% 84,6% Belum Tercapai
11 Balita 100% 77,9% Belum Tercapai
12 Anak Prasekolah 100% 80,8% Belum Tercapai
13 KB Aktif 100% 9 orang

16
 Imunisasi
Target Provinsi Jawa Capaian Di
No Cakupan Keterangan
Timur 2019 Desa Bolo
1 HB-0 100% 96,4%
2 BCG + POLIO I 100% 82,1%
3 DPT 1 + POLIO 2 100% 88,6%
4 DPT 2 + POLIO 3 100% 70,2%
5 DPT 3 + POLIO 4 100% 70,2%
6 IPV 100% 55,4%
7 MR 100% 64,3%
8 IDL 100% 110,8%
9 DPT LANJUT 100% 69,2%
10 CAMPAK LANJUT 100% 57,7%

1. Akses pelayanan antenatal (cakupan K1 dan cakupan K4)

Penilaian terhadap pelaksanaan pelayanan kesehatan ibu hamil dapat


dilakukan dengan melihat cakupan K1 dan K4. Cakupan K1 adalah jumlah ibu
hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal pertama kali oleh tenaga
kesehatan, dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja pada
kurun waktu satu tahun. Berdasarkan data Pemantauan Wilayah Setempat
(PWS) Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), capaian K1 dan K4 menggambarkan
kualitas pelayanan kesehatan ibu hamil, sasaran ibu hamil di desa Bolo yaitu 29
cakupan ibu hamil K1 Desa Bolo pada tahun 2020 adalah 100 % dengan jumlah
29 Ibu Hamil per 100% Ibu Hamil dengan Rangking ke VI dari 8 desa yang
telah di data . Sedangkan cakupan K4 adalah 106,9 dengan jumlah 31 Ibu Hamil
per 90% Ibu Hamil dengan Rangking ke IV dari 8 desa yang telah di data .
2. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan (Pn)
Dalam rangka menjamin ibu bersalin mendapatkan pelayanan kesehatan
sesuai standar, sejak tahun 2015 setiap ibu bersalin diharapkan melakukan
persalinan dengan ditolong oleh tenaga kesehatan yang kompeten .Oleh sebab
itu Puskesmas Kare menetapkan melakukan pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan (PN) di Puskesmas Kare.
Capaian cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan (Pn)
menggambarkan tingkat perlindungan dalam pelayanan kesehatan ibu bersalin di
Puskesmas kare memiliki target untuk ibu bersalin yaitu 28 ibu bersalin.
Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan (Pn) untuk Desa Bolo

17
pada tahun 2020 mencapai 107,1% dengan jumlah 30 Ibu Bersalin dengan
Rangking ke IV dari 8 desa yang telah di data .
3. Deteksi faktor risiko dan komplikasi oleh masyarakat
Puskesmas Kare memiliki sasaran atau target untuk Deteksi faktor risiko
dan Komplikasi oleh masyarakat Yaitu 6 Ibu Hamil Resiko Tinggi. Pada tahun
2020 cakupan Deteksi faktor risiko dan komplikasi oleh masyarakatdi Desa Bolo
yang dideteksioleh Puskesmas Kare sebesar 20,% dengan jumlah 6 ibu hamil
per 20% KH oleh karena itu desa Bolo menduduki Rangking ke II dari 8 Desa.
4. Cakupan penanganan komplikasi Obstetri (PK)
Komplikasi pada proses kehamilan, persalinan dan nifas juga merupakan
salah satu penyebab kematian ibu dan kematian bayi. Komplikasi kebidanan
adalah kesakitan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, dan atau janin dalam
kandungan, baik langsung maupun tidak langsung, termasuk penyakit menular
dan tidak menular yang dapat mengancam jiwa ibu dan atau janin. Sebagai
upaya menurunkan angka kematian ibu dan kematian bayi maka dilakukan
pelayanan/ penanganan komplikasi kebidanan. Pelayanan/ penanganan
komplikasi kebidanan adalah pelayanan kepada ibu hamil, bersalin, atau nifas
untuk memberikan perlindungan dan penanganan definitif sesuai standar oleh
tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan (DINKES
JATIM, 2019).
Puskesmas Kare memiliki sasaran atau target untuk Ibu hamil Resiko
Tinggi Yaitu 6 Ibu Hamil Resiko Tinggi. Pada tahun 2020 cakupan komplikasi
kebidanan di Desa Bolo yang ditangani oleh Puskesmas Kare sebesar 16,7%
dengan jumlah 1 Ibu hamil Resiko Tinggi per 80% Ibu Hamil Resiko Tinggi
oleh karena itu desa Bolo menduduki Rangking ke VIII dari 8 Desa.
5. Cakupan pelayanan nifas oleh tenaga kesehatan (KF3)
Pelayanan kesehatan ibu nifas harus dilakukan minimal tiga kali sesuai
jadwal yang dianjurkan, yaitu pada enam jam sampai dengan tiga hari pasca
persalinan, pada hari ke empat sampai dengan hari ke-28 pasca persalinan, dan
pada hari ke-29 sampai dengan hari ke-42 pasca persalinan. Jenis pelayanan
kesehatan ibu nifas yang diberikan terdiri dari:
a. pemeriksaan tanda vital (tekanan darah, nadi, nafas, dan suhu);

18
b. pemeriksaan tinggi puncak rahim (fundus uteri);
c. pemeriksaan lokhia dan cairan per vaginam lain;
d. pemeriksaan payudara dan pemberian anjuran ASI eksklusif;
e. pemberian komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) kesehatan ibu nifas
dan bayi baru lahir, termasuk keluarga berencana pasca persalinan;
f. pelayanan keluarga berencana pasca persalinan (KEMENKES RI, 2020).
Di puskesmas Kare memiliki Target atau sasaran untuk ibu Nifas yaitu 28
ibu Nifas. Sedangkan Cakupan kunjungan nifas (KF3) untuk Desa Bolo tahun
2020 adalah 107,1% dengan jumlah 30 Ibu Nifas yang telah terdata dan
mendapat Rangking ke IV dari 8 desa yang telah di data
6. Cakupan pelayanan balita
Pelayanan Kesehatan Balita terdiri dari 3 indikator yaitu indikator
pelayanan kesehatan Bayi, Anak balita paripurna dan indikator pelayanan
kesehatan balita. Pelayanan Kesehatan bayi ini berkaitan erat dengan cakupan
KN Lengkap . Target pelayanan kesehatan bayi paripurna selama 5 (lima) tahun
telah tercapai. Cakupan pelayanan kesehatan balita adalah merupakan indikator
Standar Pelayanan Minimal(SPM, yang dimulai pada tahun 2017) (DINKES,
2019).
Puskesmas Kare memiliki sasaran atau target untuk pelayanan Balita
Yaitu 131 Balita. Pada tahun 2020 cakupan Pelayanan Balitadi Desa Bolo yang
ditangani oleh Puskesmas Kare sebesar 77,9% dengan jumlah 102 oleh karena
itu desa Bolo menduduki Rangking ke VI dari 8 Desa.
7. Cakupan pelayanan neonatus (KN 1 dan KN 4 )
Pada masa neonatal (0-28 hari) terjadi perubahan yang sangat besar dari
kehidupan di dalam rahim dan terjadi pematangan organ hampir pada semua
sistem. Bayi hingga usia kurang satu bulan merupakan golongan umur yang
memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi dan berbagai masalah
kesehatan bisa muncul, sehingga tanpa penanganan yang tepat, bisa berakibat
fatal. Beberapa upaya kesehatan dilakukan untuk mengendalikan risiko pada
kelompok ini di antaranya dengan mengupayakan agar persalinan dapat
dilakukan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan serta menjamin
tersedianya pelayanan kesehatan sesuai standar pada kunjungan bayi baru lahir.

19
Kunjungan neonatal idealnya dilakukan 3 kali yaitu pada umur 6-48 jam, umur
3-7 hari, dan umur 828 hari. (KEMENKES RI, 2020).
Cakupan Kunjungan Neonatal pertama (KN1) sebagai salah satu indikator
program Kesehatan Anak juga memiliki kasus yang sama dengan indikator-
indikator program Kesehatan Ibu terkait perubahan sasaran. Puskesmas Kare
memiliki target atau sasaran untuk Kunjungan Neonatal yaitu 28 bayi atau
neonatus. Cakupan Kunjungan Neonatal pertama (KN1) di desa Bolo adalah
120% dengan jumlah 30 bayi atau neonatus pada cakupan KN 1 Desa Bolo
menduduki Rangking I dari 8 desa yang telah di data. Sedangkan untuk
Cakupan pelayanan kesehatan neonatus 0-28 hari (KN lengkap) di Desa Bolo
adalah 120% dengan jumlah 30 bayi atau neonatus pada cakupan KN lengkap
Desa Bolo menduduki Rangking I dari 8 desa yang telah di data.
8. Cakupan penanganan komplikasi neonatus
Puskesmas Kare memiliki sasaran atau target untuk Neonataus Resiko
Tinggi Yaitu 4 Neonatus Resiko Tinggi. Pada tahun 2020 cakupan neonatus
komplikasi kebidanan di Desa Bolo yang ditangani oleh Puskesmas Kare sebesar
75% dengan jumlah 3 neonatus Resiko Tinggi per 15% KH oleh karena itu
desa Bolo menduduki Rangking ke III dari 8 Desa.
9. Cakupan imunisasi
Di Indonesia, setiap bayi (usia 0-11 bulan) diwajibkan mendapatkan
imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari 1 dosis Hepatitis B, 1 dosis BCG, 3
dosis DPT-HB-HiB, 4 dosis polio tetes, dan 1 dosis campak/MR. Penentuan
jenis imunisasi didasarkan atas kajian ahli dan analisis epidemiologi atas
penyakit-penyakit yang timbul (KEMENKES,2019). Imunisasi dasar lengkap
belum mencapai target Provinsi Jawa Timur 2019.
10. Cakupan stunting
Stunting merupakan sebuah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan
oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, hal ini menyebabkan
adanya gangguan di masa yang akan datang yakni mengalami kesulitan dalam
mencapai perkembangan fisik dan kognitif yang optimal. Anak stunting
mempunyai Intelligence Quotient (IQ) lebih rendah dibandingkan rata – rata IQ
anak normal (Kemenkes RI, 2018). Di Desa Bolo terdapat 1 anak dengan

20
stunting pada bulan agustus 2020 dengan dilihat dari Berat Badan dan Tinggi
badan tidak sesuai dengan Usia Balita .
11. Cakupan Keluarga Berencana
Pelayanan Kontrasepsi adalah serangkaian kegiatan meliputi pemberian
KIE, konseling, penapisan kelayakan medis, pemberian kontarsepsi, pemasangan
atau pencabutan, dan penanganan efek samping atau komplikasi dalam upaya
mencegah kehamilan. Pelayanan kontrasepsi yang diberikan meliputi kondom,
pil, suntik, pemasangan atau pencabutan implan, pemasangan atau pencabutan
alat kontrasepsi dalam rahim, pelayanan tubektomi, dan pelayanan vasektomi.
KB Pascapersalinan (KBPP) adalah pelayanan KB yang diberikan kepada PUS
setelah persalinan sampai kurun waktu 42 hari, dengan tujuan untuk
menjarangkan kehamilan, atau mengakhiri kesuburan. Beberapa studi
menunjukkan pelayanan KB (termasuk KBPP) yang efektif dapat mengurangi
kematian ibu dengan cara mengurangi kehamilan dan mengurangi kelahiran
risiko tinggi (KEMENKES, 2019).
Cakupan peserta KB (lama dan baru) yang masih aktif di desa Bolo tahun
2020 untuk KB aktif mencapai 9 orang, yaitu KB implant 1 orang, KB suntik 6
orang, KB pil 2 orang
 Prioritas Masalah
No Masalah Kriteria Nilai Bobot Skor
1 Anak balita 1. Sifat masalah 1
Skala :
a. Tidak/kurang sehat 3/3x1 3 1
b. Ancaman kesehatan 2
c. Krisis 1
2. Kemungkinan masalah dapat 2
diubah
Skala :
2/2x2 2
a. Dengan mudah 2
b. Hanya sebagian 1
c. Tidak dapat 0
3. Potensi masalah untuk dicegah 1
Skala :
a. Tinggi
1/3x1 1/3
b. Cukup 3
c. Rendah 2
1
4. Menonjolnya masalah ½x1 1 ½
Skala :
a. Masalah berat, harus 2

21
No Masalah Kriteria Nilai Bobot Skor
ditangani
b. Masalah tidak perlu segera 1
ditangani
c. Masalah tidak dirasakan 0
Jumlah 5 8
2 Anak 1. Sifat masalah
1
Prasekolah Skala :
3
a. Tidak/kurang sehat 3/3x1 1
2
b. Ancaman kesehatan
1
c. Krisis
2. Kemungkinan masalah dapat
diubah 2
Skala : 2
2/2x2 2
a. Dengan mudah 1
b. Hanya sebagian 0
c. Tidak dapat
3. Potensi masalah untuk dicegah
1
Skala :
3
a. Tinggi 1/3x1 1/3
2
b. Cukup
1
c. Rendah
4. Menonjolnya masalah
Skala :
1
a. Masalah berat, harus
2 ½
ditangani ½ x1
1
b. Masalah tidak perlu segera
0
ditangani
c. Masalah tidak dirasakan
Jumlah 5 8
3 Balita 1. Sifat masalah 1
Skala :
a. Tidak/kurang sehat 3/3x1 3 2/3
b. Ancaman kesehatan 2
c. Krisis 1
2. Kemungkinan masalah dapat 2
diubah
Skala :
2/2x2 1
a. Dengan mudah 2
b. Hanya sebagian 1
c. Tidak dapat 0
3. Potensi masalah untuk dicegah 1
Skala :
a. Tinggi
½ x1 1
b. Cukup 3
c. Rendah 2
1
4. Menonjolnya masalah ½ x1 1 1
Skala :
a. Masalah berat, harus 2
ditangani
b. Masalah tidak perlu segera 1

22
No Masalah Kriteria Nilai Bobot Skor
ditangani
c. Masalah tidak dirasakan 0
Jumlah 5 4/3
4 Komplikasi 1. Sifat masalah 1
Neonatus Skala :
a. Tidak/kurang sehat 2/3x1 3 2/3
b. Ancaman kesehatan 2
c. Krisis 1
2. Kemungkinan masalah dapat 2
diubah
Skala :
½ x2 1
a. Dengan mudah 2
b. Hanya sebagian 1
c. Tidak dapat 0
3. Potensi masalah untuk dicegah 1
Skala :
a. Tinggi
2/2x1 1
b. Cukup 3
c. Rendah 2
1
4. Menonjolnya masalah 1
Skala :
a. Masalah berat, harus 2
ditangani 2/2x1 1
b. Masalah tidak perlu segera 1
ditangani
c. Masalah tidak dirasakan 0
Jumlah 5 4/3
5 Deteksi 1. Sifat masalah 1
Faktor Skala :
Resiko dan a. Tidak/kurang sehat 2/3x1 3 2/3
komplikasi b. Ancaman kesehatan 2
oleh c. Krisis 1
masyarakat 2. Kemungkinan masalah dapat 2
diubah
Skala :
½ x2 1
a. Dengan mudah 2
b. Hanya sebagian 1
c. Tidak dapat 0
3.Potensi masalah untuk dicegah 1
Skala :
a. Tinggi
2/2x1 1
b. Cukup 3
c. Rendah 2
1
4. Menonjolnya masalah 2/2x1 1 1
Skala :
a. Masalah berat, harus 2
ditangani
b. Masalah tidak perlu segera 1
ditangani

23
No Masalah Kriteria Nilai Bobot Skor
c. Masalah tidak dirasakan 0
6. Komplikasi 1. Sifat masalah 1
obstetric Skala :
d. Tidak/kurang sehat 2/3x1 3 2/3
e. Ancaman kesehatan 2
f. Krisis 1
2. Kemungkinan masalah dapat 2
diubah
Skala :
½x2 1
d. Dengan mudah 2
e. Hanya sebagian 1
f. Tidak dapat 0
3.Potensi masalah untuk dicegah 1
Skala :
d. Tinggi 2/2x1 3 1
e. Cukup 2
f. Rendah 1
4. Menonjolnya masalah 1
Skala :
d. Masalah berat, harus
ditangani 2
2/2x1 1
e. Masalah tidak perlu segera
ditangani 1
f. Masalah tidak dirasakan
0
Jumlah 5 4/3

Dari hasil hasil penskoringan, didapatkan urutan prioritas masalah yaitu :


1. Anak balita 84,6% dari tarjed 98%
2. Anak prasekolah 80,8% dari tarjed 100%
3. Balita 77,9% dati tarjed 100%
4. Komplikasi neonatus 75,0% dari tarjed 80%
5. Deteksi faktor resiko dan komplikasi oleh masyarakat 20,7% dari tarjed 80%
6. Komplikasi obstetri 16,7% dari tarjed 80%

C. Analisa Data
1. Kurangnya partisipasi keluarga dalam melakukan kunjungan Pada Anak
Balita
Penyebab masalah : Pengetahuan dari orang tua yang kurang, tentang
pentingnya kunjungan pada Anak Balita seperti melakukan telat melakukan
kunjungan atau tidak sama sekali melakukan kunjungan Posyandu setiap

24
Bulan Februari ataupun Agustus yang meliputi Pemberian Imunisasi,
Tumbuh Kembang pada Anak Balita
2. Kurangnya partisipasi keluarga dalam melakukan kunjungan Pada Anak
Prasekolah
Penyebab masalah : Pengetahuan dari orang tua yang kurang, tentang
pentingnya kunjungan pada Anak Prasekolah seperti tidak melakukan
Pemeriksaan Tumbuh dan Kembang di fasilitas pelayanan kesehatan
3. Kurangnya partisipasi keluarga dalam melakukan kunjungan Pada Balita
Penyebab masalah : Pengetahuan dari orang tua yang kurang, tentang
pentingnya kunjungan pada Balita seperti telat melakukan kunjungan atau
tidak sama sekali melakukan kunjungan Posyandu setiap Bulan Februari
ataupun Agustus yang meliputi Pemberian Imunisasi, Tumbuh Kembang
pada Balita
4. Kurangnya partisipasi keluarga dalam melakukan kunjungan pada
Komplikasi Neonatus sehingga dapat terjadi berbagai masalah atau tanda-
tanda bahaya pada Neonatus
Penyebab masalah : Pengetahuan dari orang tua yang kurang, tentang
pentingnya kunjungan pada Komplikasi Neonatus sehingga kurangnya
pemantauan tanda-tanda bahaya Neonatus seperti bayi tidak mau menyusui,
kejang, frekuensi nafas <20 kali/menit, merintih, tarikan dada bawah ke
dalam yang kuat.
5. Kurangnya partisipasi atau peran serta dan keterlibatan masyrakat dalam
mendukung Deteksi Faktor Resiko dan Komplikasi Oleh Masyarakat
Penyebab masalah : faktor pengetahuan dari masyarakat ataupun keluarga
yang tidak mengerti dan kurangnya pemantauan tentang berbagai macam
permasalahan kesehatan pada masyarakat seperti Resiko Tinggi dan
berbagai Komplikasi yang sering terjadi di Masyarakat
6. Kurangnya partisipasi atau peran serta dan keterlibatan masyrakat dalam
mendukung peningkatan kesehatan ibu hamil, bersalin dan nifas.
Penyebab masalah : faktor pengetahuan dari masyarakat ataupun keluarga
yang tidak mengerti dan kurangnya pemantauan riwayat obstetri terdahulu,

25
riwayat penyakit sekarang dan keluhan-keluhan yang dilakukan dukun atau
kader disekitar tempat tinggal ibu hamil, bersalin dan nifas.

D. Interpretasi Data
1. Kurangnya partisipasi keluarga dalam melakukan kunjungan Pada Anak
Balita
a. Memberikan leaflet atau lembar balik kepada ibu tentang Imunisasi,
Tumbuh Kembang pada Anak Balita
2. Kurangnya partisipasi keluarga dalam melakukan kunjungan Pada Anak
Prasekola
a. Menyarankan ibu untuk melakukan Pemeriksaan Tumbuh dan
Kembang di fasilitas pelayanan kesehatan
b. Memberikan leaflet atau lembar balik kepada ibu Tentang Tumbuh
Kembang pada Anak Prasekolah
3. Kurangnya partisipasi keluarga dalam melakukan kunjungan pada Balita
a. Menyarankan ibu untuk selalu memberi imunisasi anaknya tepat waktu
c. Menyarankan ibu untuk melakukan Pemeriksaan Tumbuh dan
Kembang di fasilitas pelayanan kesehatan
b. Memberikan leaflet atau lembar balik kepada ibu tentang Imunisasi,
Tumbuh Kembang pada Balita
4. Kurangnya partisipasi keluarga dalam melakukan kunjungan pada
Komplikasi Neonatus sehingga dapat terjadi berbagai masalah atau tanda-
tanda bahaya pada Neonatus
a. Menyarankan ibu untuk selalu mengamati kesehatan anaknya
b. Memberitahu ibu tentang tanda bahaya komplikasi neonatus dengan
menggunakan leflat atau lembar balik
5. Kurangnya partisipasi atau peran serta dan keterlibatan masyrakat dalam
mendukung Deteksi Faktor Resiko dan Komplikasi Oleh Masyarakat
a. Memberitahu ibu tentang faktor resiko yang sering dialami di
masyarakat

26
b. Memberikan leaflet atau lembar balik kepada Masyarakat tengtang
Pola Kebutuhan Sehari-hari yang dapat Meningkatkan hidup sehat
pada Masyarakat
6. Kurangnya partisipasi atau peran serta dan keterlibatan masyrakat dalam
mendukung peningkatan kesehatan ibu hamil, bersalin dan nifas.
a. Menyarankan ibu hamil, bersalin, nifas ataupun keluarga sering-
sering membaca buku KIA yang mereka punya untuk memahami
resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi
b. Memberikan leaflet atau lembar balik kepada masyarakat tentang
pentingnya memahami risiko dan komplikasi pada ibu hamil,
bersalin, dan nifas

E. Rencana Tindakan
1. Siapkan leaflet atau lembar balik tentang Imunisasi, Tumbuh Kembang pada
Anak Balita
2. Siapkan leaflet atau lembar balik tentang Tumbuh Kembang pada Anak
Prasekolah
3. Siapkan leaflet atau lembar balik tentang Imunisasi, Tumbuh Kembang pada
Balita
4. Siapkan leafleat atau lembar balik tentang tanda bahaya komplikasi
neonatus
5. Siapkan leaflet atau lembar balik tentang Pola Kebutuhan Sehari-hari yang
dapat Meningkatkan hidup sehat pada Masyarakat
6. Siapkan leaflet atau lembar balik tentang pentingnya memahami risiko dan
komplikasi pada ibu hamil, bersalin, dan nifas

F. Evaluasi
Pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata (KKN) STIKES Bhakti Husada Mulia
Madiun menjadi salah satu program menunjang peningkatan mutu kesehatan
bagi masyarakat khususnya kesehatan ibu dan anak.
Data pelayanan PWS KIA tentang resiko tinggi yaitu Indikator Kesehatan Ibu
dan Kesehatan Anak desa Bolo pada tahun 2020 adalah Cakupan Anak balita

27
84,6% dari tarjed 98%, Cakupan Anak prasekolah 80,8% dari tarjed 100%,
Cakupan Balita 77,9% dati tarjed 100%, Cakupan Komplikasi neonatus 75,0%
dari tarjed 80%, Cakupan Deteksi faktor resiko dan komplikasi oleh masyarakat
20,7% dari tarjed 80%, Cakupan Komplikasi obstetri 16,7% dari tarjed 80%.
Faktor pendukung dalam melaksanakan rencana tindakan yang telah dibuat
adalah:
1. Latar belakang disiplin ilmu setiap anggota kelompok KKN yang berbeda
sehingga segala yang telah direncanakan mahasiswa KKN di Desa Bolo
dapat terlaksana dengan baik
2. Sikap kooperatif, pengertian dan kekeluargaan dari setiap anggota kelompok
KKN sehingga terhindar dari kesalah fahaman diantara anggota kelompok
yang bisa menjadi penghambat dalam pelaksanaan setiap rencana yang telah
di buat
3. Keaktifan setiap anggota kelompok dalam membuat materil tentang apa
yang telah direncanakan
4. Peranan dosen pembimbing yang sangat membantu kelancaran dalam
membimbing pembuatan rencana mahasiswa dalam kegiatan KKN dengan
mengarahkan dan mengatasi kekeliruan yang dilakukan dan juga
memberikan usulan-usulan selama melaksanakan rencana KKN di Desa
Bolo
Disamping faktor pendukung adapun faktor penghambat dalam melaksanakan
rencana tindakan yang telah dibuat adalah:
1. Keterbatasan waktu dalam melaksanakan setiap rencana KKN yang
menyebabkan kurangnya persiapan dalam pelaksanaannya
2. Kendala karena adanya corona virus sehingga diwajibkan untuk melakukan
social distancing
3. Kendala karena adanya corona virus sehingga anggota kelompok ada yang
tidak dapat hadir dikarenakan di desanya locdown sehingga tidak dapat
hadir ditempat hanya bisa lewat dalam jaringan (daring) sehingga kurang
efektif dalam melaksanakan perencanaan KKN yang telah di buat

28
Melaksanakan berbagai kegiatan untuk membantu menurunkan masalah tersebut
diatas :
1. Menyiapkan leaflet atau lembar balik tentang Imunisasi, Tumbuh Kembang
pada Anak Balita
2. Menyiapkan leaflet atau lembar balik tentang Tumbuh Kembang pada Anak
Prasekolah
3. Menyiapkan leaflet atau lembar balik tentang Imunisasi, Tumbuh Kembang
pada Balita
4. Menyiapkan leafleat atau lembar balik tentang tanda bahaya komplikasi
neonatus
5. Menyiapkan leaflet atau lembar balik tentang Pola Kebutuhan Sehari-hari
yang dapat Meningkatkan hidup sehat pada Masyarakat
6. Menyiapkan leaflet atau lembar balik tentang pentingnya memahami risiko
dan komplikasi pada ibu hamil, bersalin, dan nifas

29
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dengan adanya praktek kebidanan komunitas ini mahasiswa dapat secara nyata
mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama pendidikan baik iti ilmu
kesehatan khususnya ilmu kebidanan komunitas dan konseling serta edukasi dan
menerapkan managemen asuhan kebidanan komunitas pada tingkat masyarakat.
Dengan adanya Kuliah Kerja Nyata (KKN) pada STIKES Bhakti Husada Mulia
Madiun ini setidaknya masyarakat dapat memperoleh ilmu baru khususnya dalam
bidang kesehatan, meningkatkan silaturahmu, dan meningkatkan derajat kesehatan
serta mutu kesehatan.
B. Saran
Peningkatan mutu sumberdaya manusia dalam ini adalah kebutuhan utama yang
harus terlebih dahulu karena dengan SDM yang bermutu tentu saja tujuan dapat
tercapai, karena manusia dalah obyek menjalankan dan mengendalikan program
yang telah dibuat. Sehingga pembenahan seharusnya dimulai dari SDMnya terlebih
dahulu. Dalam hal ini SDM yang dimaksud adalah tenaga kesehatan, warga
masyarakat serta mahasiswi kebidanan.

30
DAFTAR PUSTAKA

Amalia dan Isnaen, 2015. Analisis faktor Penyebab Komplikasi Obstetric Pada Ibu
Bersalin di Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Bantul. Yogyakarta:
Universitas ‘Aisyiyah

Dani, 2016. Cakupan Kunjungan Bayi. Jakarta

Dinkes Jawa Timur. 2020. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun 2019.
Surabaya: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur.

Dinkes Kota Madiun.2020. Profil Kesehatan Kota Madiun Tahun 2019. Madiun:
Dinkes Kota Madiun.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2019. Pedoman Pemantauan


WilayahSetempat Kesehatan Ibu Dan Anak (PWS-KIA). Jakarta: Direktorat
Jenderal Bina
Kesehatan Masyarakat.

Kemenkes Republik Indonesia. 2020. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019. Jakarta:
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
\
Purwoastuti.E. dan Walyani .E.S.2015.Mutu Pelayanan Kesehatan & Kebidanan.
Yogyakarta : Pustaka Baru Press.

Taufiqy, dkk, 2015. Pelayanan Obstetri Emergency dan Kejadian Kematian Maternal
di RSUD Tugurejo. Semarang:Fakultas Kedokteran.

Wahyuni.ED. 2018. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta : Kementrian Kesehatan


Republik Indonesia.

31

Anda mungkin juga menyukai