Anda di halaman 1dari 8

1.

     PENGERTIAN STANDARISASI

Standarisasi merupakan penentuan ukuran yang harus diikuti dalam


memproduksikan sesuatu, sedang pembuatan banyaknya macam ukuran barang yang
akan diproduksikan merupakan usaha simplifikasi. Standardisasi adalah proses
pembentukan standar teknis , yang bisa menjadi standar spesifikasi , standar cara uji ,
standar definisi , prosedur standar (atau praktik), dll
Istilah standarisasi berasal dari kata standar yang berarti satuan ukuran yang
dipergunakan sebagai dasar pembanding kuantita, kualita, nilai, hasil karya yang ada.
Dalam arti yang lebih luas maka standar meliputi spesifikasi baik produk, bahan
maupun proses. Tidak boleh tidak standar harus atau sedapat mungkin diikuti agar
supaya kegiatan maupun hasilnya boleh dikatakan dapat diterima umum oleh
penggunaan standee atau ukuran ini adalah hasil kerja sama pihak-pihak yang
berkepentingan dalam industry dimana perusahaan itu berada. Misalnya industry mobil
di Amerika Serikat bersepakat untuk membuat mesin yang silindernya dapat
dipergunakan segala macam merek busi mobil, atau malah terdapat sepakat antara
industry mobil dan industry busi agar segala macam busi dapat dipasang di segala
mesin mobil dan sebagainya

 Standar adalah keadaan ideal atau tingkat pencapaian tertinggi dan sempurna yang digunakan
sebagai batas penerimaan minimal (Clinical practice Guildelines, 1990).
 Standar adalah spesifikasi dari fungsi dan tujuan yang harus dipenuhi oleh suatu sarana
pelayanan agar pemakai jasa pelayanan dapat memperoleh keuntungan yang maksimal dari
pelayanan yang diselenggarakan ( Rowland & Rowland, 1983).
 Standar adalah tujuan produksi yang numeric, kazimnya ditetapkan secara sendiri namun bersifat
meningkat yang dapat dipakai sebagai pedoman untuk memisahkan yang tidak dapat diterima
atau buruk dengan yang dapat diterima atau baik (Brent James, 1983).

2. pengertian standar layanan kesehatan adalah suatu pernyataan tentang mutu yang
diharapkan, yaitu akan menyangkut masukan, proses dan keluaran (outcome) sistem
layanan kesehatan.Standar layanan kesehatan merupakan suatu alat organisasi untuk
menjabarkan mutu layanan kesehatan ke dalam terminologi operasional sehingga
semua orang yang terlibat dalam layanan kesehatan akan terikat dalam suatu sistem,
baik pasien, penyedia layanan kesehatan, penunjang layanan kesehatan, ataupun
manajemen organisasi layanan kesehatan, dan akan bertanggung gugat dalam
menjalankan tugas dan perannya masing-masing.
Di kalangan profesi layanan kesehatan sendiri, terdapat berbagai definisi tentang
standar layanan kesehatan. Kadang-kadang standar layanan kesehatan itu diartikan
sebagai petunjuk pelaksanaan, protokol, dan Standar Prosedur Operasional
(SPO).Standar Pelayanan Kebidanan Dasar adalah norma dan tingkat kinerja yang
diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Pengertian Standar Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit - Rumah sakit sebagai
sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki
peran yang sangat strategis dalam mempercepat peningkatan derajat kesehatan
kesehatan masyarakat. Rumah sakit dituntut untuk memberikan pelayanan yang
bermutu sesuai dengan standar yang ditetapkan dan dapat dijangkau seluruh lapisan
masyarakat.

Menurut Para ahli Standar adalah keadaan ideal atau tingkat pencapaian tertinggi dan
sempurna yang dipergunakan sebagai batas penerimaan minimal (Clinical Practice
Guideline, 1990 dalam Azwar, 1996).

Pengertian Standar adalah rumusan tentang penampilan atau nilai diinginkan yang


mampu dicapai, berkaitan dengan parameter yang telah ditetapkan (Donabedian, 1980
dalam Azwar, 1996).

Definisi Standar adalah spesifikasi dari fungsi atau tujuan yang harus dipenuhi oleh
suatu sarana pelayanan agar pemakai jasa dapat memperoleh keuntungan yang
maksimal dari pelayanan yang diselenggarakan (Rowland dan Rowland, 1983 dalam
Azwar, 1996).

Keputusan Menteri Kesehatan no. 228 tahun 2002 menyatakan bahwa standar adalah
spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan sebagai patokan dalam melakukan
kegiatan. Standar ini dapat ditentukan berdasarkan kesepakatan propinsi,
kabupaten/kota sesuai dengan evidence base. Standar pelayanan rumah sakit daerah
adalah penyelenggaraan pelayanan manajemen rumah sakit, pelayanan medik,
pelayanan penunjang dan pelayanan keperawatan, baik rawat inap maupun rawat jalan
yang minimal harus diselenggarakan oleh rumah sakit. 

Pelayanan kesehatan adalah suatu sistem lembaga, orang, tekonologi dan sumber


daya yang dirancang untuk meningkatkan status kesehatan suatu populasi,  misalnya
pencegahan, promosi, pengobatan dan sebagainya (Adikoesoemo, 1997).

Standar pelayanan yang harus dimiliki oleh rumah sakit menurut Azwar (1996) adalah
sebagai berikut:
 Pelayanan farmasi harus dilakukan dibawah pengawasan tenaga ahli farmasi
yang baik
 Rumah sakit harus menyediakan pelayanan laboratorium patologi anatomi dan
patologi klinik
 Rumah sakit harus menyediakan ruang bedah lengkap dengan fasilitasnya
 Rumah sakit harus dibangun, dilengkapi dan dipelihara dengan baik untuk
menjamin kesehatan dan keselamatan pasiennya.   

Untuk menghadapi dinamika masyarakat sedemikian rupa, pemerintah melalui


Kementerian Kesehatan tidak tinggal diam. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia mewajibkan dilaksanakannya akreditasi rumah sakit dengan tujuan
untuk meningkatkan pelayanan rumah sakit di Indonesia. Dasar hukum
pelaksanaan akreditasi di rumah sakit adalah UU No. 36 tahun 2009 tentang
kesehatan, UU No. 44 tahun 2009 tentang rumah sakit dan Permenkes 1144/
Menkes/ Per/ VIII/ 2010 tentang organisasi dan tata kerja kementerian
kesehatan. Akreditasi mengandung arti suatu pengakuan yang diberikan
pemerintah kepada rumah sakit karena telah memenuhi standar yang ditetapkan.
Rumah sakit yang telah terakreditasi, mendapat pengakuan dari pemerintah
bahwa semua hal yang ada di dalamnya sudah sesuai dengan standar. Sarana
dan prasarana yang dimiliki rumah sakit, sudah sesuai standar. Prosedur yang
dilakukan kepada pasien juga sudah sesuai dengan standar.

Berdasarkan standar akreditasi versi 2007, terdapat tiga tahapan dalam


pelaksanaan akreditasi yaitu akreditasi tingkat dasar, akreditasi tingkat lanjut
serta akreditasi tingkat lengkap. Akreditasi tingkat dasar menilai lima kegiatan
pelayanan di rumah sakit, yaitu: Administrasi dan Manajemen, Pelayanan Medis,
Pelayanan Keperawatan, Pelayanan Gawat Darurat dan Rekam Medik.
Akreditasi tingkat lanjut menilai 12 kegiatan pelayanan di rumah sakit, yaitu:
pelayanan yang diakreditasi tingkat dasar ditambah Farmasi, Radiologi, Kamar
Operasi, Pengendalian Infeksi, Pelayanan Resiko Tinggi, Laboratorium serta
Keselamatan Kerja, Kebakaran dan Kewaspadaan Bencana (K-3). Akreditasi
tingkat lengkap menilai 16 kegiatan pelayanan di rumah sakit, yaitu: pelayanan
yang diakreditasi tingkat lanjut ditambah Pelayanan Intensif, Pelayanan Tranfusi
Darah, Pelayanan Rehabilitasi Medik dan Pelayanan Gizi. Rumah sakit boleh
memilih akan melaksanakan akreditasi tingkat dasar (5 pelayanan), tingkat lanjut
(12 pelayanan) atau tingkat lengkap (16 pelayanan) tergantung kemampuan,
kesiapan dan kebutuhan rumah sakit baik pada saat penilaian pertama kali atau
penilaian ulang setelah terakreditasi. Berdasarkan standar akreditasi versi 2007
ini, sertifikasi yang diberikan kepada rumah sakit berupa: tidak terakreditasi,
akreditasi bersyarat, akreditasi penuh dan akreditasi istimewa. Tidak
terakreditasi artinya hasil penilaian mencapai 65% atau salah satu kegiatan
pelayanan hanya mencapai 60%. Akreditasi bersyarat artinya penilaian
mencapai 65% – 75% dan berlaku satu tahun. Akreditasi penuh artinya hasil
penilaian mencapai 75% dan berlaku selama 3 tahun. Akreditasi istimewa
diberikan apabila dalam tiga tahun berturut-turut rumah sakit mencapai nilai
terakreditasi penuh dan status ini berlaku selama 5 tahun. Rumah sakit wajib
melaksanakan akreditasi minimal 6 bulan setelah SK perpanjangan izin keluar
dan 1 tahun setelah SK izin operasional.

Manfaat implementasi standar akreditasi versi 2007 ini terutama ditujukan bagi
penerima layanan kesehatan, pasien. Selain bermanfaat bagi pasien, akreditasi
juga bemanfaat bagi petugas kesehatan di rumah sakit, bagi rumah sakit itu
sendiri, bagi pemilik rumah sakit dan bagi perusahaan asuransi. Bagi tenaga
kesehatan di rumah sakit, akreditasi berfungsi untuk menciptakan rasa aman
bagi mereka dalam melaksanakan tugasnya. Mereka akan merasa aman karena
sarana dan prasarana yang tersedia di rumah sakit sudah memenuhi standar
sehingga tidak akan membahayakan diri mereka. Selain itu, sarana dan
prasarana yang sesuai standar juga sangat membantu mempermudah proses
kerja mereka. Bagi rumah sakit, akreditasi bermanfaat sebagai alat untuk
negosiasi dengan pihak ketiga misalnya asuransi atau perusahaan. Dalam hal
ini, akreditasi bisa dibilang berfungsi sebagai salah satu alat berpromosi. Bagi
pemilik rumah sakit, akreditasi berfungsi sebagai alat untuk mengukur kinerja
pengelola rumah sakit. Sedangkan bagi perusahaan asuransi, akreditasi
bermanfaat sebagai acuan dalam memilih dan mengadakan kontrak dengan
rumah sakit. Perusahaan asuransi enggan mempertaruhkan nama baiknya
dihadapan kliennya dengan memilih rumah sakit berpelayanan buruk.

Dalam penerapannya, standar akreditasi versi 2007 memiliki banyak


kekurangan. Seperti dilansir dalam situs Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS),
standar akreditasi versi 2007 lebih berfokus pada penyedia layanan kesehatan
(rumah sakit), kuat pada input dan dokumen namun lemah dalam implementasi
dan dalam proses akreditasi kurang melibatkan petugas. Untuk menutupi
kekurangan ini, KARS mengembangkan standar akreditasi versi 2012. Standar
akreditasi versi 2012 ini memiliki kelebihan yaitu lebih berfokus pada pasien; kuat
dalam porses, output dan outcome; kuat pada implementasi serta melibatkan
seluruh petugas dalam proses akreditasinya. Dengan adanya perbaikan ini
diharapkan rumah sakit yang lulus proses akreditasi versi 2012 ini benar-benar
dapat meningkatkan mutu pelayanannya dengan lebih berfokus pada
keselamatan pasien.
Standar akreditasi 2012 ini mirip dengan standar akreditasi internasional. Dalam
standar akreditasi baru ini terdapat 4 kelompok standar yang terdiri dari 1.048
elemen yang akan dinilai. Keempat kelompok standar akreditasi rumah versi
2012 yaitu: kelompok standar pelayanan berfokus pada pasien, kelompok
standar manajemen rumah sakit, sasaran keselamatan pasien rumah sakit dan
sasaran Millenium Development Goals. Dalam kelompok standar pelayanan
berfokus pada pasien, komponen penilaian selain berfokus pada hal – hal terkait
pelayanan pasien dan keluarga, mulai dari pemenuhan hak-hak pasien,
pendidikan pasien dan keluarga sampai ke pelayanan yang akan diberikan
kepada pasien. Pada kelompok standar manajemen rumah sakit, komponen
yang dinilai misalnya upaya manajemen untuk memberikan dukungan agar
rumah sakit dapat memberi pelayanan yang baik kepada pasien. Sasaran
keselamatan pasien di rumah sakit dimaksudkan untuk meningkatkan mutu
pelayanan lebih baik dan memperhatikan keselamatan pasien. Jangan sampai
pasien yang datang ke rumah sakit membawa pulang penyakit lagi. Sasaran
Millenium Development Goals merupakan komponen penilaian tambahan dalam
standar akreditasi rumah sakit, khusus di Indonesia. Sasaran-sasarannya berupa
penurunan angka kematian ibu dan bayi, penurunan kasus HIV dan AIDS serta
pengendalian tuberkulosis. Tingkat-tingkat kelulusan berdasarkan standar
akreditasi versi 2012 adalah dasar, madya, utama dan paripurna. Tingkat
paripurna adalah tingkat kelulusan tertinggi yang dapat diraih oleh rumah sakit.
Dalam pelaksanaan akreditasi rumah sakit menggunakan standar akreditasi
versi 2012 ini, surveyor akan menemui pasien untuk mencari bukti adanya
peningkatan mutu pelayanan rumah sakit yang berfokus pada keselamatan
pasien. Bila tidak ditemukan bukti, maka proses penilaian tidak akan lanjut ke
komponen lain. Saat ini seluruh rumah sakit memiliki kewajiban untuk menjaga
mutu pelayanannya dengan melaksanakan akreditasi minimal setiap 3 tahun
sekali.

Manfaat langsung dari implementasi standar akreditasi versi 2012 adalah rumah
sakit akan lebih mendengarkan keluhan pasien dan keluarganya. Rumah sakit
akan lebih “lapang dada” menerima kritik dan saran dari pasien dan keluarganya,
tidak lagi menjadi pihak yang selalu benar. Rumah sakit juga akan lebih
menghormati hak-hak pasien dan melibatkan pasien dalam proses perawatan
sebagai mitra. Dalam hal ini, pasien dan keluarganya akan diajak berdiskusi
dalam menentukan perawatan terbaik sesuai kondisi pasien saat ini.
Implementasi standar akreditasi versi 2012 juga diharapkan dapat meningkatkan
kepercayaan masyarakat bahwa rumah sakit telah melakukan upaya
peningkatan mutu pelayanan berdasar keselamatan pasien. Selain itu,
implementasi standar akreditasi versi 2012 juga akan menciptakan lingkungan
kerja yang aman dan efisien sehingga berkontribusi terhadap kepuasan
karyawan. Rumah sakit yang telah lulus akreditasi versi 2012 akan memiliki
modal negosiasi dengan perusahaan asuransi kesehatan dan sumber pembayar
lainnya dengan lengkapnya data tentang mutu pelayanan rumah sakit.
Implementasi standar akreditasi versi 2012 akan dapat menciptakan budaya
belajar dengan adanya sistem pelaporan yang tepat dari kejadian yang tidak
diharapkan di rumah sakit. Manfaat lain dari implementasi standar akreditasi
versi 2012 adalah terbangunnya kepemimpinan kolaboratif yang menetapkan
kualitas dan keselamatan pasien sebagai prioritas dalam semua tahap
pelayanan.

Tahapan yang perlu dilakukan dalam penyelenggaraan akreditasi adalah:


pembinaan akreditasi oleh Kementerian Kesehatan dan Dinas Kesehatan,
bimbingan akreditasi oleh surveyor pembimbing, survei akreditasi oleh surveyor
akreditasi dan pendampingan pasca akreditasi oleh tim pendampingan yang
terdiri dari Kemenkes, KARS (Komite Akreditasi Rumah Sakit), PERSI daerah
dan Dinas Kesehatan. Tahap pembinaan akreditasi bertujuan untuk menyiapkan
sistem pelayanan di rumah sakit. Hasil pembinaan berupa rekomendasi yang
mencakup aspek hukum atau aspek manajemen pelayanan yang bisa digunakan
untuk mengetahui apakah rumah sakit perlu bimbingan atau tidak. Tahap
bimbingan akreditasi bertujuan untuk memberikan penjelasan, pemahaman dan
penerapan standar pelayanan yang menjadi item penilaian dalam akreditasi.
Hasil bimbingan ini berupa rekomendasi tentang langkah-langkah yang perlu
dilakukan rumah sakit dan dokumen yang perlu disediakan untuk mencapai
akreditasi. Bila masih membutuhkan bimbingan, rumah sakit berhak untuk
meminta bimbingan dari konsultan luar selain KARS untuk mendapat bimbingan
lebih intensif. Tahap survey akreditasi merupakan saatnya penilaian terhadap
pemenuhan standar rumah sakit menggunakan instrumen akreditasi yang
dikeluarkan oleh KARS. Survei akreditasi dilakukan oleh KARS sedangkan
sertifikasi diberikan oleh Dirjen Pelayanan Medik DepKes RI berdasarkan
rekomendasi KARS. Rumah sakit tidak dapat memilih surveyor akreditasi untuk
menjamin objektivitas penilaian. Tahap pendampingan pasca akreditasi
bertujuan menindaklanjuti rekomendasi hasil survey akreditasi agar rumah sakit
yang telah terakreditasi dapat meningkatkan mutu pelayanan yang masih
dibawah standar dan tetap mempertahankan mutu pelayanan yang sudah
tercapai. Pendampingan dilaksanakan secara berkala minimal 6 bulan pasca
survey akreditasi.

Selain diakreditasi dengan standar nasional, beberapa rumah sakit di Indonesia,


khususnya rumah sakit pemerintah, juga akan diakreditasi menggunakan standar
internasional. Sebenarnya telah banyak rumah sakit di Indonesia yang
terakreditasi secara internasional, namun kebanyakan rumah sakit swasta.
Kondisi ini semakin menanamkan kesan bahwa rumah sakit pemerintah memang
kurang layak dipercaya dan kurang mampu memberikan pelayanan terbaik baik
masyarakat. Rencananya, tujuh rumah sakit besar pemerintah akan dipersiapkan
untuk akreditasi internasional pada tahun 2013. Untuk mewujudkan hal ini,
pemerintah bekerjasama dengan lembaga akreditasi internasional yaitu Joint
Commission International (JCI) dari Amerika Serikat. JCI dipilih karena paling
banyak berafiliasi dengan berbagai rumah sakit besar di dunia dan merupakan
salah satu lembaga akreditasi yang dianggap berpengalaman. Akreditasi
internasional ini bertujuan untuk “menyetarakan” mutu pelayanan rumah sakit
pemerintah dengan rumah sakit internasional. Dengan adanya akreditasi
internasional ini diharapkan tumbuh pula kepercayaan dan pengakuan dari
masyarakat bahwa rumah sakit pemerintah mampu memberikan layanan
kesehatan terbaik. Dengan pengakuan ini diharapkan dapat membendung arus
masyarakat yang berlomba-lomba berobat ke luar negeri. Dengan adanya
akreditasi internasional ini, pemerintah menjamin adanya peningkatan mutu
layanan kesehatan di rumah sakit pemerintah tanpa diiringi dengan kenaikan
harga. Kedepannya, tidak hanya rumah sakit swasta atau pemerintah yang akan
mendapat akreditasi tetapi juga Rumah Sakit TNI atau Polri dan Rumah Sakit
pendidikan. Terutama rumah sakit pendidikan, penting untuk mendapatkan
akreditasi untuk membuktikan bahwa pelayanan yang diberikan rumah sakit ini
memang benar-benar merupakan layanan bermutu. Adanya akreditasi bagi
Rumah Sakit Pendidikan juga diharapkan dapat meluruskan anggapan
masyarakat bahwa mereka akan menjadi “kelinci percobaan” bila menjadi pasien
di rumah sakit tersebut.

Untuk mendapatkan tingkat kelulusan akreditasi yang baik, diperlukan adanya


kerja sama antar semua pihak di rumah sakit. Semua staf rumah sakit, mulai dari
pimpinan puncak sampai staf lapis terbawah harus memiliki semangat yang
sama dalam mewujudkannya. Pimpinan puncak hingga ke staf lapisan bawah
harus memiliki pemahaman yang sama mengenai alasan dilaksanakannya
akreditasi. Jangan sampai ada pihak yang menganggap bahwa akreditasi ini
akan menjadi beban yang menambah-nambah kerjaan mereka karena harus
bekerja sesuai standar-standar akreditasi. Sejatinya, standar-standar yang
dijadikan komponen penilaian dalam survey akreditasi adalah untuk dipenuhi dan
diimplementasikan dalam jangka panjang bukan hanya pada saat survey
akreditasi. Dengan adanya kerjasama dan semangat yang sama tinggi dari
semua pihak di rumah sakit, bukan hal mustahil akan terciptanya layanan
kesehatan berkualitas tinggi yang langgeng bagi masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai