1
0
1 http://digili Asep Muhyiddin, Urgensi Untuk Metode yang 10 Orang Selama situasi epidemi yang luar
1 b.uinsgd.ac. Rifki Rosyad, M. Penjelasan mengetahui digunakan adalah yang biasa, kebutuhan akan
id/31390/ Taufiq Rahman, Keagamaan urgensi wawancara semi- terdiri keberadaan, keterkaitan, dan
Yeni Huriani. terhadap penjelasan terstruktur, dari pertumbuhan hidup
Keluarga keagamaan pribadi, dan pasien berdampingan di antara perawat
(2020) Suspek Pasien terhadap mendalam. Garis PDP, klinis dan saling mempengaruhi.
Dalam keluarga besar wawancara keluarga Hal itu terutama tercermin dalam
Indonesia Pengawasan suspek dirumuskan pasien kebutuhan kesehatan dan
(PDP) Covid- pasien dalam berdasarkan PDP, keamanan, sedangkan kebutuhan
19. pengawasan format perawat keterkaitan (relationship)
(pdp) covid- wawancara dari terdaftar terutama terdiri dari kebutuhan
19. tinjauan literatur di garis antarpribadi, perhatian
sebelumnya. depan, humanistik, dan kebutuhan
pegawai keluarga; lebih jauh, kebutuhan
humas, pertumbuhan terutama terdiri dari
dokter, kebutuhan pengetahuan.
dan
direktur.
2.2 Pembahasan
Dari hasil penelitian Agnes Jessica Lubis yang meneliti tentang “Meningkatkan
Keselamatan Pasien di Rumah Sakit, terkait dengan Masa-masa Pandemi COVID-19”,
menjelaskan bahwa peningkatan keselamatan pasien pada masa-masa pandemi COVID-19 ini
menjadi hal yang lebih difokuskan, setiap penjaga pasien diwajibkan untuk memakai masker dan
tidak keluar ruangan jika tidak diperlukan. Perawat penjaga juga selalu memberikan contoh
dengan tindakan-tindakan yang benar dan memberikan arahan agar pasien yang sudah lama
berada di rumah sakit dengan masalah lain lebih berhati-hati dikarenakan adanya pasien COVID-
19 yang juga di rawat di rumah sakit yang sama. Perawat selalu memberikan keterangan ataupun
saran kepada keluarga untuk upaya meningkatkan keselamatan pasien secara kontak jelas dengan
keluarga pasien. Pada masa-masa ini perawat lebih aktif tidak melakukan kesalahan dengan lebih
memperhatikan tindakan-tindakan apa yang akan dilakukan, obat-obat yang akan diberikan
dengan tidak membebaskan perawat-perawat yang baru saja berkerja yang akan melakukannya
sendiri dan harus adanya pengawasan dari perawat yang sudah profesional. Perawat –perawat
yang akan melakukan tindakan juga diwajibkan melihat rekam medis pasien untuk mengetahui
apakah ada gangguan akan obat yang akan diberikan atau adakah larangan baru pada pasien
tersebut.
Dari hasil penelitian Emy Darma dkk (2020) tentang “Gambaran motivasi bekerja
perawat dalam masa pandemic Coronavirus disease (covid-19) di Bali” disimpulkan adanya
hubungan yang signifikan dan positif antara motivasi dengan kepatuhan perawat dalam
menggunakan APD (Kasim, Mulyadi, & Kallo, 2017; Kustriyani, Kharisa, & Arifianto, 2018).
Arah korelasi positif berarti semakin tinggi motivasi perawat maka semakin tinggi kepatuhan
penggunaan APD. Hasil penelitian Parwa, Krisnawati, dan Yanti (2019) mendapatkan adanya
hubungan motivasi dengan kepatuhan perawat mencuci tangan. Semakin baik tingkat motivasi
perawat maka kepatuhan perawat mencuci tangan juga meningkat. Hal ini sangat mendukung
dalam situasi pandemi COVID-19 yang menekankan pentingnya mencuci tangan untuk
mencegah transmisi coronavirus. Mayoritas perawat yang terlibat sebagai responden dalam
penelitian ini menyatakan setuju bahwa kompensasi yang diterima akan memengaruhi kinerja
untuk lebih baik. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitriansari, Nimran, &
Utami (2013) yang menyatakan bahwa persepsi terhadap kompensasi terkait dengan kesesuaian
imbalan finansial dan non finansial yang mendapat tanggapan positif akan menjadi faktor
pendorong semakin tingginya kinerja perawat. Bahwa perawat akan terus menunjukkan performa
kerja yang baik dengan adanya sistem kompensasi yang jelas. Zahara, Sitorus, & Sabri (2011)
menyatakan bahwa penghasilan yang didapatkan sebagai kompensasi dari pekerjaan perawat
merupakan subvaribel motivasi yang berhubungan signifikan dengan kinerja perawat.