Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEPERAWTAN PADA

Disusun untuk Memenuhi Kasus Kelolaan


Pada Stase GerontikKeperawatan

Disusun Oleh :

SITI AMILATUL MUKAROMAH

NIM : G3A020095

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKAULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2021
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia,
hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90
mmHg. (Smeltzer, 2001).
Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committee on Detection (JIVC) sebagai
tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai derajat
keparahannya, mempunyai rentang dari tekanan darah (TD) normal tinggi sampai
hipertensi maligna. Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya
antara 95 – 104 mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan
114 mmHg, dan hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih.
Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan diastolik karena dianggap lebih
serius dari peningkatan sistolik (Smith Tom, 1995).
B. Klasifikasi
Klasifikasi hipertensi menurut WHO, yaitu: 1. Tekanan darah normal yaitu bila
sistolik kurang atau sama dengan 140 mmHg dan diastolik kurang atau sama dengan
90 mmHg 2. Tekanan darah perbatasan (broder line) yaitu bila sistolik 141-149
mmHg dan diastolik 91-94 mmHg 3. Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila
sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan diastolik lebih besar atau sama
dengan 95mmHg. hitungan jam sampai hari).
C. Etiologi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik (idiopatik).
Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan
tekanan perifer. Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya
hipertensi:
1. Genetik: Respon neurologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau transport Na.
2. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan
darah meningkat.
3. Stress Lingkungan.
4. Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta pelebaran
pembuluh darah.
Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
1. Hipertensi Primer
Penyebab tidak diketahui namun banyak factor yang mempengaruhi seperti
genetika, lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik, system rennin
angiotensin, efek dari eksresi Na, obesitas. Ciri lainnya yaitu: umur (jika umur
bertambah maka TD meningkat), jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari
perempuan), ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih), kebiasaan hidup
(konsumsi garam yang tinggi melebihi dari 30 gr, kegemukan atau makan
berlebihan, stres, merokok, minum alcohol, dan minum obat-obatan (ephedrine,
prednison, epineprin).
2. Hipertensi Sekunder
Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vaskuler renal, diabetes
melitus, stroke. Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah
terjadinya perubahan-perubahan pada: 1. Elastisitas dinding aorta menurun. 2.
Katub jantung menebal dan menjadi kaku. 3. Kemampuan jantung memompa
darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung
memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi Meningkatnya resistensi
pembuluh darah perifer.
D. Phatofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat
vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf
simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan
asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,
dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat
sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi.Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan
steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah.
Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan
pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi
natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler.
Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi. Sebagai pertimbangan
gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan fungsional pada system
pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada
usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan
ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya
menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya,
aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah
yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang
jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, 2001). Pada usia lanjut perlu
diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi palsu” disebabkan kekakuan arteri
brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff sphygmomanometer (Darmojo, 1999).
Menurunnya tonus vaskuler merangsang saraf simpatis yang diteruskan ke sel
jugularis. Dari sel jugularis ini bisa meningkatkan tekanan darah. Dan apabila
diteruskan pada ginjal, maka akan mempengaruhi eksresi pada rennin yang berkaitan
dengan Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan pada angiotensinogen II
berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada pembuluh darah, sehingga terjadi
kenaikan tekanan darah.Selain itu juga dapat meningkatkan hormone aldosteron yang
menyebabkan retensi natrium. Hal tersebut akan berakibat pada peningkatan tekanan
darah. Dengan peningkatan tekanan darah maka akan menimbulkan kerusakan pada
organ-organ seperti jantung. (Suyono, Slamet. 1996).
E. Manifestasi Klinis
Menurut Rokhaeni (2001) manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita
hipertensi yaitu: mengeluh sakit kepala, pusing lemas, kelelahan, sesak nafas, gelisah,
mual muntah, epistaksis, kesadaran menurun.
Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah:
1. Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg.
2. Sakit kepala
3. Pusing / migraine
4. Rasa berat ditengkuk
5. Penyempitan pembuluh darah
6. Sukar tidur
7. Lemah dan lelah
8. Nokturia
9. Azotemia
10. Sulit bernafas saat beraktivitas
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu:
1. Pemeriksaan yang segera seperti:
a. Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji hubungan dari sel-sel
terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko
seperti: hipokoagulabilitas, anemia.
b. Blood Unit Nitrogen/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi / fungsi
ginjal.
c. Glukosa: Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran Kadar ketokolamin (meningkatkan hipertensi).
d. Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama
(penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
e. Kalsium serum: Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan
hipertensi.
f. Kolesterol dan trigliserid serum: Peningkatan kadar dapat mengindikasikan
pencetus untuk/ adanya pembentukan plak ateromatosa (efek kardiovaskuler).
g. Pemeriksaan tiroid: Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan
hipertensi.
h. Kadar aldosteron urin/serum: untuk mengkaji aldosteronisme primer
(penyebab).
i. Urinalisa: Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada
DM.
j. Asam urat: Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi.
k. Steroid urin: Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme.
l. EKG: 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya hipertrofi ventrikel
kiri ataupun gangguan koroner dengan menunjukan pola regangan, dimana
luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung
hipertensi. m. Foto dada: apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah
pengobatan terlaksana) untuk menunjukan destruksi kalsifikasi pada area
katup, pembesaran jantung.
2. Pemeriksaan lanjutan (tergantung dari keadaan klinis dan hasil pemeriksaan yang
pertama):
a. IVP :Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit parenkim
ginjal, batu ginjal / ureter.
b. CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
c. IUP: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: Batu ginjal, perbaikan
ginjal.
d. Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi: Spinal tab, CAT scan.
G. Komplikasi
Efek pada organ, otak (pemekaran pembuluh darah, perdarahan, kematian sel otak:
stroke), ginjal (malam banyak kencing, kerusakan sel ginjal, gagal ginjal), jantung
(membesar, sesak nafas, cepat lelah, gagal jantung).
H. Penatalaksanaan
1. Nonfarmakologi
a. Diet destriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr, diet rendah
kolesterol dan rendah asam lemak jenuh.
b. Penurunan berat badan
c. Penurunan asupan etanol
d. Menghentikan merokok
e. Latihan Fisik Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang
dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai
empat prinsip yaitu: Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari,
jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain. Intensitas olah raga yang baik
antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal
yang disebut zona latihan. Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit
berada dalam zona latihan Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan
paling baik 5 x perminggu
f. Edukasi Psikologis Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi
meliputi:
1) Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada
subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh
subyek dianggap tidak normal. Penerapan biofeedback terutama dipakai
untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga
untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
2) Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk
mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita
untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks
Pendidikan Kesehatan (Penyuluhan). Tujuan pendidikan kesehatan yaitu
untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan
pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan
mencegah komplikasi lebih lanjut.
2. Farmakologi
Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita.
Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi (Joint
National Committee On Detection, Evaluation And Treatment Of High Blood
Pressure, Usa, 1988) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta,
antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal
pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada
pada penderita.

RESUME ASUHAN KEPERAWATAN


1. Identitas
a. Pasien
Nama                                 :  Tn.M
Jenis Kelamin                    :  Laki-laki
Umur                                 :  60 Tahun
Status Perkawinan             :  Kawin
Agama                               :  Islam
Pendidikan                         :  SMA
Pekerjaan                           :  Pensiun
Alamat                              :  Jln.Karangingas
Tanggal Masuk                  :  22 Maret 2021
No.Register                       :  06-46-47
Ruangan/Kamar                :  Anggrek no 4
Golongan Darah                :  O
Tanggal Pengkajian           :  22 Maret 2021
Tanggal Operasi                :  -
Diagnosa Keperawatan     :  Hipertensi

b. Penanggung Jawab
Nama                                 :  Tn.D
Hubungan dengan Pasien :  Anak
Pekerjaan                           :  PNS
Umur                                 :  25 Tahun
Alamat                              :  Jln.Karangingas

c. Asuhan Keperawatan

Pasien mengatakan kepala pusing, nyeri pada tungkai disertai leher terasa
tegang dan kaku. Pasien mengatakan jg sulit beraktivitas. Keluarga
membawanya ke IGD RSUP Dr. Kariadi Semarang Pada tanggal 22 Maret
2021 pukul 09.00. Pasien terdiagnosa hipertensi, TD: 221/114 mmHg, nadi
98x/menit, RR: 22 x/menit, suhu: 37o C, SpO2: 98%, dan pada hari Senin
pukul 13.00 WIB pasien dibawa ke ruang Anggrek no 4 untuk
mendapatkan perawatan.
Pasien dilakukan pemindahan ruangan pada tgl 22 Maret 2021 pukul 13.00
oleh petugas IGD dan keluarga atau anak pasien . Saat pindah ruangan
pasien dalam keadaan lemah, kesadaran composmentis GCS E4M6V5 .
Pasien terpasang infus RL 20 tpm, syringe pump nicardipine 2 cc/jam
(murni), dan O2 nasal kanul 3 lpm. Data penunjang yang dibawa dari IGD
yaitu hasil pemeriksaan laboratorium dan EKG.  Data penunjang dapat
dilihat dari hasil laboratoriun pada tanggal 23 Maret 2021 pukul 12.00
sebagai berikut :
No Kimia Darah Hasil Norma Unit
l
1 Bil.total 1,35 <1 Mg/dL
2 Bil.Direk 0,59 <0,25 Mg/Dl
3 SGOT 30,5 <37 U/I
4 SGPT 38,4 <40 U/I
5 Ureum 27,2 10-15 Mg/dL
6 Kreatinim 1,08 0,6-11 Mg/dL
7 Uric acid 7,8 3,4-70 Mg/dL
8 Cholesterol total 129 <200 Mg/dL
9 Mglyceride 93 <150 Mg/dL
10 HDL 38 >55 Mg/dL
11 LDL 72 <150 Mg/dL

Sedangkan hasil pemeriksaan EKG tanggal 23 Maret 2021 pukul 11.30.


Kesimpulan :

- OMI anterior

- VES

Saat dilakukan pengkajian awal dengan keluarga pasien, keluarga pasien


mengatakan bahwa penyakit hipertensi yang diderita pasien adalah faktor
keturunan dari ibu karena sebelum pasien menderita hipertensi ibu pasien juga
pernah menderita hipertensi, ibu pasien meninggal dengan riwayat penyakit
hipertensi. pasien menderita hipertensi semenjak 30 tahun yang lalu. Pasien
hanya menjalani pengobatan rawat jalan.
Keluarga pasien mendapatkan orientasi ruangan (ruangan bed pasien, ruang
tunggu keluarga, kamar mandi) dan edukasi fasilitas kesehatan yang
didapatkan di ruangan, serta mempersiapkan kebutuhan yang digunakan
selama perawatan. Keluarga juga dipaparkan peraturan jam kunjung selama di
ruang saraf, dan keluarga mengetahui bahwa pasien tidak boleh ditunggu di
dalam ruangan.
Pengkajian ulang dilakukan setelah pasien dan keluarga mendapatkan orientasi
ruangan yaitu pada tanggal 22 Maret 2020 pukul 13.00 Didapatkan
TD=170/100 mmHg, N=117x/menit, RR=24x/menit, S=36,50C, SpO2 99 %.
BB pasien 60 kg, TB 158 cm, IMT= 24 kg/ m 2. Berdasarkan pengkajian yang
sudah dilakukan, yaitu:
1. Diagnosa Keperawatan
TGL DATA ETIOLOGI MASALAH
05/04/2 DS:    Pasien Agen pencedera Nyeri akut
021 mengatakan kepala fisiologis
pusing, dan  leher terasa (Hipertensi)
tegang dan nyeri.
P : hipertensi
Q : tertimpa benda berat
R : kepala
S:7
T : terus menerus

DO : Px tampak
memegang kepala dan
tampak gelisah
        TD    : 170/100
mmHg
        N  :  117 x/i
        RR    : 24 x/i
        Temp : 36,50C
05/04/2 DS  : pasien mengatakan Kelemahan Intoleransi
021 badannya terasa lemas, aktivitas
shg susah untuk
melakukan aktivitas
secara mandiri

Do  : pasien terlihat


dibantu oleh keluarganya
saat melakukan aktivitas

2. Intervensi Keperaw
3. Intervensi Keperawatan
TGL DIAGNOSA KRITERIA HASIL INTERVENSI PARAF
KEPERAWATAN
05/04/ Nyeri akut b.d Agen Setelah dilakukan O:
2021 pencedera fisiologis tindakan keperawatan - dentifikasi lokasi,
(Hipertensi) manajemen nyeri karakteristik, durasi,
selama 3x24 jam frekuens, kualitas, skala,
diharapkan Nyeri intensitas nyeri
akut b.d Agen - Monitor efek samping
pencedera fisiologis penggunaan analgetik
(Hipertensi) dapat T:
teratasi dengan KH : - Berikan teknik
- sakit kepala hilang nonfarmakologi untuk
- TTV dalam batas mengurangi rasa nyeri
normal - Kontrol lingkungan
yang memperberat rasa nyeri
E:
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
K:
- Kolaborasikan
pemberian analgetik
05/04/ Intoleransi aktivitas b.d Setelah dilakukan O:
2021 Kelelahan tindakan keperawatan - Identifikasi gangguan
selama 3x24 jam fungsi tubuh yang
diharapkan intoleransi mengakibatkan kelelahan
aktivitas dapat teratasi - Monitor lokasi dan
dengan KH : ketidaknyamanan selama
- meningkatnya melakukan aktivitas
energi untuk T:
melakukan aktivitas - Sediakan lingkungan
- menurunnya gejala- nyaman dan rendah stimulus
gejala intoleransi (cahaya, suara atau
aktivitas kunjungan)
- Lakukan latihan
rentang gerak pasif atau aktif
- Berikan aktivitas
distraksi yang menenangkan
E:
- Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
- Anjurkan
menghubungi perawat jika
tanda gejala kelelahan tidak
berkurang
- Kolaborasikan dengan
ahli gizi dalam meningkatkan
asupan makanan

4. Implementasi Keperawatan

TGL dan INTERVENSI EVALUASI PARAF


WAKTU
09/04/20 O: DS:   
21 - Mengidentifikasi - Pasien mengatakan kepala masih
16.00 lokasi, karakteristik, durasi, pusing, dan  leher terasa tegang dan
frekuens, kualitas, skala, nyeri.
intensitas nyeri P : hipertensi
- Memonitor efek Q : tertimpa benda berat
samping penggunaan R : kepala
analgetik S:6
T: T : terus menerus
- Memberikan teknik
nonfarmakologi untuk DO : Px tampak memegang kepala dan
mengurangi rasa nyeri tampak gelisah
- Mengontrol         TD    : 185/100 mmHg
lingkungan yang         N  :  110 x/i
memperberat rasa nyeri         RR    : 22 x/m
E:         Temp : 36,50C
- Menjelaskan strategi
meredakan nyeri
K:
- Mengkolaborasikan
pemberian analgetik
06/04/20 O: DS  :
21 - Identifikasi - pasien mengatakan badannya
16.30 gangguan fungsi tubuh terasa lemas shg susah untuk melakukan
yang mengakibatkan aktivitas secara mandiri
kelelahan
- Monitor lokasi dan Do  :
ketidaknyamanan selama - pasien terlihat dibantu oleh
melakukan aktivitas keluarganya saat melakukan aktivitas
T:
- Sediakan
lingkungan nyaman dan
rendah stimulus (cahaya,
suara atau kunjungan)
- Lakukan latihan
rentang gerak pasif atau
aktif
- Berikan aktivitas
distraksi yang
menenangkan
E:
- Anjurkan
melakukan aktivitas secara
bertahap
- Anjurkan
menghubungi perawat jika
tanda gejala kelelahan tidak
berkurang
Kolaborasikan dengan ahli
gizi dalam meningkatkan
asupan makanan

5. Evaluasi Keperawatan
TGL dan EVALUASI PARAF
WAKTU
09/04/202 S:   
1 - Pasien mengatakan kepala masih pusing, dan  leher
10.00 terasa tegang dan nyeri.
P : hipertensi
Q : tertimpa benda berat
R : kepala
S:4
T : jarang selama 10 menit sekali dengan durasi 1 menit

O : Px tampak memegang kepala dan tampak gelisah


        TD    : 160/95 mmHg
        N  :  90 x/i
        RR    : 20 x/m
        Temp : 360C
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
09/04/202 S  : pasien mengatakan badannya terasa segar dan sudah
10.20 melakukan aktivitas secara mandiri
O  : Pasien tampak melakukan aktivitas secara mandiri
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan intervensi

Anda mungkin juga menyukai