Anda di halaman 1dari 13

TUGAS METODOLOGI PENELITIAN

TENTATIF

Pengaruh Pergantian Auditor dan Karakterisitik


Perusahaan Terhadap Audit Delay

Oleh :

MUTIA NABILA
1710532016

PROGRAM STUDI S1 JURUSAN


AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ANDALAS
I. Judul : Pengaruh Pergantian KAP Dan Karakterisitik Perusahaan
Terhadap Audit Delay
II. Latar Belakang

Laporan keuangan merupakan suatu informasi perusahaan yang penting bagi seorang
investor dalam mengambil keputusan dan merupakan suatu pernyataan manajer dalam suatu
perusahaan. Laporan keuangan perlu disampaikan atau dilaporkan karena laporan keuangan
dapat mencerminkan berbagai kondisi perusahaan, terutama kondisi keuangan perusahaan.
Kondisi perusahaan merupakan bahan pertimbangan bagi calon investor yang ingin
berinvestasi. Laporan keuangan yang dapat menjadi dasar pertimbangan bagi calon investor
merupakan laporan keuangan yang akurat dan telah diaudit dan disampaikan tepat pada
waktunya.

Lambatnya informasi keuangan yang telah diaudit akan menimbulkan reaksi negatif
dari para investor karena laporan keuangan auditan merupakan salah satu dasar pengambilan
keputusan, secara tidak langsung juga diartikan oleh investor sebagai pertanda (sinyal) yang
buruk bagi perusahaan. Dampak dari keterlambatan diterbitkannya laporan audit tidak hanya
menjadi tertundanya penyampaian laporan keuangan dan berkurangnya relevansi laporan
keuangan, tetapi juga berdampak kepada penilaian terhadap good corporate governance
perusahaan karena dapat merugikan para investor dan pemegang saham bila harus mengambil
keputusan secara cepat karena infornasi yang mereka butuhkan tidak tersedia pada saat itu.

Auditor berperan penting dalam melakukan pekerjannya. Perusahaan akan bergantung


banyak pada opini auditor. Setiap perusahaan akan selalu berusaha agar laporan keuangannya
terlihat baik. Dalam pelaksananaa audit, seorang auditor wajib menggunakan kemahiran
profesionalnya dengan cermat dan seksama. Hal ini menjadi tanggung jawab yang besar
untuk auditor agar bekerja secara lebih profesional sesuai dengan Standar Profesional
Akuntan Publik, karena auditor harus memberikan opini atas laporan keuangan tersebut dan
juga jika adanya kesalahan dalam audit ataupun pekerjaan auditor yang menyebabkan
perusahaan terlihat buruk maka tentu perusahaan dapat menuntut pekerjaan auditor tersebut.

Adapun beberapa faktor yang menyebabkan perusahaan mengganti auditor karena


notabennya perusahaan akan selalu cenderung untuk menunutut hasil kerja yang baik.
Pelaksanaan pergantian ini tentu tidak mudah, karena auditor akan kembali mencari informasi
dan tentu akan memakan waktu, dengan fenomena ini maka akan ditelusuri apakah hal ini
juga berpengaruh terhadap audit delay.

Penyelesaian audit oleh auditor yang memiliki reputasi baik cenderung lebih pendek.
Salah satu alasannya adalah karena KAP memiliki staf yang berkualitas. Penunjukkan staf
merupakan masalah penting dalam berbagai tahap pelaksanaan pekerjaan audit. Staf yang
ditunjuk harus memiliki pengetahuan (knowledge), keahlian (skill) dan kemampuan (ability),
Auditor (KAP) yang memiliki reputasi baik yang memiliki staf relatif lebih banyak dan relatif
tetap dengan diversifikasi bidang pengetahuan, keahlian dan kemampuan lebih unggul.

Lamanya waktu penyelesaian audit yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku
hingga tanggal diterbitkannya laporan audit disebut sebagai audit delay. Semakin lama
auditor dalam menyelesaikan pekerjaan auditnya maka semakin panjang audit delay dan akan
lama penyampaian pelaporannya. BAPEPAM mengenakan sanksi keterlambatan kepada
emiten yang terlambat menyampaikan laporan hasil audit berupa denda sebesar Rp 1.000.000
per hari dihitung sejak tanggal jatuh tempo yaitu pada akhir bulan ketiga setelah tanggal
laporan keuangan tahunan. Denda maksimal yang dikenakan untuk emiten yang terlambat
menyampaikan laporan hasil audit adalah Rp 500.000.000, ketentuan ini diatur sesuai dengan
UU R.I No.8/1995 Bab XIV pasal 102 dan diperjelas dalam PP.No.45/1995 Bab XII pasal 63.

Peraturan tentang kewajiban penyampaian laporan keuangan tersebut sesuai dengan


teori kepatuhan. Menurut Tyler, tedapat dua perspektif dasar dalam literatur sosialogi
mengenai kepatuhan pada hukum, yang disebut instrumental dan normatif. Perspektif
instrumental mengasumsikan individu secara utuh didorong oleh kepentingan pribadi dan
tanggapan terhadap perubahan-perubahan dalam tangible, insentif, dan penalti yang
berhubungan dengan perilaku. Perspektif normatif berhubungan dengan apa yang orang
anggap sebagai moral dan berlawanan dengan kepentingan pribadi mereka. Dengan melihat
nilai normatif teori kepatuhan, perusahaan akan lebih mematuhi terhadap peraturan yang
telah ditetapkan. Dimana peraturan itu melingkupi ketepatan dalam penyampaian laporan
keuangan. Karena diketahui laporan keuangan sangat bermanfaat bagi pihak-pihak yang
memerlukan.

Laporan keuangan terlebih dahulu di audit oleh akuntan publik atau auditor sebelum
diserahkan kepada Bapepam. Proses audit yang dilakukan oleh auditor dapat berjalan cepat
maupun lama tergantung dengan laporan keuangan yang dikerjakannya. Audit yang lama
dapat menyebabkan keterlambatan penyerahan laporan keuangan kepada Bapepam.
Keterlambatan dalam waktu lebih dari empat bulan selain merugikan investor juga akan
merugikan perusahaan yang bersangkutan.

Terjadnya audit delay tentu karena dipengaruhi oleh beberapa faktor. Oleh karena itu,
diduga ada variabel yang memoderasi pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap audit delay.
Berdasarkan fenomena di atas, maka faktor yang diuji dalam penelitian ini adalah pengaruh
pertukaran KAP disuatu perusahaan, karakterisitik perusahaan sebagai variabel independen
dan Audit delay sebagai variabel dependen. Tujuan penelitian ini untuk menguji,
membuktikan, dan menganalisis pengaruh pertukaran auditor dan karakterisitik perusahaan
terhadap audit delay.

III. RUMUSAN MASALAH


 Apakah pertukaran KAP pada suatu perusahaan berpengaruh terhadap audit delay?
 Apakah kondisi dan kharakteristik perusahaan akan berpengaruh terhadap audit
delay?
IV. LANDASAN TEORI

Audit delay

Audit delay adalah rentang waktu penyelesaian audit laporan keuangan tahunan, yang
diukur berdasarkan lamanya hari yang dibutuhkan untuk memperoleh laporan auditor
independen atas audit laporan keuangan tahunan perusahaan, sejak tanggal tutup buku
perusahaan yaitu 31 Desember sampai tanggal yang tertera pada laporan auditor independen.
Rentang waktu tersebut menyebabkan keterlambatan dalam penyampaian laporan keuangan
ke Bursa Efek Indonesia (BEI). Jika perusahaan menyampaikan laporan keuangan melebihi
batas penyampaian laporan keuangan yang telah ditetapkan BAPEPAM-LK, maka
perusahaan dikatakan terlambat.

Semakin panjang Audit Delay, maka semakin lama auditor dalam menyelesaikan
pekerjaan auditnya. Jika Audit Delay semakin panjang, maka kemungkinan keterlambatan
penyampaian laporan keuangan akan semakin besar dan semakin besar pula kemungkinan
informasi tersebut bocor kepada investor tertentu.

Audit delay atau disebut juga audit reporting lag dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:

a. Scheduling lag, yaitu selisih waktu antara tahun penutupan buku perusahaan dengan
dimulainya pekerjaan lapangan auditor.
b. Fieldwork lag, yaitu selisih waktu antara dimulainya pekerjaan lapangan dan saat
penyelesaiannya.

c. Reporting lag, yaitu selisih waktu antara saat penyelesaian pekerjaan lapangan dengan
tanggal laporan auditor

Keterlambatan penyelesaian audit laporan keuangan dapat disebabkan karena


perusahaan berusaha untuk mengumpulkan informasi yang banyak untuk menjamin
keandalan dari laporan keuangan.

Pergantian auditor

Auditor switching atau pergantian auditor merupakan perpindahan auditor atau KAP
yang dilakukan oleh perusahaan klien. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor klien maupun
faktor auditor. Dua faktor yang dapat mempengaruhi klien mengganti auditornya, yaitu:
faktor auditor karena kualitas dan fee, sedangkan faktor klien karena perubahan ownership,
kesulitan keuangan, IPO (Initial Public Offering), dan manajemen yang gagal.

Adanya pergantian auditor antara tahun berjalan dengan tahun sebelumnya juga dapat
dimaksudkan dari audit switching. Pergantian auditor juga dapat diartikan putusnya
hubungan auditor yang lama dengan perusahaan kemudian mengangkat auditor yang baru
untuk menggantikan auditor yang lama.

Klien dapat mengganti auditornya walau tidak diwajibkan oleh peraturan, dan yang
terjadi adalah auditor mengundurkan diri atau auditor diberhentikan oleh klien. Ketika klien
mencari auditor baru terjadi asimetri informasi antara auditor dan klien. Hal tersebut terjadi
karena informasi yang perusahaan miliki lebih banyak daripada auditor.

Pergantian auditor secara wajib atau dengan secara sukarela bisa dibedakan atas dasar
pihak mana yang menjadi fokus perhatian dari isu independensi auditor. Auditor switching
yang bersifat wajib (mandatory) perhatian utamanya beralih kepada auditor. Aturan mengenai
pergantian auditor secara mandatory telah ditetapkan oleh banyak Negara. Hal tersebut
dipelopori oleh regulator pemerintahan Amerika yang membuat The Sarbanas Oxley Act
(SOX) yang memuat aturan mengenai wajibnya perusahaan melakukan pergantian auditor.
Adapun pergantian auditor terjadi karena sukarela (voluntary), maka perhatian utama adalah
pada sisi klien. Ketika klien mengganti auditornya pada saat tidak ada aturan yang
mengharuskannya (secara voluntary), yang terjadi adalah salah satu dari dua hal yaitu auditor
mengundurkan diri atau auditor dipecat oleh klien. Karena alasan pengunduran diri auditor
atau pemecatan auditor, fokus yang menjadi masalah adalah pada pihak klien yang mana
menyebabkan melakukan pergantian auditor secara sukarela.

Perusahaan akan mencari KAP yang memiliki kualitas tinggi, untuk meningkatkan
kualitas laporan keuangan di mata seluruh pengguna laporan keuangan. Lingkungan bisnis
umumnya menganggap KAP big four mempunyai reputasi tinggi, dan merupakan penyedia
kualitas audit yang tinggi. Perusahaan akan lebih memilih KAP dengan kualitas yang lebih
baik untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan, dan reputasi perusahaan di mata
pengguna laporan keuangan.

Perusahaan yang melakukan auditor switching akan mengangkat auditor yang baru,
sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk auditor yang baru dalam mengenali
karakteristik usaha klien dan sistem akuntan siperusahaan klien. Dalam teori sinyal
menunjukan bahwa auditor switching merupakan berita yang tidak menguntungkan bagi
investor dan perusahaan, karena dengan adanya auditor switching dapat menyebabkan
terlambatnya pelaporan keuangan.

Karakteristik perusahaan

Ukuran perusahaan mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut digolongkan sebagai


perusahaan kecil atau perusahaan besar. Besar kecilnya suatu perusahaan ditinjau dari sudut
kepemilikan modal dan aset perusahaan. Ukuran Perusahaan menjadi tiga kategori, yaitu:

 perusahaan besar (large firm),


 perusahaan menengah (medium size), dan
 perusahaan kecil (small firm).

Kategori Ukuran Perusahaan yaitu Perusahaan Besar dengan kekayaan bersih lebih besar
dari Rp10 Milyar termasuk tanah, dan bangunan. Memiliki penjualan lebih dari Rp50 Milyar/
tahun, Perusahaan Menengah dengan kekayaan bersih Rp1-10 Milyar termasuk tanah, dan
bangunan. Memiliki hasil penjualan lebih besar dari Rp1 Milyar dan kurang dari Rp50
Milyar/ tahun, dan Perusahaan Kecil dengan kekayaan bersih paling banyak Rp200 juta tidak
termasuk tanah, dan bangunan dan memiliki hasil penjualan minimal Rp1 Milyar/ tahun.

Perusahaan besar diduga menyelesaikan proses auditnya lebih cepat dibandingkan


perusahaan kecil. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu manajemen perusahaan yang
berskala besar cenderung diberikan insentif untuk mengurangi audit delay dikarenakan
perusahaan-perusahaan tersebut dimonitor secara ketat oleh investor, pengawas permodalan
dan pemerintah. Pihak-pihak ini sangat berkepentingan terhadap informasi yang termuat
dalam laporan keuangan. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan berskala besar cenderung
menghadapi tekanan eksternal yang lebih tinggi untuk mengumumkan audit lebih awal. Di
samping itu perusahaan besar pada umumnya telah memiliki sistem pengendalian internal
yang lebih baik sehingga memudahkan auditor menyelesaikan pekerjaannya

Dan juga perusahaan yang meraih laba cenderung akan lebih tepat waktu dalam pelaporan
keuangannya dibandingkan dengan perusahaan yang mengalami kerugian. Karena umumnya
perusahaan yang mengalami kerugian akan menutupi kesalahan guna untuk menarik para
investor sehingga bagi auditor yang profesional akan selalu mencari bukti yang kuat dan
tentunya memakan waktu yang lama dibanding mengaudit perusahaan yang berlaba atau
tidak merugi.

Perusahaan yang berintegritas tentu akan selalu memperhatikan segala hal yang akan
membuat perusahaan tampak baik. Berbeda dengan perusahaan yang tidak berintegritas atau
berintegritas rendah, perusahaan yang berintegritas rendah cenderung akan selalu memberi
informasi atau menutup-nutupi informasi sehingga akan menyulitkan auditor dalam
melakukan tugasnya.

Kerangka konseptual

Pergantian Auditor H2
(X1)
Audit Delay

Karakteristik H3 (Y)
Perusahaan (X2)

H1

Variabel Independen Variabel Dependen

5.1.1 Hipotesis
H1 : Pergantian auditor dan karakterisitik perusahaan berpengaruh terhadap audit delay

H2 : Pergantian auditor dan karakterisitik perusahaan berpengaruh terhadap audit delay


H3 : Karakterisitik perusahaan berpengaruh terhadap audit delay

V. METODOLOGI PENELITIAN

5.1. Desain Penelitian

1. Tujuan Studi

Penelitian ini merupakan penelitian assosiatif, merupakan penelitian yang bertujuan


untuk mengetahui pengaruh antara dua variabel atau lebih. Pengaruh yang diteliti pada
penelitian ini adalah hubungan sebab akibat (kasual) antara variabel independen dengan
variabel dependen.

2. Unit Analisis

Unit analisis merupakan tingkat agregasi data yang dianalisis, antara lain meliputi:
individual, kelompok, organisasional, perusahaan, industri atau negara. Dalam penelitian ini,
unit analisi yang diambil merupakan suatu perusahaan manufaktur dan industri yang terdaftar
di BEI.

3. Time Horizon

Time horizon atau dimensi waktu yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
pengumpulan data pada waktu yang berbeda atau studi beberapa tahap atau Studi jangka
panjang (Longitudional Study) yaitu studi yang memerlukan waktu lebih lama dan usaha
lebih banyak.

5.2. Variable Pengukuran

Variabel independen (X) pada penelitian ini adalah pergantian auditor (x1) dan
karakterisitik perusahaan (x2). Variabel dependen (Y) dalam penelitian ini adalah audit
delay.

5.3. Populasi, Sample dan Sampling

Populasi adalah sekelompok orang, kejadian, sesuatu yang mempunyai karateristik


tertentu. Sampel adalah bagian populasi yang digunakan untuk memperkirakan karateristik
populasi. Berdasarkan definisi diatas populasi pada penelitian ini adalah perusahaan
manufaktur dan industri yang terdaftar di BEI. Teknik penentuan sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah non profitability sampling dengan teknik purposive sampling,
yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan yang digunakan
dalam sampel ini adalah sebagai berikut:

1) Perusahaan manufaktur dan industri yang terdaftar dalam BEI

2) Perusahaan manufaktur dan industri yang melampirkan laporan auditor independen di


dalam laporan keuangan tahun 2013.
3) Perusahaan manufaktur dan industri memliki tahun tutup buku yang berakhir pada tanggal
31 Desember.

Pada Penelitian ini metode yang dipakai dalam melakukan pengumpulan data adalah
observasi non partisipan, yaitu observasi yang dilakukan tanpa melibatkan diri atau menjadi
bagian dari lingkungan sosial atau perusahaan dan hanya sebagai pengumpul data.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara membaca, mengamati,
mencatat serta mempelajari uraian dari beberapa buku-buku, karya ilmiah berupa skripsi,
jurnal-jurnal serta mengakses situs internet yang relevan sesuai dengan kebutuhan penelitian.

5.4. Jenis Data

Jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Data yang digunakan untuk penelitian
ini adalah data time series dan cross section. Data time series atau disebut juga data deret
waktu merupakan sekumpulan data dari suatu fenomena tertentu yang didapat dalam
beberapa interval waktu tertentu, misalnya dalam waktu mingguan, bulanan, tahunan.
Sedangkan data cross section atau sering disebut data satu waktu merupakan sekumpulan
data suatu fenomena tertentu dalam kurun waktu saja. (Umar, 2003)

5.5. Metode Pengumpulan Data

Untuk dapat memperoleh landasan dan konsep yang kuat agar dapat memecahkan
permasalahan, maka peneliti memilih metode pengumpulan data sekunder dimana sering
disebut metode penggunaan bahan dokumen, karena dalam hal ini peneliti tidak secara
langsung mengambil data sendiri tetapi meneliti dan memanfaatkan dan mengumpulkan data
dari buku-buku dan jurnal yang yang berkaitan dengan masalah yang diteliti (Sugiarto, 2001,
hal. 19-21).
5.6 Metode Analisis

Dalam penelitian ini, data dianalisis untuk mengetahui hubungan antara variabel
(variabel X dan variabel Y), sehingga dapat ditarik kesimpulan apakah hipotesis diterima atau
ditolak. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan software statistic berupa SPSS.

a) Uji Normalitas

Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel bebas
dan variabel terikat memiliki distribusi normal atau tidak (Ghozali, 2005).
b) Uji multikolinearitas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukannya


adanya korelasi antar variabel bebas (independent). Model yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi di antara variabel independen (Ghozalli, 2005). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya
multikolinieritas dapat dilihat dari (1) nilai tolerance dan lawannya (2) variance inflation
factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang
dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel
independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya, jadi nilai
tolerance yang rendah sama dengan VIF tinggi (karena VIF = 1/Tolerance). Batasan yang
dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai Tolerance <0 atau sama
dengan nilai VIF>10.

c) Uji Autokorelasi

Uji ini berguna untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara
kesalahan pengganggu pada periode saat ini dengan kesalahan pengganggu. Masalah ini
timbul karena variabel pengganggu tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal
ini sering ditemukan pada data time series. Menurut Ghozalli (2005) “Uji autokorelasi
bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan
pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya).
Autokorelasi dapat diketahui melalui uji Durbin Watson (DW test). Ketentuan Durbin
Watson sebagai berikut:

du < d < 4-du : Tidak ada autokorelasi

d < d1 : Terdapat autokorelasi positif

d > 4-d1 : Terdapat autokorelasi negatif

d1 < d < du : Tidak ada keputusan tentang autokorelasi

4-du < d < 4-d1 : Tidak ada keputusan tentang autokorelasi

c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam suatu persamaan regresi
terjadi ketidaksamaan varians antara residual dari pengamatan satu ke pengamatan yang lain
atau tidak. Dalam uji ini diharapkan tidak terjadi heteroskedastisitas. Ada tidaknya gejala
heteroskedastisitas dapat dilihat dengan menggunakan uji glejser. Pada uji Glejser, nilai
absolut residual dijadikan sebagai variabel Y yang diregresikan dengan variabel bebas.
Hipotesis statistik pengujian heteroskedastisitas:

H0 : tidak terdapat masalah heteroskedastisitas

H1 : terdapat masalah heteroskedastisitas

Adapun kriteria pengujian yang digunakan adalah terima H0 jika nilai sig uji t > 0,05
atau dengan kata lain tidak terdapat masalah heteroskedastisitas
REFERENSI

Amani. 2016. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Opini Audit, dan Umur
Perusahaan Terhadap Audit Delay. Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta.Vol. V No.1

Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang :
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Innayati, Susilowati. 2015. Pengaruh Karakteristik Perusahaan dan Auditor Terhadap Audit
Delay. Jawa Timur: UPN Veteran. Volume XIX, No. 03.

Iqra. 2017. Pengaruh Auditor Switching, Audit Tenure, dan Profitabilitas Terhadap Audit
Report Lag dengan Komite Audit Sebagai Variabel Moderating, Makassar:
Universitas Islam Negeri Alauddin.

Novitasari. 2018. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Delay dan


Keterlambatan Publikasi Laporan Keuangan Pada Perusahaan Consumer Goods
yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-201. Kediri: UN PGRI. Vol. 3
No. 1.

Pitaloka, Suzan. 2015. Pengaruh Ukuran Kap, Opini Audit, Ukuran Perusahaan, dan
Profitabilitas Terhadap Audit Delay. Jakarta: Universitas Telkom. Vol.2, No.2,
page. 1691

Pradnyaniti, suardikha. 2019. Pengaruh Audit Tenure dan Auditor Switching Pada Audit
Delay Dengan Financial Distress Sebagai Variabel Pemoderasi. Bali : Universitas
Udayana. Vol.26.3.Maret

Sari, Widanaputra. 2016. Reputasi Auditor Sebagai Pemoderasi Pengaruh Audit Fee Pada
Auditor Switching. Bali: Universitas Udayana. Vol.16.1

Sugiarto, dkk. 2001. Teknik Sampling. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Suhayati. 2014. Reputasi Kantor Akuntan Publik Terhadap Rentang Waktu Penyelesaian
Audit. Bandung: Universitas komputer Indonesia. Vol. 12. No. 1.

Tias, Triani. 2014. Pengaruh Internal Perusahaan, Eksternal Audit, Dan Komite Audit
Terhadap Audit Delay Di Perusahaan Go Public Di Indonesia. Surabaya:
Universitas Negeri Surabaya. Vol. 5, No 2.

Umar, Husein. 2003. Metode penelitian untuk skripsi dan tesis bisnis. Jakarta : Raja Grafindo
Persada

Anda mungkin juga menyukai