TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pola Asuh Orang Tua
a. Pengertian Pola Asuh
A. Pola asuh merupakan interaksi yang dilakukan oleh orang
tua dengan anaknya. Dalam interaksi tersebut orang tua memberikan
pengasuhan berupa penilaian, pendidikan, pengetahuan, bimbingan,
kedisiplinan, kemandirian, dan perlindungan untuk mencapai
kedewasaan yang berlaku dimasyarakat berkaitan dengan kepentingan
hidupnya (Shochib, 2010).
B. Pola asuh atau parenting style adalah model pengembangan
atau sikap perlakuan yang dimiliki dan diterapkan orang tua dalam
pengasuhan terhadap anak sejak usia kandungan hingga dewasa
(Yusuf, 2010).
b. Tipe pola asuh
1) Pola asuh authoritarian (otoriter) menurut Diana Baumrind (King,
2010) merupakan gaya pola asuh yang membatasi dan
menghukum. Orang tua mendesak anak untuk mengikuti arahan
mereka dan menghargai kerja keras serta usaha. Orang tua
authoritarian secara jelas membatasi dan mengendalikan anak
dengan sedikit pertukaran verbal. Misalnya dalam perbedaan
pendapat untuk melakukan sesuatu, orang tua authoritarian akan
berkata, “Awas! Lakukan saja seperti ayah katakan. Jangan
membantah”. Pola asuh authoritarian diasosiasikan dengan
ketidakmampuan anak secara sosial. Anak dari orang tua yang
authoritarian sering kali gagal untuk memulai aktivitas, memiliki
kemampuan komunikasi yang buruk dan membandingkan dirinya
dengan orang lain.
1
1
mulai sekitar pada usia 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada usia18
hingga 20 tahun (King, 2010).
Menurut (Kozier, 2010), remaja adalah masa perkembangan
transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang mencangkup
perubahan biologis, kognitif, dan sosio emosional.
b. Ciri-Ciri Remaja
Merurut (Pieter, 2010) ciri-ciri remaja, sebagai berikut:
1) Sebagai periode peralihan
Peralihan berarti terputus atau berubah dari apa yang
pernah terjadi sebelumnya. Peralihan adalah proses perkembangan
dari satu tahap ke tahap berikutnya. Apa yang tertinggal pada satu
tahap akan berdampak di masa depan yang akan datang.
2) Periode mencari identitas diri
Pada periode ini remaja tidak merasa puas lagi, di mana
remaja selalu mencari identitas diri guna menjelaskan dirinya dan
apa peranannya. Tugas penting yang dihadapi remaja remaja ialah
sense of in-dividual indentity, yaitu mencari jawaban dari
pertanyaan mengenai dirinya, mencakup keputusan dan standar-
standar tindakan.
3) Usia bermasalah
Dikaitkan periode remaja sebagai usia banyak masalah
karena tindakan-tindakan remaja selalu mengarah kepada:
a) Keinginan untuk menyendiri (desire of isolation)
b) Berkurangnya keinginan bekerja (disindination to work)
c) Kegelisaan (reslessness)
d) Penantangan sosial (social antagonism)
e) Penantangan terhadap kekuasaan (resistence to authority)
f) Kepekaan terhadap perasaan (heightened emotionality)
g) Kurang percaya diri (lack of self-confidence)
h) Timbulnya minat seks (preoccupation with sex)
8
4) Usia menakutkan
Dikatakan sebagai usia yang menakutkan karena adanya
penilaian terhadap seseorang hanya berdasarkan persepsi diri yang
berdampak buruk dalam perkembangan remaja, seperti kurang
tanggung jawab, kurang simpatik dan tidak mampu kerjasama
dengan orang tua atau orang dewasa, tidak rapi, tidak dapat
dipercayai, dan berperilaku merusak.
5) Masa tidak realistik
Remaja selalu melihat kehidupan ini menurut pandangan
dan penilaian pribadinya, bukan melihat menurut fakta, terutama
pemilihan cita-cita yang tak realistik dapat menyebabkan remaja
mengalami ketegangan emosi. Semakin tak realistik cita-citanya,
maka semakin mudah marah, sakit hati, dan frustasi.
6) Merupakan ambang batas dengan masa dewasa
Semakin mendekatinya usia kematangan, remaja menjadi
gelisah untuk meninggalkan penilaian terhadap seseorang hanya
berdasarkan persepsi diri yang dibawah dari tahun-tahun
sebelumnya. Sementara itu untuk melakukan tindakan seperti
orang dewasa belum cukup sehingga remaja memusatkan
perilakunya yang selaras dengan status orang dewasa, seperti
mulai merokok, minuman keras, narkoba, dan perilaku seks bebas.
7) Periode meninggikan emosi
Meningginya intensitas emosi sangat tergantung kepada
dampak perubahan fisik dan kehidupan psikologis remaja.
Artinya, jika semakin banyak terjadi perubahannya dan tidak
terkendalikan oleh remaja, maka semakin tinggi pula emosinya.
8) Perubahan sikap dan perilaku
Selama masa remaja akan banyak mengalami perubahan
sikap dan perilaku. Faktor penyebabnya yaitu perubahan nilai-
nilai. Apa yang pernah terjadi pada masa kanak-kanak akan terjadi
pula pada masa remaja. Yang membedakan yaitu pola hubungan
sosial dan tidak hanya mencari popularitas, namun pada kualitas.
9
9) Periode ambivalen
Dikatakan sebagai periode ambivalen karena disatu sisi
remaja menginginkan kebebasan, tetapi disisi lain dia masih takut
bertanggung jawab dan ragu atas kemampuannya.
c. Perubahan-Perubahan Yang Dialami Remaja
Menurut (Pieter, 2010) perubahan yang terjadi pada remaja, yaitu:
1) Perubahan fisik pada remaja
Perkembangan fisik mulai pada masa remaja awal hingga
remaja akhir sedikit mengalami penurunan. Penurunan terutama
pada perkembangan eksternal, sehingga perkembangan internal
lebih menonjol dibandingkan dengan perkembangan eksternal.
a) Perubahan ekternal
1. Tinggi dan berat badan. Penambahan tinggi badan remaja
putri rata-rata pada usia 17-18 tahun sedangkan
penambahan pada remaja putra kira-kira pada usia 18-19
tahun.
2. Organ seks dan cici-ciri seks sekunder. Perkembangan
organ-organ seksual akan mencapai ukuran yang matang
pada masa remaja akhir.
3. Proporsi tubuh. Beberapa dari bagian anggota tubuh lambat
laun akan mencapai perbandingan proporsi tubuh yang lebih
seimbang, misal badan yang melebar dan memanjang.
b) Perubahan internal
1. Sistem pencernaan. Bentuk perut lebih panjang dan tidak
lagi berbentuk pipa. Usus bertambah panjang dan besar,
otot-otot perut dan dinding usus menjadi lebih kuat dan
tebal.
2. Sistem peredaran darah dan sistem pernapasan. Ketika usia
17-18 tahun jantung tumbuh pesat. Panjang dan tebal
dinding pembuluh darah meningkat dan mencapai
kemenangan seiring bertambah matang kekuatan jantung.
10
5) Perilaku moral
Remaja yang meletakkan standar perilaku yang kurang
realistik bagi diri sendiri akan merasa bersalah apabila mereka tak
mampu mencapai standar yang telah ditetapkan.
1
B. Kerangka Teori
C. (Sumber; Sejiwa, 2008; Wong, 2009; King, 2010; Wiyani, 2012; Yoga,
2016; Zakiyah, 2017)Kerangka Konsep
Keterangan :
Gambar 2.2
D. Hipotesis
C. Berdasarkan kerangka konsep yang telah di buat, maka hipotesis
yang muncul pada penelitian ini adalah:
D. Ha : Ada Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua Dengan Perilaku
Bullying Pada Remaja Di SMK Muhammmadiyah 1 Yogyakarta.
E. Ho : Tidak Ada Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua Dengan
Perilaku Bullying Pada Remaja Di SMK Muhammmadiyah 1 Yogyakarta.