Anda di halaman 1dari 2

2.

1 THALAQ
2.3.1. Pengertian Thalaq
Kata “thalaq” dalam bahasa Arab berasal dari kata thalaqa-yathalaqu-
thalaqa yang bermakna melepas/mengurai tali pengikat, baik tali itu bersifat
kongkrit maupun abstrak, kata thalaq merupakan isim masdar dari kata thalaqa-
yathaliqu-thathqar yang bermakna “irsai” dan “tarku” yaitu melepaskan dan
meninggalkan. Al-Jaziri dalam kitabnya al-fiqh alal madzahibil arba’ah
memberikan definisinya :
‫صا ِن َحلِّ ِه بِلَ ْف ٍظ َم ْخصُوْ ص‬
َ ‫اح اَوْ نُ ْق‬ ُ َ‫اَطَّال‬
ِ ‫ق اِ ْز لَةُ النِّ َك‬
“Thalaq ialah menghilangkan ikatan perkawinan / mengurangi pelepasan
ikatannya dengan mempergunakan kata-kata tertentu”
Dalam istilah agama, “thalaq” artinya melepaskan ikatan perkawinan / bubarnya
hubungan perkawinan.
‫اج َواِ ْنهَا ُء ْال َعالَ قَ ِة ال َّزوْ ِجيَّ ِة‬
ِ ‫حُلُّ َرابِطَ ٍة ال َّزا َو‬
“Thalaq ialah melepas tali perkawinan dan mengakhiri hubungan suami istri”.

2.3.2. Syarat–syarat Thalaq


a. Suami
b. Berakal
c. Baligh
d. Atas kemauan sendiri, karena bila atas kehendak orang lain tidak sah.
Rasulullah bersabda :
ْ ِ‫ض َح ع َْن اُ َّمت‬
‫ىال َخطَا َء َوالنِّ ْسيَانَ َو َماا ْستُ ْك ِر ه َُوا َعلَ ْي ِه‬ َ ‫اِ َّن هللاَ َو‬
“Sesungguhnya Allah melepaskan dari umatku tanggung jawab dosa silap,
lupa dan suatu yang dipaksakan kepadanya”.
e. Istri
f. Masih dalam lindungan suami
g. Berdasarkan atas akad perkawinan yang sah.
2.3.3. Hukum–hukum Thalaq
Dalam kehidupan suami istri tidak sepantasnya mereka berusaha
memutuskan/merusak tali perkawinan. Meskipun suami diberi hak menjatuhkan
thalaq tanpa alasan/sebab termasuk perbuatan tercela dan benci Allah.
Rasulullah bersabda:
ُ َ‫اَ ْبغَضُ ْال َحـالَ ِل اِلَى هللاِ الطَّال‬
‫ق‬
“Perkara halal yang paling dibenci Allah ialah menjatuhkan thalaq”

1
Dan seseorang yang berusaha merusak tali hubungan suami istri
dipandang keluar dari rel kebijaksanaan hukum Islam dan tidak sepantasnya ia
menanamkan seorang muslim.
‫َّب ا ْم َرأَةً َعلَى َزوْ ِجهَا‬
َ ‫ْس ِمنَّا َم ْن َخب‬
َ ‫لَي‬
“Bukanlah termasuk golonganku orang merongrong hubungan seorang suami
istri”
Dalam hukum thalaq, para fuqaha berbeda-beda pendapat mengenai
hukum asalnya, yaitu pendapat yang menetapkan bahwa suami diharamkan
menjatuhkan thalaq kecuali karena darurat (terpaksa). Adapun sebab-sebab dan
alasan-alasan untuk jatuhnya thalaq yang menyebabkan kedudukannya menjadi
wajib, haram, sunnah dan makruh.
a. Thalaq menjadi wajib bagi suami atas permintaan istri, dalam hal ini suami
tidak mampu menunaikan hak-hak istri, serta menunaikan kewajibannya
sebagai suami. Menurut H. Sulaiman Rasyid bahwa thalaq menjadi wajib
apabila terjadi perselisihan antara suami istri dengan 2 hakam yang
mengutus perkara keduanya sudah memandang perlu supaya keduanya
cerai.
b. Thalaq menjadi sunnah apabila suami istri tidak sanggup membayar
kewajiban (nafkah) dengan cukup / si istri rusak moralnya (tidak menjaga
kehormatan dirinya), seperti berbuat zina, melanggar larangan agama /
meninggalkan kewajiban agama seperti shalat, puasa.
c. Haram (bid’ah) jika istri dalam keadaan haid dan suami berlaku serong,
baik dengan bekas istrinya ataupun dengan wanita lain.Sayyid Sabiq
mengemukakan bahwa thalaq diharamkan bila tidak ada keperluan untuk
itu dikarenakan thalaq yang demikian dapat menimbulkan mudharat.
d. Mubah, hukum ini dibolehkan ketika ada keperluan seperti jeleknya
perilaku istri, buruknya sikap istri terhadap suami, suami menderita karena
tingkah laku istri dan suami tidak mencapai tujuan perkawinan karena istri.
e. Makruh, dikarenakan thalaq itu menghilangkan perkawinan yang di
dalamnya terkandung kemaslahatan-kemaslahatan yang sunnahkan dan
makruh merupakan hukum asal dari thalaq tersebut.

Anda mungkin juga menyukai