Disusun Oleh :
M. Alfanul Mutadi’in
NIM.A1R18018
D III KEPERAWATAN
TULUNGAGUNG
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
terjadi dalam bentuk akut maupun kronis atau kumpulan tanda dan gejala,
diantaranya nyeri tekan dan nyeri lepas pada palpasi, defans muscular, dan
gejala akut, penyakit ringan dan terbatas, atau penyakit berat dan
penyebab tersier (infeksi rekuren atau persisten sesudah terapi awal yang
(umum) dan abses abdomen (local infeksi peritonitis relative sulit ditegakkan
ialah spontaneous bacterial peritonitis (SBP) akibat penyakit hati yang kronik.
berasal dari trauma saluran cerna bagian atas termasuk pancreas, saluran
empedu dan kolon kadang juga dapat terjadi dari trauma endoskopi. Jahitan
B. Anatomi Peritoneum
Peritoneum terdiri dari dua bagian yaitu peritoneum paretal yang melapisi
dinding rongga abdomen dan peritoneum visceral yang melapisi semua organ
yang berada dalam rongga abdomen. Ruang yang terdapat diantara dua
lapisan ini disebut ruang peritoneal atau kantong peritoneum. Pada laki-laki
berupa kantong tertutup dan pada perempuan merupakan saluran telur yang
Fungsi peritoneum:
2) Membentuk pembatas yang halus sehinggan organ yang ada dalam
rongga peritoneum tidak saling bergesekan.
C. Etiologi
1. Infeksi bakteri
4. Tukak thypoid
7. Salpingitis
8. Divertikulitis
Kuman yang paling sering ialah bakteri Coli, streptokokus alpha dan beta
Peritonitis (SBP) dan peritonitis sekunder. SBP terjadi bukan karena infeksi
intra abdomen, tetapi biasanya terjadi pada pasien yang asites terjadi
penyebaran hematogen jika terjadi bakterimia dan akibat penyakit hati yang
kronik. Semakin rendah kadar protein cairan asites, semakin tinggi risiko
terjadinya peritonitis dan abses. Ini terjadi karena ikatan opsonisasi yang
rendah antar molekul komponen asites pathogen yang paling sering
pneumoniae 7%, spesies Pseudomonas, Proteus dan gram lainnya 20% dan
Streptococcus lain 15%, dan golongan Staphylococcus 3%, selain itu juga
terdapat anaerob dan infeksi campur bakteri. Peritonitis sekunder yang paling
disebabkan bakteri gram positif yang berasal dari saluran cerna bagian atas.
berasal dari kelainan organ, pada pasien peritonisis tersier biasanya timbul
abses atau flagmon dengan atau tanpa fistula. Selain itu juga terdapat
peritonitis TB, peritonitis steril atau kimiawi terjadi karena iritasi bahan-
bahan kimia, misalnya cairan empedu, barium, dan substansi kimia lain atau
Crohn).
D. Klasifikasi
asites.
Selain itu luas dan lama kontaminasi suatu bakteri juga dapat
disebabkan oleh bahan kimia, perforasi usus sehingga feces keluar dari
usus.
misalnya appendisitis.
d) Peritonitis tersier
1) Aseptik/steril peritonitis.
2) Granulomatous peritonitis.
3) Hiperlipidemik peritonitis.
4) Talkum peritonitis.
E. Patofisiologi
mengalami kebocoran. Jika defisit cairan tidak dikoreksi secara cepat dan
cairan dan elektrolit oleh ginjal, produk buangan juga ikut menumpuk.
Takikardi awalnya meningkatkan curah jantung, tapi ini segera gagal begitu
terjadi hipovolemia.
peritoneum dan lumen-lumen usus serta oedem seluruh organ intra peritoneal
kemudian menjadi atoni dan meregang. Cairan dan elektrolit hilang kedalam
obstruksi usus.
Sumbatan yang lama pada usus atau obstruksi usus dapat menimbulkan
peristaltik usus sebagai usaha untuk mengatasi hambatan. Ileus ini dapat
berupa ileus sederhana yaitu obstruksi usus yang tidak disertai terjepitnya
pembuluh darah dan dapat bersifat total atau parsial, pada ileus stangulasi
akan berakhir dengan nekrosis atau ganggren dan akhirnya terjadi perforasi
usus dan karena penyebaran bakteri pada rongga abdomen sehingga dapat
terjadi peritonitis.
F. Manifestasi Klinis
nyeri tekan dan defans muskular, pekak hati bisa menghilang akibat udara
objektif berupa nyeri jika digerakkan seperti palpasi, nyeri tekan lepas, tes
abdomen (akut abdomen) dengan nyeri yang tumpul dan tidak terlalu jelas
berat yaitu demam tinggi atau pasien yang sepsis bisa menjadi hipotermia,
1. Test laboratorium
a) Leukositosis
protein (lebih dari 3 gram/100 ml) dan banyak limfosit, basil tuberkel
b) Hematokrit meningkat
2. X. Ray
anteroposterior.
kaset dan film ukuran 35x43 cm. Sebelum terjadi peritonitis, jika
b. Posisi LLD, untuk melihat air fluid level dan kemungkinan perforasi
usus. Dari air fluid level dapat diduga gangguan pasase usus. Bila air
fluid level pendek berarti ada ileus letak tinggi, sedang jika panjang-
adalah adanya udara bebas infra diafragma dan air fluid level.
c. Posisi setengah duduk atau berdiri. Gambaran radiologis diperoleh
H. Penatalaksanaan
eksplorasi).
tekan terutama jika meluas, distensi perut, massa yang nyeri, tanda
ditangani).
usus, extravasasi bahan kontras, tumor, dan oklusi vena atau arteri
mesenterika.
4. Pemeriksaan laboratorium.
5. Pemberian antibiotic.
1. Kontrol sumber infeksi, dilakukan sesuai dengan sumber infeksi. Tipe dan
luas dari pembedahan tergantung dari proses dasar penyakit dan keparahan
infeksinya.
1. Pemberian cairan I.V, dapat berupa air, cairan elektrolit, dan nutrisi.
2. Pemberian antibiotic
3. Oral-feeding, diberikan bila sudah flatus, produk ngt minimal, peristaltic
1) Terapi
Prinsip umum terapi adalah penggantian cairan dan elektrolit yang hilang
pembuangan fokus septik (apendiks, dsb) atau penyebab radang lainnya, bila
nyeri.
tekanan vena sentral, dan tekanan darah harus dipantau untuk menilai
keadekuatan resusitasi.
Harus tersedia dosis yang cukup pada saat pembedahan, karena bakteremia
operasi laparotomi. Insisi yang dipilih adalah insisi vertikal digaris tengah
c. Lavase peritoneum dilakukan pada peritonitis yang difus, yaitu dengan
dapat direseksi.
2) Pengobatan
Diberikan antibiotik yang tepat, bila perlu beberapa macam antibiotik diberikan
bersamaan.
masuk atau dipindah kebagian atau keruang pemulihan. Pada fase ini
dan berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan kliniik atau
mengkaji efek dari agen anastesia dan memantau fungsi vital serta
diuraikan.
I. Komplikasi
komplikasi tersebut dapat dibagi menjadi komplikasi dini dan lanjut, yaitu:
1. Komplikasi dini.
kegagalan multisystem.
2. Komplikasi lanjut.
a) Adhesi.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a. Identitas
2. Umur : 40 thn
3. Jenis kelamin : L
5. Pendidikan : SMP
6. Pekerjaan : Swasta
8. Keluhan utama : Pasien mengatakan nyeri pada perut kanan bawah, nyeri
b. Pengkajian Keperawatan
1. Riwayat penyakit
bawah.
seperti sekarang.
2. Riwayat penyakit keluarga: Pasien dan keluarga pasien mengatakan dalam
B. Pemeriksaan Fisik
nafsu makan
Dalam melakukan perawatan diri, klien dibantu oleh keluarganya dan perawat
yang bertugas.
ANALISA DATA
Umur : 40 Tahun
KEMUNGKINAN PENYEBAB
NO KELOMPOK DATA MASALAH
(Pohon Masalah)
Umur : 40 Tahun
TANGGAL TANGGAL
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TANDA TANGAN
MUNCUL TERATASI
1 1-3-2021 Nyeri akut b.d agen pencedera
fisiologis
Umur : 40 tahun
1 Nyeri akut b.d agen pencedera Setelah dilakukan Dengan kriteria hasil : Observasi M. Alfanul
fisiologis intervensi keperawatan 1. Identifikasi lokasi,
selama 2x24 jam 1. Keluhan nyeri karakteristik, durasi, frekuensi,
tingkat nyeri menurun menurun intensitas nyeri
2. Mringis menurun 2. Identifikasi skla nyeri
3. Gelisah menurun 3. Identifikasi respons nyeri
4. Frekuensi nadi verbal
membaik 4. Identifikasi factor yang
memperberat dan memperingan
nyeri
Terapeutik
5. Berikan tekhnik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
6. Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
7. Jelaskan strategi meredakan nyeri
2 8. Ajarkan Teknik nonfarmakologis
Resiko deficit nutrisi kurang Setelah dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri
dari kebutuhan b.d mual intervensi keperawatan Dengan kriteria hasil : Kolaborasi
muntah selama 2x24 jam maka 1. Nafsu makan 9. kolaborasi pemberian
fungsi gastrointestinal meningkat analgetik, jika perlu
membaik 2. Mual menurun
3. Muntah menurun
4. Distensi abdomen Observasi :
menurun 1) identifikasi status nutrisi
5. Peristaltic usus 2) identifikasi makanan yang disukai
membaik 3) monitor asupan makanan
Terapeutik :
4) sajikan makanan secara menarik
dan suhu yang sesuai
Edukasi
5) Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
6) kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan (Pereda nyeri)
jika perlu
TINDAKAN KEPERAWATAN CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Pasien : Tn. D Umur : 40 tahun No. Register : 111xxx Kasus : peritonitis
TANGGAL
TANDA TANGGAL/ TANDA
NO NO. DX / IMPLEMENTASI E VALUAS I
TANGAN JAM TANGAN
JAM
Observasi :
1) Mengidentifikasi status nutrisi
Klien mengalami mual dan
muntah.
2) Mengidentifikasi makanan yang
07.10 disukai
Klien mengatakan suka sup
wortel
3) Memonitor asupan makanan
Klien saat di RS makanan yang
08.00 disajikan tidak pernah habis
Terapeutik :
4) Menyajikan makanan secara
menarik dan suhu yang sesuai
Melakukan upaya menyajikan
makanan sesuai yang
diinginkan dan klien mau
makan walaupun sedikit demi
08.05 sedikit
Edukasi
5) Mengajarkan diet yang
diprogramkan
Klien kooperatif
08.10 Kolaborasi
6) kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan (Pereda nyeri)
Nama Pasien :Tn. D Umur :40 thn No. Register : 111xxx Kasus : Peritonitis
07.40
07.45