Anda di halaman 1dari 6

Muhammad Gilang Aldiansach

12019043
Tugas 2 Kesehatan Lingkungan
Dampak Xenobiotik Bagi Ekosistem dan Manusia

Toksikologi merupakan suatu cabang ilmu yang mempelajari tentang racun. Dan racun dapat
didefinisikan sebagai zat yang dapat menyebabkan efek yang berbahaya bagi makhluk hidup;
racun merupakan zat yang bekerja di dalam tubuh secara kimiawi dan fisiologis yang dalam
dosis toksik akan menyebabkan gangguan kesehatan atau mengakibatkan kematian. Sifat
bahan kimia dari racun apabila masuk ke jaringan tubuh manusia akan mampu merusak sel
darah merah dan sistem saraf. Mengikuti postulat Paracelsus, suatu zat dikatakan beracun atau
tidak bergantung pada seberapa banyak bahan atau zat tersebut. Sehingga di dalam toksikologi
industri yang penting adalah menyatakan seberapa banyaknya sebagai taksiran beracun
tidaknya suatu zat tertentu. Toksikologi juga mencakup studi mengenai efek-efek berbahaya
yang disebabkan oleh fenomena fisik (Hodgson, 2004: 3).
Sedangkan toksikologi lingkungan merupakan bagian dari ilmu toksikologi yang membahas
mengenai efek-efek toksikan (racun) lingkungan terhadap kesehatan (makhluk hidup) dan
lingkungan Ruang lingkup dan komponen primer yang dipelajari dalam ilmu toksikologi
lingkungan adalah menyangkut masalah:
(1) sumber racun—termasuk jenis, jumlah dan sifatnya;
(2) distribusi di dalam media udara, tanah dan air;
(3) dan efek toksisitasnya terhadap flora, fauna (liar), tanaman, hewan ternak, dan manusia
(Sudarjat & Siska Rasiska, 2006: 8).

Berbicara mengenai toksikologi lingkungan, kita berbicara mengenai sumber kontaminasi.


Dalam hal ini ialaha xenobiotic. Xenobiotik adalah senyawa asing bagi makhluk hidup yang tidak
dibutuhkan tubuh sehingga perlu detoksifikasi atau dinetralkan . Proses penetralan ini
dilakukan dengan penghancuran zat kimia dan logam berbahaya dari dalam (dihasilkan oleh
tubuh) maupun luar tubuh (diperoleh dari makanan dan lingkungan). Detoksifikasi xenobiotik
terdiri dari 2 fase, yaitu fase 1 pengubahan zat berbahaya menjadi bentuk yang kurang
berbahaya dikatalis oleh monooksigenase dan fase 2 pengubahan xenobiotik menjad zat yang
larut dalam air (fase konjugasi). Hasil detoksifikasi kemudian dikeluarkan
bersama urin ataupun tinja. Senyawa yang termasuk golongan dari xenobiotic antara lain
pewarna, pemutih, pengawet, dan obat-obatan.
salah satunya ialah pestisida
Pestisida adalah racun yang sengaja dibuat manusia untuk mematikan biota yang mengganggu
dan membahayakan Kesehatan.
Pestisida mencakup bahan-bahan racun yang digunakan untuk membunuh jasad hidup yang
mengganggu tumbuhan, ternak dan sebagainya yang diusahakan manusia untuk kesejahteraan
hidupnya. Pest  berarti hama, sedangkan cide berarti membunuh.
Dalam praktek, pestisida digunakan bersama-sama dengan bahan lain misalnya dicampur
minyak untuk melarutkannya, air pengencer, tepung untuk mempermudah dalam pengenceran
atau penyebaran dan penyemprotannya, bubuk yang dicampur sebagai pengencer (dalam
formulasi dust), atraktan (misalnya bahan feromon) untuk pengumpan, bahan yang bersifat
sinergis untuk penambah daya racun, dsb.
Karena pestisida merupakan bahan racun maka penggunaanya perlu kehati-hatian, dengan
memperhatikan keamanan operator, bahan yang diberi pestisida dan lingkungan sekitar.
Perhatikan petunjuk pemakaian yang tercantum dalam label dan peraturan-pearturan yang
berkaitan dengan penggunaan bahan racun, khususnya pestisida.
 

 Insektisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia yang bisa mematikan semua
jenis serangga.
 Fungisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun dan bisa digunakan
untuk memberantas dan mencegah fungsi/cendawan.
 Disebut bakterisida karena senyawa ini mengandung bahan aktif beracun yang bisa
membunuh bakteri.
 Nermatisida, digunakan untuk mengendalikan nematoda.
 Akarisida atau mitisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia yang digunakan
untuk membunuh tungau, caplak dan laba-laba.
 Rodenstisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang digunakan
untuk mematikan berbagai jenis binatang pengerat, misalnya tikus.
 Moluskisida adalah pestisida untuk membunuh moluska, yaitu : siput,bekicot serta
tripisan yang banyak dijumpai di tambak.
 Herbisida adalah senyawa kimia beracun yang dimanfaatkan untuk membunuh
tumbuhan pengganggu yang disebut gulma.
 Ovisida, berasal dari kata latin ovum berarti telur, berfungsi untuk merusak telur.
Pedukulisida, berasal dari kata latin pedis, berarti kutu, tuma, berfungsi untuk
membunuh kutu atau tuma.
 Piscisida, berasal dari kata Yunani Piscis, berarti ikan, berfungsi untuk membunuh
ikan.Termisida, berasal dari kata Yunani termes, artinya serangga pelubang kayu
berfungsi untuk membunuh rayap.
Berdasarkan Bentuk Fisiknya Pestisida dapat berupa

 Cair.
 Padat
 Aerosol
Berdasarkan asal bahan aktif, pestisida dapat digolongkan menjadi :

 Sintetik Anorganik : garam-garam beracun seperti arsenat, flourida, tembaga sulfat dan
garam merkuri
 Organik Organo khlorin : DDT, SHC, endrin, dieldrin, dll.
 Heterosiklik : Kepone, mirexOrganofosfat : klorpirifos, prefonofos, dll.
 Karbamat : karbofuran, SPMC, dll. Dinitrofenol : Dinex, dll.
 
Dampak Penggunaan Pestisida
a. Dampak positif
Dapat diaplikasikan dengan mudah
Dapat diaplikasikan dalam areal yang luas dalam waktu singkat
Mudah diperoleh dan memberikan keuntungan ekonomi terutama jangka pendek.
dapat diaplikasikan hampir di setiap waktu dan setiap tempat.
Hasilnya dapat dirasakan dalam waktu singkat

b. Dampak Negatif Pestisida.


Kematian musuh alami organisme pengganggu
Kenaikan populasi pengganggu
Dapat menyebabkan timbulnya resistensi
Keracunan pestisida
Keracunan terhadap ternak dan hewan peliharaan.
Keracunan pada ikan dan biota lainnya.
Keracunan terhadap satwa liar.
Keracunan terhadap makanan
Residu
Pencemaran Lingkungan
Menghambat Perdagangan

Keberlangsungan hidup manusia dan organisme lainnya di lingkungan dapat terganggu oleh
adanya berbagai sisa zat kimia dengan sifat mengganggu atau bahkan toksisk akibat hasil
aktivitas manusia itu sendiri, hal ini biasa disebut dengan istilah polusi. Polusi adalah modifikasi
tidak menguntungkan dari alam, muncul baik seluruhnya ataupun sebagian sebagai produk
hasil tindakan dan aktivitas dari manusia (Ramade, 1979).

Proses Toksik Zat Racun di Dalam Lingkungan


Terdapat tiga fase dalam proses toksik senyawa racun di dalam lingkungan, yakni (1) fase
eksposur/pendedahan (exposure phase), (2) fase kinetik (kinetic phase), (3) fase dinamik
(dynamic phase). Fase pendedahan adalah fase dimana zat racun mulai keluar dari sumbernya.
Fase ini meliputi cara bagaimana lingkungan terkontaminasi oleh bahan pencemar, termasuk
kondisi sumber pencemar (racun). Fase kinetik didefinisikan sebagai fase ketika zat racun mulai
menyebar pada medium fisik, seperti tanah, air dan udara. Fase dinamik adalah fase dimana zat
racun sudah mulai berinteraksi dengan traget serta menimbulkan efek terhadap target atau
reseptor (flora, fauna, ataupun manusia).
Parameter Tiap Fase
Fase Eksposur                
Apakah sumber racun tersebar atau tidak.
Kondisi sumber tercemar (static sources: industri dan pemukiman penduduk; mobile
sources: transportasi—e. mobil, motor, kereta api, bus, kapal laut, dll.).
Jenis emisi (zat yang dikeluarkan).
Jumlah emisi—termasuk frekuensi dan luas yang tertutup oleh emisi.
Fase Kinetik (Beberapa kondisi yang dialami polutan pada fase kinetik)

Pengikatan di dalam tanah.


Tingkat kelarutan di dalam air (pelarutan bahan pencemar).
Konversi senyawa secara fisiko-kimiawi.
Konversi oleh biologis.
Parameter iklim/cuaca (peruraian polutan oleh alam)
Fase Dinamik (Meliputi efek toksisitas [akut dan kronik] dari bahan pencemar)
Mengenai efek toksisitasnya.
Penyerapan polutan oleh organisme.
Perpindahan polutan dalam tubuh organisme.
Transformasi polutan dalam tubuh organisme.
Pengeluaran polutan dari tubuh organisme.
Karakteristik Zat Toksik
Terdapat perbedaan antara zat toksik yang dihasilkan secara alami dengan yang buatan
manusia:
(1) Pada umumnya, jumlah zat toksik yang berasal dari alam lebih sedikit ketimbang buatan
manusia
(2) penyebaran dan efek yang ditimbulkan dari sumber zat toksik yang berasal dari alam
bersifat global, sedangkan toksik buatan manusia bersifat lokal—i.e. hanya berada di areal
industri ataupun pemukiman yang terjangkau efek merugikan dari penggunaan zat toksik
tersebut.
Karakteristik penting lainnya dari zat toksik:
(1) biokonsentrasi,
(2) bioakumulasi,
(3) biomagnifikasi,
(4) biotransformasi. Biokonsentrasi adalah karakteristik polutan yang dapat terkandung atau
terkonsentrasi secara biologis, yang tingkat konsentrasinya di suatu bagian ekosistem akan
lebih besar ketimbang bagian ekosistem lainnya.
Bioakumulasi adalah proses akumulasi kimia oleh organisme yang secara dari lingkungan abiotik
(air, tanah, udara, dan dari sumber makanan). Zat kimia yang ada di lingkungan terakumulasi di
dalam tubuh organisme melalui difusi pasif. Biomagnifikasi adalah proses perpindahan zat kimia
melalui rantai makanan di dalam tingkatan tropik; proses penambahan konsentrasi polutan
secara suksesif di dalam tingkatan tropik tertinggi dalam rantai makanan.
Biotransformasi merupakan satu dari dua mekanisme umum dalam mengurangi kadar toksik di
lingkungan melalui organisme. Ada dua kelas dalam reaksi biotransformasi: (1) reaksi katabolik
atau reaksi memecah, dan (2) reaksi sintetik yang menghasilkan metabolik.
 
Jalur Masuk dan Tempat Pemaparan
Jalur utama bahan toksik dapat masuk ke dalam tubuh manusia adalah melalui saluran
pencernaan atau gastro intestinal (menelan/ingesti), paru-paru (inhalasi), kulit (topical), dan
jalur parenteral lainnya (selain saluran usus/intestinal).
Jangka Waktu dan Frekuensi Pemaparan
Ada empat kategori mengenai pemaparan zat kimia terhadap binatang yang disediakan oleh
para pakar toksikologi: akut, subakut, subkronik, dan kronik. Pemaparan akut diberi batasan
sebagai suatu pemaparan terhadap sejenih bahan kimia tertentu selama kurang dari 24 jam.
Untuk tiga kategori terakhir dapat dimasukkan ke dalam pemaparan berulang (repeated
exposures). Pemaparan kategori subakut adalah pemaparan berulang terhadap suatu zat kimia
tertentu dalam jangka waktu satu bulan atau kurang; subkronik untuk jangka waktu satu
sampai tiga bulan, dan kronik untuk lebih dari tiga bulan (Sudarjat & Siska Rasika, 2006: 16-17).
Tingkatan Pencemaran Lingkungan
Pencemaran lingkungan dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana organisme hidup,
zat, energi dan/ atau sejenis komponen asing masuk atau dimasukkan ke dalam lingkungan
dan/atau terjadinya perubahan kondisi lingkungan oleh aktivitas manusia ataupun proses alam,
sehingga kualitas lingkungan turun hingga ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan
menjadi kurang atau tidak nyaman dan sesuai bagi makhluk hidup (Sudarjat & Siska Rasiska,
2006: 12-13).

Referensi:
https://id.wikipedia.org/wiki/Xenobiotik
http://www.rudyct.com/TOX/PESTISIDA.htm
https://aldofernandonasir.wordpress.com/category/toksikologi-lingkungan/

Anda mungkin juga menyukai