Anda di halaman 1dari 9

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ALKHAIRAAT


Bag./SMF Ilmu Kesehatan Kulit & Kelamin FK UNISA Palu / RSU Anutapura

STATUS PENDERITA

Diagnosis : KANDIDIASIS

Nama : Tri Ahmilza Damaita, S. Ked

NIM : 12 18 777 14 327

Pembimbing : dr. Sukma Anjayani , M.kes, Sp.KK


1. Nama : Ny. T
Umur : 74 Tahun
Alamat : jl Basuki rahmat no. 151 H
Status Perkawinan : Menikah
Tgl. MasukRs / Poli : Desember 2019

2. Anamnesis : Autoanamnesis
KeluhanUtama : luka pada sela jari kaki
Anamnesis Terpimpin : Seorang pasien datang berobat di poliklinik kulit dan kelamin di
RSU Anutapura Palu dengan keluhan luka yang ada di sela jari kaki yang dirasakan lebih dari
1 tahun yang lalu. Awalnya terasa gatal karena sering terkena air di kebun. Pasien
mengatakan jika timbul gatal, pasien merendam kakinya dengan air hangat untuk
menghilangkan rasa gatalnya, tapi cara itu tidak manjur dan pasien juga mengatakan bahwa
pernah mengkompres kakinya dengan refanol dan betadin. Riwayat gula (-), riwayat berobat
(+) di puskesmas tapi tidak ada perubahan, riwayat keluarga (-)

3. Status Pasien
KeadaanUmum : Sakit (Ringan/Sedang/Berat) ;Kesadaran : Compos mentis
Gizi (Kurang/Cukup/Baik) ;Higiene (Buruk/Sedang/Baik)
Tanda Vital : Tensi : 110 / 80 mm/Hg, Nadi : 86 x/mnt
Pernapasan : 22 x/mnt, Suhu : 36,5oC
Kepala : * Sklera : Ikterus (- )
 Konjungtiva : Anemia (- )
 Bibir : Sianosis (- )
Jantung / Paru : Tidak dilakukan pemeriksaan
Abdomen : Tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas : Tidak dilakukan pemeriksaan
KelenjarLimfa : Tidak dilakukan pemriksaan

4. Status Lokalis : Kepala, Dada, Punggung, Bokong, Genetalia, Ekstremitas


(Superior/ inferior)

5. Status Dermatologi
Lokasi : kaki
Ukuran :-
Efloresensi :-
6. Laboratorium
Kerokan :-
Dan lain-lain :-

7. Resume : Seorang pasien perempuan datang berobat di poliklinik kulit dan kelamin di RSU
Anutapura Palu dengan keluhan luka yang ada di sela jari kaki yang dirasakan lebih dari 1
tahun yang lalu. Awalnya terasa gatal karena sering terkena air di kebun. Pasien mengatakan
jika timbul gatal, pasien merendam kakinya dengan air hangat untuk menghilangkan rasa
gatalnya, tapi cara itu tidak manjur dan pasien juga mengatakan bahwa pernah mengkompres
kakinya dengan refanol dan betadin. Riwayat gula (-), riwayat berobat (+) di puskesmas tapi
tidak ada perubahan, riwayat keluarga (-). Pemeriksaan fisik : Tensi : 110/80 mmHg, Nadi :
86 x/menit, Pernapasan : 22 x/menit, Suhu : 36,5 C.

8. Diagnosis Banding : kandidosis kutis lokalisata, Kandidosis kuku, Kandidosis


vulvovaginitis.

9. Diagnosis : Kandidiasis
10. Diskusi : Lampiran

11. AnjuranPemeriksaan :

12. Terapi

Sistemik :-

Topikal :- mikonazol cream 2%


- Klotrimazol cream 1%

- Tiokonazol
- Siklopiroksolamin cream 1%

13. Prognosis : Dubia ad Bonam


CANDIDIASIS
KANDIDIASI
I.    PENDAHULUAN
             
               Jamur Candida spp, terutama C. albicans pada manusia bersifat komensal dan
berubah menjadi patogen pada kondisi daya tahan tubuh pejamu terhadap infeksi menurun;
lokal maupun sistemik. lnfeksi kandida dapat bersifat superfisial, lokal invasif maupun
diseminata.

II. INSIDEN DAN EPIDEMIOLOGI 


Penyakit ini terdapat di seluruh dunia, dapat menyerang semua umur, baik laki-laki maupun
perempuan. Sumber agen penyebab utama adalah pasien1, namun transmisi dapat terjadi
melalui kontak langsung dan fomites.

III. ETIOLOGI
Jamur kandida hidup sebagai saprofit, terutama terdapat di traktus gastrointestinal, selain
itu di vagina, uretra, kulit dan dibawah kuku. Dapat juga ditemukan di atmosfir, air dan tanah.
Agen penyebab tersering untuk kelainan dikulit, genital dan mukosa oral adalah C. albicans,
sedangkan spesies non-albicans yang sering menimbulkan kelainan adalah C. dubliniensis,
C. glabrata, C. guillermondii, C. Kr usei, C./usitaniae, C. parapsi/osis, C. pseudotropica/is
dan C.tropicalis

IV. PATOFISIOLOGI
                   lnfeksi kandida dapat terjadi, apabila ada faktor predisposisi baik endogen
maupun eksogen :
1. Perubahan fisiologik: usia, kehamilan, dan haid
2. Faktor mekanik: trauma (Iuka bakar, aberasi), oklusi lokal, kelembaban, maserasi,
kegemukan
3. Faktor nutrisi: avitaminosis, defisiensi zat besi, malnutrisi
4. Penyakit sistemik: penyakit endokrin (misal: diabetes mellitus, sindroma Cushing), Down
Syndrome, acrodermatitis enteropatika, uremia, keganasan, dan imunodefisiensi.
5. latrogenik: penggunaan kateter, iradiasi sinar X, penggunaan obat-obatan (misal:
glukokortikoid, agen imunosupresi, antibiotika, dll)
VI. DIAGNOSA
A.    GAMBARAN KLINIS
I. Kandidosis Oral
a. Thrush
Biasanya mengenai bayi, pasien terinfeksi HIV dan AIDS. Tampak pseudomembran
putih coklat muda kelabu yang menutup lidah, palatum molle, pipi bagian dalam, dan
permukaan rongga mulut yang lain. Lesi dapat terpisah-pisah, dan tampak seperti
kepala susu pada rongga mulut. Bila pseudomembran terlepas dari dasarnya tampak
daerah yang basah dan merah.
b. Perleche
Lesi berupa fisur pada sudut mulut; lesi ini mengalami maserasi, erosi, basah, dan
dasarnya eritematosa. Faktor predisposisinya antara lain adalah defisiensi riboflavin
dan kelainan gigi.

II. Kandidosis kutis dan selaput lendirgenital


a. Lokalisata
1. Kandidosis intertriginosa
Lesi di daerah lipatan kulit ketiak, genitokrural, intergluteal, lipat payudara,
interdigital, dan umbilikus, serta lipatan kulit dinding perut berupa bercak yang
verbatas tegas, bersisik, basah, dan eritematosa. Lesi tersebut dikelilingi oleh satelit
berupa vesikel-vesikel dan pustulpustul kecil atau bula yang bila pecah meninggalkan
daerah erosif, dengan pinggir yang kasar dan berkembang seperti lesi primer.
2. Kandidosis perianal
Lesi berupa maserasi seperti infeksi dermatofit tipe basah. Penyakit ini menimbulkan
pruritus ani.
b. Vulvovaginitis
Biasanya sering terdapat pada penderita diabetes mellitus karena kadar gula darah dan
urin yang tinggi dan pada perubahan hormonal (kehamilan dan siklus haid).Rekurensi
dapat terjadi juga karena penggunaancairan pembersih genital,
antibiotik,imunosupresi.Keluhan utama ialah gatal di daerahvulva. Pada yang berat
terdapat pula rasa panas, nyeri sesudah miksi, dan dyspa reunia.
Pada pemeriksaan yang ringan tampak hiperemia pada labia minora, introitusvagina,
dan vagina terutama bagian 1/3 bagian bawah. Sering pula terdapat kelainan khas
ialah bercak-bercak putih kekuningan. Pada kelainan yang berat juga terdapat edema
pada labia minora dan ulkus-ulkus yang dangkal pada labia minora dan sekitar
introitus vagina.
Fluor albus pada kandidosis vagina berwarna kekuningan. Tanda yang khas ialah
disertai gumpalan-gumpalan sebagai kepala susu berwarna putih kekuningan.
c. Balanitis atau balanopostitis
Faktor predisposisi adalah kontak seksual dengan pasangan yang rnenderita
vulvovaginitis, diabetes mellitus dan kondisi nonsirkurnsisi. Lesi berupa erosi, pustule
dengan dindingnya yang tipis, terdapat pada glans penis dan sulkus koronarius
glandis.
d. Diaper-rash (Candida/ diaper dermatitis)
Kelainan dipicu oleh adanya kolonisasi ragi di traktus gastrointestinal. lnfeksi dapat
terjadi karena oklusi kronik area popok oleh popok yang basah. Lesi berawal dari area
perianal meluas ke perineum dan lipat inguinal berupa eritema cerah.
e. Kandidosis kutis granulomatosa
Penyakit ini sering diderita menyerang anak-anak, lesi berupa papul kemerahan
tertutup krusta tebal berwarna kuning kecoklatan dan melekat erat pada dasarnya.
Krusta ini dapat menirnbul seperti tanduk sepanjang 2 cm, lokalisasinya sering
terdapat di muka, kepala, kuku, badan, tungkai, dan larings.

III. Paronikia kandida dan onikomikosis


Sering diderita oleh orang-orang yang pekerjaannya berhubungan dengan air, bentuk
ini tersering didapat. Lesi berupa kemerahan, pembengkakan yang tidak bemanah dan
nyeri di area paronikia disertai retraksi kutikula ke arah lipat kuku proksimal.
Kelainan kuku berupa onikolisis, terdapat lekukan transversal dan berwama
kecoklatan.
Penyebab onikomikosis kandida umumnya adalah C. albicans dengan kelainan di
kuku berupa distrofi total menyerupai onikomikosis yang disebabkan oleh jamur
golongan dermatofita.

IV. Kandidosis kongenital


Ditemukan kelainan pada kulit dan selaput lendir bayi baru lahir, lesi khas berupa
vesikel atau pustul dengan dasar eritematosa pada wajah, dada yang meluas
generalisata.
V. Kandidosis mukokutan kronik (KMK)
Penyakit ditandai oleh sindrom klinis berupa infeksi kandida superfisial pada kulit,
kuku dan orofaring, bersifat kronis, dan resisten terhadap pengobatan. Pada banyak
kasus kelainan imunitas dapat spesifik pada sistem imun selular atau bersifat global.

VI. Reaksi Id (kandidid)


Reaksi terjadi karena reaksi alergi terhadap jamur atau antigen lain yang terbentuk
selama proses inflamasi, klinisnya berupa vesikel eritematosa yang bergerombol,
terdapat pada lateral jari dan telapak tangan. Bila infeksi diobati, kelainan akan
menyembuh.
Selain penggolongan di atas, terdapat bentuk yang tidak biasa, ditandai oleh erupsi
difus, berawal dari vesikel yang meluas dan konfluen di daerah badan dan
ekstremitas. Keluhan subyektif berupa pruritus terutama di daerah inguinal, anal,
aksila, sela jari tangan, dan kaki.

Kandidosis sistemik
Aspek klinis kandidosis sistemik sangat bervariasi, dapat berupa demam tanpa
manifestasi kelainan organ hingga sekumpulan gejala dan tanda termasuk sepsis berat.
Kandidosis diseminata
Kelainan dapat timbul antara lain akibat penyebaran hematogen Candida spp.
dari orofaring atau traktus gastrointestinal dengan barier mukosa kompromis. Lesi
berupa papul eritem dengan pustul hemoragis di bagian tengah di badan dan
ektremitas

VII. DIAGNOSIS BANDING


Kandidosis kutis lokalisata dengan:
a. Eritrasma: lesi di lipatan, lesi lebih merah, batas tegas, kering tidak ada satelit,
pemeriksaan dengan lampu Wood positif.
b. Dermatitis intertriginosa.
c. Dermatofitosis (tinea) dll
Kandidosis kuku dengan tinea unguium
Kandidosis vulvovaginitis antara lain dengan :
a. Trikomonas vaginalis .
b. Gonore akut
VIII. PENATALAKSANAAN
Pengobatan infeksi kandida bergantung pada spesies penyebab, sensitifitas terhadap
obat antijamur, lokasi infeksi, penyakit yang mendasari, dan status imun pasien.
1. Upayakan untuk menghindari atau menghilangkan faktor pencetus dan
predisposisi.
2. Pengobatan topikal untuk:
a. selaput lender
- larutan ungu gentian Y.-1 % untuk selaput lendir, 1-2% untuk kulit,
dioleskan sehari 2 kali selama 3 hari.
- Nistatin: berupa krim, suspensi (untuk kelainan kulit dan mukokutan)
- Untuk kandidosis vaginalis dapat diberikan kotrimazol
- 500 mg per vaginam dosis tunggal,sistemik bila perlu dapat diberikan
ketokonazol 1x 200mg atau itrakonazol 2x 200 mg dosis tunggal atau
dengan flukonazol 150 mg dosis tunggal.
b. kelainan kulit
- Grup azol antara lain :
- mikonazol 2% berupa krim atau bedak
- klotrimazol 1 % berupa bedak, larutan, dan krim
- tiokonazol, bufonazol, isokonazol
- siklopiroksolamin 1 % larutan, krim
- antimikotik yang lain yang berspektrum luas
3. Pengobatan Sistemik:
Pengobatan ini diberikan untuk berbagai kelainan, antara lain kasus refrakter, candida
diseminata, dan kandidosis mukokutan kronik. Flukonazol adalah lini pertama untuk
pasien non-neutropenik, dengan kandidemia atau kandidosis invasif (dosis 100-
400mg/hari). Pilihan lain adalah itrakomazol dengan dosis harian 200mg/hari atau
dosis denyut
IX. PROGNOSIS
Umumnya baik, bergantung pada berat ringannya faktor predisposisi

Anda mungkin juga menyukai