Anda di halaman 1dari 8

STREET VENDORS EXTERNALITIES

Sutarjo
Country Sales Manager di PT BEUMER (Thailand) Co. Ltd. Representative Office Indonesia
Email: Sutarjo9@gmail.com

ABSTRACT
There are externalities as a result of street vendors economic activities. The externalities may
be negatives and may be positives.The method used to collect data through literature and the data
collected is secondary data from reports and research publication. Negative externalities caused
by the street vendors are accessibility of public spaces, garbage, open space inharmony, dirty and
untidy, traffic congestion, pedestrian interference and the possibility of diseases due to lack of
sanitation. Tragedy of the commons happened due to excessive uses of public facilities resulting in
reduced or loss of its function. The Positive externalities are generate jobs, as a distributor,
security, bring the servicecloser to the customers and means of recreation. In the newinstitutional
economic point of view, the government needs to intervene as a governing body to avoid the
tragedy of the commons over excessive use of public resources in the form of an open area which
supposed to be able to be utilised by the society.
Keywords : externalities, roadsite vendors, tragedy of the commons.

EKSTERNALITAS PEDAGANG KAKI LIMA

ABSTRAK
Terdapat eksternalitas dari kegiatan ekonomi yang dilakukan pedagang kaki lima.
Eksternalitas yang ditimbulkan dapat positif dan dapat pula negatif. Metode penelitian adalah
dengan mengumpulkan data melalui studi pustaka dengan data sekunder dari laporan dan publikasi
hasil penelitian terdahulu. Eksternalitas negatif pedagang kaki lima antara lain aksesibilitas ruang
publik, sampah, keharmonisan ruang, kotor dan tidak rapi, kemacetan lalu lintas. Tragedy of the
commons terlihat adanya penggunaan sarana publik berlebihan mengakibatkan berkurangnya
fungsi semula. Eksternalitas positif pedagang kaki lima yaitu memberimata pencarian, distributor
produk, segi keamanan, mendekatkan layanan, dan sarana rekreasi. Dalam sudut pandang
kelembagaan, perlu campur tangan pemerintah sebagai governing body agar tidak terjadi tragedy of
the commons atas sumber daya berupa area terbuka yang sebenarnya menjadi hak bersama warga
negara.

Kata kunci : eksternalitas, pedagang kaki lima, tragedy of the commons

Jurnal AdBispreneur Vol. 1, No. 1, April 2016 Hal. 1-8 1


PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA
Kewirausahaan paling dasar dan yang telah ada Pedagang Kaki Lima
sejak jaman dahulu adalah pedagang skala kecil
Istilah pedagang kaki lima bermula dari jaman
atau lebi dikenal dengan nama kaki lima.
Raffles, yaitu “5 (five) feets“ yang berarti jalur
Banyak orang menjadi pelaku pedagang kaki
pejalan kaki di pinggir jalan selebar 5 (lima)
lima karena untuk melakukannya tidak
kaki atau sekitar satu setengah meter (Devita,
diperlukan keahlian khusus, tidak perlu modal
2003). Pedagang kaki lima (PKL) adalah
besar, adanya ruang terbuka yang banyak
bagiandari UMKM yang sangat berperan
tersedia serta peluang memperoleh penghasilan
penting dalam membangun perekonomian
yang dianggap memadai.
masyarakat (Patty dan Rita, 2015). UMKM
Keberadaan pedagang kaki lima ini kerap mempunyai peran penting dalam perekonomian
dianggap mendatangkan masalah dan nasional yang dapat dilihat dari kedudukannya
merugikan masyarakat, karena menyebabkan sebagai pemain utama dalam kegiatan ekonomi
kemacetan, membuat lingkungan semrawut, di berbagai sektor, penyedia lapangan kerja
kotor dan merusak keindahan kota. yang terbesar, pemain penting dalam
Namundemikian pedagang kaki lima juga pengembangan kegiatan ekonomi lokal dan
memberikan manfaat positif yang cukup besar pemberdayaan masyarakat, pencipta pasar baru
sebagai penyangga sendi ekonomi dengan dan sumber inovasi. PKL kebanyakan berada di
mengurangi pengangguran, menyediakan kota di negara-negara berkembang. PKL pada
produk atau layanan dengan harga terjangkau umumnya adalah self-employed, artinya
dengan lokasi yang mudah dijangkau mayoritas PKL hanya terdiri dari satu tenaga
masyarakat. kerja (Jumhur, 2015).
Dengan demikian kegiatan ekonomi Pedagang kaki lima termasuk kategori
pedagang kaki lima, dapat menimbulkan pengusaha kecil. Pasal 5 ayat 1 dan 2 UU No.
eksternalitas positif maupun negatif. 9/1995 menjelaskan tentang kriteria usaha
Eksternalitas positif diantaranya adalah kecil, yaitu;
menimbulkan keramaian, karena pada dasarnya
(1) Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:
masyarakat Indonesia menyukai keramaian,
a. Memiliki kekayaan bersih paling
menyediakan produk murah karena pedagang
banyak Rp. 200.000.000.00 (dua ratus
kaki lima tidak perlu membayar sewa gedung
juta rupiah), tidak termasuk tanah dan
atau ruangan, serta memudahkan pembeli
bangunan tempat usaha
karena dekat sehingga tidak perlu berjalan jauh
b. Memiliki hasil penjualan tahunan
atau mengeluarkan ongkos bahkan membantu
paling banyak Rp 1.000.000.000.00
pemerintah dalam mengurangi pengangguran
(satu milyar rupiah)
dan mengurangi niat berbuat jahat karena tidak
c. MilikWarga Negara Indonesia
memiliki pekerjaan.Tulisan ini ditujukan untuk
d. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak
mengulas tentang pedagang kaki lima beserta
perusahaan atau cabang perusahaan
eksternalitas yang ditimbulkannya.
yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi
baik langsung maupun tidak langsung
dengan Usaha Menengah atau Usaha
Besar
e. Berbentuk usaha orang perseorangan,
badan usaha yang tidak berbadan
hukum, atau badan usaha yang
berbadan hukum, termasuk koperasi.

2 Jurnal AdBispreneur Vol. 1, No. 1, April 2016 Hal. 1-8


(2) Kriteria sebagaimana dimaksud dalam ayat 1). Pedagang minuman; 2). Pedagang makanan;
(1) huruf a dan b, nilai nominalnya dapat 3). Pedagang buah-buahan; 4). Pedagang sayur-
diubah sesuai dengan perkembangan sayuran; 5). Pedagang daging dan ikan; 6).
perekonomian, yang diatur dengan Pedagang rokok dan obat-obatan; 7). Pedagang
Peraturan Pemerintah. buku, majalah dan surat kabar; 8). Pedagang
tekstil dan pakaian; 9). Pedagang kelontong;
Pengertian pedagang kaki lima menurut
10). Pedagang loak; 11). Pedagang onderdil
Hariningsih dan Simatupang (2008) adalah
kendaraan, bensin dan minyak tanah; 12).
kegiatan sektor marginal (kecil-kecilan) yang
Pedagang ayam, kambing, burung dan 13).
mempunyai ciri sebagai berikut:
Pedagang beras serta; 14). Penjual jasa.
1. Pola kegiatan tidak teratur baik dalam hal
waktu, permodalan maupun Eksternalitas
penerimaannya.
Setiap kegiatan satu agen ekonomi akan
2. Tidak tersentuh oleh peraturan-peraturan
memberikan pengaruh agen ekonomi lain, yang
atau ketentuan-ketentuan yang ditetapkan
berarti setiap kegiatan ekonomi akan
oleh pemerintah (sehingga kegiatannya
mempengaruhi kesejahteraan agen ekonomi
sering dikategorikan “liar”).
lain.Ahli ekonomi dari Harvard, Jeffrey Miron
3. Modal, peralatan dan perlengkapan maupun
(2009) dan Mangkoesoebroto (1994:43),
omzetnya biasanya kecil dan diusahakan
menjelaskan bahwa eksternalitas muncul pada
dasar hitung harian.
saat aktifitas produksi atau konsumsi oleh
4. Pendapatan mereka rendah dan tidak
satuatau sekelompok agen ekonomi
menentu.
memberikan pengaruh terhadap agen ekonomi
5. Tidak mempunyai tempat yang tetap dan
lain dan tidak ada kompensasi yang dibayar
atau keterikatan dengan usaha-usaha yang
oleh pihak yang menyebabkan atau kompensasi
lain.
yang diterima oleh pihak yang terkena dampak
6. Umumnya dilakukan oleh dan melayani
tersebut. Eksternalitas terjadi karena ada suatu
golongan masyarakat yang berpenghasilan
syarat yang menyertainya, yaitu: (a) adanya
rendah.
pengaruh dari suatu tindakan; dan (b) tidak
7. Tidak membutuhkan keahlian dan
adanya kompensasi yang dibayarkan atau
keterampilan khusus sehingga secara luas
diterima.
dapat menyerap bermacam-macam
tingkatan tenaga kerja. Selanjutnya Mangkoesoebroto (1994: 110)
8. Umumnya tiap-tiap satuan usaha yang menguraikan bahwa ditinjau dari dampaknya,
mempekerjakan tenaga yang sedikit dan eksternalitas dapat dibagi menjadi dua, yaitu
dari lingkungan keluarga, kenalan atau eksternalitas negatif dan eksternalitas positif.
berasal dari daerah yang sama. Eksternalitas positif adalah dampak yang
9. Tidak mengenal sistem perbankan, menguntungkan dari suatu tindakan yang
pembukuan, perkreditan dan sebagainya. dilakukan oleh suatu pihak terhadap orang lain
10. Sebagai saluran arus barang dan jasa, tanpa adanya kompensasi dari pihak yang
pedagang kaki lima merupakan mata rantai diuntungkan, sedangkan eksternalitas negatif
akhir sebelum mencapai konsumen dari apabila dampaknya bagi orang lain yang tidak
satu mata rantai yang panjang dari sumber menerima kompensasi sifatnya merugikan.
utamanya yaitu produsennya. Adanya eksternalitas dalam suatu aktivitas
Selanjutnya Hariningsih dan Simatupang akan timbul inefisiensi. Inefisiensi akan timbul
menguraikan bahwa berdasarkan barang atau apabila tindakan seseorang mempengaruhi
jasa yang diperdagangkan, pedagang kaki lima orang lain dan tidak tercermin dalam sistem
dapat dikelompokkan sebagai berikut: harga.

Jurnal AdBispreneur Vol. 1, No. 1, April 2016 Hal. 1-8 3


Tragedy of The Common teori, dan praktik yang berhubungan dengan
pernyataan masalah.
Hardin (1968:1244) menerangkan fenomena
yang disebut dengan “tragedy of the
common”dengan memberikan ilustrasi satu
HASIL PENELITIAN DAN
padang rumput di mana seluruh penggembala
PEMBAHASAN
melepaskan ternak untuk merumput. Pada saat
masing-masing penggembala melepaskan Dalam penelitiannya, Retno (2007)
sejumlah ternak yang masih mampu ditampung menjelaskan bahwa dominasi kegiatan
oleh padang rumput maka stabilitas sosial perdagangan kaki lima telah mempengaruhi
jangka panjang tetap terjaga, namun beberapa perubahan kualitas serta citra ruang
penggembala secara rasional berusaha kota.Pedagang kaki lima disebutkan telah
memaksimalkan hasil dengan menambah ternak menyebabkan beberapa persoalan, contohnya
yang ternyata melebihi kapasitas padang yaitu aksesibilitas, sampah dan keharmonisan
rumput sehingga rumput tidak mencukupi untuk ruang. Sementara penelitian yang dilakukan
seluruh ternak yang ada. Penggunaan sarana Devita (2003) menemukan hubungan antara
umum secara berlebihan yang mengakibatkan perilaku aktivitas PKL dengan elemen fisik
berkurangnya fungsi dari yang semula lingkungan yang menunjukkan bahwa perilaku
merupakan fenomena “tragedy of the common.” aktivitas PKL berpengaruh terhadap elemen
fisik lingkungan. Dari hasil analisis diketahui
bahwa keberadaan pedagang kaki lima
METODE PENELITIAN memberikan pengaruh negatif terhadap elemen-
Metode penelitian yang digunakan adalah elemen fisik lingkungan. Menurut Ramli dalam
dengan mengumpulkan data melalui studi Devita (2003), PKL menyebabkan kota menjadi
pustaka. Metode yang digunakan adalah metoda kotor dan tidak rapi, menimbulkan kemacetan
non-survei, yaitu melalui pengamatan dan studi lalu lintas, gangguan pejalan kaki, saingan
dokumen (Garna, 2009: 112). Data yang pedagang toko yang tertib dan membayar pajak,
dikumpulkan merupakan data sekunder yang serta penyebaran penyakit lewat kontak fisik
diperoleh dari berbagai sumber termasuk dan penjualan makanan kotor dan basi.
laporan dan publikasi hasil penelitian terdahulu. Buchanan dan Yoon (2000) menjelaskan
Menurut Satori dan Komariah (2009: 88), tentang adanya tragedy of the commons, yaitu
kajian pustaka dapat dilakukanoleh peneliti adanya kecenderungan pemakaian sumberdaya
untuk mendapat inspirasi secara teoritik/konsep untuk umum yang berlebihan. Sumberdaya
dari fokus yang ditelaah. Pustaka yang dikaji dapat dipergunakan secara terus menerus
adalah jurnal profesional, undang-undang, sebagai input pelengkap. Sumberdaya tersebut
laporan, buku ajar, disertasi, sumber elektronik akan bernilai produktif jika akses yang terbuka
serta hasil penelitian sebelumnya dan teori-teori dinikmati atau digunakan sampai batas tertentu
yang relevan dengan permasalahan yang oleh para pengguna potensial. Penggunaan
diteliti. sumberdaya yang berlebihan akan menurunkan
Langkah-langkah yang dilakukan adalah nilai dari sumberdaya tersebut karena tidak
dengan menganalisis pernyataan masalah, adanya manajemen yang efektif yang mengatur
menemukan dan membaca literatur, memilih penggunaan sumberdaya tersebut. Menurut
indeks yang tepat, menata studi empiris Mangkoesoebroto (1994:33) adanya tragedy of
sedemikian rupa sehingga dapat the commons (tragedi kebersamaan)
diklasifikasikan sesuai kategori serta menulis menunjukkan adanya pertentangan antara
tinjauan yang meliputi kutipan hasil penelitian, maksimisasi kepuasan individu dalam jangka
pendek dan maksimisasi kepuasan individu
4 Jurnal AdBispreneur Vol. 1, No. 1, April 2016 Hal. 1-8
dalam jangka panjang. Selain itu juga terdapat kekotoran. Adanya pedagang kaki lima juga
pertentangan kepentingan antara setiap anggota menyebabkan sampah berserakan dan
kelompok. menyebabkan para pembeli memparkir
kendaraan bermotor mereka tidak pada
Fenomena tragedy of the commons dapat
tempatnya.
dapat dilihat dari adanya penggunaan trotoar
atau badan jalan oleh pedagang kaki lima. Keberadaan peadagang kaki lima dianggap
Kecenderungan pedagang kaki lima adalah merusak keindahan kota. Menurut Adrianingsih
memilih tempat melakukan kegiatan ekonomi (2008:95), dampak adanya pedagang kaki lima
pada lokasi strategis yang tingkat kunjungan menyebabkan kota yang dilihat dari udara
tinggi seperti pusat aktifitas di satu kota, untuk maupun ketika berkendara, atap atap terpal
mendekatkan komoditi kepada konsumen atau berwarna warni terhampar di hampir setiap
place utility. Pedagang kaki lima cenderung sudut, bahu, dan badan jalan. Pemandangan
beraktifitas secara kelompok pada suatu area tersebut kontras dengan pembangunan fisik
yang memiliki tingkat intensitas aktifitas yang yang dilakukan untuik mempercantik kota.
tinggi seperti pusat hiburan dan pasar (Devita,
Berdasarkan temuan penelitian yang telah
2003).
disebutkan di atas, maka dapat dilihat bahwa
Jika jumlah pedagang kaki lima dapat terdapat eksternalitas negatif dengan adanya
diatur dalam jumlah tertentu, maka fungsi kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh
trotoar atau badan jalan belum berkurang nilai- pedagang kaki lima. Terdapat biaya yang tidak
nya. Namun pada saat jumlah pedagang kaki diperhitungkan dalam komponen harga jual
lima sangat banyak (berlebihan) sehingga para pedagang kaki lima. Harga yang
memenuhi trotoar atau badan jalan bahkan pada ditawarkan pedagang kaki lima terjangkau oleh
kasus tertentu sampai menutup sebagian jalan pembeli, namun harga tersebut sebenarnya
raya, maka fungsi trotoar atau badan jalan; lebih rendah dari biaya yang sebenarnya harus
maka fungsi trotoar atau badan jalan menjadi dibayar oleh pembeli. Dari kegiatan ekonomi
sangat jauh berkurang nilainya. Tragedy of the pedagang kaki lima tersebut, terdapat biaya
commons juga menjelaskan fenomena saluran bahan bakar yang terbuang karena kemacetan
air yang mampet, berbau dan menjadi sarang yang dialami pemakai jalan, biaya apabila
penyebaran penyakit karena tertutup sampah orang disekitar menderita penyakit karena
buangan bekas oleh para pedagang kaki lima kuman atau tempat yang tidak bersih akibat
dan pembeli, buangan sisa makanan yang kegiatan pedagang kaki lima, bau yang tidak
berlebihan sehingga mengurangi bahkan dapat sedap yang menyebabkan warga harus membeli
menghilangkan fungsinya sebagai saluran air masker serta keindahan kota yang menjadi
sebagaimana semula. terganggu yang mengurangi pendapatan kota
karena wisatawan menjadi tidak tertarik
Menurut Putri dan Mudakir (2013),
berkunjung. Biaya-biaya yang dikeluarkan oleh
terganggunya sendi-sendi kegiatan kota akibat
pihak lain untuk mengatasi hal tersebut tidak
berkembangnya kegiatan PKL yang tida
menjadi bagian dari harga produk atau jasa
ktertata, menyebabkan menurunnya kualitas
yang ditawarkan oleh pedagang kaki lima,
lingkungan kota. Adanya PKL yang menempati
sehingga bagi seluruh masyarakat tidak tercapai
ruang-ruang publik mengakibatkan juga
tingkat efisiensi yang optimum.
terjadinya perubahan fungsi ruang tersebut. Sari
(2014:3) mengemukakan bahwa keberadaan Di samping adanya eksternalitas negatif
pedagang kaki lima menyebabkan gangguan yang telah diuraikan sebelumnya; terdapat pula
lalu lintas karena berada di pinggir jalan atau eksternalitas positifdengan adanya kegiatan
trotoar sehingga menyebabkan kemacetan dan ekonomi pedagang kaki lima. Ramli dalam

Jurnal AdBispreneur Vol. 1, No. 1, April 2016 Hal. 1-8 5


Devita (2003) menyatakan keberadaan PKL Penelitian Meghantara (2007) yang
memberikan manfaat terhadap masyarakat, menunjukkan adanya pedagang kaki lima yang
yaitu mengurangi pengangguran di kota dan memilliki “hak istimewa” untuk melakukan
meningkatkan pendapatan masyarakat. Putri aktivitas di depan kediaman dinas gubernur
dan Mudakir (2013) menemukan adanya DKI Jakarta dan memasok mie dan makanan
peningkatan retribusi bagi Pemerintah Daerah selingan gubernur pada tiap sore hari. Hal ini
dengan adanya pedagang kaki lima. menunjukkan adanya eksternalitas positif
dengan keberadaan pedagang kaki lima yang
Hariningsih dan Simatupang (2008)
berupa kemudahan dan kenyamanan bagi
menjelaskan bahwa keberadaan pedagang kaki
pembeli yaitu berupa kedekatan tempat
lima diperlukan di dalam aspek perekonomian
sehingga pembeli tidak perlu meninggalkan
di perkotaan, di antaranya mampu memberikan
ruangan tanpa perlu memberikan kompensasi
mata pencarian beribu-ribu orang, sebagai
atas kenyamanan dan kemudahan tersebut
distributor produk atau barang-barang yang
kepada pedagang, kecuali hanya membayar
berharga relatif murah, bahkan dari segi
sebesar harga produk yang ditawarkan saja.
keamanan dapat berfungsi sebagai katub
pengaman yang bisa membantu mengurangi Dengan demikian terdapat eksternalitas
tindak kriminal dengan memberikan kesibukan positif yang cukup besar dengan adanya
kerja. Heriyanto (2012), menjelaskan adanya pedagang kaki lima. Pedagang kaki lima
eksternalitas positif atas adanya pedagang kaki mempunyai peranan yang cukup penting dan
lima terhadap agen ekonomi lain, yaitu strategis. Banyak bibit wirausaha atau
pengamen dan anak jalanan. Tukang parkir entrepreneur yang berasal dari pedagang kaki
jalanan juga menikmati adanya eksternalitas lima dengan berbekal keuletan dan kegigihan.
positif dengan adanya kegiatan pedagang kaki Diperlukan bimbingan dan pengelolaan agar
lima tanpa perlu memberikan kompensasi pedagang kaki lima dapat berkembang menjadi
kepada para pedagang. usaha yang menguntungkan bagi pelaku
(pedagang), serta menguntungkan bagi warga
Bagi sebagian masyarakat, berbelanja atau
lain yang berupa keramaian serta kemudahan
berjalan-jalan di tempat pedagang kaki lima
dan biaya murah serta sarana wisata.
yang menjajakan produk dagangan dianggap
sebagai suatu rekreasi. Menurut Budiharjo Dari eksternalitas negatif dan positif
(1991) dalam Murdianto (2002), pedagang kaki tersebut maka dapat dinilai seberapa
lima masih dan tetap dibutuhkan oleh besareksternalitas negatif dibandingkan dengan
masyarakat kota, terutama yang berpenghasilan eksternalitas positif. Dari sudut pandang
menengah ke bawah. Lagipula sesuai dengan kelembagaan, perlu adanya campur tangan
kekhasan masyarakat Indonesia yang memiliki pemerintah sebagai governing body tetap
outdoor personality, kesempatan tawar menjaga agar tidak terjadi tragedy of the
menawar di udara terbuka merupakan commons yaitu penggunaan berlebihan atas
kenikmatan tersendiri. Selain itu kecenderungan suatu sumberdaya yang berupa area/ ruang
masyarakat senang berbelanja di pedagang kaki terbuka oleh pedagang kaki lima. Ruang
lima karena pedagang kaki lima menawarkan terbuka yang berupa taman, tanah lapang serta
barang-barang tiruan yang elok rupanya. Para jalan merupakan hak bersama warga negara
pembeli menyukai barang tersebut dan tidak untuk melakukan aktifitas dan kegiatan mulai
merasa tertipu. Alasannya sederhana, pertama dari aktifitas berjalan, berekreasi, berolah raga
barang itu murah dan keuangan mereka serta aktifitas sosial lain. Okupansi area terbuka
terbatas. Kedua, mereka memang sengaja ruang pedagang kaki lima secara berlebihan
membeli sebuah kesan dan gaya hidup kaya mengorbankan kepentingan warga dalam
dengan ongkos rendah. penggunaan area terbuka. Berdasarkan analisis
6 Jurnal AdBispreneur Vol. 1, No. 1, April 2016 Hal. 1-8
nilai eksternalitas negatif dan eksternalitas Hardin, G. 1968. “The Tragedy of the
positif, pemangku kepentingan dapat membuat Commons. “Science Vol. 162 (13
keputusan dalam pengelolaan keberadaan December 1968), pp. 1243-1248.
pedagang kaki lima. Hariningsih,E dan Simatupang, R.A. 2008.
“Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kinerja Usaha Pedagang EceranStudi
SIMPULAN Kasus: Pedagang Kaki Lima Di Kota
Yogyakarta.” Jurnal Bisnis & Manajemen
Terdapat eksternalitas positif dan negatif dari Vol. 4, No. 2, 2008
adanya kegiatan ekonomi pedagang kaki lima. Heriyanto, A.W. 2012. “Dampak Sosial
Eksternalitas negatif dari kegiatan mereka, Ekonomi Relokasi Pedagang Kaki Lima Di
yaitu kemacetan, sampah, saluran air yang bau Kawasan Simpang Lima Dan Jalan
dan merusak keindahan kota. Eskternalitas Pahlawan Kota Semarang.”Economics
positifnya antara lain berkurangnya Development Analysis Journal.1 (2), 2012
pengangguran, berkurangnya tindak kriminal Garna, J.K. 2009.“Dasar dan Proses Penelitian
karena mereka mendapatkan penghasilan, Sosial.”Primaco Akademika dan Judistira
rekreasi belanja bagi sebagian masyarakat, Garna Foundation. Bandung.
akses barang murah serta memudahkan pembeli Jumhur. 2015. “Model Pengembangan
dalam memenuhi kebutuhan tanpa biaya Pedagang Kaki Lima (PKL) Kuliner di
tambahan. Kota Singkawang.”Jurnal Ekonomi Bisnis
dan Kewirausahaan. 2015, Vol. 4, No. 1,
Dari sudut pandang kelembagaan, perlu 125-139
adanya campur tangan pemerintah sebagai
Mangkoesoebroto, G. 1994. “Ekonomi
governing body untuk tetap menjaga agar tidak Publik.”Edisi Ketiga, Cetakan kedua.
terjadi tragedy of the commons oleh pedagang BPFE Yogyakarta.
kaki lima atas sumber daya yang berupa ruang
Meghantara, B (2007). “Pengaruh Komunikasi
terbuka atau pun jalan umum yang sebenarnya Pemerintahan terhadap Kualitas Layanan
menjadi hak bersama warga negara untuk dapat Civil (Studi Tentang Layanan Hak Atas
menggunakannya sebagai sarana aktifitas dan Pekerjaan Bagi Pedagang Kaki Lima di
kegiatan. Kelurahan Menteng Kecamatan Menteng
Kotamadya Jakarta Pusat).” Tesis
Pendidikan Magister Program Studi Ilmu-
DAFTAR PUSTAKA ilmu Sosial Bidang Kajian Utama Ilmu
Pemerintahan. Universitas Padjajaran.
Adrianingsih, S. 2008. “Implementasi
Miron, J.A. 2009. “Lecture 29:
Kebijakan Penanganan Pedagang Kaki Externalities.”Senior Lecturer and Director
Lima di DKI Jakarta: Studi Kasus di Kota of Undergraduate Studies Department of
Jakarta Pusat”. Tesis Departemen Ilmu
Economics Harvard University Cambridge,
Administrasi. Fakultas Ilmu Sosial dan MA 02138
Ilmu Politik. Universitas Indonesia.112p.
Murdianto. 2002. “Pengaruh Implementasi
Buchanan, J.M. and Yoon, Y.J. 2000. Kebijakan Relokasi Pedagang Kaki Lima
Symmetric Tragedies: Commons and
melalui Perkembangan Usaha Persepsi
Anticommons. Journal of Law and
tentang Pelayanan Civil terhadap
Economics, Vol. 43, No. 1 (Apr., 2000), Legitimasi Pemerintahan (Studi di Pusat
pp. 1-13
Perbelanjaan Pangeran Antasari Kota
Devita, S. 2003. “Pengaruh Keberadaan Banjarmasin).” Tesis Program Pendidikan
Pedagang Kaki Lima Terhadap Magister Program Studi Ilmu-ilmu Sosial
Lingkungan Fisik Kota Pekanbaru.”Thesis Bidaang Kajian Utama Ilmu
Pascasarjana Universitas Diponegoro. Pemerintahan. Universitas Padjadjaran

Jurnal AdBispreneur Vol. 1, No. 1, April 2016 Hal. 1-8 7


Putri, E.R.U dan Mudakir, Y.B.
(2013).“Dampak Penataan Kawasan
Simpang lima Kota Semarang Terhadap
Pendapatan Pedagang Makanan.” Jurnal
Ekonomi Universitas Diponegoro Volume
2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman 1-11.
Patty, F.N. dan Rita, M.R. 2015. “Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Pendapatan
Pedagang Kaki Lima (Studi Empiris PKL
di Sepanjang Jln. Jenderal Sudirman
Salatiga).” Proceeding 4th Economics &
Business Research Festival: Business
Dynamics Toward Indonesia Economic
Revival. 19 Nov 2015. Hal 670-687
Retno, W. 2007. “Keterkaitan Pedagang Kaki
Lima Terhadap Kualitas Dan Citra Ruang
Publik Di Koridor Kartini Semarang Pada
Masa Pra-Pembongkaran (Studi Kasus :
Penggal Jl. DR. Cipto – Jl.Barito).” Thesis
Program Pascasarjana Universitas
Diponegoro. Hal. 1
Sari, Y.N. 2014. “Tinjauan Yuridis Penertiban
Pedagang Kaki Lima (Studi Terhadap
Peraturan Daerah Kabupaten Magelang
Nomor 7 Tahun 2009 Tentang Penataan
Dan Pemberdayaan Pedagang Kaki
Lima).” Skripsi Ilmu Hukum, Fakultas
Syari’ah dan Hukum. Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga. Yogyakarta.2014
Satori, D. dan Komariah, A. 2009.Metode
Penelitian Kualitatif. Alfabeta. Bandung.
---------. 1995. Undang Undang No. 9 Tahun
1995 Tentang : Usaha Kecil.
http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_9_1995.pd
f, diakses tanggal 5 Februari 2016.

8 Jurnal AdBispreneur Vol. 1, No. 1, April 2016 Hal. 1-8

Anda mungkin juga menyukai