Anda di halaman 1dari 3

Nama : Muhammad Raihan Asyraf

NIM : 20/458572/FI/04808
No. Urut : 34
Mata Kuliah : Filsafat Barat Pra-Modern
Dosen : Bu Sri Yulita Pramulia P

Thales: Penemuannya akan Musim dan Sistem Kalender Modern

Pengantar

Thales adalah seorang filsuf Yunani kuno yang berasal dari Miletus sehingga
nama yang umum digunakan adalah Thales of Miletus. Aristoteles yang
merupakan sumber utama pemikiran Thales tentang sains, mengemukakan bahwa
Thales merupakan orang pertama yang menginvestigasi prinsip dasar dari
permasalahan astronomi (O’Grady, 2002), salah satu dari sekian banyak
kontribusinya yang akan dibahas dalam tulisan ini. Empat pendapat Aristoteles
tentang Thales telah menjadi dasar perdebatan tentang asal-usul filsafat barat
(Morano, 1975).
Diogenes Laertius mengemukakan bahwa: ‘[Thales] merupakan filsuf yang
menemukan musim dalam setahun kalender dan membaginya menjadi 365 hari
(D.L. I.27). Pada awalnya, Thales telah menemukan waktu revolusi matahari, dia
akan mengetahui jumlah hari antara revolusi matahari musim panas, dan karena
itu mengetahui lamanya satu tahun matahari. Sehingga ia dianggap menemukan
bahwa 365 hari terdiri dari setahun.
Sebenarnya, hal iIni juga merupakan fakta yang telah lama diketahui oleh
orang Mesir. Orang mesir yang telah dapat menetapkan tahun mereka dengan
indikator cara yang lebih dapat diandalkan, dengan menggunakan perhitungan
tentang dari kenaikan tahunan bintang Sirius pada bulan Juli. Thales mungkin
pertama kali memperoleh pengetahuan tentang lamanya tahun dari orang Mesir,
dan mungkin telah mencoba untuk menjelaskan masalah tersebut dengan
menggunakan prosedur yang berbeda. Thales jelas tidak 'menemukan' musim,
tetapi dia mungkin telah mengidentifikasi hubungan antara titik balik matahari,
perubahan posisi selama tahun matahari di langit, dan mengaitkannya dengan
perubahan iklim musiman.
Mengingat sistem kalender 1 tahun selama 365 hari digunakan hingga saat
ini, jelas bahwa penemuan Thales merupakan temuan penting. Meskipun, tahun
hijriyah maupun tahun berdasarkan kalender China juga masih digunakan bagi
sebagian orang. Namun, sistem kalender yang diciptakan oleh Thales, diterima
secara universal. Kontribusi besar Thales dalam perkembangan sains menjadinya
diistilahkan “The Dawn of Western Philosophy” (Morano, 1975) maupun “The
Beginnings of Western Science and Philosophy” (Robb, 2005).

Isi
Sistem kalender tidak lepas dari kehidupan sehari-hari dan bersifat global yang
artinya berlaku di seluruh dunia. Kontribusi Thales sangatlah besar akan hal ini.
Namun, Thales juga dapat menghasilkan temuan tersebut melalui temuan orang
mesir sebelumnya. Sistem kalender, tidak hanya berkaitan dengan angka, namun
juga musim. Jelas bahwa temuan ini merupakan salah satu kontribusi besar dalam
bidang sains. Salah satu yang cukup fenomenal adalah penemuan Thales yang
dapat menghitung orbit bulan dan kaitannya dengan ukuran bulan. Sehingga, ilmu
tentang geometri berkembang pesat seiring penemuan ini.
Berdasarkan penemuannya, Thales juga berhasil mengembangkan teori
tentang gempa yang sejalan dengan pendapat bahwa bumi mengambang di atas
air. Penemuan ini menjadikkannya menganggap fenomena gempa akibat
mengambangnya bumi di atas air. Namun temuan ini belum sebesar kontribusinya
akan kalender. Itulah kenapa, penulis akan tetap berfokus untuk menggali
kontribusi Thales terkhusus tentang sistem kalender.
Tapi, bagi beberapa pihak, sistem penanggalan/kalender lain juga berlaku.
Seperti kalender hijriyah yang berafiliasi pada umat muslim yang memiliki nama
bulan yang berbeda-beda. Selain itu, terdapat juga kalender tahunan yang berakar
dari kebudayaan China yang dinamakan kalender Unisolar (Imlek). Jelas bahwa,
Thales tidak terinspirasi oleh kedua kalender tersebut, meskipun kalender China
diciptakan terlebih dahulu sedangkan kalender hijriyah diciptakan setelah Thales.
Selain itu, peradaban suku Maya di Amerika Selatan juga memiliki sistem
kalender tersendiri yang sering ditafsirkan terkait dengan akhir dunia. Sehingga
Thales merupakan salah satu pengembang sistem kalender diantara berbagai
pengembangan di belahan dunia dan waktu yang lain. Itulah mengapa, literatur
mengemukakan bahwa Thales hanya terinspirasi oleh sistem yang dikembangkan
di Mesir, mengingat Thales sering berlayar ke Mesir untuk mempelajari ilmu ukur
dan membawa pemahaman akan ilmu yang ia dapatkan ke Yunani. Artinya,
Thales telah meletakkan berbagai konsep dasar penting yang bermanfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan di masa mendatang.

Kesimpulan

Pendapat yang dikemukakan Thales, tidak sulit untuk disetujui. Karena relevan
keadaan masa kini. Lain halnya dengan sistem penanggalan lain yang tidak
digunakan secara global (misal, kalender suku Maya). Dapat disimpulkan bahwa
penulis sejalan dan menggunakan sistem penanggalan yang merupakan buah
pikiran Thales. Itulah mengapa Thales seringkali difokuskan sebagai tokoh filsafat
barat (Morano, 1975; Robb, 2005).

Referensi

Morano, D. V. (1975). Thales and the dawn of western philosophy. Journal of


Thought, 10(3), 200-205.

O’Grady, P. (2002). Thales of miletus (c. 620 B. C. E. – c. 546 B. C. E.).


Available at https://iep.utm.edu/thales/

Robb, K. (2005). Thales of miletus: the beginnings of western science and


philosophy. Journal of the History of Philosophy, 43(1), 107-108.

Anda mungkin juga menyukai