Anda di halaman 1dari 5

Pembahasan:

Uji rapid plasma reagin (RPR) merupakan pemeriksaan makroskopis, menggunakan kartu
flocculation nontreponemal. Antigen dibuat dari modifikasi suspensi antigen VDRL yang terdiri
dari choline chloride, EDTA dan partikel charcoal. Antigen RPR dicampur dengan serum diatas
kartu yang dilapisi plastik. Pemeriksaan RPR mengukur antibodi IgM dan IgG terhadap materi
lipoidal, dihasilkan dari kerusakan sel host sama seperti lipoprotein, dan mungkin kardiolipin
dihasilkan dari treponema. Antibodi antilipoidal merupakan antibodi yang diproduksi tidak
hanya dari pasien sifilis dan penyakit treponemal lainya, tetapi juga sebagai respons terhadap
penyakit nontreponemal akut dan kronik yang menyebabkan kehancuran jaringan. Jika di dalam
sampel ditemukan antibodi, maka akan berikatan dengan partikel lipid dari antigen membentuk
gumpalan. Partikel charcoal beraglutinasi dengan antibodi dan kelihatan seperti gumpalan di atas
kartu putih. Apabila antibodi tidak ditemukan didalam sampel, maka akan kelihatan campuran
berwarna abu-abu.
Pada pemeriksaan kualitatif terhadap sampel, diperoleh hasil negatif yang
ditunjukkan dengan tidak terjadinya flokulasi partikel-partikel karbon dalam suspensi antigen,
cairan dalam lingkaran terlihat berwarna abu-abu muda. Mendiagnosis sifilis, hasil pemeriksaan
RPR harus ditunjang dengan gejala klinis, pemeriksaan serologi yang lain, mikroskop lapangan
gelap dan faktor risiko. Tanpa gabungan tersebut, hasil RPR tidak berhubungan dengan infeksi
Treponema pallidum. Hasil RPR reaktif dapat bermakna infeksi baru atau lama dengan
treponema patogen, meskipun hasil reaksi positif palsu dapat juga terjadi. Hasil reaksi positif
palsu dapat disebabkan oleh kesalahan laboratorium dan serum antibodi yang tidak ada
hubungannya dengan sifilis. Hasil RPR nonreaktif tanpa gejala klinik sifilis dapat berarti tidak
terinfeksi sifilis atau pengobatan yang tidak efektif. Apabila hasil RPR nonreaktif disertai dengan
gejala klinik sifilis, dapat berarti sifilis primer dini, reaksi prozone pada sifilis sekunder. Inkubasi
dari infeksi sifilis tidak dapat disingkirkan dari hasil RPR nonreaktif

Daftar Pustaka :
Effendi, I. (2019). Pemeriksaan Molekular Treponema pallidum. Jurnal Kedokteran Meditek,
24(68). https://doi.org/10.36452/jkdoktmeditek.v24i68.1706
Efrida, E., & Elvinawaty, E. (2014). Imunopatogenesis Treponema pallidum dan Pemeriksaan
Serologi. Jurnal Kesehatan Andalas, 3(3), 572–587. https://doi.org/10.25077/jka.v3i3.203
Kalma. (2014). Studi Pemeriksaan Rapid Plasma Reagin (RPR) Pada Penderita Tuberkulosis
Paru. Media Analis Kesehatan, 5(2), 14–15.
Mistar, J., Uin, H., Makassar, A., History, A., & Address, C. (2021). HIV / AIDS dengan Infeksi
Oportunistik Sifilis. 1(1), 73–77.
Naully, P. G., Novilla, A., & Sahrani, D. D. (2019). Koinfeksi Treponema pallidum pada
Pengidap HIV di Kota Bandung. The 1st Proceeding Publication of Creativity and
Research Medical Laboratory Technology DIV, 1(1), 5–12.
Glosarium
Antibodi : Zat yang dibentuk dalam darah untuk memusnahkan bakteri virus atau
untuk melawan toksin yang dihasilkan oleh bakteri
Antigen : Zat (misalnya protein atau toksin) yang dapat merangsang pembentukan
antibodi jika diinjeksikan ke dalam tubuh
Biohazard : Bahaya hayati atau bahaya biologis (bahasa Inggris: biohazard) dapat
merujuk pada organisme maupun bahan-bahan yang berasal dari
organisme yang dapat membahayakan (utamanya) kesehatan manusia. Ia
dapat berupa limbah medis ataupun sampel mikroorganisme, virus,
dan racun (yang berasal dari sumber biologis) yang dapat memengaruhi
kesehatan manusia.
Reagent : Reagent adalah zat yang menyebabkan satu reaksi. Zat ini dapat
mengubah sifatnya dengan adanya zat lain yang sensitif terhadapnya
sehingga mengindikasikan adanya zat lain
Reagin : Yaitu antibodi non-treponema (reagin)

Saline : Cairan saline NaCL 0.9 % merupakan cairan kristaloid yang sering
ditemui. Cairan ini mengandung natrium dan clorida. Cairan infus ini
digunakan untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang, mengoreksi
ketidakseimbangan elektrolit, dan menjaga tubuh agar tetap terhidrasi
dengan baik.

Sifilis : Penyakit kelamin yang disebabkan oleh Treponema pallidum yang


berbahaya bagi penderita, juga bagi keturunannya; penyakit raja singa.
Spesimen : Adalah bagian dari kelompok atau bagian dari keseluruhan. Spesimen
merupakan sekumpulan dari satu bagian atau lebih bahan yang diambil
langsung dari sesuatu.
Suspensi : Sistem koloid zat padat yang terserak dalam zat cair, partikelnya tidak
mudah mengendap karena kecil ukurannya dan tidak mudah menggumpal
karena sering menolak.
Treponema pallidum  : Merupakan salah satu bakteri anggota filum Spirochaetae. 
CRP
Pembahasan :
C-Reaktive Protein (CRP) adalah protein yang ditemukan dalam darah yang meningkat
sebagai respon terhadap peradangan. Peran fisiologinya adalah untuk mengikat fosfokolin yang
di ekspresikan pada permukaan sel-sel mati atau sekarat (dan beberapa jenis bakteri) untuk
mengaktifkan system pelengkap melalui kompleks C1q. CRP disintesis oleh hati
menanggapi factor yang dilepaskan oleh makrofag dan sel-sel lemak (adipocytes). CRP
diklasifikasikan sebagai reaktan fase akut, yang berarti bahwa tingkat protein akan naik sebagai
respon terhadap peradangan. Reaktan umum lainnya adalah fase akut termasuk tingkat
sedimentasi eristosit (ESR) dan jumlah trombosit darah.
Pada praktikum ini dilakukan pemeriksaan C-Reaktif Protein (CRP) pada sampel
serum. Ketika reagent di campur dengan sampel serum yang mengandung C-Reaktif Protein,
maka akan terjadi reaksi antigen-antibody yang dapat dilihat dengan adanya aglutinasi latex
tersebut. Sebelum pemeriksaan dilakukan, mula-mula sampel dan reagen yang akan digunakan
harus dikondisikan pada suhu ruang. Hal tersebut dikarenakan adanya antibody dalam sampel
serum dan dari antibody pada reagen. Antibody tersusun dari moleku-molekul protein, dimana
protein dapat bereaksi optimal pada suhu ruang. Oleh karena itu, sampel dan reagen harus
dikondisikan pada suhu ruang dahulu sebelum digunakan. Penghomogenan reagen CRP latex
bertujuan untuk memastikan bahwa partikel-partikel pada reagen tersebar secara merata. Jika
tidak dihomogenkan, dikhawatirkan reagen yang terpipet hanya mengandung sedikit partikel
latex, sehingga berisiko mendapatkan hasil pemeriksaan yang palsu.
Penggunaan serum control positif dan serum control negatif digunakan untuk
memverifikasi hasil pemeriksaan serta control terhadap reagen. Apabila hasil pemeriksaan pada
serum control tidak sesuai dengan yang diharapkan, maka hasil pemeriksaan tidak valid
karena ada kesalahan pada reagen. Pada pemeriksaan kualitatif terhadap sampel, diperoleh
hasil negatif yang ditunjukkan dengan tidak terbentuknya aglutinasi. Selain itu, tujuan dari
penggoyangan slide test adalah untuk mengoptimalkan reaksi imunologis antara antibody pada
sampel dengan partikel latex pada reagen CRP.

Daftar Pustaka :
Bakhri, S. (2019). Pengaruh Kadar Rheumatoid Factors Terhadap Kadar C-Reaktif Protein Dan
Nilai Laju Endap Darah Pada Penderita Artritis Reumatoid. Jurnal Media Analis
Kesehatan, 8(2), 8. https://doi.org/10.32382/mak.v8i2.834XFauziah, P. N., Mahmudah, M.,
& Rhamadani, J. (2020). Gambaran Hasil C – Reactive Protein (CRP) Pada Neonatus Yang
Diduga Sepsis Di Rsab Harapan Kita Jakarta Barat. Anakes : Jurnal Ilmiah Analis
Kesehatan, 6(2), 221–227. https://doi.org/10.37012/anakes.v6i2.376
Hidana, R., & Ariyanto. (2014). Gambaran Kadar CRP pada Keturunan Diabetes Melitus. Jurnal
Kesehatan Bakti Tunas Husada, 12(1), 102–105.

Kalma, K. (2018). Studi Kadar C-Reactive Protein (Crp) Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe
2. Jurnal Media Analis Kesehatan, 1(1). https://doi.org/10.32382/mak.v1i1.222
Pramonodjati, F., Prabandari, A. S., Angelo, F., & Sudjono, E. (2019). Pengaruh Perokok
Terhadap Adanya C – Reaktive Protein (CRP). Jurnal Ilmiah Rekam Medis Dan
Informatika Kesehatan, 9(2), 1–6.

Glosarium
Aglutinasi  : Dalam kedokteran dan zoologi adalah penggumpalan dalam suatu cairan
akibat pemberian suatu bahan ke dalamnya. Kata berasal dari bahasa Latin
agglutinare, yang berarti "untuk menempel pada". 
In vitro : (dari bahasa Latin, berarti "di dalam kaca") adalah Istilah yang dipakai
dalam biologi untuk menyebutkan kultur suatu sel, jaringan, atau bagian
organ tertentu di dalam laboratorium.
Pipet : Alat penetes cairan kimia, adalah alat laboratorium yang digunakan
untuk memindahkan volume cairan terukur.
Protein : Protein adalah kelompok biomolekul berukuran besar yang terbentuk
dari satu rantai panjang asam amino atau lebih.
Prozone : Efek kait atau efek prozone merupakan fenomena imunologi dimana
efektivitas antibodi untuk membentuk kompleks imun kadang-kadang
terganggu ketika konsentrasi antibodi atau antigen yang sangat tinggi.
Reagent : Reagent adalah zat yang menyebabkan satu reaksi. Zat ini dapat
mengubah sifatnya dengan adanya zat lain yang sensitif terhadapnya
sehingga mengindikasikan adanya zat lain.
Reumatoid Faktor : Adalah panel pemeriksaan untuk mengetahui jumlah faktor reumatoid di
dalam darah. FR adalah protein yang dihasilkan oleh system imun yang
dapat menyebabkan kerusakan jaringan di dalam tubuh.
Sampel : Sampel adalah jumlah pengamatan yang tidak bias yang diambil dari
suatu populasi. Dalam istilah dasar, populasi adalah jumlah total individu,
hewan, benda, pengamatan, data, dll. Dari setiap subjek yang diberikan.
Serum : Serum adalah bagian cair darah yang tidak mengandung sel-sel darah dan
faktor-faktor pembekuan darah.
Spesifisitas : Spesifisitas merupakan ukuran yang mengukur seberapa baik sebuah tes
skrining/penapisan mengklasifikasikan orang yang tidak sakit sebagai
orang benar benar yang tidak memiliki penyakit pada kenyataanya.

Anda mungkin juga menyukai