Anda di halaman 1dari 23

REFORMASI STRUKTUR ORGANISASI

SEKOLAH MENENGAH ATAS ( SMA )

DAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN ( SMK )

Direktorat Pembinaan Pendidikan dan Tenaga Kependidikan

Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah

Kementerian Pendidikan Nasional

Jakarta, 2011

1
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN…………………………………………………………………………………………………………………
A. Latar Belakang……………………………………………………………………………………………………………
B. Tujuan ……………………………………………………………………………………………………………………….
C. Dasar Hukum………………………………………………………………………………………………………….....

II. LANGKAH – LANGKAH PENYUSUNAN STRUKTUR ORGANISASI SEKOLAH.


A. Identifikasi Urusan-urusan Sekolah…………………………………………………………………………….
B. Penyusunan Struktur Organisasi SekolaH……………………………………………………………………

III. STRUKTUR ORGANISASI SMA……………………………………………………………………………………………


A. Bagan Struktur Orgnisasi ……………………………………………………………………………………………
B. Tupoksi dan Uraian Tugas PTK……………………………………………………………………………………
C. Kualifikasi dan Kompetensi yang Dipersyartkan untuk setiap jabatan…………………………

IV. STRUKTUR ORGANISASI SMK…………………………………………………………………………………………….


A. Bagan Struktur Organisasi ………………………………………………………………………………………….
B. Tupoksi dan Uraian Tugas PTK……………………………………………………………………………………
C. Kualifikasi dan Kompetensi yang Dipersyaratkan untuk setiap Jabatan……………………...

V. PENGEMBANGAN STRUKTUR ORGANISASI………………………………………………………………………


A. Rasional …………………………………………………………………………………………………………………….
B. Jumlah Wakil Kepala Sekolah …………………………………………………………………………………….
C. Jumlah kepala Laboratorium ……………………………………………………………………………………..
D. Jumlah Ketua Program Keahlian ………………………………………………………………………………..

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Mengapakah strukur organisasi Sekoah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menegah Kejuruan
(SMK) penting untuk ditata kembali (direformasi) saat ini?
Dengan kata lain, apa alasannya struktur organisasi SMA dan SMK yang ada sekarang penting
untuk ditata kembali ?
Setidaknya ada tiga (3) alasan untuk mengubahnya.

o Pertama
Struktur organisasi SMA dan SMK saat ini sangat variatif. Ada sejumlah SMA yang memiliki
struktur organisasi terdiri dari kepala sekolah, empat wakil kepala sekolah
(kurikulum,kesiswaan, sarana dan prasarana, dan hubungan masyarakat) dan bahkan lima
atau enam wakil kepala sekolah, dan sejumlah kepala (laboraturium IPA, IPS, computer,
perpustakaan, tata usaha,dsb). Ada sejumlah SMK yang memiliki 6 s/d 10 wakil kepala
sekolah, 5 s/d 8 koordinator/kepala laboratorium/workshop sehinggah tugas utama mereka
sebagai guru terkurang waktunya untuk tugas-tugas tambahan tersebut. Praktis jumlah jam
mengajar guru minimal 24 jam per minggu menjadi lebih sedikit karena mereka yang diberi
tugas tambahan sebagai wakil kepala sekolah, kepala laboratorium, dan yang sejenisnya,
dan berkewajiban mengajar hanya 12 jam dan sisanya yang 12 jam digunakan untuk tugas
tambahan. Padahal tugas utama guru adalah mengajar sehingga pembelajaran yang
semestinya merupakan jantung utama kegiatan sekolah terkurang oleh tugas-tugas
tambahan.

o Kedua
Sejumlah dan bahkan banyak SMA dan SMK yang struktur organisasi sekolahnya disusun
tidak berdasarkan fungsi sehingga sering terjadi strukturnya gemuk tetapi fungsinya kurus
dan sebaliknya. Yang demikian ini akan menimbulkan pemborosan (inefisiensi). Selain itu,
saat ini wakil kepala sekolah hanya terdiri dari empat (4) urusan yaitu kurikulum kesiswaan,
sarana dan prasarana, dan hubungan masyarakat. Padahal, urusan-urusan sekolah tidak
hanya itu tetapi juga mencakup pendidikan dan tenaga kependidikan, proses belajar
mengajar, penilaian, dan pengelolaan sekolah. Yang demikian ini akan menimbulkan
ketidakefektifan. Idealnya, struktur organisasi sekolah disusun berdasarkan fungsi
(kebutuhan) sekolah. Artinya, jika fungsi/kebutuhan sekolah berubah, misalnya jumlah
peserta didik, jumlah program studinya (SMK), dan pengelolaan ISO, maka struktur
organisasi sekolah juga harus berubah, tidak boleh lebih dan tidak boleh kurang.

o Ketiga
Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan
Daerah ( kemudian diperbarui menjadi Undang –Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah ) beserta sejumlah peraturan perundang –undangan turunannya, dan
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Nasional (UUSPN

3
20/2003) dan sejumlah peraturan perundang-undangan turunannya, dan maka telah terjadi
reformasi sistem pendidikan nasional dari sentralistik menjadi desentralistik.
Konsekwensinya, fungsi dan struktur organisasi pendidikan mulai dari tingkat kementrian
pendidikan Nasional, Dinas pendidikan kabupaten/kota hingga sampai pada tingkat sekolah
harus ditata Kembali (direformasi) agar selaras dengan jiwa otonomi daerah.

Berdasarkan atas tiga alasan diatas, maka penataan kembali (reformasi) struktur organisasi
sekolah bukan lagi merupakan hal penting, tetapi sudah merupakan keniscayaan.

B. Tujuan Reformasi (Penataan Kembali ) Struktur Organisasi Sekolah

Penataan kembali struktur organisasi sekolah bertujuan untuk menghasilkan struktur


organisasi sekolah yang logis yaitu yang selaras dengan perubahan fungsi sekolah. Dalam era
desentralisasi, sekolah dituntut lebih mandiri karena UUSPN 20/2003, pasal 51 Ayat (1)
menyatakan bahwa pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah, dilaksanakan berdasarkan prinsip manajemen berbaris sekolah
(MBS). Implikasinya, struktur organisasi sekolah harus mampu mewadahi prinsip MBS yaitu
kemandirian, partisipasi, transparansi, dan akuntabilitas.
C. Dasar Hukum
Reformasi / penataan kembali struktur organisasi sekolah dilakukan berdasarkan sejumlah
peraturan perundang-undangan berikut :
1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan Daerah (diubah menjadi
Undang–Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan Daerah);
2. Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan
Pendidikan;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan
Pendidikan;
7. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya;
8. Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional dan Kepala Badan Kepegawaian Negara
Nomor 03/V/PB/2010 dan Nomor 14 Tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan
Fungsional Guru dan Angka Kreditnya;
9. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar
Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar Menengah;
10. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala
Sekolah/Madrasah;
11. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2007 tentang Standar Isi;
12. Peraturan Menteri Pendidian Nasional Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana
dan Prasarana untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah
Pertama / Madrasah tsanawiyah (SMP/MTS), dan Sekolah Menengah Atas/ Madrasah
Aliyah (SMA/MA);

4
13. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 40 Tahun 2008 tentang Standar Sarana
dan Prasarana untuk Sekolah Menegah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan (SMK/MAK);
14. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses
untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah;
15. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 tahun 2008 tentanng Stadar Tenaga
Administrasi Sekolah/Madrasah;
16. Pertuaran Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 Tahun 2009 tentang Sistem
Penjaminan Mutu Pendidikan beserta Panduan Pelaksanaannya;
17. Peraturan Menteri Pedidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian
Pendidikan;
18. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga
Administrasi Sekolah/Madrasah;
19. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 25 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga
Perpustakaan Sekolah/Madrasah;
20. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 26 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga
Laboratorium Sekolah/Madrasah;
21. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 27 Tahun 2008 tentang Standar
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor; dan
22. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 28 Tahun 2010 tentang Penugasan Guru
sebagai Kepala Sekolah/Madrasah.

BAB II
PENYUSUNAN STRUKTUR ORGANISASI SEKOLAH

Penyusunan struktur organisasi sekolah dilakukan melalui langkah – langkah logis sebagai berikut :
(a) mengidentifikasi urusan-urusan sekolah yang harus diwadahi dalam struktur organisasi sekolah,
dan (b) menyusun struktur organisasi sekolah untuk mewadahi urusan – urusan (fungsi-fungsi)
sekolah.

A. Identfikasi Urusan – urusan Sekolah.

Urusan – urusan sekolah adalah komponen – komponen sekolah yang berfungsi untuk
menyelenggarakan proses pendidikan di sekolah dalam rangka untuk mencapai visi, misi,
dan tujuan sekolah. Jenis dan jumlah urusan sekolah sangat tergantung pada karakteristik
sekolah, antara lain: tujuan yang akan dicapai oleh sekolah, julah siswa, jumlah pendidik dan
tenaga kependidikan, jumlah program keahlian, kompleksitas sekolah, dan level sekolah.
Untuk SMA, jenis dan jumlah urusan sekolah relatif lebih sedikit di bandingkan SMK karena
SMK memiliki jenis dan jumlah program keahlian yang sangat beragam. Meskipun demikian,
secara umum jenis urusan sekolah yang perlu diwadahi dalam struktur organisasi SMA dan
SMK setidaknya mencakup:
1. Pengelolaan kurikulum
2. Pengelolaan proses belajar mengajar
3. Penjaminan dan pengendalian Mutu

5
4. Pengelolaan kesiswaan
5. Bimbingan dan konseling
6. Pengelolaan kultur sekolah
7. Pengelolaan lingkungan hidup
8. Pengelolaan pendidikan dan tenaga kependidikan
9. Pengelolaan keuangan dan akuntasi
10. Pengelolaan sarana dan prasarana
11. Pengelolaan kerjasama
12. Pengelolaan kewirausahaan / unit produksi
13. Pengelolaan administrasi / ketatausahaan

B. Langkah – langkah Penyusunan Struktur Organisasi Sekolah

Logikanya, langkah – langkah penyusunan struktur organisasi sekolah dilakukan sebagai


berikut :
1. Urusan – urusan sekolah yang telah diidentifikasi pada nomor A digunakan sebagai
acuan dalam penyusunan struktur organisasi sekolah.
2. Penyusunan struktur organisasi sekolah didasarkan atas jenis dan jumlah urusan (fungsi),
tidak lebih dan tidak kurang. Jika jenis dan jumlah urusan sekolah banyak, maka struktur
organisasi harus disusun sedemikian rupa sehingga mewadahi semua urusan (fungsi)
sekolah; demikian sebaliknya, jika jenis dan jumlah urusan sekolah sedikit, maka struktur
organisasi sekolah harus juga langsing dan memadai untuk mengemban semua jenis dan
urusan (fungsi) sekolah tersebut.
3. Penyusunan struktur organisasi sekolah harus selaras dengan peraturan perundang-
undangan yang ada;
4. Peyusunan struktur organisasi sekolah didasarkan atas prinsip manajemen berbasis
sekolah (MBS) yaitu kemandirian, partisipasi, transparansi, akuntabilitas;dan
5. Berdasarkan langkah – langkah nomor 1 s/d 4, struktur organisasi sekolah disusun, baik
untuk SMA maupun SMK.

Secara garis besar, BAB III dan BAB IV berikut masing – masing akan memaparkan struktur
organisasi SMA dan SMK, uraian tugas pokok dan fungsinya, dan persyartan kualifikasi serta
kompetensi yang harus dimiliki oleh masing – masing jabatan tersebut.

6
BAB III
STRUKTUR ORGANISASI SMA

Berdasarkan langkah – langkah sebagaimana disampaikan pada BAB II, maka struktur
organisasi SMA, tugas pokok dan fungsi serta uraian jabatannya, dan persyaratan kualifikasi
dan kompetensi untuk masing – masing jabatan dapat dikemukakan sebagi berikut.

A. Bagan Struktu Organisasi

Secara umum, strutur organisasi SMA untuk mewadahi seluruh urusan sekolah yang
disebutkan sebelumnya dapat dibagankan sebgai berikut (lihat gabar 1).

Gambar 1 : Struktur Organisasi SMA

Kepala
Ka. Komite sekolah
sekolah

Kepala
Tata usaha

Wakil kepala Wakil kepala Wakil kepala Wakil kepala


Sekolah I Sekolah II Sekolah III Sekolah IV

Kepala Kepala Kepala Kepala


Laboratorium Perpustakaan …………….. ………………

Wali Kelas

Keterangan:

Garis komando Siswa

----------- Garis koordinasi

7
Dari Gambar 1 diatas, struktur organisasi SMA mencakup jabatan – jabatan sebagai berikut ,
yaitu :

1. Kepala Sekolah memiliki kewenangan dan tanggung jawab dalam memimpin


mensupervisi, mewirausahakan, dan mengelola seluruh urusan sekolah.
2. Wakil Kepala Sekolah I memiliki kewenangan dan tanggung jawab membantu kepala
sekolah dalam pengelolaan kurikulum, proses belajar mengajar, dan penjamin mutu
serta pengendalian mutu.
3. Wakil Kepala Sekolah II memiliki kewenangan dan tanggung jawab membantu kepala
sekolah dalam pengelolaan kesiswaan, bimbingan dan konseling, kultur sekolah, dan
lingkungan hidup.
4. Wakil Kepala Sekolah III memiliki kewenangan dan tanggung jawab membantu kepala
sekolah dalam pengelolaan pendidik dan tenaga kependidikan, keuangan dan akutansi,
dan sarana dan prasarana.
5. Wakil Kepala Sekolah IV memiliki kewenagan dan tanggung jawab membantu kepala
sekolah dalam pengelolaan kerjasama dan kewirausahaan/unit produksi.
6. Kepala tata usaha memiliki kewengan dan tanggung jawab membantu kepala sekolah
dalam pengelolaan administrasi/ketatausahaan sekolah.
7. Kepala laboratorium memiliki kewenangan dan tanggung jawab membantu kepala
sekolah dalam pengelolaan laboratorium dan dibantu oleh penanggung jawab
laboratorium Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Bahasa, dan Komputer.
8. Kepala Perpustakaan memiliki kewenangan dan tanggung jawab membantu kepala
sekolah dalam pengelolaan perpustakaan termasuk pengelolaan pusat sumber belajar

B. Tugas pokok dan fungsi serta Uraian Jabatan

Berikut adalah tugas pokok dan fungsi (tupoksi) serta uraian masing – masing jabatan
berdasarkan bagan struktur organisasi sekolah sebagaimana digambar kan pada butir A
dalam rangka untuk mencapai Standar Nasional Pendidikan. Penyusunan tupoksi berikut
bersumber dari sejumlah peraturan perundanng – undangan sebagaimana disebut pada
Butir C.

1. Kepala Sekolah

Sesuai dengan wilayah kewenangan dan tanggung jawab sebagaimana disebut


sebelumnya, maka tugas pokok dan fungsi kepala sekolah adalah : (1) memimpin warga
sekolah, (2) mengelola seluruh urusan sekolah, (3) menyupervisi pelaksanaan seluruh
urusan sekolah, dan (4) mewirausahakan warga sekolah dalam rangka untuk mencapai
dan bahkan melebihi standar nasional pendidikan dan untuk meningkatkan mutu SMA.
Khusus tugas pokok dan fungsi yang terkait dengan pengelolaan seluruh urusan sekolah
mencakup kurikulum, proses belajar mengajar, penjaminan dan pengendalian mutu,
kesiswaan, bimbingan dan konseling, kultur sekolah, lingkungan hidup, pendidik dan
tenaga kependidikan, keuangan dan akuntasi, sarana dan prasarana, administrasi/sistem

8
informasi manajemen sekolah, kerjasama,dan kewirausahaan/unit produksi. Acuan
formal utama yang harus diikuti oleh kepala SMA dalam pengelolaan sekolah adalah
peraturan menteri pendidikan nasional nomor 19 tahun 2007 tentang standar
pengelolaan pendidikan oleh satuan pendidikan dasar dan menengah.

Dalam mejalankan tugas pokok dan fungsinya, kepala sekolah dibantu oleh wakil-wakil
kepala sekolah, kepala tata usaha, kepala laboratorium, dan kepala perpustakaan dalam
memimpin, menyupervisi, mewirausahakan, dan mengelolah semua urusan sekolah.
Lebih spesifiknya, tugas pokok dan fungsi dari masing-masing pejabat tersebut dapat
diuraikan sebagai berikut.

2. Wakil Kepala Sekolah I

Wakil kepala sekolah I (Wakasek I) melaksanakan tugas pokok dan fungsinya membantu
kepala sekolah dalam pengelolaan kurikulum, proses belajar mengajar, penjaminan
dan pengendalian mutu, dan melaksanakan tugas – tugas relevan lain yang di berikan
kepala sekolah. Untuk menjalankan tupoksi tersebut, wakasek I melaksanakan tugas –
tugas sebagai berikut :
a. Merumuskan tujuan yang akan dicapai dari pengelolaan kurikulum, proses belajar
mengajar, dan penjaminan serta pengendalian mutu;
b. Menyusun rencana kerja (termasuk penjabaran) untuk melaksanakan pengelolaan
kurikulum, proses belajar mengajar, dan penjamin serta pengendalian mutu yang
mengacu dan memperkaya peraturan menteri pedidikan nasional nomor 22 tahun
2007 tentang standar isi, peraturan menteri pendidikan nasional nomor 41 tahun
2007 tentang standar prose untuk satuan pendidikan dasar dn menengah, peraturan
menteri nomor 63 thun 2009 tentang sistem penjaminan mutu pendidikan beserta
panduan pelaksanaannya, dan disarankan melaksanakan ISO 9001 versi terbaru atau
Total Quality Management (TQM);
c. Merencanakan dan mengusulkan kebutuhan pengembangan guru yang diperlukan
untuk melaksanakan pengelolaan kurikulum, proses belajar mengajar, dan
penjaminan serta pengendalian mutu;
d. Memfasilitsi penyedian sumberdaya (peralatan, perlengkapan, dana,bahan, dsb).
Yang diperlukan untuk melaksanakan pengelolaan kurikulum, proses belajar
megajar, dan penjaminan serta pengendalian mutu;
e. Merencanakan dan mengusulkan insentif bagi pengembang kurikulum, proses
belajar mengajar, dan penjaminan serta pengendalian mutu berdasarkan aturan
yang berlaku;
f. Mengorganisir kegiatan-kegiatan untuk melaksanakan pengelolaan kurikulum,
proses belajar mengajar, dan penjaminan serta pengendalian mutu;
g. Melakukan koordinasi internal dan eksternal dengan pihak – pihak yang terkait
dengan tugas pokok dan fungsinya;
h. Memantau, menyupervisi, dan mengendalikan pelaksanaan pengelolaan kurikulum,
proses belajar mengajar, dan penjaminan serta pengendalian mutu;
i. Mengevaluasi hasil pelaksanaan pengelolaan kurikulum, proses belajar mengajar,
penjaminan serta pengendalian mutu, dan tindak lanjutnya;

9
j. Mewakili kepala sekolah dalam berbagai acara/kegiatan yang relevan dengan
tupoksinya jika kepala sekolah berhalangan hadir; dan
k. Menyusun laporan – laporan kemajuan, akhir semester, dan akhir tahun.

3. Wakil Kepala Sekolah II

Wakil kepala sekolah II menjalankan tugas pokok dan fungsi membantu kepala
sekolah dalam pengelolaan kesiswaan, bimbingan dan konseling kultur sekolah,
dan linkungan hidup. Untuk menjalankan tupoksi tersebut, wakasek II
melaksanakan tugas – tugas sebagai berikut:
a. Merumuskan tujuan yang akan dicapai dari pengelolaan kesiswaan, bimbingan
dan konseling, kultur sekolah, dan lingkungan hidup;
b. Menyusun rencana kerja ( termasuk penjabarannya ) untuk melaksanakan
pengelolaan kesiswan, bimbingan dan konseling, kultur sekolah, dan lingkungan
hidup yang mengacu dan memperkaya peraturan menteri pendidikan nasional
nomor 39 tahun 2008 tentang pembinaan kesiswaan, praturan menteri
pendidikan nasional nomor 27 tahun 2008 tentang standar kualifikasi dan
kompetensi konselor, dan peraturan menteri pendidikan nasional nomor 19
tahun 2007 tentang standar pegelolaan oleh satuan pendidikan dasar dan
menengah;
c. Merencanakan dan mengusulkan kebutuhan pengembangan guru yang
diperlukan untuk melaksanakan pengelolaan kesiswaan, bimbingan dan
konseling, kultur sekolah, dan lingungan hidup;
d. Memfasilitasi penyedian sumberdaya (peralatan, perlengkapan, dana, bahan,
dsb) yang diperlukan untuk melaksanakan pengelolaan kesisaan, bimbingan dan
konseling, kultur sekolah , dan lingkungan hidup;
e. Merencanakan dan mengusulkan isentif bagi pengembang kesiswaan,
bimbingan dan konseling, kultur sekolah, dan lingkungan hidup;
f. Megorganisir kegiatan – kegiatan untuk melaksanakan pengelolaan kesiswaan,
bimbingan dan konsling, kultur sekolah, dan lingkungan hidup;
g. Melakukan koordinasi interna dan eksternal dengan pihak –pihak yang terkait
degan tugas pokok dan fungsiny;
h. Mengelola pengembangan bakat, minat, kretivitas, dan kemampuan siswa;
i. Mengelolah sistem bimbingan dan konseling secara sistematis;
j. Memelihara disiplin siswa;
k. Menyusun dan melaksanakan tata tertib;
l. Mengupayakan kesiapan belajar siswa (mental dan fisik);
m. Mengelolah sistem pelaporan perkembangan siswa;
n. Memberikan layanan studi lanjut;
o. Memfasilitasi pengembangan komunitas pembelajaran di sekolah;
p. Memfasiitasi pengembangan kultur sekolah (nilai- nilai dasar yang mencakup
nilai – nilai religius, nilai personal, nilai sosial, nilai nasionalisme, dan nilai – nilai
internasional);

10
q. Memfasilitasi penghijauan lingkungan sekolah, menjaga kebersihan, dan
membangun komunitas hidup sehat di sekolah;
r. Memantau, menyupervisi, dan mengendalikan pelaksanaan pengelolaan
kesiswaan, bimbingan dan konseling, kultur sekolah, dan lingkungan hidup;
s. Mengevalusi hasil pelaksanaan pengelolaan kesiswaan, bimbingan dan
konseling, kultur sekolah, dan lingkungan hidup, dan tidak lanjutnya;
t. Mewakili kepala sekolah dalam berbagai acara/kegiatan yang relevan dengan
tupoksinya jika kepala sekolah berhalangan hadir; dan
u. Menyusun laporan – laporan kemajuan, akhir semester, dan akhir tahun.

4. Wakil Kepala Sekolah III

Wakil kepala sekolah III menjalankan tugas pokok dan fungsi mebantu kepala
sekolah dalam pengelolaan pendidikan dan tenaga kependidikan, keuangan dan
akutansi, dan sarana dan prasarana. Untuk menjalankan tupoksi tersebut, wakasek
III melaksanakn ugas – tugas sebagai berikut:
a. Merumuskan tujuan yang akan di capai dari pengelolaan pendidik dan tenaga
kepedidikan, keuangan dan akuntasi, dan sarana dan prasarana;
b. Menyusun rencana kerja (termasuk penjabarannya) untuk melaksanakan
pengelolan pendidik dan tenaga kependidikan, keuangan dan akutansi, dan
sarana dan prasarana;
c. Merencanakan dan mengusulkan kebutuhan pengembangan guru yang
diperlukan untuk melaksanakan pengelolaan pendidik dan tenaga kependidikan,
keuangan dan akutansi, dan sarana dan prasarana;
d. Memfasilitasi penyedian sumberdaya (peralatan, perlengakapan, dana, bahan,
dsb) yang di perlukan untuk melaksanakan pengelolaan pendidik dan teaga
kependidikan, keuangan dan akutansi, dan sarana dan prasarana;
e. Mengorganisir kegiatan – kegiatan untuk melaksnakan pengelolaan pendidik
dan tenaga kependidikan, keuangan dan akutansi, dan sarana dan prasarana;
f. Melaksanakan pendataan jumlah dan peta kompetensi pendidik dan tenaga
kependidikan;
g. Merencanakan kebutuhan pendidik dan tenaga kependidikan (kuantitas dan
kualitas);
h. Melaksanakan pengadaan (rekrumen & seleksi) dan melaksanakan induksi
pendidik dan tenga kependidikan baru;
i. Melaksanakan analisis jabatan dan menyusun uraian jabatan pendidik dan
tenaga kependidikan;
j. Memfasilitasi pengembangan karir dan keprofesian berkelanjutan pendidik dan
tenaga kependidikan;
k. Membangkitkan motivasi kerja dan hubungan kerja yang harmonis
l. Membantu kepala sekolah dalam melaksanakan pemantauan, penilaian dan
evaluasi kinerja pendidik dan tenga kpendidikan;
m. Mengelolah sistem informasi / dokumen / administrasi pendidik dan tenaga
kependidikan;

11
n. Melaksanakan evaluasi terhadap seluruh kegiatan bidang SDM;
o. Menyiapkan rencana anggaran pendapatan dan belanja sekolah yang
berorientasi pada program pengembangan sekolah secara transparan;
p. Mengali sumber dana dari pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, dan
sumbangan yang tidak mengikat;
q. Mengembangkan kegiatan sekolah yang berorientasi pada icome generating
activities;
r. Mengelolah akutansi keuangan sesuai berdasrkan prinsip – prinsip akuntansi
yang berlaku;
s. Membuat aplikasi dan proposal untuk mendapatkan dana dari penyumbang
dana;
t. Melaksanakn sistem pelaporan pengunaan uang;
u. Menyusun program kerja sarana dan prasarana;
v. Mengkoordinasikan inventarisasi sarana dan prasarana sekolah;
w. Merencanakan kebutuhan sarana dan prasarana sekolah;
x. Mengupayakan ketersediaan dan kesiapan sarana dan prasarana sekolah
(laboratorium, perpustakaan, kelas, bengkel, peralatan, perlengkapan,dsb)
sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan;
y. Mengelolah pembelian/ pengadaan sarana dan prasarana sekolah serta
asuransinya;
z. Mengkoordinasikan program perawatan preventif, pemeliharaan, dan perbaikan
sarana dan prasarana;
aa. Mengelolah administrasi sarana dan prasarana sekolah;
bb. Memonitor dan mengevaluasi sarana dan prasarana sekolah;
cc. Memfasilitasi pengembangan sarana dan prasarana sekolah;
dd. Melakukan koordinasi internal dan eksternal dengan pihak – pihak yang terkait
dengan tugas pokok dan fungsinya;
ee. Memantau, menyupervisi, dan mengendalikan pelaksanaan pengelolaan
pendidik dan tenaga kependidikan, keuangan dan akuntansi, dan sarana dan
prasarana dan tindak lajutnya;
ff. Mewakili kepala sekolah dalam berbagai acara/ kegiatan yang relevan dengan
tupoksinya jika kepala sekolah berhalangan hadir;
gg. Menyusun laporan – laporan kemajuan, akhir semester, akhir tahun.

5. Wakil Kepala Sekolah IV

Wakil kepala sekolah IV menjalankan tugas pokok dan fungsinya membantu kepala
sekolah dalam pengelolaan kerjasama dan kewirausahaan / unit produksi.
Untuk menjalankan tupoksi tersebut, wakasek IV melaksanakan tugas –tugas
sebagai berikut:
a. Merumuskan tujuan yang akan dicapai dari pengelolaan kerjasama dan
kewirausahaan / unit produksi;

12
b. Menyusun rencana kerja (termasuk penjabarannya) untuk melaksanakan
pengelolaan kerjasama dan kewirausahaan / unit produksi;
c. Merencanakan dan mengusulkan kebutuhan pengembangan guru, penelola
administrasi, pengelola kerjasama, dan pengelolah kewirausahaan / unit
produksi yang diperlukan untuk melaksanakan pengelolaan kerjasama dan
kewirausahaan unit produksi;
d. Memfasilitasi penyedian sumberdaya (peralatan, perlengkapan, dana, bahan,
dsb) yang diperlukan untuk melaksanakan pengelolaan kerjasama dan
kewirausahaan / unit produksi;
e. Mengorganisir kegiatan – kegiatan untuk melaksanakan pengelolaan kerjasama
dan kewiurausahaan / unit produksi;
f. Menyusun program kerjasama dengn orang tua / wali peserta didik, pengurus
komite sekolah, dinas pendidian, dan masyarakat khususnya dunia kerja (bagi
SMK dipersilakan untuk memperkaya program-program kerjasama denan dunia
kerja);
g. Mengkoordinir kerjasama dengan orang tua / wali peserta didik, pengurus
komite sekolah, dinas pendidikan, peguruan tinggi, masyarakat dll;
h. Mencari dan mengelolah dukungan dari msyarkat (dana, pemikiran, moral,
tenaga,alat,barang / bahan, akses, dsb) bagi pengembangan sekolah;
i. Mempromosikan potensi sekolah kepada masyaraka;
j. Mengkoordinir penyelengaran pendidikan kewiusahaan dan pengelolaan / unit
produksi;
k. Memantau , menyuperisi, dan mengendalikan pelaksnaan pengelolaan
administrasi/ kearsipan, kerjasama, dan kewirausahaan / unit produksi;
l. Mengevaluasi hasil pelaksanaan pengelolaan administrasi / kearsipan kerjasama,
kewirausahaan / unit produksi , dan tindak lanjutnya;
m. Mewakili kepala sekolah dalam berbagai acara / kegiatan yang relevan dengan
tupoksinya jika kepala sekolah berhalangn hadir; dan
n. Menyusun laporan – laporan kemajuan, akhir semester, dan akhir tahun.

6. Kepala Tata Usaha


Kepala tata usaha menjalankan menjalankan tugas pokok dan fungsinya membantu
kepala sekolah dalam menyelenggarakan seluruh kegiatan
ketatausahaan/administrasi sekolah. Untuk menjalankan tugas pokok dan fungsinya,
kepala tata usaha melaksanakan tugas – tugas sebagai berikut:
a. Merumuskan tujuan yang akan dicapai dari ketatausahaan/administarasi
sekolah;
b. Menyusun program kerja ketatausahaan/administrasi sekolah untuk mencapai
tujuan ketatausahaan;
c. Melaksanakan administrasi kepegawaian, keuangan, sarana dan prasarana,
kesiswaan, kurikulum, dan hubungan masyarakat;
d. Melaksanakan persuratan dan pengarsipan;
e. Menerapkan sistem informasi manajemen / administrasi sekolah berbasis TIK;
f. Melaksanakan administrasi umum / korespondensi ke dalam dann k luar
sekolah;

13
g. Mengkoordinasikan pembuatan daftar gaji pegawai;
h. Mengelola rekaman kegiatan ; dan
i. Menyusun laporan bulanan, semesteran, dan tahunan;

7. Kepala laboratorium

Kepala laboratorium menjalankan tugas pokok dan fungsinya membantu kepala


sekolah dalam pengelolaan laboratorium dan dibantu oleh penanggung jawab
laboratorium Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Bahasa, dan
Komputer. Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, kepala laboratorium
melaksanakan tugas – tugas sebagai berikut:
a. Merumuskan tujuan yang akan dicapai dari pengelolaan laboratorium;
b. Menyusun program kerja untuk mencapai tujuan pengelolaan laboratorium;
c. Memfasilitasi guru dan siswa dalam melaksanakan kegiatan laboraorium;
d. Membagi tugas teknisi dan loboran laboratorium;
e. Bekerjasama dengan pihak – pihak yang mengunakan laboratorium;
f. Memantau penggunaan peralatan dan perlengkapan laboratorium;
g. Menjaga kesehatan dan keselamatan kerja dilaboratorium;
h. Merawat dan memperbaiki peralatan dan perlengkapan laboratorium;
i. Melakukan inventarisasi peralatan dan perlengkapan laboratorium ; dan
j. Membuat laporan pengunaan laboratorium.

8. Kepala perpustakaan

Kepala perpustakaan menjalankan tugas pokok dan fungsinya membantu kepala


sekolah dalam pengelolaan perpustakaan termasuk pengelolaan pusat sumber
belajar. Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, kepala perpustakaan
melaksanakan tugas – tugas sebagai berikut:
a. Merumuskan tujuan yang akan dicapai dari pengelolaan perpustakaan;
b. Menyusun program kerja perpustakaan untuk mencapai tujuan pengelolaan
perpustakaan;
c. Mengembangkan perpustakaan digital, memberikan bimbingan dan pelatihan
literasi perpustakaan digital;
d. Mengembangkan sumberdaya manusia yang mengelola perpustakaan;
e. Melaksanakan program perpustakaan sesuai dengan program kerja yang telah
disusun;
f. Memantau dan mengevaluasi program perpustakaan;
g. Mengembangkan koleksi perpustakaan yang mutakhir;
h. Mengembangkan suber belajar terutama yang bersifat elektronik; dan
i. Membangun jaringan perpustakaan global;
Acuan utama untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya adalah peraturan
menteri pendidikan nasional nomor 25 tahun 2008 tentang standar tenaga
perpustakaan sekolah / madrasah.

14
C. Kualifikasi dan kompetensi yang dipersyaratkan untuk setiap Jabatan

1. Kepala sekolah

Kualifikasi dan kompetensi yang dipersyaratkan untuk menjabat sebagai kepala


sekolah adalah seperti yang diatur dalam peraturan menteri pendidikan nasional
nomor 13 tahun 2007 tentang standar kepala sekolah/madrasah (permendiknas
13/2007). Selain itu, kepala sekolah harus juga memenuhi persyaratan seperti yang
diatur dalam peraturan menteri pendidikan nasional nomor 28 tahun 2010 tentang
penugasan Guru sebagai kepala sekolah /Madrasah (permendiknas 28/2010), dan
memiliki kompetensi untuk mengelola sekolah seperti yang diatur dalam peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan
Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah (Permendiknas 19/2007).

2. Wakil kepala sekolah I

Memiliki kualifikasi akademik S1 atau D-IV, umur setinggi-tingginya 56


tahun,berpengalaman mengajar sekurang-kurangnya 4 tahun, memiliki pangkat
serendah-rendahnya III/b atau yang setara bagi non-PNS, Berstatus sebagai guru dan
memiliki sertifikat pendidik sebagai guru SMA/MA bagi Wakasek 1 untuk SMA/MA
dan meiliki sertifikat pendidik sebagai guru SMK/MAK bagi wakasek 1
SMA/MAK.Wakasek 1 harus memiliki kompetensi dalam Pengelolaan
kurikulum,proses belajar mengajar, penjaminan dan pengendalian mutu seperti
yang diatur dalam permendiknas 13/2007, Permendiknas 19/2007, dan
Permendiknas 63/2009.

3. Wakil Kepala Sekolah II

Memiliki Kualifikasi akademik S1 atau D-IV , umur setinggi-tingginya 56


tahun,berpengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 tahun, memiliki pangkat
serendah-rendahnya III/b atau yang setara bagi non-PNS, Berstatus sebagai guru dan
memiliki sertifikat pendidik sebagai guru SMA/MA bagi Wakasek II untuk SMA/MA
dan meiliki sertifikat pendidik sebagai guru SMK/MAK bagi wakasek II
SMA/MAK.Wakasek II harus memiliki kompetensi dalam Pengelolaan
Kesiswaan,bimbingan konseling, kultur sekolah dan lingkungan hidup seperti yang
diatur dalam permendiknas 13/2007, Permendiknas 19/2007,Permendiknas 39/2008
dan Permendiknas 27/2008.

15
4. Wakil kepala sekolah III

Memiliki Kualifikasi akademik S1 atau D-IV , umur setinggi-tingginya 56


tahun,berpengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 tahun, memiliki pangkat
serendah-rendahnya III/b atau yang setara bagi non-PNS, Berstatus sebagai guru dan
memiliki sertifikat pendidik sebagai guru SMA/MA bagi Wakasek III untuk SMA/MA
dan meiliki sertifikat pendidik sebagai guru SMK/MAK bagi wakasek III
SMA/MAK.Wakasek III harus memiliki kompetensi dalam Pengelolaan pendidikan
dan tenaga kepndidikan, keuangan dan akuntansi, dan sarana dan prasarana
seperti yang diatur dalam permendiknas 13/2007, Permendiknas
19/2007,Permendiknas 16/2007, PP 48/ 2008, permendiknas 24/2007, dan
Permendiknas 40/2008.

5. Wakil kepala sekolah IV

Memiliki Kualifikasi akademik S1 atau D-IV , umur setinggi-tingginya 56


tahun,berpengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 tahun, memiliki pangkat
serendah-rendahnya III/b atau yang setara bagi non-PNS, Berstatus sebagai guru dan
memiliki sertifikat pendidik sebagai guru SMA/MA bagi Wakasek IV untuk SMA/MA
dan meiliki sertifikat pendidik sebagai guru SMK/MAK bagi wakasek IV
SMA/MAK.Wakasek IV harus memiliki kompetensi dalam Pengelolaan Kerjasama
dan kewirausahaan/unit produksi seperti yang diatur dalam permendiknas
13/2007, Permendiknas 19/2007, PP 17/ 2010, dan modul kompetensi kewirausahan
untuk kepala sekolah yang diterbitkan oleh Ditjen PMPTK 2010 dan Direktorat
pembinaan SMK.

6. Kepala Laboratorium Sekolah

Memiliki kualifikasi dan kompetensi seperti yang diatur dalam peraturan menteri
pendidikan Nasional Nomor 26 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga laboratorium
Sekolah/madrasah.

7. Kepala Perpustakaan sekolah

Memiliki kualifikasi dan kompetensi seperti yang diatur dalam peraturan menteri
pendidikan Nasional Nomor 25 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga lperpustakaan
Sekolah/madrasah.

8. Kepala Tata Usaha Sekolah

Memiliki kualifikasi dan kompetensi seperti yang diatur dalam peraturan menteri
pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga administrasi
Sekolah/madrasah.

16
BAB IV

STRUTUR ORGANISASI SMK

Analog dengan SMA, maka struktur organisasi SMK beserta tugas pokok dan fungsi, uraian jabatan,
dan persyaratan kualifikasi dan kompetensi untuk masing-masing jabatan, dapat di kemukakan
sebagai berikut dengan catatan bhwa SMK memiliki karakteristik yang berbeda dengan SMA
sehingga struktur organisasi SMK dan isinya sebagian berbeda dengan SMA dan sebagian lain sama
dengan SMA karena umum sifatnya. Hal – hal yang sama dengan SMA tidak diulangi lagi pada SMK
(analog dengan SMA) dan hanya yang bersifat khusus saja yang di tamahkan yaitu kepala program
studi (KPS) dan kepala program umum (KPU). Selain itu, wakasek IV untuk kerja sama dan
kewirausahaan/unit produksi dapat memperkaya dan memperdalam kaitannya dengan kerjasama
dengan dunia kerja dan pengembangan usaha/unit produksi SMK.

A. Bagan Struktu Organisasi

Secara umum, strutur organisasi SMA untuk mewadahi seluruh urusan sekolah yang
disebutkan sebelumnya dapat dibagankan sebgai berikut (lihat gabar 2).

17
Gambar 2 : Struktur Organisasi SMK

Kepala
Ka. Komite sekolah
sekolah

Kepala
Tata usaha

Wakil kepala Wakil kepala Wakil kepala Wakil kepala


Sekolah I Sekolah II Sekolah III Sekolah IV

Kepala Kepala Kepala Kepala


Program Program Program perpustakaan
Studi I Studi II umum

Wali Kelas

Keterangan:

Garis komando Siswa

----------- Garis koordinasi

Dari Gambar 2 diatas, struktur organisasi SMK mencakup jabatan – jabatan sebagai berikut :

1. Kepala Sekolah memiliki kewenangan dan tanggung jawab dalam memimpin mensupervisi,
mewirausahakan, dan mengelola seluruh urusan sekolah.
2. Wakil Kepala Sekolah I memiliki kewenangan dan tanggung jawab membantu kepala sekolah
dalam pengelolaan kurikulum, proses belajar mengajar, dan penjamin mutu serta
pengendalian mutu.
3. Wakil Kepala Sekolah II memiliki kewenangan dan tanggung jawab membantu kepala
sekolah dalam pengelolaan kesiswaan, bimbingan dan konseling, kultur sekolah, dan
lingkungan hidup.

18
4. Wakil Kepala Sekolah III memiliki kewenangan dan tanggung jawab membantu kepala
sekolah dalam pengelolaan pendidik dan tenaga kependidikan, keuangan dan akutansi, dan
sarana dan prasarana.
5. Wakil Kepala Sekolah IV memiliki kewenagan dan tanggung jawab membantu kepala sekolah
dalam pengelolaan kerjasama dan kewirausahaan/unit produksi.
6. Kepala Program Studi memiliki kewengan dan tanggung jawab membantu kepala sekolah
dalam pengelolaan Program studi
7. Kepala Program umum memiliki kewenangan dan tanggung jawab membantu kepala
sekolah dalam pengelolaan program umum.
8. Kepala tata usaha memiliki kewengan dan tanggung jawab membantu kepala sekolah
dalam pengelolaan administrasi dan kearsipan sekolah.
9. Kepala Perpustakaan memiliki kewenangan dan tanggung jawab membantu kepala sekolah
dalam pengelolaan perpustakaan termasuk pengelolaan pusat sumber belajar

B. Tugas Pokok dan Fungsi serta Uraian jabatan

Pada umumnya, SMK memiliki sejumlah kelompok bidang keahlian, misalnya pertanian,
kelautan, teknologi/industry, pariwisata, kesehatan, bisnis dan manajemen, seni dan
kerajinan, dsb. Dan masinng-masing kelompok/rumpun bidang keahlian tersebut memiliki
sejumlah program studi. Selain itu, smk memiliiki kelompok mata pelajaran Normatif,
adaptif, dan produksif. Kelompok yang terakhir (produktif) umum nya telah diurus oleh
masing-masing program studi, tetapi kelompok normatif dan adaptif yang jumlah mata
pelajarannya banyak perlu diurus tersendiri karena perlu koordinasi yang solid. Berikut
diuraikan tugas pokok dan fungsi serta uraian jabatan dari dua jabatan tersebut yaitu kepala
program studi (KPS) dan kepala program umum (KPU) yang hanya berlaku untuk SMK.

1. Kepala Program Studi

Kepala program Studi menjalankan tugas pokok dan fungsinya membantu kepala sekolah
dalam pengelolaan dan penyelenggaraan pembelajaran praktek/praktikum dan pengelolaan
bengkel/laboratorium sesuai dengan mekanisme dan prosedur masing-masing program
studi.dalam melaksanakan tupoksi tersebut, kepala Program Studi melaksanakan tugas-
tugas sebagai berikut:
a. Merumuskan tujuan/sasaran yang akan dicapai dari pembelajaran praktek/praktikum
dan pengelolaan bengkel/laboratorium;
b. Menyusun program kerja dan mengkoordinasikannya di program keahlian masing-
masing;
c. Merencanakan dan mengusulkan kebutuhan bahan, peralatan, dan perlengkapan yang
diperlukan oleh masing-masing program keahlian;
d. Merencanakan dan meaksanakan pengembangan pembelajaran praktek/praktikum di
program keahlian masing-masing;
e. Bersama wakasek I menyusun jadwal proses pembelajaran praktek /praktikum di
program keahlian masing-masing;
f. Memverifikasi pemenuhan jam pembelajaran sesuai kurikulum ;

19
g. Memverifikasi soal-soal ulangan formatif dan sumatif;
h. Bersama wakasek III merencanakan dan menentukan kebutuhan bahan, peralatan, dan
perlengkapan pembelajaran praktek/praktikum; dan
i. Bersama wakasek II melaksanakan pembinaan kesiswaan khususnya menyangkut lomba
keterampilan siswa (LKS);
j. Melakukan monitoring dan evaluasi pembelajaran praktek/praktikum di program
keahlian masing-masing; dan
k. Menyusun laporan bulanan, semester, dan tahunan.

Kepala program umum (KPU) menjalankan tugas pokok dan fungsinya membantu kepala
sekolah dalam pengelolaan dan penyelenggaraan pembelajaran yang bersifat normati
misalnya agama,kewarganegaraan, bahasa Indonesia, dsb. dan yang bersifat adaptif
misalnya matematika, fisika, dsb. dalam melaksanakan tupoksi tersebut, kepala Program
Umum (KPU) melaksanakan tugas- tugas sebagai berikut:
a. Merumuskan tujuan/sasaran yang akan dicapai dari mata pelajaran normative dan
adaptif;
b. Menyusun program kerja dan mengkoordinasikan semua mata pelajaran;
c. Merencanakan dan mengusulkan kebutuhan pengembangan guru yang diperlukan untuk
melaksanakan pengelolaan program umum (normatif,dan adaptif);
d. Merencanakan dan mengusulkan kebutuhan bahan, peralatan, dan perlengkapan yang
diperlukan oleh masing-masing mata pelajaran normatif dan adaptif;
e. Merencanakan dan meaksanakan pengembangan pembelajaran mata pelajaran
normatif dan adaptif;
f. Bersama wakasek I menyusun jadwal proses pembelajaran program normative dan
adaptif;
g. Memverifikasi pemenuhan jam pembelajaran normatif dan adaptif sesuai dengan
kurikulum yang berlaku;
h. Memverifikasi soal-soal ulangan formatif dan sumatif mata pelajaran normatif dan
adaptif;
i. Bersama wakasek II melaksanakan pembinaan kesiswaan yang menyangkut
pembelajaran normatif dan adaptif;
j. Melakukan monitoring dan evaluasi pembelajaran normatif dan adaptif serta
tindaklanjutnya; dan
k. Menyusun laporan bulanan, semester, dan tahunan.

C. Kualifikasi dan kompetensi yang dipersyaratkan untuk setiap Jabatan

1. Kepala program studi (KPS)

Secara umum KPS memiliki kualifikasi akademik S1 atau D-IV, umur setinggi-tingginya 56
tahun, berpengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 tahun, memiliki pangkat
serendah-rendah nya III/b atau yang setara bagi non-PNS, berstatus sebagai guru dan
memiliki sertifikat pendidikan sebagai guru SMK/MAK. Secara khusus, KPS harus
memiliki kompetensi dalam bidang keahlian masing-masing yang dibuktikan dari hasil

20
penilaian kinerja guru melalui portofolionya. Selain itu,kepemilikan kompetensi
kepribadian, supervise, kewirausahaan, dan pengelolaan bengkel/laboatorium sangat
disaran kan.
2. Kepala Program Umum (KPU)

Secara umum KPU memiliki kualifikasi akademik S1 atau D-IV, umur setinggi-tingginya 56
tahun, berpengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 tahun, memiliki pangkat
serendah-rendah nya III/b atau yang setara bagi non-PNS, berstatus sebagai guru dan
memiliki sertifikat pendidikan sebagai guru SMK/MAK. Secara khusus, KPU harus
memiliki kompetensi dalam mata pelajaran normatif dan adaptif yang dibuktikan dari
hasil penilaian kinerja guru melalui portofolionya. Selain itu, kepemilikan kompetensi
kepribadian, supervise, dan pengelolaan umum sangat disaran kan.

BAB V
PENGEMBANGAN STRUKTUR ORGANISASI

A. Rasional

Pemngembangan organisasi sekolah umumnya dan pengembangan struktur organisasi


sekolah khususnya bukanlah sesuatu yang statis, mereka dinamis. Telah disebutkan
sebelumnya bahwa struktur organisasi harus berubah jika fungsi sekolah berubah (urusan-
urusan sekolah berubah) karena rasionalnya memang demikian yaitu perubahan struktur
selalu mengikuti perubahan fungsi. Jiika tidak, misalnya fungsi sekolah kecil yaitu siswanya
sedikit, urusan-urusan sekolah sedikit, program keahlian sedikit,dsb. Tetapi struktur
organisasi sekolah gemuk, maka yang akan terjadi adalah pemborosan (inefficient).
Sebaliknya fungsi sekolah gemuk (urusan sekolah banyak, siswnya banyak, program
keahliannya banyak, dsb). Tetapi struktur organisasi nya kurus, maka tujuan sekolah tidak
akan tercapai, yang terjadi tidak efektif (ineffectinveness). Bisa saja efisien, tetapi kalau tidak
efisien, akhirnya juga tidak akan efisien

Disamping itu, justru ini yang mendasar, tugas utama guru adalah mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Jika
pemikiran dan waktu guru terkuras lebih banyak pada tugas – tugas tambahan (meskipun
relevan dengan fungsi sekolah). Maka sekolah kita akan kehilangan guru-guru profesional
yang semestinya lebih bermanfaat untuk mengerjakan tugas utama nya sebagai guru.
Sekolah – sekolah yang terlalu banyak memiliki wakil kepala sekolah (wakasek), mereka akan
kehilangan separoh waktu utama guru karena yang separoh dialokasikan untuk
melaksanakan tugas tambahan sebagai wakasek. Oleh karena, penggemukan struktur
orgnisasi harus dilakukan secara ekstra hati-hati agar tugas utama guru tetap terjaga dan
tidak terkurangi oleh tugas-tugas tambahan yang justru merugikan sekolah. Ini bukan berarti
melarang pembenkakan jumlah wakasek, tetapi penambahan wakasek harus dilakukan
secara rasional.

21
B. Jumlah Wakil Kepala Sekolah

Berapa sebenarnya jumlah wakil kepala Sekolah SMA atau SMK yang ideal untuk sekolah
tertentu? Jawabannya sangat tergantung pada gemuk dan kurusnya fungsi sekolah. Oleh
karena itu, sebelum menentukan jumlah wakasek SMA atau SMK, sebaiknya dilakukan
analisis jabatan berdasarkan beban sekolah (besar kecilnya fungsi sekolah) seperti disebut
sebelumnya misalnya jumlah urusan sekolah, jumlah siswa, kompleksitas program, dsb.
Berdasarkan hasil analisis tersebut, keputusan diambil apakah perlu menambah atau
mengurangi jumlah wakasek. Ini lah cara-cara menambah atau mengurangi jumlah wakasek
yang masuk akal.

C. Jumlah Ketua Program Studi (KPS)

Pertanyaan yang sama juga berlaku pada penentuan jumlah ketua program studi, khususnya
di SMK. Berapa sebenarnya jumlah ideal KPS di SMK tertentu? Jawabannya juga analog
dengan berapa sebenarnya jumlah ideal wakasek yaitu sangat tergantung pada jumlah
program keahlian . SMK yang memiliki banyak program studi akan memiliki lebih banyak
juga jumlah KPS. Sederhananya, jika jumlah program studi SMK makin banyak, maka jumlah
KPS di SMK tersebut juga makin banyak. Tetapi dikemukakan sebelumnya, jangan memberi
tugas tambahan guru terlalu banyak karena hal ini akan mengurangi tugas utama guru dan
ini jelas merugikan sekolah.

D. Jumlah kepala Laboratorium

Cara-cara penambahan atau pengurangan wakasek dan KPS seperti di sampaikan sebelumya
juga berlaku pada penambahan atau pengurangan jumlah kepala laboratorium. Makin
kompleks jumlah laboratorium, makin banyak pula kapala laboratorium.sekali lagi,
penentuan jumlah kepala laboratorium harus selalu didasar kan atas analisis beban kerja
atau analisis jabatan pada sekolah tertentu. Bisa saja jumlah kepala laboratorium sekolah
tertentu tidak sama dengan jumlah kepala laboratorium sekolah lainnya, tetapi dasar
perhitugannya harus benar.

22
23

Anda mungkin juga menyukai