Anda di halaman 1dari 5

PENGARUH SENAM KAKI DIABETES TERHADAP LEG SENSITIVITY

MONOFILAMENT TEST PADA PENDERITA DIABETES MELITUS DI


WILAYAH POSYANDU LANSIA ENDROSONO SURABAYA

Susanti1; Bambang Heriyanto2; Adistya Della Nofridasari3


Akademi Keperawatan Adi Husada Surabaya
susanti1303@gmail.com

ABSTRAK
Penderita Diabetes Mellitus (DM) berisiko mengalami penurunan sensitivitas pada kaki. Kebiasaan
maupun perilaku penderita seperti kurang menjaga kebersihan kaki dan tidak menggunakan alas
kaki saat beraktivitas akan beresiko terjadi perlukaan pada daerah kaki. Keadaan kaki diabetik
lanjut yang tidak ditangani secara tepat dapat memicu dilakukannya tindakan amputasi kaki.
Tujuan penelitian untuk menganalisis Pengaruh Senam Kaki Diabetes terhadap Leg Sensitivity
Monofilament Test pada penderita Diabetes Melitus di Wilayah Posyandu Lansia Endrosono
Surabaya. Penelitian ini menggunakan metode pre-experiment designs dengan rancangan yang
digunakan yaitu one group pretest-postest dengan sample 54 responden lansia di Posyandu Lansia
Endrosono Kelurahan Wonokusumo Kecamatan Semampir Kota Surabaya diambil menggunakan
tehnik sampling Simple Random Sampling. Pengukuran Leg Sensitivity dipeoleh dari observasi
menggunakan Monofilament Test. Data dianalisis menggunakan Uji Mc. Nemar didapatkan p value
= 0,008 pada kaki kanan dan p value = 0,003 pada kaki kiri dengan α=0,05 (p< α). Hal ini berarti
tidak terdapat pengaruh antara senam kaki diabetes dengan leg sensitivity monofilament test (H0
diterima, H1 ditolak). Implikasi hasil penelitian bahwa senam kaki diabetes tidak dapat
mempengaruhi leg sensitivity monofilament test. sehingga perlu lebih ditingkatkan aktivitasnya
sehari-harinya dan melakukan senam kaki diabetes 5-7x perhari.

Kata Kunci : Senam Kaki Diabetes, Leg Sensitivity, Monofilament Test

ABSTRACT
Patients with Diabetes Mellitus (DM) are risked with Leg Sensitivity decreasing. Patient’s habits
or behavior such as less maintaining of their cleanliness and not wearing footwear or slippers will
make the risk of them infect their feet increase. If the conditions of further diabetics are not
handled properly, it can increase the act of foot amputations. This research objective is to analyze
the effect of Diabetics Foot Exercise against Leg Sensitivity Monofilament Test to patients with
Diabetes Mellitus in Posyandu Lansia Endorsono Surabaya. This research is using pre-experiment
designs methods and the design used is one group pretest-posttest with 54 elderly respondents from
Posyandu Lansia Endorsono Wonokusumo Village, Semampir sub-district, Surabaya as sample
and using Simple Random Sampling as the sampling technique. Leg sensitivity measuring is
collected from Monofilament Test observation. The Data are analyzed by SPSS 16.0 program and
using Mc. Nemar obtained p value = 0,008 for the right foot and p value = 0,003 for the left foot
α=0,05 (p< α). It means that there is no effect between Diabetic Foot Exercise with the Leg
Sensitivity Monofilament test (H0 is approved, H1 is disapproved). The implication of the research
is that Diabetic Foot Exercise cannot be affecting Leg Sensitivity Monofilament Sensitivity Test. As
the result patients with diabetes mellitus need to increase their daily activity and do the Diabetic
Foot Exercise 5-7 times per-day.

Keywords: Diabetic Foot Exercise, Leg Sensitivity, Monofilament Test

ADI HUSADA NURSING JOURNAL, VOL.4, NO.2, DESEMBER 2018 29


PENDAHULUAN mengalami ulkus atau gangrene, 7 kali lebih
Penderita Diabetes Mellitus (DM) mudah mengalami gagal ginjal kronik dan 25
berisiko mengalami penurunan sensitivitas kali lebih mudah mengalami kebutaan akibat
pada kaki. Kebiasaan maupun perilaku retiopati dari pada pasien non DM (Priyanto,
penderita seperti kurang menjaga kebersihan 2013)
kaki dan tidak menggunakan alas kaki saat Keadaan seperti itu sering dijumpai
beraktivitas akan beresiko terjadi perlukaan pada penderita yang tidak menjalankan pola
pada daerah kaki. Keadaan kaki diabetik hidup sehat, penderita Diabetes Melitus (DM)
lanjut yang tidak ditangani secara tepat dapat harus berusaha mengontrol penyakitnya dan
memicu dilakukannya tindakan amputasi kaki. menghindari factor resiko komplikasi dengan
Penderita diabetes militus akan mengalami membina gaya hidup sehat. Penderita DM
kerusakan saraf sensoris terlebih dahulu. tidak bisa memproduksi insulin dalam jumlah
Kerusakan saraf sensoris menyebabkan yang cukup atau tubuh tidak mampu
gangguan sensasi raba, suhu maupun nyeri. menggunakan insulin secara efektif sehingga
Penelitian gangguan sensasi raba yang terjadi kelebihan gula di dalam tubuh. DM
dilakukan oleh Andri Catur tahun 2010, yang tidak dikendalikan akan menimbulkan
dengan menggunakan ujung bolpoint yang beberapa penyulit yang dapat berakibat fatal,
menghasilkan data kualitatif. Pemeriksaan termasuk amputasi pada kaki akibat kegagalan
dengan metode ini tidak baku oleh karena pada sirkulasi.
yang digunakan adalah ujung bolpoint tidak Dari beberapa fakta diatas perlu
ada standarisasi, bolpoint mana yang harus diupayakan penggunaan alat yang lebih akurat
digunakan. Oleh sebab itu perlu dan obyektif untuk menilai gangguan fungsi
dipertimbangkan suatu metode yang lebih saraf sensoris. Pada penelitian ini akan
baku (Rusandi, 2015). menggunakan alat ukur Semmes Weintein
Penelitian epidemiologi menujukkan Monofilament (SWM) merupakan Nylon
adanya kecenderungan peningkatan angka Monofilament untuk pemeriksaan sensasi
insidensi dan prevalensi Diabetes Melitus kulit.
(DM) di berbagai penjuru dunia. WHO Berdasarkan uraian diatas, maka
memprediksi adanya peningkatan jumlah peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
penyandang diabetes yang cukup besar pada dengan tujuan untuk mengetahui Pengaruh
tahun-tahun mendatang. Pernyataan tersebut Senam Kaki Diabetes Terhadap Leg
menimbulkan peningkatan yang signifikan Sensitivity Monofilament Test di Wilayah
karena disebabkan oleh gaya hidup yang tidak Posyandu Lansia Endrosono Surabaya .
sehat. WHO memprediksi kenaikan jumlah
penyandang DM di Indonesia dari 8,4 juta METODE
menjadi sekitar 21,4 juta pada tahun 20301. Penelitian dilakukan Tanggal 12
2017 di Indonesia terdapat 9,1 juta jiwa Maret – 12 Mei 2018 di Wilayah Posyandu
penderita DM. Penderita DM di Jawa Timur Lansia Endrosono Surabaya. Desain
masih sekitar 330.512 jiwa. Penderita DM penelitian adalah bentuk rancangan yang
Posyandu Lansia di Endrosono Surabaya yaitu digunakan dalam melakukan prosedur
sebanyak 117 orang (Data Posyandu Lansia, penelitian keperawatan. Desain penelitian
2017). yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Penderita Diabetes Melitus (DM) pre-experiment designs yang artinya ada
memiliki kerentanan yang tinggi terhadap perlakuan dan tidak ada kelompok control
berbagai komplikasi, baik komplikasi akut ataupun randomisasi, yang berarti
maupun kronis. Komplikasi akut meliputi pengelompokan anggota sampel pada
koma hipoglikemia, ketoasidosis, koma kelompok eksperimen dan kelompok control
hiperosmolar non-ketotik. Sedangkan tidak dilakukan dengan random atau acak.
komplikasi kronik meliputi makroangiopati Rancangan yang digunakan yaitu one group
yang mengenai pembuluh darah besar pada pretest-postest yaitu rancangan ini tidak
jantung dan otak. Apabila hiperglikemi dalam menggunakan kelompok pembanding
waktu yang lama tidak diobati dengan cepat (kontrol) tetapi paling tidak sudah dilakukan
maka penderita DM mempunyai resiko untuk observasi pertama (pretest) yang
terjadi penyakit jantung koroner dan stroke 2 memungkinkan peneliti dapat menguji
kali lebih besar, 5 kali lebih mudah perubahan-perubahan yang terjadi setelah

30 ADI HUSADA NURSING JOURNAL, VOL.4, NO.2, DESEMBER 2018


adanya eksperimen (program) dan pada Tabel 3 Distribusi Frekuensi Pengaruh
rancangan ini peneliti akan melakukan Senam Kaki Diabetes Terhadap
pengukuran sebelum dan sesudah diberikan Leg Sensitivity Monofilament Test
perlakuan. Menggunakan Simple Random Pada Penderita Diabetes Melitus
Sampling yaitu pengambilan sampel dengan Di Wilayah Posyandu Lansia
cara acak tanpa memeperhatikan strata yang Endrosono Surabaya Pada
ada didalam populasi. Analisa data di uji Tanggal 12 Maret – 12 Mei 2018.
menggunakan SPSS 16.0 dengan uji statistik Uji Mc. Nemar
Mc. Nemar (Heriyanto, 2017). Before Leg
Before Leg
Sensitivity
Sensitivity Kiri
Kanan – After
HASIL – After Leg
Tabel 1 Sensitifitas Kaki Kanan Pengaruh Leg Sensitivity
Sensitivity Kiri
Kanan
Senam Kaki Diabetes Terhadap
Mean -2.646 -3000
Leg Sensitivity Monofilament Test Standart
Pada Penderita Diabetes Melitus 0,008 0,003
Devisiasi
Di Wilayah Posyandu Lansia P value 0,000
Endrosono Surabaya Pada
Tanggal 12 Maret – 12 Mei 2018. Dari table 8 hasil uji Mc. Nemar
After Leg Sensitivity didapatkan nilai p value 0,000 (standart
Kanan devisiasi 0,05) artinya tidak ada pengaruh leg
(+) (-) sensitivity sebelum dan sesudah perlakuan
(+) 42 0 senam kaki diabetes di Posyandu Lansia
Before Leg
Persentase 73,7% 0% Endrosono Surabaya.
Sensitivity
(-) 7 8
Kanan
Persentase 14,3% 12,0% PEMBAHASAN
Berdasarkan Tabel 6: Menunjukan Mengidentifikasi Leg Sensitivity
bahwa sensitifitas kaki kanan mayoritas Monofilament Test Sebelum Melakukan
positif yaitu pada 42 responden (85,7%) Senam Kaki Diabetes pada Penderita
Diabetes Melitus di Wilayah Posyandu
Tabel 2 Sensitifitas Kaki Kiri Pengaruh Lansia Endrosono Surabaya.
Senam Kaki Diabetes Terhadap Berdasarkan hasil penelitian di
Leg Sensitivity Monofilament Test Posyandu Lansia Endrosono Surabaya jumlah
Pada Penderita Diabetes Melitus responden yang mengalami diabetes mellitus
Di Wilayah Posyandu Lansia sebanyak 54 responden. Sebelum dan sesudah
Endrosono Surabaya Pada diberikan tindakan (pretest and postest) leg
Tanggal 12 Maret – 12 Mei 2018 sensitivity positif kanan sejumlah 42
After Leg Sensitivity responden (73,7%) kiri sejumlah 44
Kiri responden (77,2%) dan leg sensitivity negative
(+) (-) kanan sejumlah 15 responden (28,3%) kiri
(+) 44 0 sejumlah 13 responden (22,8%).
Before Leg
Persentase 77,2% 0% Neuropati Diabetik adalah kondisi
Sensitivity
Kiri
(-) 9 4 heterogen dengan sprektrum kelainan yang
Persentase 15,8% 7,0% luas dan perkembangannya disebabkan oleh
Berdasarkan Tabel 7: Menunjukan DM itu sendiri atau berbagai factor terkait
bahwa sensitifitas kaki kiri mayoritas positif yang memperberat penyakitnya. Neuropati
yaitu pada 42 responden (85,7%) sensorik keluhannya dapat berupa kesemutan
atau perasaan tebal-tebal. Selain itu ada rasa
terbakar, diestesi yaitu nyeri saat diraba,
hiperalgesia dimana nilai ambang nyeri turun,
hiperestesi berarti bila disentuk reaksinya
terasa nyeri. Perlakuan dan pengukuran
sensitifitas kaki kanan dan kiri sudah
dilakukan secara optimal dan mendapatkan
hasil yang cukup baik.

ADI HUSADA NURSING JOURNAL, VOL.4, NO.2, DESEMBER 2018 31


Mengidentifikasi Leg Sensitivity dikarenakan tubuh tidak mampu
Monofilament Test Sesudah Melakukan menggunakan insulin secara efektif sehingga
Senam Kaki Diabetes pada Penderita terjadi kelebihan gula di dalam tubuh. DM
Diabetes Melitus di Wilayah Posyandu yang tidak dikendalikan akan menimbulkan
Lansia Endrosono Surabaya. beberapa penyulit yang dapat berakibat fatal,
Berdasarkan hasil penelitian di termasuk amputasi pada kaki akibat kegagalan
Posyandu Lansia Endrosono Surabaya jumlah pada sirkulasi (Rusandi, 2015).
responden yang mengalami diabetes mellitus Faktor risiko yang berhubungan dengan
sebanyak 54 responden. Sebelum dan sesudah proses terjadinya DM tipe II, diantaranya
diberikan tindakan (pretest and postest) leg adalah Usia (resistensi insulin cenderung
sensitivity positif kanan sejumlah 42 meningkat pada usia di atas 65 tahun,
responden (73,7%) kiri sejumlah 44 Obesitas, Riwayat keluarga, Kelompok etnik.
responden (77,2%) dan leg sensitivity negative (Mansjoer dkk, 2009)
kanan sejumlah 15 responden (28,3%) kiri Hasil analisa pengaruh Senam Kaki
sejumlah 13 responden (22,8%) Diabetes Terhadap Leg Sensitivity
Adapun beberapa faktor yang Monofilament Test Kanan dan Kiri pada
mempengaruhi leg sensitivity antara lain pada Penderita Diabetes Melitus Di Wilayah
Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI) Posyandu Lansia Endrosono Surabaya
terdapat Faktor genetik, imunologi, dan didapatkan data dari 57 lansia.
lingkungan (Manjoer, dkk, 2007). Hasil tabel 4.8 didapatkan dengan
Pengukuran sensitifitas kaki kanan dan menggunakan uji statistic Mc. Nemar Test
kiri sudah dilakukan dan hasil yang nilai p value 0,000 (standart devisiasi 0,05)
didapatkan baik karena sebelum dilakukan artinya tidak ada pengaruh leg sensitivity baik
perlakuan juga mendapatkan hasil yang cukup kanan maupun kiri sebelum dan sesudah
baik. perlakuan senam kaki diabetes di Posyandu
Lansia Endrosono Surabaya
Menganalisis Pengaruh Senam Kaki Senam kaki diabetes adalah Latihan
Diabetes terhadap Leg Sensitivity atau gerakan-gerakan yang dilakukan oleh
Monofilament Test pada penderita Diabetes kedua kaki secara bergantian atau bersamaan
Melitus di Wilayah Posyandu Lansia memperkuatatau melenturkan otot-otot di
Endrosono Surabaya. daerah tungkai bawah terutama pada kedua
Data demografi menunjukan bahwa pergelangan kaki dan jari-jari kaki (Hartini,
umur responden mayoritas adalah berusia >50 2009)
tahun yaitu pada 48 responden (84,2%) Keadaan seperti itu sering dijumpai
dikarenakan pada usia tersebut resistensi pada penderita yang tidak menjalankan pola
insulin cenderung meningkat pada usia di atas hidup sehat, penderita Diabetes Melitus (DM)
65 tahun. (Rusandi, 2015) harus berusaha mengontrol penyakitnya dan
Jenis Kelamin mayoritas adalah menghindari faktor resiko komplikasi dengan
Perempuan yaitu pada 53 responden (93,0%) membina gaya hidup sehat. Penderita DM
dikarenakan pada jenis kelamin perempuan tidak bisa memproduksi insulin dalam jumlah
Sebagian besar lansia pengangguran yang cukup atau tubuh tidak mampu
yaitu pada 54 responden (94,7%) yang tidak menggunakan insulin secara efektif sehingga
melakukan aktivitas apa-apa sehingga terjadi kelebihan gula di dalam tubuh. DM
munurunkan sensitivitas kaki dan beresiko yang tidak dikendalikan akan menimbulkan
mengalami kematian saraf. beberapa penyulit yang dapat berakibat fatal,
Sebagian kecil lansia berpengetahuan termasuk amputasi pada kaki akibat kegagalan
kurang, hal ini dapat dikarenakan dari factor pada sirkulasi (Rusandi, 2015)..
pendidikan karena sebagian besar lansia lulus Keadaan kaki diabetik lanjut yang tidak
sekolah dasar yaitu pada 47 responden ditangani secara tepat dapat memicu
(82,5%) sehingga kurang mencari informasi dilakukannya tindakan amputasi kaki.
mengenai senam kaki diabetes. Penderita diabetes militus akan mengalami
Lama Menderita mayoritas adalah kerusakan saraf sensoris terlebih dahulu.
>3tahun yaitu sebanyak 49 responden Kerusakan saraf sensoris menyebabkan
(86,0%). Hal ini beresiko lebih besar gangguan sensasi raba, suhu maupun nyeri.
mengalami kerusakan saraf neuropatik Penelitian gangguan sensasi raba yang

32 ADI HUSADA NURSING JOURNAL, VOL.4, NO.2, DESEMBER 2018


dilakukan oleh Andri Catur tahun 2010, memberikan perlakuan disetiap
dengan menggunakan ujung bolpoint yang posyandu lansia.
menghasilkan data kualitatif. Pada penelitian 3. Bagi Responden
tersebut menunjukkan bahwa terdapat Diharapkan pada respoden untuk lebih
pengaruh senam kaki diabetic terhadap meningkatkan aktivitas dengan cara
pengukuran sensitifitas kaki dengan ujung melakukan senam kaki diabetes
bolpoin. diwaktu senggang dan menyempatkan
Temuan penelitian saat ini menujukkan jalan kaki setiap hari sebagai sarana
tidak ada pengaruh dikarenakan responden berolahraga
tidak melakukan secara rutin dan berkala. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Kebiasaan maupun perilaku penderita seperti Diharapkan peneliti selanjutnya
kurang menjaga kebersihan kaki dan tidak menggunakan semua aspek pengaruh
menggunakan alas kaki saat beraktivitas senam kaki diabetes terhadap leg
akhirnya membuat telapak kaki responden sensitifity monofilament test dalam
mengalami penebalan. proses penelitian. Sehingga didapatkan
hasil yang lebih lengkap dari penelitian
KESIMPULAN selanjutnya.
Penelitian yang sudah dilakukandapat
disimpulan yaitu: DAFTAR PUSTAKA
1. Leg Sensitivity Monofilament Test Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar
Sebelum Melakukan Senam Kaki Keperawtan Medikal Bedah. Edisi 8 vol
Diabetes pada Penderita Diabetes 3. Jakarta: EGC
Melitus di Wilayah Posyandu Lansia Hartini, S. (2009). Diabetes? Siapa Takut!
Endrosono Surabaya sebagian besar Panduan Lengkap Untuk Diabetesi,
memiliki sensitifitas kaki dengan Keluarganya Dan Profesional Medis.
penilaian positif. Bandung: PT. Mizan Pustaka.
2. Leg Sensitivity Monofilament Test Heriyanto, B. (2017). metode penelitian
Sesudah Melakukan Senam Kaki kuantitatif. surabaya: CV.perwira media
Diabetes pada Penderita Diabetes nusantara.
Melitus di Wilayah Posyandu Lansia Mansjoer, A dkk. (2007). Kapita Selekta
Endrosono Surabaya sebagian besar Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta:
memiliki sensitifitas kaki dengan Media Aesculapius
penilaian positif. Priyanto, S. (2013). Pengaruh Senam Kaki
3. Pengaruh Senam Kaki Diabetes Terhadap Sensitivitas Kaki Dan Kadar
terhadap Leg Sensitivity Monofilament Gula Darah Pada Aggregat Lnsia
Test pada penderita Diabetes Melitus di Diabetes Melitus Di Magelang.
Wilayah Posyandu Lansia Endrosono Prosiding Konferensi Nasional PPNI ,
Surabaya mendapatkan hasil tidak ada 76-82.
pengaruh senam kaki diabetes terhadap Rusandi, D. (2015). Pengaruh Senam Kaki
leg sensitifity monofilament test pada Diabetes Terhadap Tingkat Sensitivitas
pasien Diabetes Melitus. Kaki dan Kadar Gula Darah Pada
Penderita Diabetes Melitus Di
SARAN Kelurahan Sleman Banyuraden
Penelitian yang sudah dilakukan Gamping Sleman. Media Ilmu
peneliti menyarankannya: Kesehatan , 44-54.
1. Bagi Institusi Pendidikan
Menambah referensi kepustakaan yang
dapat digunakan untuk melakukan
penelitian lebih lanjut.
2. Bagi Tempat Penelitian
Diharapkan dari hasil penelitian ini
posyandu lebih memberikan
penyuluhan yang lebih efektif lagi dari
penyuluhan sebelumnya dan selalu

ADI HUSADA NURSING JOURNAL, VOL.4, NO.2, DESEMBER 2018 33

Anda mungkin juga menyukai