Anda di halaman 1dari 28

DAFTAR PUSTAKA

BAB I .................................................................................................................................2
PENDAHULUAN .............................................................................................................2
BAB II ...............................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................3
2.1 Pilocytic Astrocytoma ........................................................................................3
2.1.1 CT – Scan Non – Kontras ...........................................................................3
2.1.2 CT – Scan Kontras .....................................................................................4
2.1.3 T1 ...............................................................................................................5
2.1.4 T2 ...............................................................................................................6
2.1.5 T1 Kontras ..................................................................................................9
2.1.6 T2/FLAIR ................................................................................................. 10
2.1.7 Difus ......................................................................................................... 11
2.2 Cerebellum Pilocytic Astrocytoma .................................................................... 11
2.2.1 Perbandingan dengan Medulloblastoma ................................................... 13
2.2.2 Perbandingan dengan Hemangioblastoma ................................................ 15
2.3 Optic Chiasm Pilocytic Astrocytoma........................................................ 18
2.3.1 Perbandingan dengan Pilomyxoid Astrocytoma ....................................... 20
2.4 Pineal Pilocytic Astrocytoma ........................................................................... 22
2.4.1 Perbandingan dengan Pineocytoma……………….…………………………..…..……24

2.4.2 Perbandingan dengan Germinoma…………………………………………………..…..25

BAB III ............................................................................................................................ 27


KESIMPULAN ................................................................................................................ 27
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 28

1
BAB I

PENDAHULUAN

Pilocytic Astrocytoma merupakan tumor yang berasal dari pertumbuhan


sel astrosit yang tidak terkontrol dan merupakan salah satu jenis tumor glial yang
paling banyak ditemukan pada anak – anak yang menderita tumor glioma.
Pilocytic Astrocytoma dapat tumbuh pada berbagai lokasi di otak, dengan tingkat
kejadian tertinggi berada pada cerebellum (60%). Gejala yang ditimbulkan oleh
pilocytic astrocytoma sesuai dengan tempat pertumbuhan dari tumor. Dikarenakan
pilocytic astrocytoma merupakan tumor yang bertumbuh dengan jinak, gejala –
gejala awal tidak spesifik. Gejala seperti mual dan muntah dapat menjadi tanda –
tanda awal kecurigaan terhadap adanya lesi yang menambah tekanan intrakranial.
Tanda – tanda kecurigaan terhadap lesi intrakranial meningkat ketika pemeriksaan
pada organ lainnya (gaster, hati, pankreas,dan lain – lain) tidak ditemukan adanya
proses patologis. Kecurigaan terhadap lesi pada intrakranial dapat dikonfirmasi
dengan pemeriksaan radiologis seperti Computed Tomography Scan (CT – Scan)
dan Magnetic Resonance Imaging (MRI).

Pada pemeriksaan radiologis terhadap suatu lesi, hal – hal yang perlu
diketahui pada awalnya adalah status pasien, diantara yang terpenting merupakan
jenis kelamin, usia, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, riwayat
operasi, dan riwayat penyakit sekarang. Hal ini dikarenakan gambaran radiologis
terhadap suatu lesi dapat menyerupai lesi lainnya dan pengetahuan akan status
pasien akan membantu. Selain itu pengetahuan dokter terhadap penggunaan
sequence pada MRI adalah hal yang krusial. Pilocytic astrocytoma memiliki
banyak diagnosa pembanding dan pengetahuan akan ciri pada T1, T2, T1 Kontras,
T2/FLAIR, DWI ADC akan menjadi kunci utama untuk meningkatkan keyakinan
akan diagnosa.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pilocytic Astrocytoma


2.1.1 CT – Scan Non – Kontras
Pada CT scan non kontras, terlihat bagian padat dan bagian kistik yang
sulit dibedakan. Massa padat memiliki densitas yang hipodensitas atau
isodensitas terhadap grey matter. Tumor dapat memiliki edema di
sekeliling tumor atau tidak ada. Edema terlihat pada CT scan non
kontras dengan densitas yang hipodensitas. Kalsifikasi terdapat pada
beberapa kasus dan akan terlihat seperti fleck.1

Gambar 1. CT – Scan Aksial pada Pilocytic Astrocytoma Cerebellum


kanan. Jaringan padat (s) memiliki densitas yang isodense sedangkan kista
(c) memiliki densitas yang hipodense3.

3
Gambar 2. CT – Scan Aksial pada Pilocytic Astrocytoma Supratentorial.
Jaringan padat (n) memiliki densitas yang isodense sementara kista (m)
memiliki densitas yang hipodense. 1

Gambar 3. CT – Scan Aksial pada Pilocytic Astrocytoma Batang Otak.


Jaringan padat (m) memiliki densitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan
kista (c) dan memiliki isodensitas terhadap grey matter3.

2.1.2 CT – Scan Kontras


Pada CT – Scan kontras, terlihat bagian padat yang menyerap
kontras sehingga terlihat menyengat (enhanced) dan bagian kistik
yang terlihat tidak menyerap kontras. Hasil CT – scan non kontras
dapat bervariasi dari pasien ke pasien. Terdapat 50% pasien yang
memiliki kista yang tidak menyengat kontras dan jaringan padat

4
menyengat kontras dengan tajam. Pada 40% pasien memiliki
jaringan padat dengan pusat nekrotik dan menyengat kontras
dengan heterogen. Kista dapat menunjukan akumulasi kontras pada
pengambilan gambar yang tertunda (delayed images).1

2.1.3 T1
Pada pemeriksaan T1, jaringan padat memiliki intensitas
yang isointense atau hipointense terhadap grey matter sedangkan
bagian kista memiliki intensitas yang isointense atau hiperintense
terhadap cairan serebrospinal.1

C S

Gambar 4. T1 Aksial pada Pilocytic Astrocytoma Cerebellum. Jaringan


padat (s) memiliki intensitas yang isointense dengan grey matter sedangkan
kista (c) memiliki intensitas hipointense3.

5
Gambar 5. T1 Sagittal pada Pilocytic Astrocytoma Supratentorial.
Jaringan padat (s) memiliki intensitas hipointense dan kista (c) memiliki
intensitas yang hipointense, namun memiliki tampak yang lebih gelap
dibandingkan dengan jaringan padat3.

2.1.4 T2
Pada pemeriksaan T2, jaringan padat memiliki intensitas yang
hiperintense terhadap grey matter sedangkan kista memiliki intensitas
yang isointense atau hiperintense terhadap cairan serebrospinal. Kista
memiliki tampak yang lebih terang dibandingkan jaringan yang padat. 1

Gambar 6. T2 Aksial pada Pilocytic Astrocytoma Cerebellum. Jaringan


padat (n) memiliki tampak yang lebih gelap dari kista (m) dan memiliki
intensitas yang hiperintense terhadap grey matter sedangkan kista memiliki
intensitas yang hiperintense terhadap cairan serebrospinal. Gambaran tipikal
tidak memiliki edema.1

6
Gambar 7. T2 Aksial pada Pilocytic Astrocytoma Supratentorial.
Jaringan padat (s) lebih gelap dibandingkan kista (c) dan memiliki intensitas
yang lebih tinggi dari grey matter. Kista memiliki hiperintesitas terhadap
cairan serebrospinal. Terdapat edema vasogenik (tanda panah) di sekeliling
tumor dan merupakan temuan yang atipik.1

7
Gambar 8. T2 Aksial pada Pilocytic Astrocytoma pada Batang Otak.
Jaringan padat (s) memiliki intentitas hiperintense dibandingkan dengan grey
matter. Kista (c) memiliki intensitas hiperintensitas terhadap cairan
serebrospinal. Terlihat ekstensi kista pada cisterna cerebellopontine (panah
putih)3.

Gambar 7. T2 Aksial pada Pilocytic Astrocytoma Supratentorial.


Jaringan padat (s) memiliki intensitas yang hiperintense. Terlihat ada edema
pada perifer tumor (panah putih)1

8
2.1.5 T1 Kontras
Pada pemeriksaan T1 kontras, jaringan padat menyerap kontras dengan
tingkat yang tinggi dan memiliki penyerapan yang heterogen. Dinding
dari kista dapat terlihat menyengat kontras.1

Gambar 8. T1 Kontras Aksial pada Pilocytic Astrocytoma


Supratentorial. Jaringan padat (s) menyengat kontras dengan intensitas yang
tinggi. Kista (c) tidak terlihat enhancement yang tinggi seperti jaringan
padat3.

SS C

Gambar 9. T1 Kontras Aksial pada Pilocytic Astrocytoma Cerebellum.


Jaringan padat (s) mempunyai tampak yang lebih terang dibandingkan
dengan kista (c). Hal ini disebabkan karena jaringan padat (s) menyerap
kontras sedangkan kista tidak.1,2

9
C
S

S
C

Gambar 10. T1 Kontras pada Pilocytic Astrocytam Cerebellum. Jaringan


padat (s) memiliki tingkat intensitas yang lebih tinggi serta menyerap kontras
dengan tingkat yang tinggi. Terlihat pada kista (c) tidak tampak penyerapan
kontras.1,2

2.1.6 T2/FLAIR
Pada pemeriksaan T2/FLAIR, jaringan padat memiliki intensitas yang
hiperintense terhadap grey matter. Isi daripada kista tidak sepenuhnya
tersupresi, dan menunjukan hiperintensitas terhadap cairan
serebrospinal.1,2

10
Gambar 10. T2/FLAIR Aksial pada Pilocytic Astrocytoma Cerebellum.
Jaringan padat (s) memiliki tingkat intensitas yang lebih tinggi dibadingkan
grey matter. Kista (c) menunjukan tampak yang lebih gelap dibandingkan
dengan jaringan padat tetapi memiliki tingkat intensitas yang lebih tinggi
dibandingkan cairan serebrospinal3.

2.1.7 Difus
Jaringan padat tumor memiliki tingkat difusi yang sama dengan grey
matter.1

2.2 Cerebellum Pilocytic Astrocytoma


Pilocytic Astrocytoma pada serebelum memiliki ciri radiologis seperti
pada lokasi pilocytic astrocytoma lainnya. Pada T2 terlihat jaringan
padat yang disebut sebagai mural nodule dengan intensitas yang lebih
rendah dibandingkan intensitas yang dipertunjukan oleh kista. Kista
memiliki intensitas yang sama atau lebih tinggi dari cairan
serebrospinal. Pada T1 dengan kontras akan terlihat jaringan padat
yang memiliki tingkat enhancement yang tinggi, sedangkan kista
terlihat tidak menyerap kontras. Pada T2/FLAIR akan terlihat jaringan
padat yang mempunyai intensitas tinggi dibandingkan dengan grey
matter, sedangkan karena kista tidak tersupresi dengan baik pada
T2/FLAIR, akan terlihat lebih hiperintense dibandingkan dengan

11
cairan serebrospinal. Pada Diffuse Weighted Imaging (DWI), pada
umumnya akan dinilai kemampuan kebasan dari air untuk berdifusi
pada suatu jaringan. Pada umumnya DWI yang dianggap sebagai
restriktif adalah ketika ADC berada dibawah 1.0 – 1.1 x 10-3mm2/s
atau ketika terlihat adanya fenomena T2- Shine Through, yang juga
menunjukan intensitas tinggi pada DWI. Pada pilocytic astrocytoma
tidak ditemukan adanya difusi restriktif. Pilocytic astrocytoma
memiliki ADC 120 × 10−5 mm2/s.3

Gambar 11. T2 Aksial pada Pilocytic Astrocytoma Cerebellum. Jaringan


padat (panah hitam) terlihat lebih hipointense dibandingkan dengan kista (c)3.

Gambar 12. T1 Kontras Aksial pada Pilocytic Astrocytoma Cerebellum.


Jaringan padat (panah hitam) menyerap kontras dengan intensitas tinggi.
Kista (c) tidak terlihat menyerap kontras3.

12
Gambar 13. T2/FLAIR Aksial pada Pilocytic Astrocytoma Cerebellum.
Jaringan padat terlihat memiliki intensitas yang lebih tinggi dibandingkan
grey matter dan kista. Kista (c) memiliki intensitas yang lebih tinggi dari
cairan serebrovaskuler3.

Gambar 14. DWI Aksial pada Pilocytic Astrocytoma Cerebellum.


Jaringan padat terlihat isointense dan tidak memiliki diffusi yang restriksi3.

2.2.1 Perbandingan dengan Medulloblastoma


Medulloblastoma memiliki beberapa kemiripan dalam
deskripsi lesi dengan pilocytic astrocytoma. T1 menunjukan
tumor dengan jaringan padat yang hipointense, Pada T2
terdapat jaringan padat yang isointense terhadap grey matter.
Pada T2 jaringan padat pilocytic astrocytoma juga
dideskripsikan sebagai isointense. Namun yang menjadi

13
perbedaan adalah adanya restriksi diffusi (<1.0), yaitu <0.9
pada DWI.3,4

Gambar 15. T1 Aksial pada Medulloblastoma Cerebellum.


Terlihat tumor yang hipointense dibandingkan dengan grey matter3.

Gambar 16. T2 Aksial pada Medulloblastoma Cerebellum.


Terlihat jaringan padat yang hiperintense (lingkaran merah)3.

14
Gambar 17. DWI Aksial pada Medulloblastoma Cerebellum.
Terlihat adanya hiperintensitas pada tumor pada tampilan DWI yang
memberikan kesan T2 – Shine Through yang menandakan adanya
difusi yang restriksi3.

2.2.2 Perbandingan dengan Hemangioblastoma


Dari pemeriksaan T1, T2, T1 kontras, dan perhitungan ADC,
pilocytic astrocytoma sulit dibedakan dengan
hemangioblastoma. Menurut riset yang dilakukan pada tahun
2018, perbedaan nilai ADC pada pilocytic astrocytoma dan
hemangioblastoma tidak memiliki perbedaan yang signifikan.
Namun pada pemeriksaan menggunakan MR Perfusion Weight
untuk menghitung relative cerebral blood volume (rCBV),
didapatkan bahwa hemangioblastoma memiliki tingkat rCBV
yang secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan
pilocytic astrocytoma.5

15
Gambar 18. Perbandingan T1 Aksial pada Pilocytic Astrocytoma
(kiri) dan Hemangioblastoma (kanan). Kedua tumor memiliki
jaringan padat yang isointense terhadap grey matter dan memiliki
kista yang hipointense dibandingkan grey matter3.

Gambar 19. Perbandingan T2 Aksial pada Pilocytic Astrocytoma


(kiri) dan pada Hemangioblastoma (kanan). Kedua tumor
memiliki jaringan padat yang mempunyai intensitas lebih rendah dari
kista. Kista pada kedua tumor memiliki intensitas yang lebih tinggi
dibandingkan cairan serebrospinal. Pada gambar sebelah kiri jaringan
padat tertanda n sedangkan kista tertanda m. Pada gambar sebelah
kanan jaringan padat tertanda panah merah sedangkan kista tertanda
panah biru3.

16
Gambar 20. Perbandingan T1 kontras aksial pada pilocytic
astrocytoma (kiri) dan pada hemangioblastoma (kanan). Kedua
tumor memiliki jaringan padat yang menyerap kontras dan
memberikan tampilan enhancing3.

Gambar 21. Perfusion Weighted Imaging Aksial pada Pilocytic


Astrocytoma. Warna biru menandakan bahwa daerah tersebut
memiliki tingkat perfusi yang rendah3.

17
Gambar 22. Perfusion Weighted Imaging Aksial pada
Hemangioblastoma. Warna merah menandakan bahwa daearah
tersebut memiliki tingkat perfusi yang tinggi. Dapat dinilai dari
Gambar 21 dan 22 bahwa rCBV pada Hemangioblastoma secara
signifikan lebih tinggi3.

2.3 Optic Chiasm Pilocytic Astrocytoma


Pilocytic astrocytoma pada Optic Chiasm memiliki tampilan yang
sama dengan lesi lainnya, yaitu memiliki jaringan padat yang
isointense atau hipointense pada T1 dan pada T1 kontras akan
menunjukkan penyerapan kontras, menunjukan enhancement yang
heterogen. Pada pemeriksaan T2 juga akan terlihat kita yang memiliki
intensitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan jaringan padat. 3

18
Gambar 23. T1 Aksial pada Pilocytic Astrocytoma Optic Chiasm.
Terlihat bahwa jaringan padat (tanda panah) mempunyai intensitas yang
isointense dibandingkan dengan grey matter3.

Gambar 24. T2 Aksial pada Pilocytic Astrocytoma Optic Chiasm.


Jaringan padat terlihat lebih gelap dibandingkan dengan kista dan
mempunyai intensitas isointense terhadap grey matter. Kista (c) mempunyai
hiperintensitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan cairan serebrospinal3.

19
Gambar 25. T1 Kontras pada Pilocytic Astrocytoma pada Optic Chiasm.
Jaringan padat (panah putih) pada tumor terlihat mempunyai enhancement
yang heterogen dan memiliki intensitas yang lebih tinggi dibandingkan grey
matter3.

2.3.1 Perbandingan dengan Pilomyxoid Astrocytoma


Pilomyxoid Astrocytoma merupakan tumor glial yang
mempunyai predisposisi lokasi lesi yang paling tinggi pada
optic chiasm. T1 pada pilomyxoid astrocytoma memiliki
hipointensitas yang uniform, berbeda dengan pilocytic
astrocytoma yang memiliki jaringan padat yang memiliki
intensitas isointense terhadap grey matter dan memiliki
intensitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan kista. 6 T2
pada pada pilomyxoid astrocytoma memiliki hiperintensitas
yang merata, berbeda dengan pilocytic astrocytoma yang
memiliki jaringan padat yang memiliki intensitas yang lebih
rendah dibandingkan dengan kista. Pada T2/FLAIR,
pilomyxoid astrocytoma memiliki intensitas merata yang
hiperintas, berbeda dengan pilocytic astrocytoma yang
memiliki jaringan padat yang hiperintense dan memiliki kista
yang lebih hiperintense dibandingkan dengan cairan
serebrospinal namun lebih gelap dibandingkan dengan jaringan

20
padat. T1 kontras pada pilomyxoid astrocytoma memiliki
deskripsi intensitas yang sama, yaitu adanya penyerapan
kontras , dan pada DWI juga terdapat deskripsi yang sama
yaitu tidak ada difusi yang restriksi.

Gambar 26. T2 Aksial pada Pilomyxoid Astrocytoma. Terlihat tumor dengan


intensitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan grey matter, disertai dengan penyebaran
fokus T2 shortening, yang dapat berindikasi kepada hemorrhage. Kehadiran hemorrhage
tidak umum ditemukan pada pilocytic astrocytoma dan lebih umum ditemukan pada
pilomyxoid astrocytoma3.

Gambar 27. T1 Kontras Aksial pada Pilomyxoid Astrocytoma. Bentuk lesi dari
pilomyxoid astrocytoma dapat bervariasi, dan bentuk H “H-Shaped lesion” merupakan

21
ciri khas dari pilomyxoid astrocytoma. Dengan kontras, pilomyxoid astrocytoma
menyerap kontras dan terlihat sebagai hyperintense3.

Gambar 28. T2/FLAIR Aksial pada Pilomyxoid Astrocytoma. Pilomyxoid


astrocytoma menunjukan hiperintensitas yang uniform dan memiliki variasi bentuk dari
tumor. Tumor berbentuk H (kiri) adalah bentuk tumor yang khas pada pilomyxoid
astrocytoma dan membedakan dari pilocytic astrocytoma3.

2.4 Pineal Pilocytic Astrocytoma


Pineal pilocytic astrocytoma memiliki ciri yang sama dengan pilocytic
astrocytoma pada letak lainnya seperti pada cerebellum dan optic
chiasm. T1 menunjukan jaringan padat yang isointense terhadap grey
matter dan memiliki kista yang hipointense terhadap grey matter. T2
menunjukan jaringan padat yang memiliki intensitas lebih rendah
dibandingkan dengan kista, dimana kista memiliki intensitas lebih
tinggi dibandingkan dengan cairan serebrospinal. Pada T1 kontras
terlihat enhancement yang heterogen dan menyerap kontras dengan
intensitas yang tinggi. Pada T2/FLAIR terlihat jaringan padat dengan
hiperintensitas terhadap grey matter dengan kista yang memiliki
intensitas yang lebih rendah dibandingkan dengan jaringan padat
namun memiliki intensitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan
cairan serebrospinal. Tumor pada glandula pinealis dapat terbagi
menjadi 3, yakni tumor parenkimal seperti pineocytoma, tumor
germinal, dan tumor glial. Maka, diagnosa banding utam pada pasien
yang memiliki tumor pada glandula pinealis adalah ketiga jenis tumor
tersebut.

22
2.4.1 Perbandingan dengan pineocytoma
Pineocytoma merupakan tumor parenkimal yang memiliki
klasifikasi WHO Grade I Pineal Tumor, yang memiliki
diferensiasi sama tingkat dengan pilocytic astrocytoma.
Perbedaan pada pineocytoma dengan pilocytic astrocytoma
adalah kehadiran dari kalsifikasi perifer yang disebut sebagai
“exploded calcification”. Pilocytic astrocytoma pada beberapa
literatur dideskripsikan mampu memiliki kalsifikasi namun
hanya terdapat pada berbagai kasus saja.1,3

Gambar 29. CT – Scan Non Kontras pada Pineocytoma. Terlihat


tumor (panah merah)yang memiliki isodensitas dengan grey matter
disertai dengan kalsifikasi “exploded calcification” (panah putih)3

23
A

Gambar 30. T1 Sagittal pada Pineocytoma. Pineocytoma memiliki


fluid –fluid level yang sulit tampak pada massa (B), namun cairan
pada massa terlihat hipointense terhadap grey matter. Pada perifer
tumor terdapat tumor nodular yang sulit terlihat. (A) menunjukan
adanya ventriculomegaly dikarenakan efek kompresi yang diciptakan
oleh massa. Kalsifikasi tidak terlihat pada T1 karena kalsifikasi
dipersepsi sebagai hipointense pada T1 3.

Gambar 31. T2/FLAIR pada Pineocytoma. Massa kistik yang


memiliki isi cairan (panah putih) memiliki hiperintensitas terhadap
cairan serebrospinal. Namun hiperintensitas ini memiliki intensitas
yang lebih rendah dibandingkan jaringan padat yang terdapat pada
pilocytic astrocytoma3.

2.4.2 Perbandingan dengan Germinoma


Germinoma tidak seperti pilocytic astrocytoma yang pada umumnya
hanya akan tumbuh pada satu daerah. Tetapi germinoma mampu

24
tumbuh pada lebih dari 1 tempat yang berbeda. Persebaran yang
paling tinggi adalah pada bagian midline. Penemuan yang khas
ditemukan pada germinoma adalah penemuan kalsifikasi pada daerah
sentral massa yang disebut sebagai “engulfing calcification” pada CT
– Scan non kontras. Pada DWI ditemukan bahwa germinoma
memiliki difusi yang terestriksi, sedangkan pilocytic astrocytoma
tidak memiliki difusi yang terestriksi.7,8

Gambar 32. Perbandingan CT Scan Non Kontras Aksial pada


Pineal Germinoma (kiri) dan pada pilocytic astrocytoma
(kanan). Panah terbuka menunjukan kalsifikasi pada daerah sentral
massa yang disebut sebagai “engulfing calcification”. Massa (panah
putih tertutup) memiliki intensitas yang hiperdense. Terlihat pada
pilocytic astrocytoma bahwa jaringan padat memiliki densitas
isodense dan kista memiliki densitas hipodense3.

25
Gambar 33. Perbandingan DWI Aksial pada Pineal Germinoma
(kiri) dan Pilocytic Astrocytoma (kanan). Terlihat pada pineal
germinoma bahwa tumor terlihat hiperintense dan menunjukan difusi
restriksi. Sedangkan pada pilocytic astrocytoma terdapat tumor
dengan intensitas yang hipointense dan menunjukan difusi yang tidak
terestriksi.9,10

26
BAB III

KESIMPULAN

Secara keseluruhan, pilocytic astrocytoma merupakan tumor glial dengan


diferensiasi rendah yang memiliki lokasi pertumbuhan yang bervariasi dan
beragam. Walaupun demikian tampilan pilocytic astrocytoma tetap sama diantara
lokasi – lokasi seperti pada cerebellum, optic chiasm, dan glandula pinealis.
Penyingkiran diagnosa terhadap diagnosa banding lainnya tidak dapat bergantung
dengan satu sequence saja tetapi pada seluruh modalitas yang ada termasuk
perfusion weighted imaging (PWI).

Modalitas yang disarankan untuk memeriksa pilocytic astrocytoma adalah


T2/FLAIR karena kemampuannya untuk memvisualisasikan kista dan jaringan
padat dengan baik. Walaupun demikian, tetap disarankan penggunaan CT scan
dan seluruh sequence pada MRI untuk mendiagnosa pilocytic astrocytoma dengan
lebih baik. Hal ini dikarenakan adanya diagnosa banding seperti
Hemangioblastoma yang mempunyai kesamaan pada T1, T2, T1 Kontras,
T2/FLAIR, DWI dan hanya dapat dibedakan melalui rCBV pada PWI.

27
DAFTAR PUSTAKA

1. A Osborn. Diagnostic Imaging Brain. Elsevier.2016.


2. K Kelly. Pineal Astrocytoma: Radiologic – Pathologic Correlation.
RadioGraphics. 2004.
3. C Danai. Manifestations of Pilocytic Astrocytoma: A Pictorial
Review.Insights Imaging. 2014.
4. D Jeremy. Decoding the Diffusion: Overview of Restricted Diffusion on
Brain MRI.
5. N Malgorzata. The Role Of Diffusion and Perfusion Magnetic Resonance
Imaging in Differentiation of Haemangioblastomas and Pilocytic
Astrocytomas. Pol J Radiol. 2018.
6. J Ricardo. Pilomyxoid Astrocytoma. Diagnosis, Prognosis, Management.
Journal of Neurosurgery. 2005.
7. N Dumrongpisutikul. Distinguishing between Germinomas and Pineal Cell
Tumors on MR Imaging. American Journal of Neuroradiology.2011.
8. X H Wei. Radiologic features of primary intracranial ectopic germinomas.
Baltimore. 2016.
9. A C Douglas. Diffusion-weighted imaging characteristics of primary
central nervous system germinoma with histopathologic correlation: a
retrospective study. Acad Radiol. 2009.
10. P Manoj. Intracranial Germinoma. Baylor University Medical Center.
2015.

28

Anda mungkin juga menyukai