Kelompok B8
LEMBAR 1
Tn. A, pria usia 35 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan
demam yang disertai dengan batuk sejak 4 hari terakhir. Pasien juga
mengeluhkan sesak napas dalam 2 hari ini. Sehari-hari pasien
berprofesi sebagai pedagang makanan kaki lima di Kota Medan dan
tidak mengenakan masker selama masa pandemi Covid-19.
LEMBAR 2
Pemeriksaan tanda vital kesadaran compos mentis, TD 150/90
mmHg, nadi 90x/i, frekuensi napas 24x/i, suhu 38.7C, SpO2 93%
(room air), BB 90 kg, TB 165 cm. Pemeriksaan auskultasi terdengar
ronki di lapangan tengah dan bawah kedua paru. Dokter Puskesmas
kemudian merujuk pasien tersebut ke Rumah Sakit daerah dan
melakukan contact tracing pada seluruh anggota keluarga pasien.
• Kondisi biologis
Adanya kondisi biologis (atau masalah kesehatan lain)
pada pasien yang dapat menjadi faktor resiko timbulnya
masalah kesehatan saat ini
Contoh : overweight, riwayat alergi
• Perilaku/ Gaya Hidup
Kebiasaan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi
faktor resiko permasalahan kesehatan yang dimilikinya.
Termasuk perilaku saat bekerja.
Contoh : Seorang pasien yang didiagnosa Hipertensi
diketahui memiliki riwayat kebiasaan merokok dan
makan makanan terlalu asin
• Kondisi Psikologis
Faktor personality pasien atau tingkat stress yang
dialami oleh pasien.
Contoh : pasien mulai sering merasa murung dan
menyendiri sejak suaminya meninggal.
Aspek 4 : Aspek Faktor Resiko Eksternal
• Ekonomi
Kondisi status finansial atau pendapatan yang dihasilkan oleh
seseorang dalam satu keluarga.
Contoh : Pada anamnesa diketahui bahwa pekerjaan pasien
hanya sebagai kuli bangunan. Sehingga karena status
ekonominya yang rendah maka pasien jarang memeriksakan
kesehatannya.
• Lingkungan Sosial
Kondisi hubungan sosial pasien dengan lingkungan sekitarnya
Contoh : Pada kasus scabies, pasien sering kontak dengan
temannya satu bangku di sekolah yang juga terkena scabies
sehingga tertular.
• Lingkungan Fisik
Kondisi fisik lingkungan tempat tinggal, tempat kerja, dan
sekitar yang menjadi faktor resiko permasalahan
kesehatan yang dialami oleh pasien.
Contoh : pada kasus TBC paru, pasien tidur satu ruangan
dengan kakaknya yang juga menderita TBC paru karena
tidak ada lagi ruangan kosong di rumah pasien.
• Lingkungan Biologi
Faktor resiko berupa agen biologis penyebab penyakit dari
lingkungan
Contoh : Memelihara kucing berhubungan dengan
toksoplasmosis
Aspek 5 : Derajat Fungsional
international concern.
Data
Update
COVID-19
di
Indonesia
per 19
Oktober
2020
Data
Update
COVID-
19 Dunia
per 19
Oktober
2020
Peringkat
Kasus
Covid-19
Indonesia
di Dunia
menurut
WHO
Data Update
Sumatera Utara per
19 Oktober 2020
FAKTOR RISIKO DAN CARA
PENULARAN COVID-19
Nasvatia Harsyah
170100140
FAKTOR RISIKO COVID-19
• Penyakit Komorbid (Hipertensi dan Diabetes)
• Laki-laki
• Perokok aktif
• Pasien kanker
• Pasien penyakit hati kronis
• Kontak erat (tinggal satu rumah, tetangga, pekerjaan yang
berhubungan dengan orang banyak
• Tenaga medis
• Penggunaan ACE inhibitor => belum terbukti
• Pasien HIV => belum terbukti
CARA PENULARAN
• Droplet: 1,5-2 m
• Airborne: 10 m
Virus bisa menempel pada partikel di udara dan bisa
bersirkulasi di udara (terutama indoor) dalam jarak 10 m.
Kejadian tinggi di daerah dengan polusi udara yang buruk
CONTACT TRACING
Ny. A
Tn. A
Becky Marella
170100216
MANIFESTASI KLINIS COVID-19
Manifestasi klinis pasien COVID-19 memiliki spektrum yang luas, mulai dari
tanpa gejala (asimtomatik), gejala ringan, pneumonia, pneumonia berat, ARDS,
sepsis, hingga syok sepsis.
Gejala ringan didefinisikan sebagai pasien dengan infeksi akut saluran napas atas
tanpa komplikasi, bisa disertai dengan demam, fatigue, batuk (dengan atau
tanpa sputum), anoreksia, malaise, nyeri tenggorokan, kongesti nasal, atau sakit
kepala.
Danny Sanjaya
170100102
ANAMNESIS
• Menanyakan gejala dari COVID-19
• Menanyakan riwayat perjalanan, kontak fisik
PEMERIKSAAN FISIK
• Keadaan Umum dan Tanda-Tanda Vital
• Pemeriksaan Fisik Dada
1. Tanda distress pernapasan berat
2. Perubahan suara paru
• Pemeriksaan Generalisata
1. Sianosis sentral
2. Ekstremitas dingin dan kulit lembap
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• RT-PCR
Dilakukan pada hari pertama dan kedua. Apabila hasil RT-PCR hari pertama
positif, maka pemeriksaan di hari kedua tidak perlu dilakukan. Pada keadaan
berat atau kritis, pemeriksaan RT-PCR follow-up dapat dilakukan 10 hari setelah
pengambilan usap dengan hasil yang positif.
Apabila klinis pasien membaik dan pasien bebas demam selama tiga hari,
pemeriksaan RT-PCR dilakukan kembali. Hasil RT-PCR yang tetap positif dapat
menandakan bahwa pasien dalam kondisi positif persisten yang disebabkan
oleh terdeteksinya fragmen atau partikel virus yang sudah tidak aktif.
Hasil RT-PCR negatif tidak dapat menyingkirkan infeksi virus COVID-19.
Beberapa faktor seperti rendahnya kualitas spesimen, waktu pengambilan
spesimen yang terlalu lambat atau terlalu cepat, penyimpanan atau pengiriman
spesimen yang tidak benar, teknik pengambilan sampel yang tidak tepat, serta
mutasi virus dan inhibisi polymerase chain reaction (PCR) dapat menyebabkan
hasil negatif palsu.
PEMERIKSAAN PENUNJANG (lanj..)
• Rapid Test
Rapid test dapat mendeteksi imunoglobulin M (IgM) dan imunoglobulin
G (IgG) terhadap virus SARS-CoV-2 dalam sampel darah manusia.
Antibodi IgM diketahui memiliki peranan penting sebagai pertahanan
utama saat terjadi infeksi virus, sementara respons IgG adalah
melindungi tubuh dari infeksi dengan cara mengingat virus yang
sebelumnya pernah terpapar di dalam tubuh.
Banyak faktor yang memengaruhi hasil tes ini, yaitu onset penyakit,
konsentrasi virus, serta kualitas dan proses pengumpulan spesimen.
Sensitivitas rapid test diperkirakan bervariasi mulai dari 34–80%. Saat ini,
berdasarkan bukti klinis yang ada, WHO hanya merekomendasikan
penggunaan rapid test untuk kepentingan penelitian, bukan untuk
manajemen klinis COVID-19.
PEMERIKSAAN PENUNJANG (lanj..)
• PEMERIKSAAN DARAH LENGKAP
– Leukosit menurun dikarenakan kondisi sepsis
– Neutrofil meningkat dikarenakan adanya infeksi
2. Ringan/tidak berkomplikasi
Pasien dengan infeksi saluran napas oleh virus tidak berkomplikasi dengan
gejala tidak spesifik seperti demam, lemah, batuk (dengan atau tanpa
produksi sputum),anoreksia, malaise, nyeri otot, sakit tenggorokan, sesak
ringan, kongesti hidung, sakit kepala. Meskipun jarang, pasien dapat dengan
keluhan diare, mual atau muntah. Pasien usia tua dan immunocompromised
gejala atipikal.
3. Sedang / Moderat
Pasien remaja atau dewasa dengan pneumonia tetapi tidak ada tanda
pneumonia berat dan tidak membutuhkan suplementasi oksigen Atau Anak-
anak dengan pneumonia tidak berat dengan keluhan batuk atau sulit
bernapas disertai napas cepat.
4. Berat /Pneumonia Berat
Pasien remaja atau dewasa dengan demam atau dalam pengawasan infeksi
saluran napas/pneumonia, ditambah satu dari: frekuensi napas > 30
x/menit, distress pernapasan berat, atau saturasi oksigen (SpO2) <93% pada
udara kamar atau rasio PaO2/FiO2 < 300. Atau Pasien anak dengan batuk
atau kesulitan bernapas, ditambah setidaknya satu dari berikut ini:
∙ sianosis sentral atau SpO2 <90%;
∙ distres pernapasan berat (seperti mendengkur, tarikan dinding dada yang
berat);
∙ tanda pneumonia berat: ketidakmampuan menyusui atau minum, letargi
atau penurunan kesadaran, atau kejang.
∙ Tanda lain dari pneumonia yaitu: tarikan dinding dada, takipnea :<2 bulan,
≥60x/menit; 2–11 bulan, ≥50x/menit; 1–5 tahun, ≥40x/menit;>5 tahun,
≥30x/menit.
5. Kritis
Pasien dengan gagal napas, Acute Respiratory Distress
Syndrome (ARDS), syok sepsis dan/atau multiple organ
failure.
PROTOKOL TATALAKSANA PASIEN COVID-19
1. TANPA GEJALA (OTG)
a. Isolasi dan Pemantauan
∙ Isolasi mandiri di rumah selama 14 hari
∙ Pasien dipantau melalui telepon oleh petugas FKTP ∙ Kontrol di FKTP setelah 14 hari karantina untuk pemantauan
klinis
b. Non-farmakologis
Berikan edukasi terkait tindakan yang perlu dikerjakan (leaflet untuk dibawa ke rumah) :
Pasien :
- Pasien mengukur suhu tubuh 2 kali sehari, pagi dan malam hari
- Selalu menggunakan masker jika keluar kamar dan saat berinteraksi dengan anggota keluarga
- Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau hand sanitizer sesering mungkin.
- Jaga jarak dengan keluarga (physical distancing)
- Upayakan kamar tidur sendiri / terpisah
- Menerapkan etika batuk (Diajarkan oleh tenaga medis)
- Alat makan-minum segera dicuci dengan air/sabun - Berjemur matahari minimal sekitar 10-15 menit setiap
harinya
- Pakaian yg telah dipakai sebaiknya dimasukkan dalam kantong plastik / wadah tertutup yang terpisah dengan
pakaian kotor keluarga yang lainnya sebelum dicuci dan segera dimasukkan mesin cuci
- Ukur dan catat suhu tubuh tiap jam 7 pagi dan jam 19 malam.
-Segera berinformasi ke petugas pemantau/FKTP ataukeluarga jika terjadi peningkatan suhu tubuh > 38oC
Lingkungan/kamar:
- Perhatikan ventilasi, cahaya dan udara
- Membuka jendela kamar secara berkala
- Bila memungkinkan menggunakan APD saat membersihkan kamar (setidaknya
masker, dan bila memungkinkan sarung tangan dan goggle.
- Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau hand sanitizer sesering mungkin.
- Bersihkan kamar setiap hari , bisa dengan air sabun atau bahan desinfektasn lainnya
Keluarga:
- Bagi anggota keluarga yang berkontak erat dengan pasien sebaiknya memeriksakan
diri ke FKTP/RumahSakit.
- Anggota keluarga senanitasa pakai masker
- Jaga jarak minimal 1 meter dari pasien
- Senantiasa mencuci tangan
- Jangan sentuh daerah wajah kalau tidak yakin tangan bersih
- Ingat senantiasa membuka jendela rumah agar sirkulasi udara tertukar
- Bersihkan sesering mungkin daerah yg mungkin tersentuh pasien misalnya gagang
pintu dll
c. Farmakologi
∙ Bila terdapat penyakit penyerta / komorbid, dianjurkan untuk tetap
melanjutkan pengobatan yang rutin dikonsumsi. Apabila pasien rutin
meminum terapi obat antihipertensi dengan golongan obat ACE-
inhibitor dan Angiotensin Reseptor Blocker perlu berkonsultasi ke Dokter
Spesialis Penyakit Dalam ATAU Dokter Spesialis Jantung
∙ Vitamin C (untuk 14 hari), dengan pilihan ;
- Tablet Vitamin C non acidic 500 mg/6-8 jam oral (untuk 14 hari)
- Tablet isap vitamin C 500 mg/12 jam oral (selama 30 hari)
- Multivitamin yang mengandung vitamin C 1-2 tablet /24 jam (selama
30 hari),
- Dianjurkan multivitamin yang mengandung vitamin C,B, E, Zink
2. GEJALA RINGAN
a. Isolasi dan Pemantauan
∙ Isolasi mandiri di rumah selama 14 hari
∙ Ditangani oleh FKTP, contohnya Puskesmas, sebagai pasien rawat jalan
∙ Kontrol di FKTP setelah 14 hari untuk pemantauan klinis
b. Non Farmakologis
Edukasi terkait tindakan yang harus dilakukan (sama dengan edukasi tanpa gejala).
c. Farmakologis
∙ Vitamin C dengan pilihan:
- Tablet Vitamin C non acidic 500 mg/6-8 jam oral (untuk 14 hari)
- Tablet isap vitamin C 500 mg/12 jam oral (selama 30 hari)
- Multivitamin yang mengandung vitamin c 1-2 tablet /24 jam (selama 30 hari),
- Dianjurkan vitamin yang komposisi mengandung vitamin C,B, E, zink
∙ Klorokuin fosfat 500 mg/12 jam oral (untuk 5 hari) ATAU Hidroksiklorokuin (sediaan yg ada 200
mg) 400 mg/24 jam/oral (untuk 5 hari)
∙ Azitromisin 500 mg/24 jam/oral (untuk 5 hari) dengan alternatif Levofloxacin 750 mg/24 jam (5
hari)
∙ Pengobatan simtomatis seperti paracetamol bila demam
∙ Bila diperlukan dapat diberikan Antivirus : Oseltamivir 75 mg/12 jam/oral ATAU Favipiravir
(Avigan) 600mg/12 jam / oral (untuk 5 hari)
3. GEJALA SEDANG
a. Isolasi dan Pemantauan
∙ Rujuk ke Rumah Sakit ke Ruang Perawatan Covid-19/ Rumah Sakit Darurat Covid-19
∙ Isolasi di Rumah Sakit ke Ruang Perawatan Covid-19/ Rumah Sakit Darurat Covid-19 selama 14
hari
b. Non Farmakologis
∙ Istirahat total, intake kalori adekuat, control elektrolit, status hidrasi, saturasi oksigen
∙ Pemantauan laboratorium Darah Perifer Lengkap berikut dengan hitung jenis, bila
memungkinkan ditambahkan dengan CRP, fungsi ginjal, fungsi hati dan ronsen dada secara
berkala.
c. Farmakologis
∙ Vitamin C 200 – 400 mg/8 jam dalam 100 cc NaCl 0,9% habis dalam 1 jam diberikan secara
drips Intravena (IV) selama perawatan
∙ Klorokuin fosfat 500 mg/12 jam oral (untuk 5-7 hari) ATAU Hidroksiklorokuin (sediaan yg ada
200 mg) hari pertama 400 mg/12 jam/oral, selanjutnya 400 mg/24 jam/oral (untuk 5-7 hari)
∙ Azitromisin 500 mg/24 jam per iv atau per oral (untuk 5- 7 hari) dengan aternatif Levofloxacin
750 mg/24 jam per iv atau per oral (untuk 5-7 hari)
∙ Pengobatan simtomatis (Parasetamol dan lain-lain).
∙ Antivirus : Oseltamivir 75 mg/12 jam oral ATAU Favipiravir (Avigan sediaan 200 mg) loading
dose 1600 mg/12 jam/oral hari ke-1 dan selanjutnya 2 x 600 mg (hari ke 2-5)
4. BERAT
a. Isolasi dan Pemantauan
∙ Isolasi di ruang isolasi Rumah Sakit Rujukan
b. Non Farmakologis
∙ Istirahat total, intake kalori adekuat, kontrol elektrolit, status hidrasi (terapi cairan), dan oksigen
∙ Pemantauan laboratorium Darah Perifer Lengkap beriku dengan hitung jenis, bila memungkinkan
ditambahkan dengan CRP, fungsi ginjal, fungsi hati, Hemostasis, LDH, D-dimer.
∙ Pemeriksaan foto toraks serial bila perburukan
∙ Monitor tanda-tanda sebagai berikut;
- Takipnea, frekuensi napas ≥ 30x/min,
- Saturasi Oksigen dengan pulse oximetry ≤93% (di jari),
- PaO2/FiO2 ≤ 300 mmHg,
- Peningkatan sebanyak >50% di keterlibatan area paru-paru pada pencitraan thoraks dalam 24-48
jam,
- Limfopenia progresif,
- Peningkatan CRP progresif,
- Asidosis laktat progresif.
∙ Monitor keadaan kritis
- Gagal napas yg membutuhkan ventilasi mekanik, shock atau gagal Multiorgan yang
memerlukan perawatan ICU.
- Bila terjadi gagal napas disertai ARDS pertimbangkan penggunaan ventilator mekanik
- 3 langkah yang penting dalam pencegahan perburukan penyakit, yaitu sebagai
berikut
o Gunakan high flow nasal canulla (HFNC) atau non-invasive mechanical
ventilation (NIV) pada pasien dengan ARDS atau efusi paru luas. HFNC lebih
disarankan dibandingkan NIV.
o Pembatasan resusitasi cairan, terutama pada pasien dengan edema paru.
o Posisikan pasien sadar dalam posisi tengkurap (awake prone position).
∙ Prinsip terapi oksigen:
- NRM : 15 liter per menit.
- HFNC
o Jika dibutuhkan, tenaga kesehatan harus menggunakan respirator (PAPR, N95).
o Batasi flow agar tidak melebihi 30 liter/menit.
o Lakukan pemberian HFNC selama 1 jam, kemudian lakukan evaluasi. Jika pasien
mengalami perbaikan dan mencapai kriteria ventilasi aman (indeks ROX >4.88
pada jam ke-2, 6, dan 12 menandakan bahwa pasien tidak membutuhkan
ventilasi invasif, sementara ROX <3.85 menandakan risiko tinggi untuk kebutuhan
intubasi).
Indeks ROX = (SpO2 / FiO2) / laju napas
- NIV
• Jika dibutuhkan, tenaga kesehatan harus menggunakan respirator
(PAPR, N95).
• Lakukan pemberian NIV selama 1 jam, kemudian lakukan evaluasi. Jika
pasien mengalami perbaikan dan mencapai kriteria ventilasi aman
(volume tidal [VT] <8 ml/kg, tidak ada gejala kegagalan
pernapasan atau peningkatan FiO2/PEEP) maka lanjutkan ventilasi dan
lakukan penilaian ulang 2 jam kemudian.
• Pada kasus ARDS berat, disarankan untuk dilakukan ventilasi invasif.
• Jangan gunakan NIV pada pasien dengan syok.
• Kombinasi Awake Prone Position + HFNC / NIV 2 jam 2 kali sehari
dapat memperbaiki oksigenasi dan mengurangi kebutuhan akan
intubasi pada ARDS ringan hingga sedang. Hindari penggunaan
strategi ini pada ARDS berat.
c. Farmakologis
∙ Klorokuin fosfat, 500 mg/12 jam/oral (hari ke 1-3) dilanjutkan 250 mg/12 jam/oral
(hari ke 4-10) ATAU Hidroksiklorokuin dosis 400 mg /24 jam/oral (untuk 5 hari), setiap
3 hari kontrol EKG
∙ Azitromisin 500 mg/24 jam (untuk 5 hari) atau levofloxacin 750 mg/24 jam/intravena
(5 hari)
∙ Bila terdapat kondisi sepsis yang diduga kuat oleh karena ko-infeksi bakteri,
pemilihan antibiotik disesuaikan dengan kondisi klinis, fokus infeksi dan faktor risiko
yang ada pada pasien. Pemeriksaan kultur darah harus dikerjakan dan pemeriksaan
kultur sputum (dengan kehati-hatian khusus) patut dipertimbangkan.
∙ Antivirus : Oseltamivir 75 mg/12 jam oral ATAU Favipiravir (Avigan sediaan 200 mg)
loading dose 1600 mg/12 jam/oral hari ke-1 dan selanjutnya 2 x 600 mg (hari ke 2-5)
∙ Vitamin C 200 – 400 mg/8 jam dalam 100 cc NaCl 0,9% habis dalam 1 jam diberikan
secara drips Intravena (IV) selama perawatan
∙ Vitamin B1 1 ampul/24 jam/intravena
∙ Hydroxycortison 100 mg/24 jam/ intravena (3 hari pertama)
∙ Pengobatan komorbid dan komplikasi yang ada
∙ Obat suportif lainnya
ISU-ISU COVID-19 DAN
LITERATURE YANG
MENDASARINYA
Erlika Atmita Sinurat
170100172
Katanya Pakai Masker itu Percuma?
• Ukuran Virus 100 nanometer
• Droplet
– Besar: 50-100 mikrometer
– Kecil-Sedang: 5-50 mikrometer
– Nuklei: <5 mikrometer = aerosol
Ukuran Droplet ribuan kali lebih besar dari ukuran virus
• Penggunaan masker HARUS FIT pada wajah tidak boleh ada GAP antara
kulit wajah dan masker headloop/tali lebih fit daripada earloop.
• Efektivitas filtrasi N95 reuse masih bagus, namun perhatikan ELASTISITAS
karet masker JANGAN GUNAKAN bila masker sudah kendor
• UNTUK MASKER KAIN BAHAN KATUN, SUTRA, SIFON efektivitas filtrasi baik
– Semakin padat benang filtrasi lebih efektif
– Kombinasi bahan filtrasi lebih efektif
• Pemekaian masker harus FIT pada wajah, karena kalau tidak akan
mengurangi efektivitas filtrasi 50%
• Masker bisa menangkap droplet ukuran > 10nm O2 dan CO2 (0,03nm)
bisa keluar masuk bebas lewat masker TIDAK AKAN TERJADI
KEKURANGAN OKSIGEN ATAU PENUMPUKAN KARBONDIOKSIDA KARENA
MASKER
SAFIRA DISHA
170100006
EDUKASI DAN PENCEGAHAN
• Pencegahan Level Individu
1. Upaya Kebersihan Personal dan Rumah
a. Mencuci tangan lebih sering dengan sabun dan air setidaknya 20
detik atau hand sanitizer serta mandi ketika sampai dirumah
b. Hindari menyentuh mata, hidung, dan mulut dengan tangan yang
belum dicuci
c. Jangan berjabat tangan
d. Hindari interaksi fisik dengan orang yang memiliki gejala sakit
e. Tutupi mulut saat batuk dan bersin dengan lengan atas bagian dalam
atau dengan tisu lalu langsung buang tisu ke tempat sampah dan
segera cuci tangan
f. Bersihkan dan berikan desinfektan secara berkala pada benda-benda
yang sering disentuh dan pada permukaan rumah dan perabot.
EDUKASI DAN PENCEGAHAN (lanj..)
2. Peningkatan Imunitas Diri dan Mengendalikan
Komorbid
a. Konsumsi gizi seimbang
b. Aktifitas fisik/senam ringan
c. Istirahat cukup
d. Suplemen vitamin
e. Tidak merokok
f. Mengendalikan komorbid (misal diabetes mellitus,
hipertensi dan kanker)
EDUKASI DAN PENCEGAHAN (lanj..)
• Pencegahan Level Masyarakat
1. Pembatasan Interaksi Fisik dan Pembatasan Sosial
- Dilarang berdekatan atau kontak fisik dengan orang mengatur
jarak minimal 1 meter, tidak bersalaman, tidak berpelukan dan
berciuman
- Hindari penggunaan transportasi publik (seperti kereta, bus, dan
angkot); hindari jam sibuk ketika berpergian
- Bekerja dari rumah (Work From Home) jika kantor
memberlakukan ini
- Dilarang berkumpul di kerumunan dan fasilitas umum
- Hindari bepergian ke luar kota/luar negeri termasuk ke tempat-
tempat wisata
EDUKASI DAN PENCEGAHAN (lanj..)
- Hindari berkumpul dengan teman dan keluarga, termasuk
berkunjung/bersilaturahmi tatap muka dan menunda kegiatan
bersama. Hubungi mereka dengan telepon, internet, dan media
sosial
- Gunakan telepon atau layanan online untuk menghubungi dokter
atau fasilitas lainnya
- Jika anda sakit, dilarang mengunjungi orang tua/lanjut usia. Jika
anda tinggal satu rumah dengan mereka, maka hindari interaksi
langsung dengan mereka
- Untuk sementara waktu, anak sebaiknya bermain sendiri di rumah
- Untuk sementara waktu, dapat melaksanakan ibadah di rumah
JENIS-JENIS MASKER
ALAT PELINDUNG DIRI
ALAT PELINDUNG DIRI
ALAT PELINDUNG DIRI
ALAT PELINDUNG DIRI
TATA CARA ISOLASI MANDIRI
DUKUNGAN PSIKOSOSIAL
1. Dukungan pada keluarga
• Keluarga pasien tidak dijauhkan dari hubungan sosial
• Tidak memberikan pandangan/prasangka negatif bahwa
keluarga pasien akan menjadi penyebab maraknya kasus
• Selalu memberikan dukungan untuk kesembuhan anggota
keluarganya yang sakit
• Memberikan hotline untuk mendapatkan layanan psikologi
secara daring
• Bagikan fakta terbaru
• Mengangkat cerita positif pengalaman orang-orang yang
pernah terinfeksi penyakit ini
DUKUNGAN PSIKOSOSIAL (lanj..)
2. Dukungan pada OTG dan pasien COVID-19
- Mengurangi stresor
- Mendapatkan informasi yang benar tentang COVID-19
- Relaksasi fisik
- Berpikir positif dan Berbagi cerita positif melalui media sosial
- Saling menyapa, memberi pujian atau penghargaan dan harapan
- Berbagi perasaan dan pikiran pada orang yang dapat dipercaya
- Mempertahankan dan meningkatkan komunikasi antar anggota
keluarga dengan kasih sayang, rasa hormat dan saling menghargai
dalam keluarga
- Membangun jaringan sosial dalam memenuhi kebutuhan dasar di
antaranya pangan, sandang, dan papan
KOMPLIKASI, INDIKASI RUJUK,
DAN PROGNOSIS COVID-19