Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan sarana terpenting untuk mewujudkan kemajuan
bangsa dan negara, hal ini karena pendidikan merupakan proses budaya yang
bertujuan untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia. Dalam Undang-
undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2006 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Bab I Pasal 1 dinyatakan bahwa Pendidikan merupakan usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan
Negara. Artinya, pendidikan di sekolah merupakan proses yang terencana dan
mempunyai tujuan, sehingga segala sesuatu yang dilakukan oleh guru dan peserta
didik dapat mencapai tujuan pembelajaran. Melalui proses pendidikan terencana
diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar yang kondusif serta proses belajar
yang menyenangkan, dengan tujuan peserta didik dapat mengembangkan potensi
diri.
Melihat tujuan dari pendidikan nasional tersebut, maka proses
pembelajaran memegang peran penting dalam menghasilkan atau menciptakan
lulusan yang berkualitas. Oleh karena itu, perlu mendapatkan perhatian yang lebih
serius dari guru untuk menciptakan kegiatan proses pembelajaran yang
menyenangkan dan efektif.
Pembelajaran adalah usaha atau upaya pendidik untuk membantu siswa
agar bisa belajar dengan mudah. Dalam pembelajarannya terdapat beberapa tujuan
yang ingin dicapai. Pembelajaran yang dimaksud berupa komponen-komponen
pembelajaran yang saling berintraksi, berintegrasi satu dengan lainnya. Pada
pengaplikasiannya, jika salah satu komponen tidak dapat terinteraksi, maka proses

1
2

pembelajaran akan menghadapi banyak kendala yang akan menggagalkan


pencapaian tujuan pembelajaran, serta pemahaman kognitif siswa. Pemahaman
kognitif merupakan kemampuan siswa sesudah mendapat pengalaman belajarnya.
Aspek kemampuan kognitif siswa yaitu pengetahuan, penerapan, dan penalaran
( Sudjana, 2004 : 22 ).
Permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran
ialah terdapat pada penggunaan model pembelajaran yang digunakan oleh
pendidik kurang efektif dan kurang menumbuhkan pembelajaran yang demokratis,
sehingga dibutuhkan inovasi dalam pembelajaran dengan menerapkan model
pembelajaran yang dapat menumbuhkan aktivitas belajar agar peserta didik
mendapatkan hasil belajar kognitif yang maksimal khususnya dalam mata
pelajaran PKn.
Kurikulum 2013 ( K13 ) dibuat untuk menstimulasi kemampuan anak
secara kognitif, afektif maupun psikomotorik. Kurikulum 2013 dikemas dengan
pendekatan saintifik. Kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik
membuat siswa lebih aktif mencari, mengumpulkan dan menyajikan informasi
secara mandiri, mampu mengajukan pertanyaan dan memberikan pendapat yang
logis.
Kenyataan yang terjadi di lapangan, selama pembelajaran siswa di kelas IV
SDN 10 Tinanggea yaitu kurangnya pemahaman kognitif siswa dibuktikan dengan
observasi yang dilakukan yakni siswa kurang memahami materi khususnya
pembelajaran PKn dibuktikan dengan nilai KKM PKn. Nilai siswa masih dibawah
KKM yang perolehan nilainya 60 dengan standar KKM 70. Selain itu, siswa
kurang konsentrasi, dan kurangnya minat siswa menggali informasi dalam
kegiatan belajar mengajar. Hal tersebut memperlihatkan kondisi ideal yang
diharapkan belum terlaksana dengan baik. Rendahnya aktivitas belajar siswa akan
berakibat terhadap kurang maksimalnya hasil belajar kognitif dan kurangnya
pemahaman kognitif siswa khususnya pada materi PKn. Jika masalah ini terus
dibiarkan maka siswa tidak akan pernah memperoleh nilai rata-rata patokan yang
3

ditetapkan, sedangkan tuntutan nilai standar nasional tiap tahunnya bertambah


mengikuti perkembangan zaman. Hal ini nantinya akan mempersulit siswa untuk
memenuhi standar nilai untuk tahun-tahun berikutnya bahkan untuk melanjutkan
ke jenjang pendidikan yang selanjutnya, yaitu Sekolah Menengah Pertama. Serta
serta sulit memenuhi standar norma bermasyarakat dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara. Alternatif yang bisa dilakukan guru ialah dengan menggunakan
model pembelajaran yang sesuai dengan siswa. Bertujuan agar menyiapkan siswa
di masa akan datang sehingga diperlukan model yang dapat melibatkan kegiatan
belajar dengan persoalan yang ditemui siswa sehari-hari.
Upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki suasana belajar agar lebih
efektif, sehingga lebih melibatkan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran
berlangsung yaitu dengan penggunaan model Problem Based Learning
( Pembelajaran Berbasis Masalah ). Tujuannya ialah agar dapat menumbuhkan
pemahaman kognitif siswa, meningkatkan keterampilan peserta didik untuk
bekerja sama, dan mampu memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-
hari, khususnya dalam pembelajaran PKn.
Model pembelajaran merupakan semua susunan penyajian materi yang
meliputi banyak aspek dalam pembelajaran oleh pendidik dengan segala fasilitas
proses pembelajaran. Semua komponen atau unsur pembelajaran berhubungan
satu dengan lainnya sehingga dapat disebut sebagai sistem. Sistem yang
diberlakukan disekolah baru baru ini menerapkan kurikulun 2013 untuk setiap
pelajarannya. Implikasi dari diberlakukannya kurikulum baru ( K 13 ) secara
otomatis akan berdampak pada rancangan proses pembelajaran. Terdapat beberapa
model pembelajaran baru yang direkomendasikan oleh pemerintah untuk
diimplementasikan pada penerapan kurikulum 2013, salah satunya yakni model
pembelajaran Problem Based Learning ( Ahyar, 2017 ). Problem Based Learning
( PBL ) merupakan salah satu model pembelajaran yang mampu meninggikan hasil
belajar siswa. PBL mendorong siswa untuk menemukan pemecahan masalah
yang diberikan dapat membantu untuk meningkatkan atau menaikkan kemampuan
4

diri siswa ( Hardiyanti, 2017 ). PBL adalah metode pengajaran dengan ciri
permasalahan nyata sebagai pelajaran untuk siswa belajar berfikir dan
keterampilan memecahkan masalah, serta mendapat pemaahaman kognitif. Sama
halnya dengan penjelasan sumartini ( 2016 ) bahwasannya pemecahan masalah
merupakan suatu proses untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi untuk
mencapai tujuan yang diharapkan. Rusman ( 2011: 241 ) menyatakan bahwa
model PBL digunakan untuk menstimulasi siswa berpikir tingkat tinggi pada
keadaan masalah dunia nyata. Farenta ( 2016: 12 ) juga menyatakan PBL dapat
membuat siswa untuk belajar mandiri dengan bantuan atau bimbingan minimal
guru.
Etherington ( 2011: 53 ), bahwa pembelajaran berbasis masalah memandu
peserta didik untuk menggali fakta-fakta yang berguna atau konsep yang telah
ditemukan. Pembelajaran berbasis masalah membantu peserta didik dalam
memecahkan masalah melalui kerja sama dengan masyarakat setempat sebagai
inovator. Model pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu bentuk
pembelajaran yang berlandaskan pada paradigma constructivism yang sangat
mengedepankan peserta didik dalam belajar dan berorientasi pada proses kegiatan
pembelajaran. Permasalahan menjadi fokus, sementara guru menjadi pembimbing
dan fasilitator untuk dapat memecahkan masalah, sementara peserta didik mencari
informasi, memperkaya wawasan dari berbagai sumber dan keterampilan untuk
berupaya aktif dalam belajar mandiri.
Problem Based Learning ( PBL ) adalah model pembelajaran menyajikan
persoalan berkonteks benar-benar ada untuk menstimulus siswa belajar
menggunakan pemahaman untuk memecahkan masalah dalam memperoleh
pengetahuan (Shoimin, 2014). Alasan memilih model Problem Based Learning
(PBL) karena mempunyai kelebihan menekankan siswa memecahkan suatu
permasalahan sehingga dapat siswa dapat memberdayakan pemahaman
kognitifnya. oleh karena itu, Problem Based Learning ( PBL ) sangat sesuai
dengan materi PKn Tema 8 Cita-Citaku Sub Tema 1 Daerah Tempat Tinggalku
5

Pembelajaran 3 dan 4. Terlebih lagi model Pembelajaran Problem Based Leraning


memberi pengaruh signifikan terhadap kemampuan pemahaman kognitif siswa
pada mata pelajaran PKN. Sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh
Asniwati ( 2016 ) bahwa keberhasilan dari penelitian yang dilakukannya sesudah
menetapkan model pembelajaran berbasis masalah, model PBL memberi pengaruh
terhadap pemahaman kognitif siswa yaitu dalam pembelajaran yang dilakukan
guru melibatkan siswa lebih aktif dalam proses belajar mengajar agar mendapat
pengalaman belajar secara langsung sehingga siswa mudah memahami materi.
Peneliti ini telah didukung oleh hasil penelitian yang sebelumnya yang
dilakukan oleh Dwita Purnama Sari. 2013. Pengaruh Model Problem Based
Learning terhadap Hasil Belajar kognitif Siswa pada Pendidikan
Kewaganegaraan Sekolah Dasar. Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa
adanya pengaruh penggunaan model PBL terhadap hasil belajar. Hal ini terlihat
dari rata-rata hasil belajar kognitif siswa kelas eksperimen yaitu 75,56.
Fauzi ( 2017 ) mengasumsikan bahwa PKn memiliki peranan mendasar
dalam menjadikan siswa supaya dapat mengerti dan menjalankan hak dan
tanggung jawabnya sebagai anggota masyarakat yang baik. Sejalan dengan
pendapat yang dikemukakan Asniwati ( 2016 ) yaitu bahwa proses belajar
mengajar PKn strategis untuk mengembangkan peran menjadi warga negara yang
diharapkan yaitu siswa yang demokratis, sesuai Pancasila.
Winataputra dan Budimansyah ( 2012 ) menjelaskan Pendidikan
Kewarganegaraan secara progmatik direncanakan sebagai subjek pembelajaran
yang berfokus pada isi yang bernilai ( content embedding values ) dan pengalaman
belajar ( learning experience ) dalam berperilaku yang butuh diwujudkan didalam
kehidupannya setiap hari dan menjadi tuntutanan hidup untuk semua warga
bernegara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sebagai
penjabaran dari ide, nilai, konsep dan moral Pancasila, kewarganegaraan yang
demokratis dan bela negara. Dharma dan Siregar ( 2015 ) mengungkapkan
pencapaian arah dari pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan, bisa berawal
6

melalui penerapan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di sekolah,


terutama khususnya di kelas. Tujuan PKn sendiri adalah membentuk seseorang
menjadi pribadi yang baik, bertanggung jawab, selaras dengan cita-cita bangsa
( Wijayanti, 2017 ). Dari pernyataan ini model PBL diperlukan untu
diterapkannya pada mata pelajaran PKn karna dapat menimbulkan siswa aktif.
Sehingga peneliti melakukan penelitian mengenai adanya pengaruh model PBL
mata pelajaran PKn terhadap kemampuan kognitif.
Berdasarkan permasalahan di atas yang telah diuraikan, peneliti tertarik
melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Problem Based Learning
( PBL ) terhadap kemampuan pemahaman kognitif siswa kelas IV Tema 8 Daerah
Tempat Tinggalku Sub Tema 1 Lingkungan Tempat Tinggalku Pembelajaran 3
dan 4 di SDN 10 Tinanggea”.
B. Batasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah pada permasalahan yang diteliti, maka
diberikan batasan masalah sebagai berikut.
1. Penelitian ini dilakukan pada kelas IV di SD Negeri 10 Tinanggea Tahun
Ajaran 2020/2021.
2. Objek penelitian ini adalah siswa kelas IV yang terdiri dari Kelas eksperimen
diberi perlakuan dengan menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah
( Problem Beased Leraning ), sedangkan untuk kelas kontrol diberi perlakuan
dengan menggunakan model Pembelajaran Konvensional.
3. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tema 8 Daerah Tempat
Tinggalku Sub Tema 1 Lingkungan Tempat Tinggalku Pembelajaran 3 dan 4
muatan PKn, IPS dan Bahasa Indonesia.
4. Penilaian aspek pemahaman kognitif terdiri dari ranah kognitif level 1
( pengetahuan/pemahaman ), Level 2 ( penerapan ), dan Level 3 ( penalaran ).
5. Penilaian kemampuan kognitif menggunakan nilai pre-test dan post-test dalam
bentuk tes pilhan ganda.
7

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah Apakah model Problem Based Learning ( PBL ) berpengaruh
terhadap kemampuan pemahaman kognitif siswa kelas IV Tema 8 Daerah Tempat
Tinggalku Sub Tema 1 Lingkungan Tempat Tinggalku Pembelajaran 3 dan 4?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan, maka yang menjadi
tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model Problem
Based Learning ( PBL ) berpengaruh terhadap kemampuan pemahaman kognitif
siswa kelas IV Tema 8 Daerah Tempat Tinggalku Sub Tema 1 Lingkungan
Tempat Tinggalku Pembelajaran 3 dan 4.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan bisa menjadikann pengembangan ilmu
pengetahuan tentang pengaruh model Problem Based Learning ( PBL )
berpengaruh terhadap kemampuan pemahaman kognitif siswa kelas IV Tema 8
Daerah Tempat Tinggalku Sub Tema 1 Lingkungan Tempat Tinggalku
Pembelajaran 3 dan 4.
2. Secara Praktis
a. Bagi Siswa, penelitian ini dapat berguna membantu meningkatkan
pemahaman kognitif siswa mata pembelajaran PKn di kelas IV Tema 8
Daerah Tempat Tinggalku Sub Tema 1 Lingkungan Tempat Tinggalku
Pembelajaran 3 dan 4.
b. Bagi Sekolah, sebagai masukan dan sumbangan pemikiran dalam
meningkatkan mutu pendidikan khususnya untuk perbaikan kualitas
pembelajaran di sekolah tersebut.
8

c. Bagi Peneliti, dapat memperoleh pengalaman langsung dalam menerapakan


proses pembelajaran PKn melalui model Pembelajaran Berbasis Masalah
( Problem Based Learning ).
9

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori
1. Model Pembelajaran
a. Pengertian Model Pembelajaran
Trianto ( 2010: 51 ) mengemukakan model pembelajaran adalah
suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
melaksanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial.
Rusman ( 2011: 144 ) berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu
rencana atau pola yang bahkan dapat digunakan untuk membentuk
kurikulum ( rencana pembelajaran jangka panjang ), merancang bahan-bahan
pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau lingkungan
belajar lain.
Yamin ( 2013: 17 ) mengemukakan model pembelajaran adalah
contoh yang dipergunakan para ahli dalam menyusun langkah-langkah
dalam melaksanakan pembelajaran. Selanjutnya, Komalasari ( 2015: 57 )
menjelaskan bahwa model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk
pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara
khas oleh guru.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat di simpulkan bahwa
model pembelajaran adalah suatu perencanaan pembelajaran yang dilakukan
dengan prosedur yang sistematis yang menggambarkan proses pembelajaran
dari awal sampai akhir sebagai pedoman guna mencapai tujuan belajar
tertentu.
b. Macam-Macam Model Pembelajaran
Menurut Hamdayama ( 2016: 132-182 ) macam-macam model
pembelajaran adalah sebagai berikut:

9
10

1) Model Pembelajaran Inquiry, model Inquiry ( inkuiri ) menggunakan


rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan proses berpikir
secara kritis serta analitis kepada peserta didik agar mencari dan
menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan
secara mandiri melalui penyelidikan ilmiah.
2) Model Pembelajaran Kontekstual merupakan model dengan konsep
belajar yang membuat guru untuk mengaitkan antara materi yang
diajarkan dengan situasi dunia nyata. Prinsip pembelajaran kontekstual
adalah aktivitas peserta didik, peserta didik melakukan dan mengalami,
tidak hanya monoton dan mencatat. Model mengajar ini juga dapat
mengembangkan kemampuan sosial peserta didik karena dihadapkan
pada situasi dunia nyata.
3) Model Pembelajaran ekspositori adalah pembelajaran yang menekankan
pada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada
kelompok peserta didik supaya peserta didik dapat menguasai materi
secara optimal. Dalam model pengajaran ekspositori seorang pendidik
harus memberikan penjelasan atau menerangkan kepada peserta didik
dengan cara berceramah. Sehingga menyebabkan arah pembelajarannya
monoton karena sangat ditentukan oleh kepiawaian ceramah guru.
4) Model Pembelajaran Berbasis Masalah ( Problem Based Learning )
diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan
para proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah.
Pemecahan masalah menjadi langkah utama dalam model ini.
5) Pembelajaran Kooperatif adalah kerangka konseptual rangkaian
kegiatan belajar yang dilakukan oleh peserta didik dalam kelompok-
kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
dirumuskan. Kelompok-kelompok tersebut bekerja sama untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
11

6) Model pembelajaran PAIKEM merupakan singkatan dari Pembelajaran


Aktif, Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan. Pembelajaran ini dirancang
agar membuat anak lebih aktif mengembangkan kreativitas sehingga
pembelajaran bisa berlangsung secara efektif, optimal, dan pada
akhirnya terasa lebih menyenangkan.
7) Model Pembelajaran Kuantum ( Quantum Learning ), Kerangka
perencanaan dalam pembelajaran kuantum adalah TANDUR
(Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan).
Intinya metode pembelajaran ini menggunakan berbagai cara untuk
membuat pembelajaran menerap dan dipahami dengan mudah oleh
peserta didik. Caranya bisa sangat interaktif dan melibatkan peserta
didik dalam kegiatan langsung untuk mendemonstrasikan materi diiringi
perayaan seperti yel motivasi.
8) Model Pembelajaran Terpadu merupakan model yang dapat melibatkan
beberapa mata pelajaran sekaligus agar memberikan pengalaman belajar
yang lebih bermakna pada peserta didik.
9) Model pembelajaran kelas rangkap, pembelajaran kelas rangkap
menekankan dua hal utama yakni penggabungan kelas secara
integrative dan pembelajaran terpusat pada peserta didik, sehingga Guru
tidak harus mengulang kembali untuk mengajar pada dua kelas yang
berbeda dengan program yang berbeda pula. Efisiensi adalah kunci dari
model pembelajaran ini. Merangkapkan beberapa rombongan belajar
dapat meningkan efisiensi pembelajaran.
10) Model Pembelajaran Tugas Terstruktur, pembelajaran ini menekankan
pada penyusunan tugas terstruktur yang wajib diselesaikan oleh peserta
didik guna mendalami dan memperluas penguasaan materi yang sesuai
dengan materi pembelajaran yang sudah dikaji. Bentuk tugas terstruktur
meliputi laporan ilmiah, portofolio ( produk ciptaan peserta didik ),
makalah individu, makalah kelompok, dan sebagainya.
12

11) Model pembelajaran portofolio, model pembelajaran portofolio


menitikberatkan pada pengumpulan karya terpilih dari satu kelas secara
keseluruhan yang bekerja secara kooperatif membuat kebijakan untuk
memecahkan masalah. Prinsip dasar model pembelajaran portofolio,
yaitu prinsip belajar peserta didik aktif dan kelompok belajar kooperatif
untuk menghasilkan produk portofolio secara bersama.
12) Model pembelajaran tematik merupakan pembelajaran dengan suatu
kegiatan pembelajaran yang mengintegrasikan materi beberapa
pelajaran dalam satu tema atau topik pembahasan sesuai dengan
kebutuhan lingkungan peserta didik yang akan menjadi lahan dunia
nyata bagi dirinya.
Berdasarkan pendapat di atas, model pembelajaran yang peneliti pilih
untuk diterapkan pada penelitian adalah model pembelajaran berbasis
masalah atau Problem Based Learning ( PBL ). Hal tersebut dikarenakan
PBL sesuai dengan karakteristik pembelajaran di SD dan PBL dalam
pembelajaran PKn menyajikan materi yang memuat tentang mata pelajaran
PKn dan siswa diharapkan dapat melatih kemampuan kognitif siswa dalam
memecahkan masalah-masalah tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
2. Model Pembelajaran Problem Based Learning ( PBL )
a. Pengertian Model PBL
Trianto ( 2010: 90 ), pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu
model pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang
membutuhkan penyelidikan yang autentik yakni penyelidikan yang
membutuhkan penyelesaian nyata dari permasalahan nyata. Menurut
Kurniasih ( 2014: 40 ) PBL merupakan sebuah model pembelajaran yang
menyajikan berbagai permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari siswa
(bersifat kontekstual) sehingga merangsang siswa untuk belajar.
Komalasari ( 2015: 59 ) menegaskan bahwa pembelajaran berbasis
masalah Problem Based Learning merupakan strategi pembelajaran yang
13

melibatkan siswa dalam memecahkan masalah dengan mengintegrasikan


berbagai konsep dan keterampilan dari berbagai disiplin ilmu.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat dipahami bahwa
model PBL adalah suatu model pembelajaran yang menyajikan masalah
sebagai landasan awal untuk membangun kemampuan berpikir kritis siswa
dengan terampil memecahkan masalah.
b. Karakteristik Model PBL
Problem Based Learing memiliki beberapa karakteristik. Menurut
( Trianto, 2010: 93 ) mengemukakan bahwa model Problem Based Learning
memiliki karakteristik sebagai berikut.
1) Pengajuan pertanyaan atau masalah. Pembelajaran berdasarkan masalah
mengorganisasikan pengajaran di sekitar pertanyaan dan masalah yang
bermakna untuk siswa.
2) Berfokus pada keterkaitan antar disiplin. Masalah yang akan diselidiki
telah dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya siswa meninjau
masalah dari banyak mata pelajaran.
3) Penyelidikan autentik. Mengharuskan siswa melakukan penyelidikan
autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata.
4) Menghasilkan produk dan memamerkannya. Siswa menghasilkan produk
tertentu atau hasil karya siswa.
5) Kolaborasi. Siswa saling bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecil.
c. Sintaks/Langkah-Langkah Model PBL
Sumantri ( 2015: 47-48 ) mengemukakan proses pembelajaran berbasis
masalah dalam penelitian terdiri dari lima pokok tahapan yang dimulai
dengan menentukan masalah yang dihadapkan pada peserta didik sampai
dengan melakukan refleksi pembelajaran. Adapun langkah-langkah dalam
pelaksanaan model pembelajaran berbasis masalah ini seperti di bawah ini:
1) Pendidik menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan alat bahan yang
dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk
14

memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam


pemecahan masalah yang dipilih;
2) Pendidik membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasi
tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut;
3) Pendidik mendorong peserta didik dalam mengumpulkan informasi yang
diperlukan, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalah;
4) Pendidik membantu peserta didik dalam merencanakan dan
mempersiapkan karya yang sesuai seperti, laporan, video, dan model serta
mambantu mereka untuk berbagai tugas dengan temannya;
5) Pendidik membantu peserta didik untuk melakukan merefleksi hasil atau
mengevaluasi penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka
gunakan.
d. Kelebihan Model PBL
Menurut Sanjaya ( 2013: 220 ) kelebihan dari model PBL antara lain:
1) Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih
memahami isi pelajaran.
2) Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta
memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi
siswa.
3) Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.
4) Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana mentransfer
pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan
nyata siswa.
5) Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan
pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran
yang mereka lakukan.
15

e. Kekurangan Model PBL


Menurut Shoimin ( 2014:132 ) kekurangan PBL adalah sebagai
berikut:
1) Siswa tidak memiliki minat atau tidak memiliki kepercayaan bahwa
masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan
merasa enggan untuk mencoba
2) Keberhasilan pendekatan pembelajaran melalui pemecahan masalah
membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.
3) Tanpa pemahaman mereka untuk berusaha memecahkan masalah yang
sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar dari apa yang mereka
pelajari.
Cara untuk mengatasi kekurangan tersebut dapat dilakukan dengan
pemberian batasan waktu dalam pemecahan masalah dan guru harus selalu
memantau kegiatan pembelajaran dan memotivasi siswa agar dapat
melaksanakan tanggung jawab sesuai tugas yang telah dibagi kedalam
kelompok.
3. Pembelajaran Konvensional
a. Pengertian Pembelajaran Konvensional
Tamrin ( 2016: 4 ) mengatakan bahwa pembelajaran konvensional
adalah pembelajaran pembelajaran tradisional atau disebut juga dengan
ceramah, ttanya jawab, dan pemberian tugas karena sejak dulu telah
dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik
dalam proses belajar dan pembelajaran.
Paizaluddin (2016: 215) mengatakan bahwa metode ceramah adalah
metode yang boleh dikatakan metode tradisional karena sejak dahulu metode
ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan
siswa dalam proses belajar mengajar, sedangkan metode tanya jawab adalah
cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus di jawab,
terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari siswa ke guru.
16

Ceramah merupakan penyampaian informasi dari seseorang melalui lisan


kepada sejumlah pendengar dalam suatu ruangan. Dalam hal ini, orang yng
menyampaikan informasi yakni guru. Guru mendominasi seluruh kegiatan
pembelajaran, sedangkan siswa hanya sebagai pendengar dan pencatat
informasi yang dianggap perlu. Selain itu, siswa juga aktif dalam tanya
jawab dan pengerjaan tugas yang diberikan.
b. Langkah-Langkah Penerapan Pembelajaran Konvensional
Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran konvensional menurut
Tamrin ( 2016: 9 ) diantaranya:
1) Guru memberikan apersepsi terhadap siswa dan memberikan motivasi
kepada siswa tentang materi yang diajarkan
2) Guru memberikan motivasi
3) Guru menerangkan bahan ajar secara verbal
4) Guru memberikan contoh-contoh
5) Guru memberikan kesempatan untuk siswa bertanya dan menjawab
pertanyaannya
6) Guru memberikan tugas kepada siswa yang sesuai dengan materi dan
contoh soal yang telah diberikan.
7) Guru mengkonfirmasi tugas yang telah dikerjakan oleh siswa
8) Guru menuntun siswa untuk menyimpulkan inti
c. Kelebihan Pembelajaran Konvensional
Menurut Diah Laila Khasanah ( dalam Tamrin, 2016: 9-10 ) kelebihan
pembelajaran konvensional diantaranya:
1) Dapat menampung kelas besar, setiap siswa mempunyai kesempatan aktif
sama.
2) Bahan pelajaran diberikan secara urut oleh guru.
3) Guru dapat menentukan terhadap hal-hal yang dianggap penting.
4) Guru dapat memberikan penjelasan-penjelasan secara individual maupun
klasikal.
17

5) Mampu membangkitkan minat dan antusias siswa.


6) Membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan berlatihnya.
7) Merangsang kemampuan siswa untuk mencari informasi
( cara penyelesaian ) dari berbagai sumber.
d. Kekurangan Pembelajaran Konvensional
Menurut Diah Laila Khasanah ( dalam Tamrin, 2016: 9-10 )
kelemahan pembelajaran konvensional diantaranya:
1) Pada model ini tidak menekankan penonjolan aktivitas fisik seperti
aktivitas mental siswa.
2) Kegiatan terpusat pada guru sebagai pemberi informasi
( bahan pelajaran ).
3) Pembelajaran konvensional cenderung menempatkan posisi siswa sebagai
pendengar, pencatat dan mengerjakan soal yang ada.
4) Pengetahuan yang didapat dengan pembelajaran konvensional cepat
hilang.
5) Kepadatan konsep dan aturan-aturan yang diberikan dapat berakibat siswa
tidak menguasai bahan pelajaran yang diberikan.
6) Keterbatasan kemampuan pada tingkat rendah.
4. Pemahaman Kognitif
a. Ranah Kognitif
Para penganut aliran kognitif menyatakan bahwa belajar tidak sekedar
melibatkan hubungan stimulus dan respon. Ranah kognitif adalah ranah yang
mencakup kegiatan mental ( otak ). Menurut bloom ( 1956 ) segala upaya
yang menyangkut aktivitas otak termasuk dalam ranah kognitif. Ranah
kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk didalamnya
kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis,
mensintesis dan kemampuan mengevaluasi yang dikenal sebagai Taksonomi
Bloom. Selanjutnya Anderson, dkk ( 2015 ) melakukan revisi mendasar atas
klasifikasi kognitif yang pernah dikembangkan oleh Bloom yang dikenal
18

dengan Revised Bloom’s Taxonomy ( Revisi Taksonomi Bloom ). Hal ini


sejalan dengan Halik ( 2003 ) proses kognitif merupakan suatu kegiatan
belajar yang dilakukan siswa guna memperoleh pengetahuan, pemahaman
dan pengembangan pengetahuan melalui aktifitas sendiri. Proses kognitif ini
penting bagi siswa karena menyediakan kesempatan belajar bagi siswa.
b. Dimensi Proses Kognitif
Anderson, dkk ( 2015 ) dimensi proses kognitif terdiri atas beberapa
tingkat yaitu, mengingat, memahami, megaplikasikan, menganalisis,
mengevaluasi dan mencipta seperti pada tabel 2.1.
Tabel 2.1. Proses Kognitif menurut Anderson, dkk ( 2015 )
N Dimensi Proses Kognitif Kata kerja operasional untuk
o dan Kategorinya perumusan indikator/tujuan
1. Mengingat ( C1 ) Pengertian: Mengambil pengetahuan dari
memori jangka panjang
1.1. Mengenali menyebutkan. menunjukkan, memilih,
mengidentifikasi
1.2. Mengingat kembali menyebutkan. menunjukkan, memilih,
mengidentifikasi
2. Memahami ( C2 ) Pengertian: Mengkonstruk makna dari
materi pembelajaran. termasuk apa yang
diucapkan, ditulis, dan digambar oleh guru
2.1. Menafsirkan menafsirkan, memparafrasekan,
mengungkapkan dengan kata-kata sendiri,
mencontohkan, memberi contoh,
mengklassifikasikan, mengkelompok-
kelompokkan, mengidentifikasi
berdasarkan kategori tertentu, merangkum,
meringkas, membuat ikhtisar,
menyimpulkan, mengambil kesimpulan,
membandingkan, membedakan,
menjelaskan, menguraikan,
mendeskripsikan, menuliskan
2.2. Mencontohkan mencontohkan dan memberi contoh
2.3. Mengklasifikasikkan mengklassifikasikan, mengkelompok-
kelompokkan, mengidentifikasi
berdasarkan kategori tertentu
2.4. Merangkum merangkum, meringkas dan membuat
ikhtisar
2.5. Menyimpulkan menyimpulkan, mengambil kesimpulan
2.6. Membandingkan membadingkan, membuat perbandingan
19

2.7. Menjelaskan menjelaskan, menguraikan,


mendeskripsikan, menuliskan
3. Mengaplikasikan ( C3 ) Pengertian: Menerapkan atau
menggunakan suatu prosedur dalam
keadaan tertentu
c. Mengeksekusi menghitung, melakukan gerakan,
menggerakkan, memperagakan sesuai
prosedur/teknik, mengimplementasikan,
menerapkan, menggunakan, memodifikasi,
menstransfer
d. Mengimplementasikan mengimplementasikan, menerapkan,
menggunakan, memodifikasi, menstransfer
4. Menganalisis ( C4 ) Pengertian: Memecah-mecah materi jadi
bagian- bagian penyusunnya dan
menentukan hubungan- hubungan
antarbagian itu dan hubungan antara
bagian-bagian tersebut dan keseluruhan
struktur atau tujuan
4.1. Membedakan membedakan, menganalisis perbedaan,
mengorganisasikan, membuat diagram,
menunjukkan bukti, menghubungkan,
menganalisis kesalahan, menganalisis
kelebihan, menunjukkan sudut pandang
4.2. Mengorganisasi mengorganisasikan, membuat diagram,
menunjukkan bukti, menghubungkan
4.3. Mengatribusikan menganalisis kesalahan, menganalisis
kelebihan, menunjukkan sudut pandang
5. Mengevaluasi ( C5 ) Pengertian: Mengambil keputusan
berdasarkan kriteria dan atau standar
5.1. Memeriksa memeriksa, menunjukkan kelebihan,
menunjukkan kekurangan,
membandingkan, menilai, mengkritik
5.2. Mengkritik menilai, mengkritik
6. Mencipta ( C6 ) Pengertian: Memadukan bagian-bagian
untuk membentuk sesuatu yang baru dan
koheren atau untuk membuat suatu produk
yang orisinal
6.1. Merumuskan Merumuskan, merencanakan, merancang,
mendisain, memproduksi, membuat
6.2. Merencanakan merencanakan, merancang, mendisain
6.3. Memproduksi memproduksi, membuat

Berdasarkan panduan penulisan soal 2017, cakupan aspek kognitif


siswa meliputi : Level 1 ( pengetahuan atau pemahaman ) mencakup
20

mengingat ( C1 ) dan memahami ( C2 ). Level 2 ( penerapan ) mencakup


mengaplikasikan ( C3 ). Level 3 ( penalaran ) mencakup menganalisis ( C4 ),
mengevaluasi ( C5 ) dan Mencipta ( C6 )
Penilaian aspek pemahaman kognitif dalam penelitian ini terdiri dari
ranah kognitif level 1 ( pengetahuan atau pemahaman ) mencakup mengingat
( C1 ) dan memahami ( C2 ), Level 2 ( Penerapan ) mencakup
mengaplikasikan ( C3 ), dan Level 3 ( Penalaran ) mencakup menganalisis
( C4 ), mengevaluasi ( C5 ) dan Mencipta ( C6 ).
c. Penilaian Proses Kognitif
Berdasarkan Panduan Penulisan Soal 2017, cakupan tiap level kognitif
adalah sebagai berikut:
Level 1 : Peserta pada level ini memiliki kemampuan standar minimum
dalam menguasai pelajaran ( Pengetahuan )
1) Memperlihatkan ingatan dan pemahaman dasar terhadap materi pelajaran
dan dapat membuat generalisasi yang sederhana.
2) Memperlihatkan tingkatan dasar dalam pemecahan masalah dalam
pembelajaran, paling tidak dengan satu cara.
3) Memperlihatkan pemahaman dasar terhadap grafik-grafik, label-label,
dan materi visual lainnya.
4) Mengkomunikasikan fakta-fakta dasar dengan menggunakan terminologi
yang sederhana.
Level 2 : Peserta didik pada level Ini memilikl kemampuan aplikatif
( Penerapan ).
1) Memperlihatkan pengetahuan dan pemahaman terhadap materi pelajaran
dan dapat mengaplikasikan gagasan-gagasan dan konsep-konsep dalam
konteks tertentu.
2) Menginterpretasi dan menganalisis informasi dan data.
3) Memecahkan masalah-masalah rutin dalam pelajaran.
4) Menginterpretasi grafik-grafik, tabel-tabeL dan materi visual lainnya.
21

5) Mengkomunikasikan dengan jelas dan terorganisir penggunaan


terminologi.
Level 3 : Peserta didik pada level ini memiliki kemampuan penalaran
dan logika ( Penalaran ).
1) Memperlihatkan pengetahuan dan pemahaman yang luas terhadap materi
pelajaran dan dapat menerapkan gagasan-gagasan dan konsep-konsep
dalam situasi yang familiar, maupun dengan cara yang berbeda.
2) Menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi gagasan-gagasan dan
informasi yang faktual.
3) Menjelaskan hubungan konseptual dan informasi yang faktual.
4) Menginterpretasi dan menjelaskan gagasan-gagasan yang kompleks
dalam pelajaran.
5) Mengekspresikan gagasan-gagasan nyata dan akurat dengan
menggunakan terminologi yang benar.
6) Memecahkan masalah dengan berbagai cara dan melibatkan banyak
variabel.
7) Mendemonstrasikan pemikiran-pemikiran yang original.
5. Muatan Tema 8 Daerah Tempat Tinnggalku Sub Tema 1 Lingkungan Tempat
Tinggalku Pembelajaran 3 dan 4
Mauatan PKn
Pancasila tidak hanya sebagai dasar negara tetapi juga sebagai nilai-nilai yang
dapat dihidupi oleh masyarakat Indonesia. Setiap sila-sila yang terkandung
dalam Pancasila,masing-masing memiliki makna sendiri dan dapat diterapkan
di kehidupan sehari-hari sesuai yang terkandung dalam makna tersebut :
1. Sikap yang sesuai dengan sila pertama berbunyi : Ketuhanan yang Maha
Esa. Sila ini berhubungan dengan perilaku kita sebagai umat beragama pada
Tuhannya.
22

2. Sikap yang sesuai dengan sila kedua berbunyi : Kemanusiaan yang adil dan
beradab. Sila ini berhubungan dengan perilaku kita sebagai manusia yang
pada hakikatnya semuanya sama didunia ini.
3. Sikap yang sesuai dengan sila ketiga pancasila berbunyi : Persatuan
Indonesia. Sila ini berhubungan dengan perilaku kita sebagai warga Negara
Indonesia untuk bersatu membangun negeri ini.
4. Sikap yang sesuai sila keempat berbunyi : Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Sila ini
berhubungan dengan perilaku kita untuk selalu bermusyawarah dalam
menyelesaikan masalah.
5. Sikap yang sesuai sila kelima berbunyi : Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Sila ini berhubungan dengan perilaku kita dalam bersikap adil
pada semua orang.
Muatan IPS
Kondisi geografis Indonesia sebagai negara maritim dan kepulauan
menyimpan potensi yang besar dalam berbagai bidang, seperti di bidang
ekonomi, sosial, budaya, dan transportasi. Potensi-potensi tersebut dapat
menjadi modal yang penting dalam pembangunan nasional guna mewujudkan
kesejahteraan masyarakatnya.
Wilayah Indonesia yang berupa kepulauan, antara pulau satu dengan yang
lainnya disatukan oleh laut mengakibatkan bervariasinya potensi yang dimiliki
oleh bangsa Indonesia. Masing-masing pulau memiliki karakteristik
masingmasing, mulai dari kondisi alam maupun kondisi sosial-budayanya.
Variasi dan karakteristik potensi tersebut terlihat dari lengkap dan beragamnya
bentang alam dan hasil alamnya, beragamnya suku bangsa yang mengakibatkan
beragam pula ada istiadat dan budayanya, serta beragamnya agama, golongan,
dan kelompok masyarakatnya.
Keberagaman yang disebabkan adanya perbedaan antara pulau satu
dengan pulau yang lainnya ini tidaklah menjadi pemecah dan perenggang,
23

namun justru menjadi pemersatu, karena antara yang satu dengan yang lain bisa
saling melengkapi.
Cakupan wilayah yang sangat besar dan luas, tentu saja laut Indonesia
mengandung keanekaragaman sumber daya alam laut yang sangat potensial,
baik hayati maupun non-hayati. Sumber daya alam laut tersebut antara lain
ikan, terumbu karang dengan kekayaan biologi yang bernilai ekonomi tinggi,
wisata bahari, sumber energi minyak dan gas bumi, bahan mineral, dan juga
media transportasi antarpulau. Semua potensi alam tersebut tersedia dalam
jumlah yang besar dan tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
Besarnya peluang ekonomi dari pemanfaatan potensi sumber daya laut
yang sedemikian besar ini tentunya dapat memberikan kontribusi bagi
kehidupan ekonomi masyarakat Indonesia. Hingga pada akhirnya juga akan
memberikan kontribusi bagi kesejahteraan bangsa. Kelompok masyarakat
yang bisa merasakan langsung potensi kekayaan sumber daya kelautan ini
adalah masyarakat yang berda di pesisir. Banyak jenis pekerjaan yang bisa
diusahakan untuk menunjang kehidupan ekonominya.
Muatan Bahasa Indonesia
Pokok pikiran adalah ide utama dari sebuah paragraf. Pikiran pokok
disebut juga pikiran utama, gagasan utama atau gagasan pokok. Setiap paragraf
memiliki satu pikiran pokok yang merupakan inti dari pembicaraan yang ada
pada paragraf tersebut. Pikiran pokok dalam suatu paragraf biasanya terdapat di
awal, tengah atau akhir paragraf. Pikiran pokok terdapat dalam kalimat yang
paling umum dan biasanya dijelaskan dengan kalimat lain yaitu kalimat-kalimat
penjelas sebagai uraian dari pikiran pokok atau gagasan pokok.
Cara menentukan pokok pikiran pada paragraf sebagai berikut.
1. Membaca seluruh kalimat dalam paragraf.
2. Menandai kalimat awal, akhir, atau kalimat awal dan kalimat akhir paragraf.
3. Menandai pikiran pokok yang terdapat di awal, akhir, atau kalimat awal dan
akhir pada paragraf.
24

B. Hasil Penelitian Relevan


Penelitian mengenai model Problem Based Learning ini bukanlah penelitian
yang pertama melainkan sudah pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya.
Peneliti melakukan penelitian kembali mengenai model Problem Based Learning
karena model pembelajaran tersebut terbukti efektif meningkatkan pemahaman
kognitif siswa pada penelitian sebelumnya.
1. Dwita Purnama Sari. 2013. Pengaruh Model Problem Based Learning Terhadap
Hasil Belajar Siswa pada Pendidikan Kewaganegaraan Sekolah Dasar. Hasil
penelitian yang menunjukkan bahwa adanya pengaruh penggunaan model PBL
terhadap hasil belajar. Hal ini terlihat dari rata-rata hasil belajar kognitif siswa
kelas eksperimen yaitu 75,56, di mana nilai ini lebih tinggi dibandingkan
dengan kelas kontrol yaitu sebesar 7 0,24. Yang juga berpengaruh pada nilai
signifikansinya.
2. Yunin Nurun Nafiah. 2014. Penerapan model problem-based learning untuk
Meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan Hasil belajar kognitif siswa.
Hasil belajar siswa setelah penerapan Problem Based Learning yakni sebesar
31,03%. Jumlah siswa yang mencapai KKM pada akhir Pembelajaran yakni
sebanyak 29 siswa ( 100% ).
3. Yuda Cipta Nuari. 2014. Pengaruh Model Problem Based Laerning Terhadap
Hasil Belajar IPS Siswa SDN 04 Rasau Jaya. Hasil penelitian ini menunjukkan
perbedaan antara hasil belajar siswa yang diajar menggunakan model
pembelajaran PBL dengan hasil belajar siswa yang diajar tanpa menggunakan
model PBL. Pada penelitian ini model pembelajaran PBL memberikan
pengaruh sebesar 0,76 terhadap peningkatan hasil belajar IPS.
C. Kerangka Berpikir
Kerangka pikir dalam suatu penelitian perlu dikemukakan apabila dalam
penelitian tersebut berkenaan dua variabel atau lebih. Berdasarkan pokok
pemikiran yang telah dijelaskan, memungkinkan bahwa model pembelajaran
Problem Based Learning berpengaruh terhadap Pemahaman kognitif PKn siswa.
25

PBL merupakan model pembelajaran yang menekankan pada pemberian


stimulus kepada siswa berupa penyajian suatu masalah kontekstual yang harus
dipecahkan dengan mengeksplor pengetahuan dan pengalaman siswa. Kurniasih
( 2014: 40 ), PBL merupakan sebuah model pembelajaran yang menyajikan
berbagai permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari siswa ( bersifat
kontekstual ) sehingga merangsang siswa untuk belajar. Penggunaan model PBL
diharapkan mampu mengaktifkan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran.
Guru tidak berperan sebagai satu-satunya sumber belajar, tetapi guru berperan
sebagai fasilitator.
Keberhasilan peserta didik dalam belajar dapat diukur dengan hasil belajar
yang diperoleh selama mengikuti proses kegiatan belajar mengajar. Berdasarkan
hasil observasi dan wawancara mengenai siswa kelas IV SD Negeri 10 Tinanggea
menunjukan bahwa perolehan hasil belajar pada pembelajaran tematik khususnya
pada hasil belajar materi Pendidikan Kewarganegaraan di siswa kelas IV SD
Negeri 10 Tinanggea cukup baik.
Penggunaaan model pembelajaran yang bervariasi sehingga dapat
mengurangi kejenuhan dan suasana yang monoton dalam proses belajar. Satu
diantara model pembelajaran yang dapat digunakan guru dalam menyampaikan
pelajaran PKn adalah model PBL, dengan alasan bahwa model ini dapat
memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat secara aktif dalam kegiatan
memecahkan masalah dan melatih pemahaman kognitif siswa. Adapun kerangka
berpikir yang dilakukan peneliti dalam penelitian adalah seperti pada gambar di
bawah berikut :
26

Kemampuan Kognitif siswa rendah pada Tema 8 Dearah tempat


tinggalku Sub Tema 1 Lingkungan Tempat Tinggalku dan belum
terlaksananya model Problem Based Learning di SDN 10
Tinanggea

Aspek Guru : Aspek Siswa :


a. Pembelajaran Berfokus Pada a. Jenuh
Guru b. Kurang Memahami Materi
b. Guru masih menggunakan c. Pasif
pembelajaran Konvensional

Penggunaan Model Problem Based Learning pada Kelas


Eksperimen dan Penggunaan Pembelajaran Konvensional pada
Kelas Kontrol

Model Pembelajaran Problem Based Learning Berpengaruh/tidak


terhadap pemahaman kognitif siswa

Gambar 2.1. Bagan Alur Kerangka Berpikir

D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H0 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dalam penggunaan model
pembelajaran Problem Based Learning terhadap kemampuan pemahaman
kognitif siswa pada mata pelajaran PKn pada Tema 8 Daerah Tempat
Tinggalku Sub Tema 1 Lingkungan Tempat Tinggalku pembelajaran 3 dan
4.
H1 : Terdapat pengaruh positif yang signifikan dalam penggunaan model
pembelajaran Problem Based Learning terhadap terhadap kemampuan
27

pemahaman kognitif siswa pada mata pelajaran PKn pada Tema Tema 8
Daerah Tempat Tinggalku Sub Tema 1 Lingkungan Tempat Tinggalku
pembelajaran 3 dan 4.
28

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian


Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen karena adanya
pemberian perlakuan pembelajaran dengan menggunakan model PBL. Penelitian
eksperimen bertujuan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang
lain dalam kondisi yang terkendalikan ( Sugiyono, 2017: 107 ). Eksperimen yang
dimaksud adalah untuk mengetahui berpengaruh atau tidaknya penggunaan model
PBL terhadap kemampuan pemahaman kognitif.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian pretest-posttest control
group design ( Sugiyono, 2017: 112 ). Desain penelitian ini dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Desain Penelitian
Kelompok Pretest Perlakuan Posttest
Eksperimen O1 X1 O2
Kontrol O3 - O4
Keterangan:
O1 : pemberian pretest pada kelompok eksperimen
O3 : pemberian pretest pada kelompok kontrol
X1 : perlakuan pembelajaran PBL
- : Pembelajaran Konvensional
O2 : pemberian Posttest pada kelompok eksperimen
O4 : pemberian Posttest pada kelompok kontrol

B. Variabel Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel
terikat.
a. Variabel bebas atau variabel independent yaitu pembelajaran model PBL pada
kelas eksperimen dan Pembelajaran Konvensional pada kelas kontrol.
b. Variabel terikat atau veriabel dependent adalah hasil belajar siswa.

28
29

C. Defenisi Oprerasional dan Indikator Penelitian


Defenisi operasional dan indikator dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Model Problem Based learning yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
guru mendemostrasikan pengetahuan dan keterampilan yang memuat materi
dengan sintak model Problem Based Learning dimulai dari orientasi peserta
didik kepada masalah, mengorganisasikan peserta didik, membimbing
penyelidikan individu dan kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil,
menganalisa dan mengevaluasi proses.
2. Pembelajaran Konvensional yang dimaksud dalam penelitian ini adalah guru
mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan dan pembelajaran berpusat
kepada guru dengan sintaks Pembelajaran Konvensional yang dimulai dari
menyampaikan tujuan dan menyiapkan siswa, mendemostrasikan pengetahuan
dan keterampilan, memberi LKS, mengecek pemahaman dan memberi umpan
balik kepada siswa.
3. Pemahaman Kognitif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah aspek belajar
kognitif siswa dengan indikator penelitian yakni Level 1 ( Pengetahuan ), Level
2 ( Penerapan ), dan Level 3 ( Penalaran ).
D. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa di SD Negeri 10
Tinanggea. Sampel Penelitian adalah siswa kelas IV di SD Negeri 10 Tinanggea
yang terdiri dari dua kelas yaitu kelas IV-A berjumlah 25 orang siswa dan kelas
IV-B berjumlah 24 orang siswa. Teknik pengambilan sampel yang digunakan
adalah purposive Random sampling, yaitu penentuan sampel dengan petimbangan
tertentu. Pertimbangan peneliti dalam menentukan sampel adalah rata-rata
kemampuan siswa yang dijadikan sampel relatif sama.
30

E. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian akan dilaksanakan di SD Negeri Tinanggea. Penelitian ini
dilaksanakan di kelas IV SD Negeri Tinanggea pada semester genap tahun
pelajaran 2021/2022 dapat dilihat pada gambar 3.1.

Gambar 3.1. SD Negeri 10 Tinanggea

F. Teknik Pengumpulan Data


Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah skor hasil belajar kognitif
siswa. Data tersebut diperoleh dari tes hasil belajar dalam berbentuk pilihan ganda
yang diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
G. Instrumen Penelitian
Instrumen pembelajaran yang digunakan pada penelitian ini berupa model
Problem Based Learning yang diajarkan pada kelas eksperimen dan model
Pembelajaran Konvensional pada kelas kontrol. Model Problem Based Learning
yang diajarkan pada kelas eksperimen mengunakan RPP dan LKS Problem Based
Learning sedangkan model Pembelajaran Konvensional yang diajarkan pada kelas
kontrol mengunakan RPP dan LKS Pembelajaran Konvensional.
Instrumen pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini berupa tes
objektif bentuk pilihan ganda ( Multiple Choice Item Test ) untuk mengetahui
pemahaman kognitif siswa. Tes objektif yang digunakan pada kelas eksperimen
dan kontrol merupakan bentuk tes pilihan ganda yang sama.
31

H. Prosedur Penelitian
Adapun langkah-langkah penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut
1. Melakukan persiapan meliputi kegiatan penyusunan proposal dan instrument
penelitian.
2. Melakukan observasi di sekolah yaitu peneliti melakukan kegiatan observasi
sebelum penelitian dilaksanakan. Observasi dilakukan di SD Negeri 10
Tinanggea dengan tujuan mengetahui kesediaan sekolah untuk dijadikan
sebagai tempat penelitian.
3. Menentukan populasi.
4. Mengadakan dokumentasi berupa daftar nama siswa dan nilai ulangan
semester PKn siswa kelas IV SD Negeri 10 Tinanggea.
5. Menentukan sampel penelitian yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol
secara random.
6. Memberikan pree-test pada kelas IV A dan kelas IV B sebelum kegiatan
pembelajaran berlangsung untuk mengetahui kemampuan awal siswa.
7. Membagi kelas kontrol dan eksperimen pada kelas IV berdasarkan perolehan
nilai pree-test.
8. Melaksanakan proses pembelajaran pada kelas eksperimen dengan
menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning ( PBL ) pada
kelas Eksperimen dan Pembelajaran Konvensional pada kelas kontrol.
9. Memberikan post-test berupa latihan soal pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol setelah melakukan pembelajaran untuk mengetahui skor post-test;
10. Hasil penelitian berupa nilai pree-test dan post-test siswa dihitung nilai n-
gainnya kemudian dianalisis menggunakan SPSS sesuai dengan hipotesis
penelitian.
11. Membahas hasil dan analisis data.
12. Menarik kesimpulan dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah di
lakukan.
32

I. Teknik Analisis Data


Data penelitian ini akan dianalisis secara deskriptif dan inferensial.
Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan keterlaksanaan
pembelajaran dan skor pemahaman kognitif yang diperoleh dari masing-masing
kelompok ( rata-rata, standar deviasi, n-gain, skor minimum dan skor
maksimum ). Menurut Meltzer ( 2002 ), untuk memperoleh nilai n-gain
digunakan rumus:
SPost −Spre
N-gain=
Smaks−Spre

Keterangan :
Spost = Skor Posttest
Spre = Skor Pretest
Smax = Skor Maksimum
Analisis inferensial digunakan untuk melihat pengaruh dan hubungan
model pembelajaran. Uji hipotesis untuk melihat pengaruh model pembelajaran
dengan menggunakan uji hipotesis melalui uji t-test ( independent sample t-test )
apabila data berdistribusi normal dan Mann Whitnay apabila data berdistribusi
tidak normal, yang didahului uji persyaratan yakni uji normalitas dan uji
homogenitas. Uji hipotesis menggunakan software SPSS 24 dengan kriteria
pengambilan keputusan didasarkan pada taraf ɑ 0,05.
33

DAFTAR PUSTAKA

Ahyar. 2017. Implementasi mdel pembelajaran Problem Based Learning pada mata
pelajaran pendidikan pancasila dan kewarganegaraan ( PKn ). Jurnal
Inovasi Teknologi Pembelajaran. 74-80

Anderson L.W., Krathwohl D.R., Airasian P.W., Cruikshank K.A., Mayer R.E.,
Pintrich P.R., Raths J., Wittrock M.C., 2015. Kerangka Landasan untuk
Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen. ( terjemahan Agung Prihantoro
). Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Asniwati, A. 2012. Meningkatkan Hasil Belajar PKn Materi Kebebasan


Berorganisasi Melalui Pendekatan Kooperatif Model Teams Games
Tournament ( TGT ) Siswa Kelas V SDN Sungai Tiung 4 Banjarbaru.
Paradigma, Jurnal Ilmu Pendidikan.

Bloom, Benjamin S, etc. 1956. Taxonomy of Educational Objective : The


Classificationof Educational Goals, Handbook I Cognitive Domain. New
York : Longmans, Green and Co.

Budimansyah, & Winataputra. 2012. Pendidikan Kewarganegaraan Dalam


Perspektif Internasional. Bandung: Widya Aksara Press

Dharma, Siregar, Surya dan Rosnah. 2015. Membangun Pengalaman Belajar


Kewarganegaraan melalui Model Pembelajaran Project citizen pada
Siswa. Jurnal Pendidikan Ilmu Ilmu Sosial.

Dwita P.S. 2013. Pengaruh Model Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar
Siswa pada Pendidikan Kewaganegaraan Sekolah Dasar. Jurnal Online.

Etherington, M. B. 2011. Investigative Primary Science: A Problem-based Learning.


Approach. Australian Journal of Teacher Education, Vol 39 ( 9 ), pp. 36 –
57.

Euis Karwati dan Doni Juni Priansa. 2015. Manajemen Kelas. Guru Profesional yang
inspiratif, kreatif, Menyenangkan dan Berprestasi. Bandung: Alfabeta.

Farenta, Arvi Sekar. 2016. Pengembangan E-Module Berbasis Problem Based


Learning Mata Pelajaran Kimia untuk Siswa Kelas X SMA Negeri 8
Malang. Jurnal Pendidikan: teori, penelitian, dan pengembangan. 1159-
1168.

33
34

Fauzi, A. Z. A. 2017. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pkn
Materi Keputusan Bersama Melalui Model Mind Mapping Yang Divariasi
Dengan Role Playing Di Kelas V SDN Teluk Tiram 2 Banjarmasin. Jurnal
Paradigma, 9 ( 2 ).

Halik. 2003. Urgensi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di Perguruan


Tinggi. Bandung: Alfabeta

Hamdayama, J. 2016. Metodologi Pengajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Hardiyanti. 2017. Keefektifan Model Problem Based Learning untuk Meningkatkan


Ketrampilan proses Sains Siswa. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia. 1862-
1671.

Komalasari, Kokom. 2015. Pembelajaran Konstektual. Bandung : Alfabet.

Kurniasih, Imas & Berlin Sani. 2014. Implementasi Kurikulum 2013 Konsep dan
Penerapan. Surabaya: Kata Pena.

Meltzer. 2002. Metode Penelitian Pendidikan ( Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif


dan R&D ). Bandung: Alfabeta.

Paizaluddin, dan Ermalinda. 2016. Penelitian Tindakan Kelas ( Classroom Action


Resarch ). Bandung: Alfabeta

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006.


(n.d.).Tentang Standar Isi Untuk SatuanPendidikan Dasar dan
Menengah.https://akhmadsudrajat.files.wordpress.com/
2009/04/permendiknas-no-22-tahun2006.pdf. diakses 23 Oktober 2018.

Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru.


Jakara: Raja Grafindo Permai.

Sanjaya, W. 2013. Strategi pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan.


Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Shoimin, A. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.


Yogyakarta: ArRuzz Media.

Sudjana, N. 2004. Penilaian hasil proses belajar mengajar. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kombinasi. Alfabeta. Bandung.


35

Sumantri, S, M. 2011. Strategi Pembelajaran ( Teori dan Praktek di Tingkat.


Pendidikan Dasar ). Jakarta.

Sumartini, T.S. 2016. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis


Siswa melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Jurnal Pendidikan
Matematika.

Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2006. (n.d.). Tentang Sistem


Pendidikan Nasional. https://kemenag.go.id/file/dokumen/UU2003 .pdf
diakses 21 Oktober 2018.

Wijayanti, J. S. (2017). Pengembangan Perangkat Pembelajaran mengacu Model


Creative, Auditory, Visualization, Intellectually. Al-Jabar : Jurnal
Pendidikan Matematika, Vol. 8, No, 2, Hal. 101-110.

Yamin, M.2013. Strategi dan Metode dalam Model Pembelajaran. Jakarta: Referensi
( GP Press Group ).

Yuda , C. N. 2014. Pengaruh Model Problem Based Laerning Terhadap Hasil


Belajar IPS Siswa SDN 04 Rasau Jaya. Jurnal Online.

Yunin N. N. 2014. Penerapan model problem-based learning untuk Meningkatkan


keterampilan berpikir kritis dan Hasil belajar kognitif siswa. Jurnal
Online.

Anda mungkin juga menyukai