Anda di halaman 1dari 40

DISKUSI INTERAKTIF: MEWUJUDKAN INVESTASI PERUBAHAN IKLIM

PERKEMBANGAN, TANTANGAN DAN PELUANG PADA FESTIVAL IKLIM 2018

ARAH DAN KEBIJAKAN GREEN INVESTMENT

Oleh:
Hanung Harimba Rachman
Direktur Perencanaan Industri Agribisnis dan Sumber Daya Alam Lainnya, BKPM

Jakarta, 17 Januari 2018

© 2018 by Indonesian Investment Coordinating Board. All rights reserved


OVERVIEW KONDISI EMISI DI INDONESIA
TARGET NASIONAL UNTUK PENURUNAN EMISI (RPJMN 2015-2019)

• Target Indonesia, penurunan emisi GRK sekitar 26 persen pada tahun 2019
• Prioritas akan dilakukan di 5 (lima) sektor: kehutanan dan lahan gambut, pertanian, energi dan
transportasi, industri, dan limbah. Dengan sasaran pembangunan sebagai berikut:

No. Pembangunan Baseline 2014 Sasaran 2019


1 Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) 15,5% Turun 26%
2 Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) 63,0-64,0 66,5-68,5
3 Tambahan Rehabilitasi Hutan 2 juta ha (dalam dan luar kawasan) 750 ribu ha (dalam kawasan)

Roadmap Kebijakan Energi Nasional

Hydro power, 3% Geothermal , 1% Natural Gas,


30% Oil, 20%
Coal, 15%

Renewable
energy; 17%*

*): Keterangan
Natural Gas, Oil , 52% Biofuel (5%)
29% Geothermal (5%)
Biomass, Nuklir, Hidro, Surya, Angin (5%)
Coal, 33% Coal Liquefaction (2%)

I n d o n e s i a I n v e s t m e n t C o o r d i n a t i n g B o a r d 3
EMISI DI INDONESIA

Sumber: World Resources Institute (WRI), 2016


I n d o n e s i a I n v e s t m e n t C o o r d i n a t i n g B o a r d 4
EMISI GAS RUMAH KACA (GRK) SEKTORAL, 2000-2014

Kebakaran Lahan
Gambut
17%

Energi
31%

Penggunaan Lahan,
Perubahan
Penggunaan Lahan dan
Kehutanan
35%
Proses Industri dan
Pertanian
Penggunaan Produk
8%
3%
Limbah
6%

Sumber: Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim (PPI), 2016


I n d o n e s i a I n v e s t m e n t C o o r d i n a t i n g B o a r d 5
SUMBER EMISI UTAMA PROVINSI DI INDONESIA

• Pada 2013 Indonesia baru mencapai 2.25% dari


keseluruhan target penurunan emisi gas rumah kaca di
tingkat provinsi tahun 2020.
• Melihat bahwa Indonesia hanya memiliki sisa empat
tahun, provinsi-provinsi di Indonesia harus mendorong
implementasi yang lebih baik untuk mengejar
pencapaian target di tahun 2020.

Sumber: World Resources Institute (WRI), 2016


I n d o n e s i a I n v e s t m e n t C o o r d i n a t i n g B o a r d 6
KEBIJAKAN GREEN INVESTMENT
AMANAT UU PENANAMAN MODAL TERKAIT LINGKUNGAN HIDUP

No. Pasal Keterangan

1 Pasal 3 Ayat (1) Penanaman modal diselenggarakan berdasarkan asas berwawasan lingkungan (asas penanaman
Huruf h modal yang dilakukan dengan tetap memperhatikan dan mengutamakan perlindungan dan
pemeliharaan lingkungan hidup)
2 Pasal 12 Ayat (3) Pemerintah berdasarkan Peraturan Presiden menetapkan bidang usaha yang tertutup untuk
penanaman modal, baik asing maupun dalam negeri, dengan berdasarkan kriteria kesehatan, moral,
kebudayaan, lingkungan hidup, pertahanan dan keamanan nasional, serta kepentingan nasional
lainnya
3 Pasal 15 Huruf b Setiap penanam modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan (tanggung
jawab yang melekat pada setiap perusahaan penanaman modal untuk tetap menciptakan hubungan
yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat
4 Pasal 16 Huruf d Setiap penanam modal bertanggung jawab menjaga kelestarian lingkungan hidup
5 Pasal 17 Penanam modal yang mengusahakan sumber daya alam yang tidak terbarukan wajib mengalokasikan
dana secara bertahap untuk pemulihan lokasi yang memenuhi standar kelayakan lingkungan hidup,
yang pelaksanaannya diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
6 Pasal 18 Ayat (3) Penanaman modal yang mendapat fasilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah yang
Huruf g sekurang-kurangnya memenuhi salah satu kriteria menjaga lingkungan hidup
7 Pasal 24 Huruf b Kemudahan pelayanan dan/atau perizinan atas fasilitas perizinan impor sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 21 huruf c dapat diberikan untuk impor barang yang tidak memberikan dampak negatif
terhadap keselamatan, keamanan, kesehatan, lingkungan hidup, dan moral bangsa
8 Pasal 30 Ayat (7) Dalam urusan pemerintahan di bidang penanaman modal, yang menjadi kewenangan Pemerintah
Huruf a adalah penanaman modal terkait dengan sumber daya alam yang tidak terbarukan dengan tingkat
risiko kerusakan lingkungan yang tinggi

I n d o n e s i a I n v e s t m e n t C o o r d i n a t i n g B o a r d 8
RENCANA UMUM PENANAMAN MODAL (PERPRES NO. 16 TAHUN 2012)

• Pasal 2 Perpres 16 Tahun 2012 mencantumkan bahwa arah kebijakan penanaman modal, meliputi:
• Perbaikan iklim penanaman modal
• Persebaran penanaman modal
• Fokus pengembangan pangan, infrastruktur, dan energi
• Penanaman modal yang berwawasan lingkungan (Green Investment)
• Pemberdayaan usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi (UMKMK)
• Pemberian fasilitas, kemudahan, dan/atau insentif penanaman modal
• Promosi penanaman modal

• Arah kebijakan penanaman modal yang berwawasan lingkungan (Green Economy), antara lain:
• Perlunya sinergi dengan kebijakan dan program pembangunan lingkungan hidup , khususnya
program pengurangan emisi gas rumah kaca pada sektor kehutanan, transportasi, industri, energi,
dan limbah, serta program pencegahan kerusakan keanekaragaman hayati
• Pengembangan sektor-sektor prioritas dan teknologi yang ramah lingkungan, serta pemanfaatan
potensi sumber energi baru dan terbarukan
• Pengembangan ekonomi hijau (Green Economy)
• Pemberian fasilitas, kemudahan, dan/atau insentif penanaman modal diberikan kepada
penanaman modal yang mendorong upaya-upaya pelestarian lingkungan hidup termasuk
pencegahan pencemaran, pengurangan pencemaran lingkungan, serta mendorong perdagangan
karbon (carbon trade)
• Peningkatan penggunaan teknologi dan proses produksi yang ramah lingkungan serta lebih
terintegrasi, dari aspek hulu hingga aspek hilir
• Pengembangan wilayah yang memperhatikan tata ruang dan kemampuan atau daya dukung
lingkungan

I n d o n e s i a I n v e s t m e n t C o o r d i n a t i n g B o a r d 9
DEFINISI GREEN INVESTMENT

• Green Investment adalah kegiatan penanaman modal yang berfokus kepada perusahaan atau
prospek investasi yang memiliki komitmen kepada konservasi sumber daya alam, produksi serta
penemuan sumber alternatif energi baru dan terbarukan (EBT), implementasi proyek air dan udara
bersih, serta kegiatan aktivitas investasi yang ramah terhadap lingkungan sekitar.

• Fokus pengembangan ekonomi hijau (Green Economy) harus sejalan dengan tujuan pembangunan
lingkungan hidup seperti: perubahan iklim, pengendalian kerusakan keanekaragaman hayati dan
pencemaran lingkungan, serta penggunaan energi baru dan terbarukan

• Menurut Kementerian Perindustrian RI, Green Investment harus memiliki aspek:


• Penggunaan material input ramah lingkungan
• Intensitas material input rendah
• Penerapan konsep reduce, reuse, recycle, dan recovery
• Intensitas energi rendah
• SDM yang memiliki tingkat kompetensi dibidangnya dan memiliki wawasan lingkungan,
khususnya efisiensi sumber daya
• Volume air yang digunakan lebih rendah dan memenuhi baku mutu lingkungan
• Low carbon technology
• Penggunaan energi alternatif

I n d o n e s i a I n v e s t m e n t C o o r d i n a t i n g B o a r d 10
RENCANA DAN REALISASI INVESTASI GREEN INVESTMENT, 2010-TW3/2017

• Kelompok sektor investasi yang berpotensi didorong sebagai investasi hijau (Green Investment):
• Kehutanan*
• Pengusahaan tenaga panas bumi (geothermal)
• Industri pengolahan (industri biofuel)
• Pengadaan listrik (EBT, biogas, sampah)
• Pengelolaan sampah dan daur ulang
Keterangan:
* Yang dikelola secara ramah lingkungan

Rencana dan Realisasi Investasi per Kelompok Bidang Usaha Potensial


Investasi Hijau (Green Investment)
2010-TW3/2017
PMA (USD juta) PMDN (Rp miliar)
No. Kelompok Bidang Usaha
Rencana Realisasi % Realisasi Rencana Realisasi % Realisasi
1 Kehutanan (KBLI 02) 30,4 5,3 17,4 0,0 0,0 -
2 Pengusahaan Tenaga Panas Bumi (KBLI 0620) 1.087,1 864,9 79,6 4.605,2 0,0 0,0
3 Industri Pengolahan (KBLI 2011) 547,3 1.412,3 258,1 6.410,8 2.257,8 35,2
4 Pengadaan Listrik (KBLI 3510) 25.135,2 2.477,6 9,9 169.317,0 28.553,5 16,9
5 Pengelolaan Sampah dan Daur Ulang (KBLI 38) 392,3 3,3 0,8 1.572,4 53,1 3,4

I n d o n e s i a I n v e s t m e n t C o o r d i n a t i n g B o a r d 11
DAFTAR NEGATIF INVESTASI UNTUK GREEN INVESTMENT (1)

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG
TERTUTUP DAN BIDANG USAHA YANG TERBUKA DENGAN PERSYARATAN Dl BIDANG PENANAMAN MODAL

No. BIDANG USAHA KBLI DNI


Sektor Energi
1. Pengumpulan Sampah Tidak Berbahaya 38110 Terbuka 100%
2. Pengelolaan dan pembuangan sampah 38211 Terbuka 100%
tidak berbahaya, dengan atau tanpa
menghasilkan bahan bakar substitusi
3. Pengadaan gas bio, termasuk perngolahan 35203 Terbuka 100%
bahan bakar gas yang dapat dimanfaatkan
secara langsung sebaga bahan bakar yang
dihasilkan dari sampah/limbah
4. Jasa Pengoperasian dan Pemeliharaan 06202 PMA Maks.90%
Panas Bumi
5. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi 35101 PMA Maks.67%
dengan Kapasitas < 10 MW

I n d o n e s i a I n v e s t m e n t C o o r d i n a t i n g B o a r d 12
DAFTAR NEGATIF INVESTASI UNTUK GREEN INVESTMENT (2)

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG
TERTUTUP DAN BIDANG USAHA YANG TERBUKA DENGAN PERSYARATAN Dl BIDANG PENANAMAN MODAL

No. BIDANG USAHA KBLI DNI

Sektor Perdagangan

1. Jasa Survei Lingkungan Hidup 00000 PMDN 100%

Sektor Kehutanan
1. Pengusahaan Perburuan di Taman Buru dan 93193 PMA Maks. 49%
Blok Buru 93229

2. Penangkaran Satwa dan Tumbuhan serta 0172 PMA Maks. 49%


Lembaga Konservasi

3. Pengusahaan Pariwisata Alam berupa 93241 PMA Maks. 51% atau 70% bagi penanam
Pengusahaan Sarana, Kegiatan dan Jasa 93242 modal dari negara-negara ASEAN
Ekowisata dalam Kawasan Hutan meliputi 93243
Wisata Tirta, Wisata Petuangalan Alam dan 93249
Wisata Gua 93223
93222

I n d o n e s i a I n v e s t m e n t C o o r d i n a t i n g B o a r d 13
DAFTAR NEGATIF INVESTASI UNTUK GREEN INVESTMENT (3)

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG
TERTUTUP DAN BIDANG USAHA YANG TERBUKA DENGAN PERSYARATAN Dl BIDANG PENANAMAN MODAL

No. BIDANG USAHA KBLI DNI


Sektor Kehutanan
4. Pengadaan dan peredaran benih dan bibit 46207 PMDN 100%
tanaman hutan
5. Usaha Pemanfaatan Jasa Lingkungan Air di 02209 PMDN 100%
Kawasan Hutan
6. Penangkapan dan Peredaran Tumbuhan dan 01711 PMDN 100% dan
Satwa Liar dari Habitat Alam 01712 rekomendasi dari
01713 KLHK
01714
01715
7. Penangkapan Spesies Ikan yang Tercantum 10719 Tertutup
dalam Appendix I Convention on International
Trade in Endangered Species of Wild Fauna and
Flora (CITES)

I n d o n e s i a I n v e s t m e n t C o o r d i n a t i n g B o a r d 14
DAFTAR NEGATIF INVESTASI UNTUK GREEN INVESTMENT (4)

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG
TERTUTUP DAN BIDANG USAHA YANG TERBUKA DENGAN PERSYARATAN Dl BIDANG PENANAMAN MODAL

No. BIDANG USAHA KBLI DNI


Sektor Kelautan dan Perikanan
1. Budidaya Koral / Karang Hias 0172 Rekomendasi dari KLHK
7
2. Pemanfaatan koral / Karang dari Alam untuk 0311 Tertutup
Bahan Bangunan / Kapur / Kalsium, Akuarium 7
dan Souvenir / Perhiasan serta Koral Hidup atau
Koral Mati dari Alam
Sektor Perindustrian
1. Industri Bahan Aktif Pestisida 2021 Tertutup
1
2. Industri Bahan Kimia Industri dan Bahan Perusak 2011 Tertutup
Lapisan Ozone 9
3. Industri Bahan Kimia Daftar-1 Konvensi Senjata 2011 Tertutup
Kimia Sebagaimana Tertuang Dalam Lampiran I 9
UU No.9 Tahun 2008 tentang Penggunaan Bahan
Kimia sebagai Senjata Kimia

I n d o n e s i a I n v e s t m e n t C o o r d i n a t i n g B o a r d 15
INSENTIF FISKAL DAN NON-FISKAL BAGI GREEN INVESTMENT

PEMBEBASAN PENGURANGAN BEA MASUK FASILITAS BEA


PAJAK PAJAK DITANGGUNG IMPOR
PEMERINTAH

(Peraturan Menteri Keuangan No.159 (Peraturan Pemerintah No.9 (Peraturan Menteri Keuangan No.76 (Peraturan Menteri Keuangan
Tahun 2015) Tahun 2016) Tahun 2012) No.76 Tahun 2012)

5-10 tahun
Pembebasan pajak,
30 % darinilaiinvestasi
Pengurangan dari PPh
badan netto selama 6
Kriteriasektorindustri
Untuk memenuhi
penyediaan barang
Mesin, barang, bahan
bakuuntukproduksi
pengecualian bea impor
terhitung sejak tahap tahun, 5% per tahun. dan/atau jasa untuk selama 2 tahun atau 4

50
produksi komersial.
% tambahan dua tahun
Pengurangan pajak
145 bidangusaha
Berhak masuk dalam
kriteria, dari hanya
kepentingan umum dan
peningkatan daya saing
industri tertentu di dalam
tahun untuk perusahaan
yang menggunakan mesin
produksi lokal (minimal
penghasilan setelah 143 bidang dalam negeri 30%) dan dapat
periode berakhir dan peraturan diperpanjang 1 tahun.
bisa diperpanjang. sebelumnya. Kriteriabarang/ bahan
Industri pionir Memenuhi persyaratan khusus impor Industri
1. Industri logam dasar; antara lain: jumlah investasi dan Yang memproduksi barang
2. Industri pemurnian minyak
tenaga kerja minimal,serta lokasi • Belum diproduksi di dalam dan/atau jasa dalam bidang:
proyek (terutama di luar Pulau Jawa).
bumi dan/atau kimia negeri 1.Budaya dan Pariwisata
dasar organik (biofuel); Pertanian Industri Manufaktur • Sudah diproduksi di dalam 2.Transportasi Umum
3. Industri mesin; • •

Peternakan Sapi
Jagung •
Baja dan Besi
Pakaian
negeri namun belum 3.Kesehatan Masyarakat
4. Industri dengan sumber • Kedelai • Semi konduktor memenuhi spesifikasi yang 4.Pertambangan
daya terbarukan; • Padi • Komponen Elektronik
• Buah Tropis • Komputer dibutuhkan 5.Konstruksi
5. Industri peralatan • 6.Telekomunikasi
komunikasi.
Pembangkit
• Geothermal •
Alat Komunikasi
Televisi • Sudah diproduksi di dalam

1 minimal rencana • Renewable energy • Ban negeri namun jumlahnya 7.Pelabuhan


Rp trilliun investasi & badan
hukum setelah
Minyak dan Gas
• Kilang Minyak


Farmasi
Kosmetik belum mencukupi PMA & PMDN
• LNG • Pengolahan Ikan dan Investasi baru atau
15 Agustus 2010. • Lubricant Udang kebutuhan industri perluasan minimal 30%

I n d o n e s i a I n v e s t m e n t C o o r d i n a t i n g B o a r d 16
TAX ALLOWANCE UNTUK GREEN INVESTMENT (1)

PERATURAN PEMERINTAH NO. 18 TAHUN 2015 JO. NO.9 TAHUN 2016


FASILITAS PAJAK PENGHASILAN UNTUK PENANAMAN MODAL DI BIDANG-BIDANG USAHA TERTENTU DAN/ATAU DI DAERAH-DAERAH
TERTENTU

No. BIDANG KBLI CAKUPAN PRODUK PERSYARATAN


USAHA
1. Industri mesin 28174 Mesin fotokopi dan perlengkapan mesin Menggunakan teknologi
fotokopi fotokopi ramah lingkungan
2. Industri mesin 28193 Evaporator dan kondensor untuk semua Menggunakan teknologi
pendingin meisn pendingin ramah lingkungan

3. Pembangkitan 35101 Pengubahan tenaga energi baru


tenaga listrik (hidrogen, CBM,
batubara tercairkan atau batubara
tergaskan)
dan energi terbarukan (tenaga air dan
terjunan air, tenaga surya, angrn atau
arus laut)
menjadi tenaga listrik.
4. Industri mesin 28174 Mesin fotokopi dan perlengkapan mesin Menggunakan teknologi
fotokopi fotokopi ramah lingkungan
5. Industri mesin 28193 Evaporator dan kondensor untuk semua Menggunakan teknologi
pendingin meisn pendingin ramah lingkungan

I n d o n e s i a I n v e s t m e n t C o o r d i n a t i n g B o a r d 17
TAX ALLOWANCE UNTUK GREEN INVESTMENT (2)

PERATURAN PEMERINTAH NO. 18 TAHUN 2015 JO. NO.9 TAHUN 2016


FASILITAS PAJAK PENGHASILAN UNTUK PENANAMAN MODAL DI BIDANG-BIDANG USAHA TERTENTU DAN/ATAU DI DAERAH-DAERAH
TERTENTU

No. BIDANG USAHA KBLI CAKUPAN PRODUK DAERAH / PROVINSI PERSYARATAN

6. Pengelolaan dan 38211 Listrik, uap, bahan Seluruh Provinsi di Indonesia kecuali
pembuangan bakar DKI
sampah yang tidak substitusi, dan/atau Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa
berbahaya biogas, Tengah, DI Yoryakarta, Jawa Timur
yang dihasilkan dari (tidak termasuk Kabupaten di Pulau
pengolahan limbah Madura), Sulawesi Utara, Sulawesi
organik Barat,
(Sludge dan POME Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah,
(Palm Oil Mill Sulawesi Selatan, Gorontalo, Bali, Nusa
Elfluent) pabrik kelapa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur.
sawit.

7. Pengusahaan 06202 Pencarian


tenaga panas bumi - Pengeboran
- Pengubahan tenaga
panas bumi menjadi
tenaga listrik.

I n d o n e s i a I n v e s t m e n t C o o r d i n a t i n g B o a r d 18
TAX ALLOWANCE UNTUK GREEN INVESTMENT (3)

PERATURAN PEMERINTAH NO. 18 TAHUN 2015 JO. NO.9 TAHUN 2016


FASILITAS PAJAK PENGHASILAN UNTUK PENANAMAN MODAL DI BIDANG-BIDANG USAHA TERTENTU DAN/ATAU DI DAERAH-DAERAH
TERTENTU

No. BIDANG KBLI CAKUPAN DAERAH / PERSYARATAN


USAHA PRODUK PROVINSI
8. Industri semen 23941 Bermacam semen Seluruh Provinsi di Menggunakan teknologi
(semen Indonesia kecuali ramah lingkungan
hidrolik dan arang Provinsi DKI
atau kerak Jakarta, Jawa Barat,
besi), seperti Banten, Jawa
portland, natural, Tengah, DI
semen yograkarta,
mengandung Jawa Timur (tidak
aluminium, termasuk
semen terak dan Kabupaten
semen di Pulau Madura),
superfosfat dan dan Sulawesi
jenis semen Selatan.
lainnya.

I n d o n e s i a I n v e s t m e n t C o o r d i n a t i n g B o a r d 19
KEBIJAKAN IMPLEMENTASI EKONOMI HIJAU: SEKTOR KEHUTANAN

 Kontribusi sektor kehutanan dalam perubahan iklim;


(i) Meningkatkan peran hutan dalam penyerapan karbon,
(ii) Pengembangan bioenergi,
(iii) Pembangunan dan infrastruktur hijau yang terkait dengan produk hutan.

 Pengelolaan sumberdaya hutan berkelanjutan;


(i) Penguatan kesatuan pengelolaan hutan,
(ii) Penerapan sistem sertifikasi kayu,
(iii) Reforestasi kawasan hutan, pemulihan hutan terdegradasi serta perluasan
hutan masyarakat,
(iv) Pembangunan hutan tanaman.

 Penyedia jasa lingkungan lainnya (selain emisi GRK penyebab perubahan iklim).

I n d o n e s i a I n v e s t m e n t C o o r d i n a t i n g B o a r d 20
KEBIJAKAN IMPLEMENTASI EKONOMI HIJAU: SEKTOR ENERGI

 Penyediaan/PasokanEnergi Masih yang Bertumpu Pada Sumber Energi


Terbarukan.

 Konservasi dan Efisiensi Energi.


(i) Inpres Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penghematan Energi dan Air,
kepada semua lembaga pemerintah baik di pusat maupun di daerah.
(ii) Penghematan pemakaian BBM Bersubsidi sebesar 10%, melalui
pengaturan pembatasan penggunaan BBM Bersubsidi bagi kendaraan di
lingkungan instansi masing-masing, dan di lingkungan BUMN dan BUMD,
yang dilakukan sepanjang BBM Non Subsidi tersedia di wilayah masing-
masing.

I n d o n e s i a I n v e s t m e n t C o o r d i n a t i n g B o a r d 21
KEBIJAKAN IMPLEMENTASI EKONOMI HIJAU: SEKTOR PERTAMBANGAN

 Penggunaan teknologi bersih di pertambangan.


 Revegetasi dan integrasi perencanaan reklamasi dengan seluruh tahapan
kegiatan penambangan.
 Reklamasi pada lahan bekas tambang berperan dalam mengurangi
pemanasan global.
 Prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup pertambangan
dengan reklamasi.

I n d o n e s i a I n v e s t m e n t C o o r d i n a t i n g B o a r d 22
KEBIJAKAN IMPLEMENTASI EKONOMI HIJAU: SEKTOR INDUSTRI

 Pembangunan industri dengan menjaga keseimbangan ekosistem, memelihara


sumberdaya yang berkelanjutan, menghindari eksploitasi sumberdaya alam
dan menjaga fungsi pelestarian lingkungan.
 Mengeluarkan larangan memproduksi bahan perusak lapisan ozon serta
memproduksi barang yang menggunakan bahan perusak lapisan ozon.
 Revisi Undang-Undang tentang Perindustrian, salah satunya adalah mengatur
tentang perencanaan, pelaksanaan, dan pengembangan industri hijau.
 Penyusunan rencana induk pengembangan industri hijau.
 Penyusunan standar industri hijau.
 Penyusunan katalog bahan baku dan bahan penolong ramah lingkungan.

I n d o n e s i a I n v e s t m e n t C o o r d i n a t i n g B o a r d 23
POTENSI PENGEMBANGAN CLEAN ENERGY

Geothermal
Solar Power
Potential: 12.3 GW
Potential: 207.8 GW
Reserve: 17.2 GW
Utilized: 0.085 GW
Utilized: 1.64 GW

Hydro Power Wave Power


Potential: 75 GW Potential: 19.9 GW
Utilized: 5.12GW Utilized: 0 GW

Bioenergy
Wind Power Potential: 32,6 GW
Potential: 60.6 GW Utilized: 1.78 GW
Utilized: 1.1 MW

Total Utilization = < 2% of Potential


Sumber: KESDM, 2017
I n d o n e s i a I n v e s t m e n t C o o r d i n a t i n g B o a r d 24
INVESTASI DAN KEBUTUHAN PENDANAAN
PERAN INVESTASI TERHADAP GDP

Investasi bersifat prosiklikal mengikuti naik-turunnya GDP

Investasi cenderung mendahului GDP sekitar 1 hingga 4 kuartal sebelum GDP. Ini terlihat jelas pada
periode pertengahan tahun 2001 hingga 2004 dan 2009-2015. Ini menarik, karena tahun-tahun dimana
investasi cenderung mengikuti pertumbuhan ekonomi adalah tahun-tahun dimana terjadi krisis.
Sumber: Macroeconomic Dashboard UGM
I n d o n e s i a I n v e s t m e n t C o o r d i n a t i n g B o a r d 26
PERKEMBANGAN REALISASI INVESTASI 2011 – TW III 2017 (Rp Triliun)

FDI DDI Share PMA:

62,1%
Share PMDN:

37,9%
(Rp Triliun) 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Jan-Sep 2017 Total

PMA 175,3 221,0 270,4 307,0 365,9 396,6 318,5 2.054,7


Rata-rata pertumbuhan
Target PMA 177,2 206,8 272,6 297,3 343,7 386,4 429,0 2.113,0
investasi (y-o-y) selama
PMDN 76,0 92,2 128,2 156,1 179,5 216,2 194,7 1.042,9
2011 – TW III 2017
Target PMDN 62,8 76,7 117,7 159,3 175,8 208,4 249,8 1.050,5

19,0%
Total Realisasi 251,3 313,2 398,6 463,1 545,4 612,8 513,2 3.097,6

Total Target 240,0 283,5 390,3 456,6 519,5 594,8 678,8 3.163,5

% Realisasi 104,7% 110,5% 102,1% 101,4% 105,0% 103,0% 75,6%

Pertumbuhan (y-o-y) 21,6% 24,6% 27,2% 16,2% 17,8% 12,4% 13,2%

700
Realisasi Penanaman Modal

600

43,7%
500
(Rp Triliun)

54%
400 54% 55,1%
300 58% 54%
58%
56%
200 59% 46% Rata-rata realisasi
46% 44,9% 46%
42%
100
41% 44%
42% investasi di luar
0
2011 2012 2013 2014 2015 2016 Jan-Sept 2017
Pulau Jawa selama
Jawa 148 176 230 264 297 329 282.8 2011 – TW III 2017
Luar Jawa 103 138 168 193 249 284 230.4
I n d o n e s i a I n v e s t m e n t C o o r d i n a t i n g B o a r d 27
PERKEMBANGAN REALISASI INVESTASI PER SEKTOR 2011 – TW III 2017

Primer Sekunder Tersier

PMA 2011PMDN PMA 2012PMDN PMA 2013PMDN PMA 2014PMDN PMA 2015PMDN PMA 2016PMDN Jan-Sept 2017
PMA PMDN

Sektor PMA 2011PMDN PMA 2012PMDN PMA 2013PMDN PMA 2014PMDN PMA 2015PMDN PMA 2016PMDN PMAS1/2017
PMDN
(Rp Triliun)
Primer 44,0 16,5 53,4 20,4 61,1 25,7 75,2 16,5 77,9 17,1 61,3 27,7 60,4 32,6
Sekunder 61,1 38,5 105,9 49,9 149,9 51,2 140,1 59,0 147,0 89,0 229,0 106,8 139,8 73,0
Tersier 70,2 21,0 61,7 21,9 59,4 51,3 91,7 80,6 141,0 73,4 106,3 81,7 118,3 89,1
175,3 76,0 221,0 92,2 270,4 128,2 307,0 156,1 365,9 179,5 396,6 216,2 318,5 194,7
Total
251,3 313,2 398,6 463,1 545,4 612,8 513,2

Investasi sektor primer, Investasi sektor sekunder, Investasi sektor tersier,


2011 – TW III 2017 2011 – TW III 2017 2011 – TW III 2017

PMA: 21,1% PMA: 47,3% PMA: 31,6%


PMDN: 15,0% PMDN: 44,8% PMDN: 40,2%

I n d o n e s i a I n v e s t m e n t C o o r d i n a t i n g B o a r d 28
PROYEKSI INVESTASI DAN SUMBER PENDANAAN 2015-2019

I n d o n e s i a I n v e s t m e n t C o o r d i n a t i n g B o a r d 29
TARGET INVESTASI DAN KEBUTUHAN PEMBIAYAAN RKP 2018

TARGET INVESTASI 2018

SUMBER PEMBIAYAAN INVESTASI 2018

 Sebagian besar dari kegiatan


investasi masih bertumpu pada
sumber internal perusahaan.
 Pendalaman lembaga keuangan
belum terjadi

I n d o n e s i a I n v e s t m e n t C o o r d i n a t i n g B o a r d 30
5 (LIMA) SEKTOR PRIORITAS INVESTASI 2015 – 2019

35.000 MW
1 INFRASTRUKTUR Pembangkit 24 Pelabuhan
Listrik

2 PERTANIAN Food Estate Jagung Sapi

Makanan dan
Padat Karya Tekstil Furniture Alas Kaki
Minuman

Kimia &
Substitusi Impor Besi & Baja Komponen
Farmasi
3 INDUSTRI
Kelapa Sawit Produk kayu,
Orientasi Ekspor Elektronik dan Produk kertas dan Otomotif
Turunan bubur kertas

Hilirisasi Kakao Gula Smelter

Teknologi
4 MARITIM Perkapalan Cold Storage
Kelautan
14 Kawasan
Industri
16 Destinasi
10 KEK prioritas dan
5 PARIWISATA DAN KAWASAN 8 KEK Existing 7 KEK Baru Prioritas
Pariwisata kawasan
Pariwisata
industri
lainnya

I n d o n e s i a I n v e s t m e n t C o o r d i n a t i n g B o a r d 31
DUKUNGAN PERBANKAN TERHADAP INVESTASI
PERBANDINGAN SUKU BUNGA
PERBANDINGAN BUNGA DEPOSITO DAN KREDIT TINGKAT SUKU BUNGA DAN MARGIN SUKU BUNGA NEGARA-NEGARA
NEGARA-NEGARA ASEAN (%) ASEAN DAN BRICS

Sumber: Kompas, 29 Februari 2016

Menurut Faisal Basri (2016), suku bunga pinjaman di Indonesia


masih tertinggi dibanding Negara-negara tetangga baik untuk suku
bunga pinjaman maupun deposit:
 Beberapa negara ASEAN telah berhasil melakukan konsolidasi
perbankan sehingga modal semakin kuat dan tercapai
keekonomian skala (economies of scale), dan efisiensi
meningkat.
 Pasokan kredit relatif besar, sehingga memunculkan persaingan
yang lebih ketat, Kredit domestik ke sektor swasta di Indonesia
amat rendah hanya 38 persen dari produk domestik bruto
(PDB). Thailand, Singapura, dan Malaysia di atas 100 persen
sedangkan Vietnam nyaris 100 persen.

Sumber: Katadata, 2017


I n d o n e s i a I n v e s t m e n t C o o r d i n a t i n g B o a r d 33
KONSOLIDASI PERBANKAN DAN PENETRASI KREDIT

I n d o n e s i a I n v e s t m e n t C o o r d i n a t i n g B o a r d 34
TRANSAKSI BERJALAN (USD JUTA)

Sumber: Bank Indonesia, 2017


I n d o n e s i a I n v e s t m e n t C o o r d i n a t i n g B o a r d 35
PERANAN LEMBAGA KEUANGAN NON BANK HARUS DITINGKATAN

 Peranan lembaga-lembaga keuangan non bank


belum signifikan yang diindikasikan dari share
aset yang rendah, sehingga belum bisa
menjadikan sumber pendanaan penting bagi
investasi dan belum menjadi kompetitor bank.
 Bidang usaha yang semakin beragam
membutuhkan lebih banyak pilihan skema
pendanaan sesuai karakteristik bidang usahanya,
misalnya start up company di bidang e-commerce
atau teknologi.

I n d o n e s i a I n v e s t m e n t C o o r d i n a t i n g B o a r d 36
PERINGKAT EODB

Peringkat EODB Indonesia 2012-2018


Peringkat EODB Indonesia meningkat dari 129pada2012menjadi72pada2018
10 Indicator Ease of Doing ASEAN+
No. 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Business China & 2018 2017 2016 2015
India
Total Rank of Indonesia 129 128 120 114 106 91 72
Singapore 2 2 3 1
1 Starting a business 155 166 158 163 167 151 144
Malaysia 24 23 22 17
2 Dealing with construction permit 71 75 150 110 113 116 108
Thailand 26 46 46 46
3 Registering property 99 98 112 131 123 118 106
China 78 78 80 83
4 Getting electricity 161 147 101 45 61 49 38
Vietnam 68 82 91 93
5 Paying taxes 131 131 158 160 115 104 114
Indonesia 72 91 106 114
6 Trading across boders 39 37 61 104 113 108 112
Philippines 113 99 99 97
7 Getting credit 126 129 67 71 70 62 55 India 100 130 131 134
8 Protecting minority investor 46 49 43 87 69 70 43 Cambodia 135 131 128 133
9 Enforcing contract 156 144 171 170 171 166 145 Laos 141 139 136 139
10 Resolving Insolvency -- -- 71 73 74 76 38 Myanmar 171 170 171 177
Source: World Bank Group

• Target Doing Business 2019: Peringkat 40

I n d o n e s i a I n v e s t m e n t C o o r d i n a t i n g B o a r d 37
PERBAIKAN INDIKATOR DALAM EODB 2018

Indicator EODB 2017 EODB 2018 CHANGE

EODB Rank 91 72 19
Starting a Business 151 144 7
Dealing with Construction 116 108 8
Permits
Getting Electricity 49 38 11
Registering Property 118 106 12
Getting Credit 62 55 7
Protecting Minority 70 43 27
Investors
Paying Taxes 104 114 10
Trading across Borders 108 112 4
Enforcing Contract 166 145 21
Resolving Insolvency 76 38 38

I n d o n e s i a I n v e s t m e n t C o o r d i n a t i n g B o a r d 38
PERBAIKAN KEMUDAHAN AKSES KREDIT YANG TELAH DILAKUKAN

I n d o n e s i a I n v e s t m e n t C o o r d i n a t i n g B o a r d 39
TERIMA
KASIH
Indonesia Investment Promotion Centre (IIPC)

Badan Koordinasi
Penanaman Modal
(BKPM)
Indonesia Investment
Coordinating Board
Jln. Jend. Gatot Subroto No. 44
Jakarta 12190 - Indonesia
t . +62 21 525 2008
f . +62 21 525 4945
e . info@bkpm.go.id

www.bkpm.go.id
www.investindonesia.go.id
The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia
40

Anda mungkin juga menyukai