Anda di halaman 1dari 80

TUTORIAL

BLOK FMD1 PEMICU2

Kelompok B8
LEMBAR 1
Tn. A, pria usia 35 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan
demam yang disertai dengan batuk sejak 4 hari terakhir. Pasien juga
mengeluhkan sesak napas dalam 2 hari ini. Sehari-hari pasien
berprofesi sebagai pedagang makanan kaki lima di Kota Medan dan
tidak mengenakan masker selama masa pandemi Covid-19.
LEMBAR 2
Pemeriksaan tanda vital kesadaran compos mentis, TD 150/90
mmHg, nadi 90x/i, frekuensi napas 24x/i, suhu 38.7C, SpO2 93%
(room air), BB 90 kg, TB 165 cm. Pemeriksaan auskultasi terdengar
ronki di lapangan tengah dan bawah kedua paru. Dokter Puskesmas
kemudian merujuk pasien tersebut ke Rumah Sakit daerah dan
melakukan contact tracing pada seluruh anggota keluarga pasien.

Istri pasien (Ny. A) menolak untuk dilakukan karantina mandiri


karena merasa tidak ada keluhan, dan setelah suaminya didiagnosis
Covid-19 maka istrilah yang berjualan menggantikan suaminya. Tn
dan Ny. A tinggal bersama Ibu Mertua yang berusia 70 tahun dan
kakak ipar Ny. B, 50 tahun, yang memiliki anak laki-laki 25 tahun
yang bekerja sebagai pelayan di sebuah kafe.
LEMBAR 3
Hasil pemeriksaan laboratorium di rumah sakit: Hb 11.6 gr/dL,
Leukosit 4.500/µL, trombosit 256.000/µL. Hitung jenis: 1 / 0 /
79 / 14 / 6 . CRP kuantitatif 112. Foto toraks tampak infiltrat di
bagian perifer lapangan tengah dan bawah kedua paru.
Pemeriksaan Rapid test antibodi SARS-CoV-2: IgM non reaktif,
IgG non reaktif. Pemeriksaan RT-PCR swab nasofaring: Positif
SARS-CoV-2.
ANAMNESIS HOLISTIK

Thesya Oktika Ellysa


170100010
ANAMNESIS HOLISTIK
HOLISTIK:
• Mencakup seluruh tubuh jasmani dan rohani pasien
(whole body system) termasuk nutrisi
• Tidak hanya ber-orientasi organ
• Ber-orientasi pasien dan keluarga
• Memandang manusia sebagai makhluk biopsikososial
dalam ekosistemnya.
ANAMNESIS HOLISTIK (lanj..)
ASPEK ANAMNESIS HOLISTIK:
• Aspek Personal
• Aspek Klinis
• Aspek Faktor Resiko Internal
• Aspek Faktor Resiko Eksternal
• Aspek Derajat Fungsional
aspek 1 : Aspek Personal
• Alasan kedatangan
Mengarah pada alasan subyektif yang melatar
belakangi pasien datang
• Harapan
Harapan pasien kepada dokter
• Persepsi
Persepsi pasien terhadap penyebab masalahnya
• Upaya
Upaya yang telah dilakukan pasien untuk mengatasi
masalahnya.
Aspek 2 : Aspek Klinis
Diagnosis klinis yang ditemukan pada pasien
berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang (disease). Diagnosis yang
ditemukan ini bisa lebih dari satu.
Contoh :
• Diagnosis klinis 1 : Hipertensi stage 2
• Diagnosis klinis 2 : Diabetes mellitus
Aspek 3 : Aspek Faktor Resiko Internal
• Genetik
Riwayat penyakit yang ada di keluarga pasien terutama
yang berkaitan dengan permasalahan kesehatannya.
Contoh : seorang pasien didiagnosa menderita Hipertensi
stage 2 dan setelah di-anamnesa ditemukan bahwa ayah
pasien juga menderita Hipertensi

• Kondisi biologis
Adanya kondisi biologis (atau masalah kesehatan lain)
pada pasien yang dapat menjadi faktor resiko timbulnya
masalah kesehatan saat ini
Contoh : overweight, riwayat alergi
• Perilaku/ Gaya Hidup
Kebiasaan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi
faktor resiko permasalahan kesehatan yang dimilikinya.
Termasuk perilaku saat bekerja.
Contoh : Seorang pasien yang didiagnosa Hipertensi
diketahui memiliki riwayat kebiasaan merokok dan
makan makanan terlalu asin

• Kondisi Psikologis
Faktor personality pasien atau tingkat stress yang
dialami oleh pasien.
Contoh : pasien mulai sering merasa murung dan
menyendiri sejak suaminya meninggal.
Aspek 4 : Aspek Faktor Resiko Eksternal
• Ekonomi
Kondisi status finansial atau pendapatan yang dihasilkan oleh
seseorang dalam satu keluarga.
Contoh : Pada anamnesa diketahui bahwa pekerjaan pasien
hanya sebagai kuli bangunan. Sehingga karena status
ekonominya yang rendah maka pasien jarang memeriksakan
kesehatannya.

• Lingkungan Sosial
Kondisi hubungan sosial pasien dengan lingkungan sekitarnya
Contoh : Pada kasus scabies, pasien sering kontak dengan
temannya satu bangku di sekolah yang juga terkena scabies
sehingga tertular.
• Lingkungan Fisik
Kondisi fisik lingkungan tempat tinggal, tempat kerja, dan
sekitar yang menjadi faktor resiko permasalahan
kesehatan yang dialami oleh pasien.
Contoh : pada kasus TBC paru, pasien tidur satu ruangan
dengan kakaknya yang juga menderita TBC paru karena
tidak ada lagi ruangan kosong di rumah pasien.
• Lingkungan Biologi
Faktor resiko berupa agen biologis penyebab penyakit dari
lingkungan
Contoh : Memelihara kucing berhubungan dengan
toksoplasmosis
Aspek 5 : Derajat Fungsional

• Bagaimana masalah pasien


mempengaruhi aktivitas
sehari-hari
• Skala 1-5
DEFINISI, ETIOLOGI &
EPIDEMIOLOGI COVID-19

Meilani Prastuty Mariza


170100152
DEFINISI
COVID-19 merupakan penyakit
yang disebabkan virus SARS-CoV-2
atau sebelumnya dikenal dengan
2019-nCoV.
Penamaan Virus dan Penyakit
ETIOLOGI
Virus corona baru penyebab COVID-19
sendiri diberi nama Severe Acute
Respiratory Syndrome Coronavirus 2
atau disingkat SARS-CoV-2. Kelompok
peneliti mengakui kesamaan coronavirus
baru dengan pandemi sindrom
pernapasan akut parah (SARS) yang
terjadi antara 2002-2003.

Gambar mikroskop elektron pemindaian


bertanggal menunjukkan SARS-CoV-2
(bulat emas). Foto: NIAID Integrated
Research Facility (IRF) via REUTERS.
EPIDEMIOLOGI
• 31 Desember 2019  Laporan
Kasus pertama Covid-19 Di
Wuhan.
• Pada awalnya COVID-19 muncul
sebagai wabah pneumonia yang
terjadi di Wuhan, RRC. Kemudian
wabah ini saat ini sudah menyebar
ke berbagai penjuru dunia dan
sejak 20 Januari 2020 oleh WHO
dideklarasikan sebagai public
health emergency of Penyebaran COVID-19 per 20 Febuari 2020

international concern.
Data
Update
COVID-19
di
Indonesia
per 19
Oktober
2020
Data
Update
COVID-
19 Dunia
per 19
Oktober
2020
Peringkat
Kasus
Covid-19
Indonesia
di Dunia
menurut
WHO
Data Update
Sumatera Utara per
19 Oktober 2020
FAKTOR RISIKO DAN CARA
PENULARAN COVID-19

Nasvatia Harsyah
170100140
FAKTOR RISIKO COVID-19
• Penyakit Komorbid (Hipertensi dan Diabetes)
• Laki-laki
• Perokok aktif
• Pasien kanker
• Pasien penyakit hati kronis
• Kontak erat (tinggal satu rumah, tetangga, pekerjaan yang
berhubungan dengan orang banyak
• Tenaga medis
• Penggunaan ACE inhibitor => belum terbukti
• Pasien HIV => belum terbukti
CARA PENULARAN
• Droplet: 1,5-2 m
• Airborne: 10 m
Virus bisa menempel pada partikel di udara dan bisa
bersirkulasi di udara (terutama indoor) dalam jarak 10 m.
Kejadian tinggi di daerah dengan polusi udara yang buruk
CONTACT TRACING

Ny. A

Tn. A

Mertua (70 thn)

Keponakan (25 thn)


Pelayan Cafe

Ipar (50 thn)


PATOGENESIS COVID-19

Nadya Riqqoh Adilla


170100052
STRUKTUR VIRUS COVID 19
PATOGENESIS COVID-19
MANIFESTASI KLINIS COVID-19

Becky Marella
170100216
MANIFESTASI KLINIS COVID-19
Manifestasi klinis pasien COVID-19 memiliki spektrum yang luas, mulai dari
tanpa gejala (asimtomatik), gejala ringan, pneumonia, pneumonia berat, ARDS,
sepsis, hingga syok sepsis.
Gejala ringan didefinisikan sebagai pasien dengan infeksi akut saluran napas atas
tanpa komplikasi, bisa disertai dengan demam, fatigue, batuk (dengan atau
tanpa sputum), anoreksia, malaise, nyeri tenggorokan, kongesti nasal, atau sakit
kepala.

Pasien COVID-19 dengan pneumonia berat ditandai dengan demam, ditambah


salah satu dari gejala:
(1) frekuensi pernapasan >30x/menit
(2) distres pernapasan berat
(3) saturasi oksigen 93% tanpa bantuan oksigen.

Pada pasien geriatri dapat muncul gejala-gejala yang atipikal.


DIAGNOSIS COVID-19

Danny Sanjaya
170100102
ANAMNESIS
• Menanyakan gejala dari COVID-19
• Menanyakan riwayat perjalanan, kontak fisik
PEMERIKSAAN FISIK
• Keadaan Umum dan Tanda-Tanda Vital
• Pemeriksaan Fisik Dada
1. Tanda distress pernapasan berat
2. Perubahan suara paru

• Pemeriksaan Generalisata
1. Sianosis sentral
2. Ekstremitas dingin dan kulit lembap
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• RT-PCR
Dilakukan pada hari pertama dan kedua. Apabila hasil RT-PCR hari pertama
positif, maka pemeriksaan di hari kedua tidak perlu dilakukan. Pada keadaan
berat atau kritis, pemeriksaan RT-PCR follow-up dapat dilakukan 10 hari setelah
pengambilan usap dengan hasil yang positif.
Apabila klinis pasien membaik dan pasien bebas demam selama tiga hari,
pemeriksaan RT-PCR dilakukan kembali. Hasil RT-PCR yang tetap positif dapat
menandakan bahwa pasien dalam kondisi positif persisten yang disebabkan
oleh terdeteksinya fragmen atau partikel virus yang sudah tidak aktif.
Hasil RT-PCR negatif tidak dapat menyingkirkan infeksi virus COVID-19.
Beberapa faktor seperti rendahnya kualitas spesimen, waktu pengambilan
spesimen yang terlalu lambat atau terlalu cepat, penyimpanan atau pengiriman
spesimen yang tidak benar, teknik pengambilan sampel yang tidak tepat, serta
mutasi virus dan inhibisi polymerase chain reaction (PCR) dapat menyebabkan
hasil negatif palsu.
PEMERIKSAAN PENUNJANG (lanj..)
• Rapid Test
Rapid test dapat mendeteksi imunoglobulin M (IgM) dan imunoglobulin
G (IgG) terhadap virus SARS-CoV-2 dalam sampel darah manusia.
Antibodi IgM diketahui memiliki peranan penting sebagai pertahanan
utama saat terjadi infeksi virus, sementara respons IgG adalah
melindungi tubuh dari infeksi dengan cara mengingat virus yang
sebelumnya pernah terpapar di dalam tubuh.

Banyak faktor yang memengaruhi hasil tes ini, yaitu onset penyakit,
konsentrasi virus, serta kualitas dan proses pengumpulan spesimen.
Sensitivitas rapid test diperkirakan bervariasi mulai dari 34–80%. Saat ini,
berdasarkan bukti klinis yang ada, WHO hanya merekomendasikan
penggunaan rapid test untuk kepentingan penelitian, bukan untuk
manajemen klinis COVID-19.
PEMERIKSAAN PENUNJANG (lanj..)
• PEMERIKSAAN DARAH LENGKAP
– Leukosit menurun dikarenakan kondisi sepsis
– Neutrofil meningkat dikarenakan adanya infeksi

• CT Scan Toraks Nonkontras:


– Pemeriksaan CT scan toraks nonkontras disarankan dilakukan
pada pasien yang dicurigai terjangkit COVID-19. Kelainan pada
CT scan umumnya terdistribusi bilateral, periferal, dan pada
basal.
– Ground glass opacification (GGO) dengan distribusi perifer
atau posterior, terutama pada lobus bawah
DD SESAK NAPAS DAN BATUK

Ela Zahara Diana Sukma


170100168
DD SESAK NAPAS DAN BATUK
• Asma bronkiale :
Sesak napas kumat-kumatan kadang disertai batuk pada tengah malam sampai
dini hari, nafas disertai bunyi mengi, dada terasa berat
• PPOK :
Sesak napas bila beraktivitas, semakin lama makin memberat, dapat disertai
buyi mengi
• Bronkitis akut :
Sesak napas timbul bila terjadi eksaserbasi akut, disertai bunyi mengi, batuk
berdahak yang terutama keluar pada pagi hari saat bangun tidur
• Bronkiektasis :
Batuk dengan sputum mukopurulen yang banyak terutama pagi hari, sesak
napas timbul bila terjadi infeksi sekunder, nyeri dada, wheezing, mudah lelah,
penurunan BB
• Pneumonia :
Demam tinggi, sesak napas disertai nyeri dada, batuk dengan dahak kental
dapat berwarna kuning hingga kehijauan
DD SESAK NAPAS DAN BATUK (lanj..)
• Pneumotoraks
Sesak napas, nyeri dada (tajam, teras seperti tertekan dan berat), mudah
lelah, batuk, warna kulit kebiruan, bentuk dada dan gerak napas tidak
simetris, perkusi hipersonor, auskultasi suara napas menurun hingga hilang
• Atelektasis
Sesak napas, nyeri dada, batuk, sianosis, mengi, demam
• TB paru
Batuk selama >2 minggu, dahak timbul setelah batuk lama, sesak napas, BB
menurun
• Tumor
Sesak napas bila beraktivitas, bisa disertai nyeri dada, terdengar wheezing
setempat, batik kadang disertai darah
• Abses paru
Batuk disertai banyak dahak, dahak purulen kecoklatan bercampur darah
dan berbau busuk, sesak napas bila beraktivitas
TATALAKSANA FARMAKO DAN
NON FARMAKO COVID-19
Steven Winardi
170100166
• Berdasarkan beratnya kasus, COVID-19 dibedakan atas beberapa 
kelompok yaitu tanpa gejala, ringan, sedang, berat dan kritis.  
1. Tanpa gejala  
Kondisi ini merupakan kondisi teringan. Pasien tidak ditemukan  gejala.  

2. Ringan/tidak berkomplikasi  
Pasien dengan infeksi saluran napas oleh virus tidak berkomplikasi  dengan
gejala tidak spesifik seperti demam, lemah, batuk (dengan  atau tanpa
produksi sputum),anoreksia, malaise, nyeri otot, sakit  tenggorokan, sesak
ringan, kongesti hidung, sakit kepala.  Meskipun jarang, pasien dapat dengan
keluhan diare, mual atau  muntah. Pasien usia tua dan immunocompromised
gejala atipikal.  

3. Sedang / Moderat  
Pasien remaja atau dewasa dengan pneumonia tetapi tidak ada  tanda
pneumonia berat dan tidak membutuhkan suplementasi  oksigen Atau Anak-
anak dengan pneumonia tidak berat dengan  keluhan batuk atau sulit
bernapas disertai napas cepat.  
4. Berat /Pneumonia Berat  
Pasien remaja atau dewasa dengan demam atau dalam pengawasan  infeksi
saluran napas/pneumonia, ditambah satu dari: frekuensi  napas > 30
x/menit, distress pernapasan berat, atau saturasi oksigen  (SpO2) <93% pada
udara kamar atau rasio PaO2/FiO2 < 300. Atau  Pasien anak dengan batuk
atau kesulitan bernapas, ditambah  setidaknya satu dari berikut ini:  
∙ sianosis sentral atau SpO2 <90%;  
∙ distres pernapasan berat (seperti mendengkur, tarikan dinding  dada yang
berat);  
∙ tanda pneumonia berat: ketidakmampuan menyusui atau  minum, letargi
atau penurunan kesadaran, atau kejang.
∙ Tanda lain dari pneumonia yaitu: tarikan dinding dada,  takipnea :<2 bulan,
≥60x/menit; 2–11 bulan, ≥50x/menit; 1–5  tahun, ≥40x/menit;>5 tahun,
≥30x/menit.
5. Kritis  
Pasien dengan gagal napas, Acute Respiratory Distress
Syndrome (ARDS), syok sepsis dan/atau multiple organ
failure. 
PROTOKOL TATALAKSANA PASIEN COVID-19
1. TANPA GEJALA (OTG)  
a. Isolasi dan Pemantauan  
∙ Isolasi mandiri di rumah selama 14 hari  
∙ Pasien dipantau melalui telepon oleh petugas FKTP  ∙ Kontrol di FKTP setelah 14 hari karantina untuk  pemantauan
klinis  
b. Non-farmakologis  
Berikan edukasi terkait tindakan yang perlu dikerjakan  (leaflet untuk dibawa ke rumah) :  
Pasien :  
- Pasien mengukur suhu tubuh 2 kali sehari, pagi dan  malam hari  
- Selalu menggunakan masker jika keluar kamar dan  saat berinteraksi dengan anggota keluarga  
- Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau hand  sanitizer sesering mungkin.  
- Jaga jarak dengan keluarga (physical distancing)  
- Upayakan kamar tidur sendiri / terpisah  
- Menerapkan etika batuk (Diajarkan oleh tenaga  medis)  
- Alat makan-minum segera dicuci dengan air/sabun  - Berjemur matahari minimal sekitar 10-15 menit  setiap
harinya  
- Pakaian yg telah dipakai sebaiknya dimasukkan  dalam kantong plastik / wadah tertutup yang terpisah  dengan
pakaian kotor keluarga yang lainnya sebelum  dicuci dan segera dimasukkan mesin cuci  
- Ukur dan catat suhu tubuh tiap jam 7 pagi dan jam 19  malam. 
-Segera berinformasi ke petugas pemantau/FKTP ataukeluarga jika terjadi peningkatan suhu tubuh > 38oC
Lingkungan/kamar:
- Perhatikan ventilasi, cahaya dan udara
- Membuka jendela kamar secara berkala
- Bila memungkinkan menggunakan APD saat membersihkan kamar (setidaknya
masker, dan bila memungkinkan sarung tangan dan goggle.
- Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau hand sanitizer sesering mungkin.
- Bersihkan kamar setiap hari , bisa dengan air sabun atau bahan desinfektasn lainnya
Keluarga:
- Bagi anggota keluarga yang berkontak erat dengan pasien sebaiknya memeriksakan
diri ke FKTP/RumahSakit.
- Anggota keluarga senanitasa pakai masker
- Jaga jarak minimal 1 meter dari pasien
- Senantiasa mencuci tangan
- Jangan sentuh daerah wajah kalau tidak yakin tangan bersih
- Ingat senantiasa membuka jendela rumah agar sirkulasi udara tertukar
- Bersihkan sesering mungkin daerah yg mungkin tersentuh pasien misalnya gagang
pintu dll
c. Farmakologi  
∙ Bila terdapat penyakit penyerta / komorbid, dianjurkan untuk  tetap
melanjutkan pengobatan yang rutin dikonsumsi.  Apabila pasien rutin
meminum terapi obat antihipertensi  dengan golongan obat ACE-
inhibitor dan Angiotensin  Reseptor Blocker perlu berkonsultasi ke Dokter
Spesialis  Penyakit Dalam ATAU Dokter Spesialis Jantung  
∙ Vitamin C (untuk 14 hari), dengan pilihan ;  
- Tablet Vitamin C non acidic 500 mg/6-8 jam oral (untuk  14 hari) 
- Tablet isap vitamin C 500 mg/12 jam oral (selama 30  hari)  
- Multivitamin yang mengandung vitamin C 1-2 tablet /24  jam (selama
30 hari),  
- Dianjurkan multivitamin yang mengandung vitamin  C,B, E, Zink  
2. GEJALA RINGAN  
a. Isolasi dan Pemantauan  
∙ Isolasi mandiri di rumah selama 14 hari  
∙ Ditangani oleh FKTP, contohnya Puskesmas, sebagai  pasien rawat jalan  
∙ Kontrol di FKTP setelah 14 hari untuk pemantauan klinis  
b. Non Farmakologis  
Edukasi terkait tindakan yang harus dilakukan (sama dengan  edukasi tanpa gejala).  
c. Farmakologis  
∙ Vitamin C dengan pilihan:  
- Tablet Vitamin C non acidic 500 mg/6-8 jam oral  (untuk 14 hari)  
- Tablet isap vitamin C 500 mg/12 jam oral (selama 30  hari)  
- Multivitamin yang mengandung vitamin c 1-2 tablet  /24 jam (selama 30 hari),  
- Dianjurkan vitamin yang komposisi mengandung  vitamin C,B, E, zink  
∙ Klorokuin fosfat 500 mg/12 jam oral (untuk 5 hari)  ATAU Hidroksiklorokuin (sediaan yg ada 200
mg) 400 mg/24  jam/oral (untuk 5 hari) 
∙ Azitromisin 500 mg/24 jam/oral (untuk 5 hari) dengan  alternatif Levofloxacin 750 mg/24 jam (5
hari)  
∙ Pengobatan simtomatis seperti paracetamol bila demam
∙ Bila diperlukan dapat diberikan Antivirus : Oseltamivir  75 mg/12 jam/oral ATAU Favipiravir
(Avigan)  600mg/12 jam / oral (untuk 5 hari)  
3. GEJALA SEDANG    
a. Isolasi dan Pemantauan  
∙ Rujuk ke Rumah Sakit ke Ruang Perawatan Covid-19/  Rumah Sakit Darurat Covid-19  
∙ Isolasi di Rumah Sakit ke Ruang Perawatan Covid-19/  Rumah Sakit Darurat Covid-19 selama 14
hari    
b. Non Farmakologis  
∙ Istirahat total, intake kalori adekuat, control elektrolit,  status hidrasi, saturasi oksigen  
∙ Pemantauan laboratorium Darah Perifer Lengkap berikut  dengan hitung jenis, bila
memungkinkan ditambahkan  dengan CRP, fungsi ginjal, fungsi hati dan ronsen dada  secara
berkala.  
c. Farmakologis  
∙ Vitamin C 200 – 400 mg/8 jam dalam 100 cc NaCl 0,9%  habis dalam 1 jam diberikan secara
drips Intravena (IV)  selama perawatan  
∙ Klorokuin fosfat 500 mg/12 jam oral (untuk 5-7 hari)  ATAU Hidroksiklorokuin (sediaan yg ada
200 mg) hari  pertama 400 mg/12 jam/oral, selanjutnya 400 mg/24  jam/oral (untuk 5-7 hari)  
∙ Azitromisin 500 mg/24 jam per iv atau per oral (untuk 5- 7 hari) dengan aternatif Levofloxacin
750 mg/24 jam per  iv atau per oral (untuk 5-7 hari)  
∙ Pengobatan simtomatis (Parasetamol dan lain-lain). 
∙ Antivirus : Oseltamivir 75 mg/12 jam oral ATAU  Favipiravir (Avigan sediaan 200 mg) loading
dose 1600  mg/12 jam/oral hari ke-1 dan selanjutnya 2 x 600 mg  (hari ke 2-5) 
4. BERAT  
a. Isolasi dan Pemantauan  
∙ Isolasi di ruang isolasi Rumah Sakit Rujukan 
 b. Non Farmakologis  
∙ Istirahat total, intake kalori adekuat, kontrol elektrolit,  status hidrasi (terapi cairan), dan oksigen  
∙ Pemantauan laboratorium Darah Perifer Lengkap beriku  dengan hitung jenis, bila memungkinkan
ditambahkan  dengan CRP, fungsi ginjal, fungsi hati, Hemostasis,  LDH, D-dimer.  
∙ Pemeriksaan foto toraks serial bila perburukan  
∙ Monitor tanda-tanda sebagai berikut;  
- Takipnea, frekuensi napas ≥ 30x/min,  
- Saturasi Oksigen dengan pulse oximetry ≤93% (di  jari),  
- PaO2/FiO2 ≤ 300 mmHg,  
- Peningkatan sebanyak >50% di keterlibatan area  paru-paru pada pencitraan thoraks dalam 24-48
jam,  
- Limfopenia progresif,  
- Peningkatan CRP progresif,  
- Asidosis laktat progresif.  
∙ Monitor keadaan kritis  
- Gagal napas yg membutuhkan ventilasi mekanik,  shock atau gagal Multiorgan yang
memerlukan  perawatan ICU.  
- Bila terjadi gagal napas disertai ARDS  pertimbangkan penggunaan ventilator mekanik  
- 3 langkah yang penting dalam pencegahan  perburukan penyakit, yaitu sebagai
berikut  
o Gunakan high flow nasal canulla (HFNC) atau  non-invasive mechanical
ventilation (NIV) pada pasien dengan ARDS atau efusi paru luas. HFNC  lebih
disarankan dibandingkan NIV.
o Pembatasan resusitasi cairan, terutama pada  pasien dengan edema paru.  
o Posisikan pasien sadar dalam posisi tengkurap (awake prone position).
∙ Prinsip terapi oksigen:  
- NRM : 15 liter per menit.  
- HFNC  
o Jika dibutuhkan, tenaga kesehatan harus  menggunakan respirator (PAPR, N95).  
o Batasi flow agar tidak melebihi 30 liter/menit.  
o Lakukan pemberian HFNC selama 1 jam, kemudian  lakukan evaluasi. Jika pasien
mengalami perbaikan  dan mencapai kriteria ventilasi aman (indeks ROX  >4.88
pada jam ke-2, 6, dan 12 menandakan bahwa  pasien tidak membutuhkan
ventilasi invasif,  sementara ROX <3.85 menandakan risiko tinggi  untuk kebutuhan
intubasi).  
 Indeks ROX = (SpO2 / FiO2) / laju napas  
- NIV  
• Jika dibutuhkan, tenaga kesehatan harus  menggunakan respirator
(PAPR, N95).  
• Lakukan pemberian NIV selama 1 jam, kemudian  lakukan evaluasi. Jika
pasien mengalami perbaikan  dan mencapai kriteria ventilasi aman
(volume tidal [VT] <8 ml/kg, tidak ada gejala kegagalan
pernapasan  atau peningkatan FiO2/PEEP) maka lanjutkan ventilasi dan
lakukan penilaian ulang 2 jam kemudian.  
• Pada kasus ARDS berat, disarankan untuk dilakukan  ventilasi invasif.  
• Jangan gunakan NIV pada pasien dengan syok.  
• Kombinasi Awake Prone Position + HFNC / NIV 2  jam 2 kali sehari
dapat memperbaiki oksigenasi dan mengurangi kebutuhan akan
intubasi pada ARDS  ringan hingga sedang. Hindari penggunaan
strategi ini pada ARDS berat.
c. Farmakologis  
∙ Klorokuin fosfat, 500 mg/12 jam/oral (hari ke 1-3)  dilanjutkan 250 mg/12 jam/oral
(hari ke 4-10) ATAU  Hidroksiklorokuin dosis 400 mg /24 jam/oral (untuk 5  hari), setiap
3 hari kontrol EKG  
∙ Azitromisin 500 mg/24 jam (untuk 5 hari) atau  levofloxacin 750 mg/24 jam/intravena
(5 hari)  
∙ Bila terdapat kondisi sepsis yang diduga kuat oleh karena  ko-infeksi bakteri,
pemilihan antibiotik disesuaikan  dengan kondisi klinis, fokus infeksi dan faktor risiko 
yang ada pada pasien. Pemeriksaan kultur darah harus  dikerjakan dan pemeriksaan
kultur sputum (dengan  kehati-hatian khusus) patut dipertimbangkan.  
∙ Antivirus : Oseltamivir 75 mg/12 jam oral ATAU  Favipiravir (Avigan sediaan 200 mg)
loading dose 1600  mg/12 jam/oral hari ke-1 dan selanjutnya 2 x 600 mg  (hari ke 2-5)  
∙ Vitamin C 200 – 400 mg/8 jam dalam 100 cc NaCl 0,9%  habis dalam 1 jam diberikan
secara drips Intravena (IV)  selama perawatan  
∙ Vitamin B1 1 ampul/24 jam/intravena  
∙ Hydroxycortison 100 mg/24 jam/ intravena (3 hari  pertama)  
∙ Pengobatan komorbid dan komplikasi yang ada  
∙ Obat suportif lainnya  
ISU-ISU COVID-19 DAN
LITERATURE YANG
MENDASARINYA
Erlika Atmita Sinurat
170100172
Katanya Pakai Masker itu Percuma?
• Ukuran Virus 100 nanometer
• Droplet
– Besar: 50-100 mikrometer
– Kecil-Sedang: 5-50 mikrometer
– Nuklei: <5 mikrometer = aerosol
Ukuran Droplet ribuan kali lebih besar dari ukuran virus
• Penggunaan masker HARUS FIT pada wajah  tidak boleh ada GAP antara
kulit wajah dan masker  headloop/tali lebih fit daripada earloop.
• Efektivitas filtrasi N95 reuse masih bagus, namun perhatikan ELASTISITAS
karet masker  JANGAN GUNAKAN bila masker sudah kendor
• UNTUK MASKER KAIN BAHAN KATUN, SUTRA, SIFON efektivitas filtrasi baik
– Semakin padat benang  filtrasi lebih efektif
– Kombinasi bahan  filtrasi lebih efektif
• Pemekaian masker harus FIT pada wajah, karena kalau tidak akan
mengurangi efektivitas filtrasi 50%
• Masker bisa menangkap droplet ukuran > 10nm  O2 dan CO2 (0,03nm)
bisa keluar masuk bebas lewat masker  TIDAK AKAN TERJADI
KEKURANGAN OKSIGEN ATAU PENUMPUKAN KARBONDIOKSIDA KARENA
MASKER

PAKAI MASKER MEMANG PERCUMA JIKA PEMAKAIANNYA TIDAK BENAR


BUKAN KARENA TIDAK EFEKTIF DAN BERBAHAYA
Sumber: Bennert et al 2020, Konda et al 2020
BERJEMUR DAN OLAHRAGA DAPAT MENCEGAH
VIRUS CORONA
• BERJEMUR
– Untuk membentu Vitamin D di tubuh manusia, diperlukan sinar
UVB.
– Sinar UVB intensitasnya meningkat pada jam 11-13 kemudian
menurun hingga jam 16 kembali sama lagi dengan jam 7.
– Di Indonesia, berjemur: 9 pagi (25 menit) sebanyak 3x seminggu
– Vit D mempengaruhi kuatnya “tight junction” atau “gap junction”
pada sel epitel  menghalangi virus /bakteri masuk.
– Lapisan berikutnya: vit D + monosit dan makrofag
– Lapisan terakhir: meningkatkan pembentukan limfosit T
Sumber:
Wang et al, 2017
Raharusun et al, 2020
• OLAHRAGA
– Olahraga akut ( durasi <60 menit)  meningkatkan
resirkulasi sel NK, sitotoksik, antibodi, dan sitokin anti
inflamasi.
– Olahraga berat dan lama (>1 jam)  biasanya pada atlit
dengan target  pernapasan mulut  mukosa mudah
kering dan mengganggu kerja silia  terjad gangguan
imun yang bersifat sementara (sitokin inflamasi
meningkat, stress oksidatif, kerusakan otot)  lebih
rentan terkena infeksi terutama infeksi saluran napas.
Olahraga merupakan salah satu usaha memperkuat sistem
imun supaya apabila sakit tidak bergejala/ gejala ringan.
Penggunaan kacamata mengurangi resiko
terinfeksi COVID?

Studi cohort di salah satu RS di China


276 Pasien  dilihat riwayatnya memakai kacamata >8 jam/hari.
10,9% pasien COVID  ada riwayat menggunakan kacamata sehari-hari
5,8% pasien COVID  menggunakan kacamata >8 jam dalam sehari karena menderita
myopia (rabun jauh)
Tidak ada perbedaan gejala, keparahan, dan komorbid antara yang berkacamata dan
tidak.
Angka myopia didaerah setempat diChina 31,5%  5,8% terinfeksi COVID
Proporsinya lebih banyak orang berkacamata (>8 jam dalam sehari) yang tidak terinfeksi
COVID.
• Penggunaan KACAMATA diasumsikan dapat
mengurangi kerentanan terinfeksi COVID
– Mengurangi resiko terpapar droplet
– Mengurangu frekuensi sentuhan tangan ke mata
EDUKASI DAN PENCEGAHAN
COVID-19

SAFIRA DISHA
170100006
EDUKASI DAN PENCEGAHAN
• Pencegahan Level Individu
1. Upaya Kebersihan Personal dan Rumah
a. Mencuci tangan lebih sering dengan sabun dan air setidaknya 20
detik atau hand sanitizer serta mandi ketika sampai dirumah
b. Hindari menyentuh mata, hidung, dan mulut dengan tangan yang
belum dicuci
c. Jangan berjabat tangan
d. Hindari interaksi fisik dengan orang yang memiliki gejala sakit
e. Tutupi mulut saat batuk dan bersin dengan lengan atas bagian dalam
atau dengan tisu lalu langsung buang tisu ke tempat sampah dan
segera cuci tangan
f. Bersihkan dan berikan desinfektan secara berkala pada benda-benda
yang sering disentuh dan pada permukaan rumah dan perabot.
EDUKASI DAN PENCEGAHAN (lanj..)
2. Peningkatan Imunitas Diri dan Mengendalikan
Komorbid
a. Konsumsi gizi seimbang
b. Aktifitas fisik/senam ringan
c. Istirahat cukup
d. Suplemen vitamin
e. Tidak merokok
f. Mengendalikan komorbid (misal diabetes mellitus,
hipertensi dan kanker)
EDUKASI DAN PENCEGAHAN (lanj..)
• Pencegahan Level Masyarakat
1. Pembatasan Interaksi Fisik dan Pembatasan Sosial
- Dilarang berdekatan atau kontak fisik dengan orang mengatur
jarak minimal 1 meter, tidak bersalaman, tidak berpelukan dan
berciuman
- Hindari penggunaan transportasi publik (seperti kereta, bus, dan
angkot); hindari jam sibuk ketika berpergian
- Bekerja dari rumah (Work From Home) jika kantor
memberlakukan ini
- Dilarang berkumpul di kerumunan dan fasilitas umum
- Hindari bepergian ke luar kota/luar negeri termasuk ke tempat-
tempat wisata
EDUKASI DAN PENCEGAHAN (lanj..)
- Hindari berkumpul dengan teman dan keluarga, termasuk
berkunjung/bersilaturahmi tatap muka dan menunda kegiatan
bersama. Hubungi mereka dengan telepon, internet, dan media
sosial
- Gunakan telepon atau layanan online untuk menghubungi dokter
atau fasilitas lainnya
- Jika anda sakit, dilarang mengunjungi orang tua/lanjut usia. Jika
anda tinggal satu rumah dengan mereka, maka hindari interaksi
langsung dengan mereka
- Untuk sementara waktu, anak sebaiknya bermain sendiri di rumah
- Untuk sementara waktu, dapat melaksanakan ibadah di rumah
JENIS-JENIS MASKER
ALAT PELINDUNG DIRI
ALAT PELINDUNG DIRI
ALAT PELINDUNG DIRI
ALAT PELINDUNG DIRI
TATA CARA ISOLASI MANDIRI
DUKUNGAN PSIKOSOSIAL
1. Dukungan pada keluarga
• Keluarga pasien tidak dijauhkan dari hubungan sosial
• Tidak memberikan pandangan/prasangka negatif bahwa
keluarga pasien akan menjadi penyebab maraknya kasus
• Selalu memberikan dukungan untuk kesembuhan anggota
keluarganya yang sakit
• Memberikan hotline untuk mendapatkan layanan psikologi
secara daring
• Bagikan fakta terbaru
• Mengangkat cerita positif pengalaman orang-orang yang
pernah terinfeksi penyakit ini
DUKUNGAN PSIKOSOSIAL (lanj..)
2. Dukungan pada OTG dan pasien COVID-19
- Mengurangi stresor
- Mendapatkan informasi yang benar tentang COVID-19
- Relaksasi fisik
- Berpikir positif dan Berbagi cerita positif melalui media sosial
- Saling menyapa, memberi pujian atau penghargaan dan harapan
- Berbagi perasaan dan pikiran pada orang yang dapat dipercaya
- Mempertahankan dan meningkatkan komunikasi antar anggota
keluarga dengan kasih sayang, rasa hormat dan saling menghargai
dalam keluarga
- Membangun jaringan sosial dalam memenuhi kebutuhan dasar di
antaranya pangan, sandang, dan papan
KOMPLIKASI, INDIKASI RUJUK,
DAN PROGNOSIS COVID-19

William Wira Wicaksana Tarigan


170100214
Komplikasi
• ARDS
• Ginjal Akut
• Disfungsi hati
• Pneumotoraks
• Syok sepsis
• Koagulasi intravascular diseminata
• Rabdiomiolisis
• Pneumomediastinum
• Miokarditis
• Kerusakan hati
Indikasi Rujuk
• Dimana sebagai tempat melakukan screening
• Sebelum tes swab akan dilakukan wawancara
dan pemeriksaan epidomiologi ke pasien
• Bila hasil positif tapi tidak ditemukan gejala
maka dilakukan isolasi di rumah dan
memberikan edukasi
Prognosis
• Dipengaruhi banyak faktor
KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai