Anda di halaman 1dari 30

BAGIAN ILMU KESEHATAN

MASYARAKAT FAKULTAS
KEDOKTERAN
JOURNAL READING
UNIVERSITAS ALKHAIRAAT

POLA MAKAN NABATI, POLA MAKAN PESCATARIAN, DAN


TINGKAT KEPARAHAN COVID-19: STUDI KASUS-KONTROL
BERBASIS POPULASI DI ENAM NEGARA

DISUSUN OLEH :
MUHAMMAD CHAERUL ASWAD, S.KED
(14 19 777 14 332)
ABSTRAK

→ Beberapa penelitian telah berhipotesis bahwa kebiasaan


makan mungkin memainkan peran penting dalam infeksi COVID-
19, tingkat keparahan gejala, dan durasi penyakit. Namun, tidak
ada penelitian sebelumnya yang menyelidiki hubungan antara
pola makan dan COVID-19.
PENDAHULUAN

→ COVID-19 adalah penyakit saluran pernapasan yang


disebabkan oleh novel coronavirus, SARS-CoV-2, yang dinyatakan
sebagai pandemi oleh WHO pada 11 Maret 2020. Sejak
itu,beberapa varian baru SARS-CoV-2 muncul, menambah beban
infeksi global meskipun terdapat Praktik kesehatan masyarakat
seperti alat pelindung diri (APD), menjaga jarak, dan cuci tangan.

→ Faktor nutrisi memiliki peran penting pada imunitas bawaan


dan adaptif. Obesitas, DM tipe 2, penyakit kardiovaskular
aterosklerosis, dan hipertensi merupakan faktor risiko untuk
keparahan COVID-19.
NEXT ...

• Kondisi ini sebagian besar di sebabkan oleh gizi buruk dan gaya hidup
yang kurang baik (misalnya, kurangnya aktivitas fisik atau perilaku yang
tidak sehat) memiliki prevalensi yang tinggi di negara-negara yang
berpenghasilan tinggi, seperti Amerika Serikat dan Eropa.
TUJUAN PENELITIAN

→ Untuk mengevaluasi hubungan antara diet yang dilakukan


dengan tingkat keparahan dan durasi gejala infeksi COVID-19.
METODE
Desain studi dan populasi studi

→ Studi Case-Control COVID-19 terhadap dokter dan perawat


garda terdepan di enam negara (Prancis, Jerman, Italia, Spanyol,
Inggris, AS) yang mengevaluasi faktor nutrisi dengan risiko
tingkat keparahan dan durasi infeksi COVID-19.

→ Menggunakan jaringan global yaitu Survey Healthcare Globus


yang bertujuan untuk merekrut peserta dengan frekuensi tinggi
paparan pasien COVID-19 dengan 500 kasus dan 2500 kontrol
(1000 peserta dari AS dan 400 peserta disetiap negara eropa)
NEXT ...

→ Mengumpulkan informasi mengenai karakteristik demografi


dasar, riwayat penyakit masa lalu, obat-obatan, gaya hidup, dan
gejala COVID-19.

→ Peserta mengisi kuesioner di website dengan 100 item untuk


kuesioner mengenai makanan ada 47 item yang diadaptasi dari
kuesioner yang divalidasi sebelumnya untuk memungkinkan
kami mendapatkan informasi mengenai kelompok makanan dari
responden diet.
KASUS DAN KONTROL COVID-19

→ Kasus (didefinisikan sebagai menjawab 'ya' untuk pertanyaan:


'Sejak terpapar, apakah Anda secara pribadi mengalami gejala
yang sesuai dengan diagnosis COVID-19 (demam, batuk,
kelelahan, kehilangan rasa atau penciuman) ?'), atau kasus tanpa
gejala (didefinisikan sebagai PCR positif atau tes antibodi tanpa
gejala seperti COVID-19 (demam, batuk, kelelahan, kehilangan
rasa atau penciuman)). Kontrol didefinisikan sebagai memiliki tes
negatif dan/atau tidak mengalami gejala yang konsisten dengan
COVID-19.
→ Terdapat 568 kasus dan 2.316 kontrol.
Tingkat Keparahan COVID 19
(1) Sangat ringan: tanpa gejala atau hampir tanpa gejala;
(2) Ringan: gejala (demam <38°C (tanpa pengobatan), dengan atau tanpa
batuk, tidak ada dyspnu, tidak ada gasping, tidak ada temuan radiologi
yang abnormal);
(3) Sedang: (demam, gejala pernapasan, dan/atau temuan radiologi
pneumonia);
(4) Parah: memenuhi salah satu dari berikut—(a) distres pernapasan,
frekuensi pernapasan ≥30 kali/menit; (b) saturasi oksigen rendah <93%
saat istirahat; (c) tekanan oksigen (PaO2)/fraksi oksigen inspirasi (FiO2)
≤300mmHg; dan
(5) Kritis: Gagal napas yang membutuhkan bantuan mekanis, perawatan di
unit perawatan intensif, syok, atau kegagalan organ ekstra paru.
POLA DIET Yang Dilaporkan
Sendiri
Peserta memiliki 11 item:
1. Makanan utuh,
2. Pola makan nabati;
3. Diet keton;
4. Diet vegetarian;
5. Makanan Mediterania;
6. Diet pescatarian;
7. Diet paleolitik;
8. Diet rendah lemak;
9. Diet rendah karbohidrat;
10. Diet protein tinggi;
11. Lainnya; bukan dari salah satu di atas.
Flowchart Petugas kesehatan (HCWs)
dari enam negara (Prancis,
Jerman, Italia, Spanyol,
Inggris, AS)

7344 PESERTA DISARING

4460 PESERTA TIDAK


MEMENUHI SYARAT

2884 petugas kesehatan dengan


frekuensi tinggi terpapar pasien
COVID-19 dianggap memenuhi
syarat.

KASUS (n=500) KONTROL (n=2500)

1000 PESERTA DI AS dan 400


PESERTA DISETIAP NEGARA
EROPA

POLA MAKAN NABATI POLA MAKAN TINGKAT KEPARAHAN


(n=254) PESCATARIAN (n=294) COVID 19 (n=568)
Form Telaah Artikel Jurnal
No Daftar penilaian naskah Ya Tidak Keterangan /
saran

1 Apakah naskah telah menggunakan Bahasa Indonesia √


dan Bahasa Inggris (abstract) yang baik dan benar?

2 Apakah judul naskah cukup ringkas (maksimal 20 kata) √


dan dapat menjelaskan isi naskah dengan jelas?

3 Apakah abstrak telah merangkum secara singkat dan


jelas tentang:
- Masalah penelitian ? √
- Tujuan dan ruang lingkup penelitian ? √
- Metode / jenis penelitian yang digunakan ? √
- Hasil penelitian ? √
- Kesimpulan ? √
No Daftar penialaian naskah Ya Tida Keterangan / saran
k
4 Apakah metode penelitian telah Ya
dijabarkan dengan rinci dan jelas
? Alur penelitian, tempat, waktu,
alat, bahan, parameter/variable,
cara kerja dan analisis
5 Apakah hasil penelitian disusun Ya
secara rinci : data yang disajikan
telah diolah, dituangkan dalam
bentuk tabel atau gambar, serta
diberi keterangan agar mudah
dipahami
6 Apakah kesimpulan menjawab Ya
masalah dan tujuan penelitian ?
DISKUSI

→ Petugas kesehatan Di Enam Negara dengan frekuensi tinggi paparan


pasien COVID-19, yang mengikuti pola makan nabati atau spektrum pola
makan nabati (pola makan nabati atau pescatarian) 73% dan 59% memiliki
peluang lebih rendah terpapar COVID-19 dengan tingkat keparahan sedang
hingga berat.

→Petugas kesehatan yang mengikuti diet rendah karbohidrat, diet tinggi


protein 48% memiliki peluang lebih besar terpapar COVID-19 dengan tingkat
keparahan sedang hingga berat, dibandingkan dengan petugas yang tidak
mengikuti diet ini.

→ Mereka yang mengikuti pola makan nabati, yang diikuti dengan diet
rendah karbohidrat, protein tinggi memiliki peluang lebih tinggi terpapar
COVID-19 dengan tingkat keparahan sedang hingga berat.
Next…
→ Penelitian pertama yang melaporkan hubungan antara pola diet dan
tingkat keparahan penyakit COVID-19. Beberapa penelitian telah berhipotesis
bahwa pola diet sehat dapat berperan dalam kejadian atau perjalanan
penyakit COVID-19 dengan meningkatkan respons imun. Terlepas dari
meningkatnya minat dalam mengidentifikasi strategi nutrisi yang dapat
mengurangi risiko infeksi COVID-19 atau outcome pasien, hanya satu
penelitian sebelumnya yang meneliti kebiasaan diet dan tingkat keparahan
COVID-19.

→ Penelitian cross-sectional pusat tunggal dari 206 pasien di Iran dengan


COVID-19, mereka mengkonsumsi buah yang lebih tinggi, konsumsi unggas
dan teh memiliki peluang lebih rendah terpapar COVID-19 dengan tingkat
keparahan yang berat.
Next…
→ Membatasi kasus dengan hasil PCR atau tes antibodi positif, yang
mengikuti pola makan nabati atau pola makan pescatarian memiliki
kemungkinan infeksi COVID-19 dengan tingkat keparahan yang lebih rendah.

→ Penelitian epidemiologis telah menunjukkan bahwa asupan buah dan


sayuran dikaitkan dengan risiko yang lebih rendah dari infeksi saluran
pernapasan atas seperti pilek, influenza, atau sinusitis.

→ Ketika kami membandingkan diet rendah karbohidrat, protein tinggi


dengan diet nabati, mereka yang melaporkan mengikuti diet rendah
karbohidrat, protein tinggi memiliki peluang yang jauh lebih besar untuk
terinfeksi COVID-19 dengan tingkat keparahan sedang hingga berat.
Next…
→ Selanjutnya, kami dapat mengetahui fase awal pandemi global, sebelum
deteksi varian SARS-CoV2 yang diketahui, yang selanjutnya dapat
memperumit analisis epidemiologi multinasional, dengan memanfaatkan
jaringan petugas kesehatan yang ada. Namun, temuan kami harus ditafsirkan
dalam konteks batasan berikut:

• Pertama, kami mengandalkan laporan diri peserta untuk menentukan


paparan dan outcome. Dengan demikian, ada kemungkinan bias ingatan.
Namun, petugas kesehatan unik karena mereka dapat menjadi sumber
data berkualitas tinggi (misalnya, informasi lengkap, mungkin akurasi
informasi yang tinggi).
Next…
• Kedua, definisi pola diet tertentu (misalnya, diet nabati, diet pescatarian,
diet rendah karbohidrat, diet tinggi protein) mungkin berbeda di setiap
negara. Namun demikian, sangat menggembirakan bahwa tanggapan
pada kuesioner frekuensi makanan mencerminkan asupan kelompok
makanan yang konsisten dengan pola diet ini.

• Ketiga, penelitian kami mungkin tidak memasukkan individu dengan


penyakit COVID-19 yang lebih parah, mengingat kasus yang parah
(ventilasi mekanis, masuk ke unit perawatan intensif) mungkin tidak dapat
menyelesaikan kuesioner kami.
Next…
• Keempat, populasi penelitian kami sebagian besar terdiri dari dokter laki-
laki; dengan demikian, temuan penelitian mungkin perlu direplikasi pada
perempuan dan petugas non-kesehatan.

• Terakhir, terlepas dari upaya kami untuk menyesuaikan sejumlah faktor


pengganggu.
KESIMPULAN

→ Individu yang melaporkan mengikuti pola makan nabati atau pola makan
pescatarian memiliki peluang lebih rendah terkena penyakit COVID-19 yang
parah. Orang-orang yang melaporkan mengikuti diet rendah karbohidrat,
protein tinggi memiliki peluang lebih tinggi untuk penyakit parah seperti
COVID-19, jika dibandingkan dengan individu yang mengikuti diet nabati.

→Mereka yang melaporkan mengikuti diet nabati atau diet pescatarian


memiliki asupan sayuran, kacang-kacangan dan kacang-kacangan yang lebih
tinggi, dan asupan unggas dan daging merah dan olahan yang lebih rendah.

→Hasil kami menunjukkan bahwa diet sehat yang kaya akan makanan padat
nutrisi dapat dipertimbangkan untuk perlindungan terhadap COVID-19 yang
parah.
NEXT ...

→Studi di masa depan dengan data makro dan mikronutrien


terperinci diperlukan untuk mempelajari hubungan antara
asupan makanan dan tingkat keparahan COVID-19.
KEKURANGAN

→Kurangnya data tentang asupan makanan dan COVID-19 dalam literatur, dan

→Jumlah kasus yang lebih kecil ketika kami mendefinisikan kasus hanya dengan
pengujian, hasil pada infeksi COVID-19 memerlukan replikasi.
KELEBIHAN

→ Ukuran sampel yang besar


→ Petugas kesehatan yang beragam dari berbagai negara, dan
→ Penyesuaian yang cermat terhadap faktor-faktor pembaur potensial.
ASPEK ETIK

• Menurut Childres JF dan Beauchamp T (1979) terdapat


empat prinsip utama yang merupakan kaidah dasar yang
harus dipertimbangkan dalam setiap pengambilan
keputusan etis, yaitu :
1. Beneficence
2. Non-Maleficence
3. Autonomy
4. Justice

Anda mungkin juga menyukai