Anda di halaman 1dari 9

Tugas II - Hukum dan Perundang-undangan Kebumian

Kelompok E (Hukum Tambang)

1. Jelaskan efek dari sistem kontrak ke sistem ijin di pengelolaan mineral dan
batubara?

Pada perubahan dari sistem kontrak ke sistem ijin di pengelolaan mineral dan
batubara sebagaimana dalam UU Nomor 4 Tahun 2009 salah satunya terkait luas
wilayah. Pada eksplorasi mineral dan batubara dibatasi maksimal 100.000 hektar, serta
maksimal 25.000 hektar untuk wilayah operasi. Untuk kewajiban pengolahan, pemegang
izin pertambangan batubara wajib meningkatkan nilai tambah sumber daya mineral
dalam pelaksanaan penambangan, pengolahan, dan pemurnian, serta pemanfaatan
mineral. Nilai tambah yang dimaksud adalah untuk meningkatkan produk akhir dari
pemanfaatan mineral tersebut. Oleh karena itu, perusahaan wajib melakukan pengolahan
dan pemurnian hasil tambang di dalam negeri dengan membangun pabrik pengolahan
(​smelter)​ .

2. Berapa lama mengurus izin pinjam pakai hutan?

Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan untuk Kegiatan Operasi Produksi


Pertambangan dan Non Pertambangan dengan dasar hukum Peraturan Menteri Kehutanan
Nomor: P.16/Menhut-II/2014 yaitu 90 hari kerja.

3. Bisakah melakukan penambangan di area hutan lindung? (cek aturan dari


kehutanan, minerba (terbaru), ciptakerja)

Terdapat 2 pandangan yang cukup berbeda terkait kegiatan pertambangan di kawasan


hutan lindung :

Berdasarkan ​Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan


tepatnya pasal 38 ayat 4 menjelaskan bahwa penambangan terbuka dilarang dilakukan di
daerah hutan lindung. Keterangan lebih lanjut dijelaskan dalam pasal 38 ayat 1
disebutkan bahwasanya kegiatan pertambangan dalam kawasan hutan lindung dilakukan
secara selektif dan menghindari kerusakan serius yang dapat menghilangkan fungsi
hutan. Kegiatan selektif tersebut berupa serangkaian penelitian terpadu terkait aspek
biofisik dan sosial ekonomi masyarakat bersama dengan LIPI selaku ​scientific authority
dan penetapan persetujuan akhir kegiatan pertambangan oleh DPR. Dengan demikian,
kepentingan strategis masyarakat dapat terpenuhi beriringan dengan pelestarian alam
sekitarnya sehingga aspek biotis dan abiotis dapat saling terjaga.

Akan tetapi, terdapat pandangan lain yang bertentangan dengan UU Kehutanan.


Pandangan tersebut berdasarkan sinkronisasi ​UU Minerba(Mineral dan Batubara)
baru dan ​UU Cipta Kerja yang memperbolehkan kegiatan pertambangan di kawasan
hutan lindung yang dinilai memberikan kepastian hukum bagi pengusaha dengan
ketegasan hukum terkait pelanggaran lingkungan(seperti reklamasi dan pasca
tambang).Menurut Hikmahanto Juwana (Dosen Fakultas Hukum Universitas Indonesia),
kedua undang-undang tersebut memberikan nilai tawar lebih kepada investor
pertambangan terlebih di masa pandemi ini dimana batubara mengalami ​over supply
dengan estimasi produksi 510 juta ton pada tahun 2020 yang dapat membuat harga jual
terus menurun.Namun apabila kedua UU ini tidak berjalan dengan baik maka kasus
korupsi, tindakan sewenang-wenang perusahaan terhadap pekerja lokal dan alam, dan
juga efek eksternalitas bencana alam seperti banjir dan longsor sebagai dampak negatif
eksploitasi hutan lindung berlebihan akan sangat dirasakan oleh masyarakat terutama
penduduk sekitar.

4. Mengapa freeport mendapatkan IUPK bukan IUP saja?


PT Freeport mendapatkan IUPK bukan IUP karena semenjak adanya Peraturan
Pemerintah No. 77/2014 sebagai perubahan ketiga dari Peraturan Pemerintah No.
23/2010, PT Freeport wajib membangun fasilitas pemurnian/smelter untuk nilai jual
tembaga ke luar negeri sampai tahun 2017(tenggat waktu yang diberikan pemerintah).
Selain itu, PT Freeport dilarang mengekspor konsentrat tembaga kecuali produk yang
sudah dimurnikan. Akan tetapi, kenyataanya perusahan tersebut belum dapat
menyelesaikan pembangunan fasilitas dan hanya sekitar 40% konsentrat tembaga yang
sudah dimurnikan di Smelter Gresik. Hal tersebut dilandasi alasan seperti tidak adanya
kepastian dan stabilitas eksploitasi yang sudah mereka lakukan serta Freeport ingin
mempertahankan hak-haknya seperti di dalam Kontrak Karya(KK). Dengan demikian,
pada tanggal 29 Agustus 2017 telah dihasilkan kesepakatan final perundingan antara
pemerintah dan PT Freeport Indonesia yang utamanya menjelaskan bahwa hubungan
antara kedua belah pihak akan berupa IUPK bukan KK. Dari bukti hasil perundingan
tersebut, bukan hanya PTFI yang mendapatkan keuntungan berupa kepastian hokum dan
perpanjangan kontrak untuk investasi yang bernilai miliaran dolar, Indonesia juga
mendapat keuntungan seperti peningkatan saham milik Indonesia menjadi sebesar 51.2%
dari yang dulunya hanya 9.3%; penambahan pendapatan negara berupa pajak, royalti dan
iuran sebesar 4% dari keuntungan bersih; serta meningkatan hasil pajak daerah dan
penerimaan negara karena pengolahan dan pemurnian seluruh hasil tambang harus
dilakukan di dalam negeri.

5. Apakah pembuatan smelter mesti dilakukan pemegang IUP produksi atau dapat
dilakukan oleh pihak di luar pemegang IUP produksi?
Dalam ​hal ini apabila perusahaan baru yang tidak memiliki IUP produksi ingin
membangun smelter karena ingin memiliki usaha di bidang pengolahan dan pemurnian
hasil tambang, perusahaan dapat membangun smelter dengan terlebih dahulu memiliki
IUP Operasi Produksi Khusus Pengolahan dan Pemurnian (IUP OPK Pengolahan dan
Pemurnian) dengan prosedur tertentu. Sementara apabila perusahaan sudah memiliki IUP
produksi tidak perlu mendapatkan IUP OPK Pengolahan dan Pemurnian terlebih dahulu
karena pengolahan dan pemurnian adalah kegiatan yang sudah teramsuk di dalam
cakupan IUP OP (Pasal 34 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang
Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara ​“IUP Operasi
Produksi meliputi kegiatan konstruksi, penambangan, ​pengolahan dan pemurnian​, serta
pengangkutan dan penjualan.”)​

6. Syarat-syarat apa sajakah seseorang dapat menjadi CPI menurut kode KCMI? dan
syarat2nya apa menjadi competent person menurut JORC?
Menurut KCMI
1. Seorang CPI adalah Anggota Perhapi atau IAGI yang terdaftar sebagai CPI
Perhapi atau IAGI berdasarkan peraturan dari masing-masing organisasi profesi
tersebut
2. Seorang CPI harus mempunyai pengalaman sekurang-kurangnya 5 tahun dalam
bidang yang sesuai dengan bentuk mineralisasi dan jenis cebakan yang sedang
dipertimbangkan dan sesuai dengan kegiatan yang sedang dilakukan oleh CPI
tersebut
3. Apabila CPI tersebut menyusun suatu laporan tentang Hasil-hasil Eksplorasi,
maka pengalaman CPI tersebut harus sesuai dengan bidang eksplorasi. Jika CPI
tersebut sedang melakukan atau mengawasi kegiatan estimasi Sumberdaya
Mineral, pengalaman CPI tersebut harus relevan dengan estimasi, kajian, dan
evaluasi Sumberdaya Mineral. Jika CPI tersebut sedang melakukan atau
mengawasi kegiatan estimasi Cadangan bijih, pengalaman CPI tersebut harus
relevan dengan estimasi, kajian, evaluasi, dan keekonomian proses ekstraksi dari
Cadangan Bijih.
4. Bertanggung jawab dan tanggung gugat atas laporan yang dibuat.
Menurut JORC
1. A Competent Person must be a Member or Fellow of The Australasian Institute of
Mining and Metallurgy, or of the Australlian Institute of Geoscientists, or a
‘Recognised Professional Organisation’.
2. A Competent Person must have a minimum of five years’ experience working
with the style of mineralisation or type of deposit under consideration and relevant
to the activity which that person is undertaking.
3. A Competent Person must assess their ability to meet the Clause 11 (JORC code)
requirements for each project they undertake.
7. Jelaskan mengenai kuota penambangan oleh suatu IUP produksi, dan bagaimana
prosedur mendapatkan kuota nya?

Kuota penambangan merupakan jumlah bahan tambang yang ditargetkan tercapai


oleh pemerintah dalam hal ini adalah menteri ESDM. Jumlah atau kuota tersebut
kemudian akan dibagi lagi menjadi kuota pusat dan daerah. Kemudian kuota pusat
biasanya dibagi lagi untuk beberapa pemegang IUP Operasi Produksi. Terdapat juga
pembagian beberapa persen dari kuota tersebut untuk suplai dalam negeri atau DMO
(​Domestic Market Obligation)​ . Untuk mendapatkan kuotanya, tentu harus memiliki IUP
operasi produksi dan sudah ada WIUP nya. Untuk mendapatkan WIUP bahan tambang
prosedurnya adalah dengan mengajukan permohonan wilayah kepada Menteri, Gubernur,
atau Bupati/ Walikota sesuai dengan persyaratan yang ada. Kemudian setalah
mendapatkan WIUP, badan usaha atau perorangan tersebut mengajukan permohonan
penerbitan peta WIUP bahan tambang yang diinginkan yang setelaj diterbitkan harus
segera meminta permohonan IUP eksplorasi. Setelah mendapatkan IUP eksplorasi, badan
usaha atau perorangan tersebut dapat memiliki jamiman untuk diberi IUP operasi produksi
sehingga bisa mendapatkan kuota penambangan.

8. Dapatkan perusahaan IUP eksplorasi menjual hasil tambangnya?

Apabila mengikuti ​UU Nomor 4 Tahun 2009​, perusahaan IUP eksplorasi ​bisa
menjual hasil tambangnya. Menurut Peraturan Menteri ESDM Nomor 7 Tahun 2020
tentang Tata Cara Pemberian Wilayah, Perizinan, dan Pelaporan Pada Kegiatan Usaha
Pertambangan Mineral dan Batubara BAB VI pasal 59 poin e, dijelaskan bahwa pemegang
IUP atau IUPK berhak menjual mineral atau batubara termasuk mineral atau batubara
tergali pada saat kegiatan eksplorasi atau kegiatan studi kelayakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Akan tetapi ada syaratnya yang tercantum
dalam pasal 81 ayat 2 dan 3 UU Nomor 4 Tahun 2009 yang menjelaskan bahwa pemegang
IUP eksplorasi yang ingin menjual hasil tambang tergalinya harus meminta izin sementara
untuk melakukan pengangkutan dan penjualan kepada menteri.

9. Berapakah batasan area IUP eksplorasi dan IUP produksi untuk tambang nikel?
Berdasarkan UU Republik Indonesia No.4 Tahun 2009 tentang Pertambangan
Mineral dan Batubara Bagian Keempat Pertambangan Mineral Paragraf 2 Pertambangan
Mineral Logam Pasal 52 dalam ayat 1 menyebutkan bahwa Pemegang IUP Eksplorasi
mineral logam diberi WIUP dengan luas paling sedikit 5.000 (lima ribu) hektare dan
paling banyak 100.000 (seratus ribu) hektare. Sedangkan Mengenai IUP produksi untuk
tambang nikel dalam Pasal 53 menyebutkan bahwa Pemegang IUP Operasi Produksi
mineral logam diberi WIUP dengan luas paling banyak 25.000 (dua puluh lima ribu)
hektare.
10. Berapakah batasan area IUP eksplorasi dan IUP produksi untuk tambang
Batubara?
Berdasarkan UU Republik Indonesia No.4 Tahun 2009 tentang Pertambangan
Mineral dan Batubara Bagian Kelima Pertambangan Batubara pasal 61 dalam ayat 1
menyebutkan bahwa Pemegang IUP Eksplorasi Batubara diberi WIUP dengan luas paling
sedikit 5.000 (lima ribu) hektare dan paling banyak 50.000 (lima puluh ribu) hektare.
Sedangkan Mengenai IUP produksi untuk tambang Batubaral dalam Pasal 62
menyebutkan bahwa Pemegang IUP Operasi Produksi batubara diberi WIUP dengan luas
paling banyak 15.000 (lima belas ribu) hektare.

11. Berapakah batasan area IUP eksplorasi dan IUP produksi untuk tambang emas?
Berdasarkan UU Republik Indonesia No. 4 Tahun 2009 Pasal 52 tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara menyebutkan bahwa batasan area IUP Eksplorasi
untuk tambang emas adalah paling sedikit 5.000 hektare dan paling banyak 100.000
hektare. Sedangkan untuk IUP produksi dengan luas paling banyak 25.000 hektare.

12. Apa saja syarat-syarat memiliki IUPR?


Berdasarkan Perda No. 03 Tahun 2013 Pasal 40 Tentang Pengelolaan
Pertambangan Mineral dan Batubara menyebutkan bahwa syarat memiliki IPR adalah
pemohon harus memenuhi:
a) Persyaratan administratif
● Surat permohonan
● Kartu tanda penduduk
● Komoditas tambang yang dimohon
● Surat keterangan dari kelurahan/desa setempat

b) Persyaratan teknis, berupa surat pernyataan yang memuat:


● Kedalaman sumur dan terowongan paling dalam 25 meter
● Menggunakan pompa mekanik, penggelundungan atau permesinan dengan
jumlah tenaga maksimal 25 ​horse power ​untuk 1 IPR
● Tidak menggunakan bahan peledak
c) Persyaratan finansial, berupa laporan keuangan 1 tahun terakhir dan hanya
dipersyaratkan bagi koperasi setempat

13. Coba berikan gambaran kemungkinan kesalahan-kesalahan apa saja yang


dilakukan dalam penentuan sumberdaya?
1. Skandal Bre-X, yang diduga merupakan ​penipuan tambang emas terbesar di
Indonesia (Kalimantan) yang dilakukan oleh seorang geologist asal filipina
Michael de Guzman.
2. Perkara pada 1 Maret kemarin yaitu ​penipuan/penggelapan ​dana infrastruktur
dalam penambangan bijih nikel di Morowali Utara. Singkatnya, perkara ini terjadi
ketika pihak kontraktor/terdakwa (Christian Halim, PT Multi Prosper Mineral)
diberikan uang sebesar 20.5 M untuk membangun infrastruktur namun tidak
sesuai kesepakatan dengan pihak saksi/pelapor (Christeven Mergonoto, PT Kapal
Api Global) seperti pembangunan jetty yang tidak sesuai, jalan yang tidak layak.
Hal ini ditambah juga dengan penipuan oleb pihak terdakwa yang meminta 1.5 M
kepada saksi lain dari perusahaan pelapor dengan maksud “jaminan” bagi
pemegang IUP.
https://beritalima.com/christeven-tidak-ingat-ada-penalty-dalam-perjanjian-kerja
sama-tambang-nikel-dengan-christian-halim/
3. Manipulasi data cadangan sumberdaya pada suatu wilayah, penggelapan uang
proyek, maupun kesalahan yang tidak disengaja seperti salah menduga kandungan
emas di suatu wilayah.

14. Dimanakah kita dapat menjumpai definisi dari penipuan, penggelapan, korupsi,
pemalsuan, kelalaian, kesengajaan, menurut UU yang berlaku di Indonesia?
Jelaskan masing-masing unsur dari definisi-definisi di atas.
● Penipuan
Pasal 378 KUHP
“Barangsiapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain
secara melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan
tipu muslihat, ataupun rangkaian kebohongan, menggerakkan orang lain untuk
menyerahkan barang sesuatu kepadanya, atau supaya memberi hutang maupun
menghapuskan piutang, diancam karena penipuan dengan pidana penjara paling
lama empat tahun.”
● Penggelapan
Pasal 372 KUHP
“Barangsiapa dengan sengaja memiliki dengan melawan hak sesuatu barang yang
sama sekali atau sebagiannya termasuk kepunyaan orang lain dan barang itu ada
dalam tanganya bukan karena kejahatan, dihukum karena penggelapan, dengan
hukuman penjara selama-lamanya 4 (empat) tahun.”
● Korupsi
UU No. 31 Tahun 1999 - Pasal 2
(1) “Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya
diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan
negara atau perekonomian negara, dipidana penjara dengan penjara seumur hidup
atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua
puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah)
dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).”
(2) “Dalam hal tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dilakukan dalam keadaan tertentu, pidana mati dapat dijatuhkan.”
Pasal 158 - UU No. 4 Tahun 2009
“Setiap orang yang melakukan usaha penambangan tanpa IUP, IPR atau IUPK
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37, Pasal 40 ayat (3), Pasal 48, Pasal 67 ayat
(1), Pasal 74 ayat (1) atau ayat (5) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10
(sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar
rupiah).”
● Pemalsuan
Pasal 263 KUHP
1) “Barang siapa membuat surat palsu atau memalsukan surat yang dapat
menimbulkan sesuatu hak, perikatan atau pembebasan hutang, atau yang
diperuntukkan sebagai bukti daripada sesuatu hal dengan maksud untuk
memakai atau menyuruh orang lain memakai surat tersebut seolah-olah
isinya benar dan tidak dipalsu, diancam jika pemakaian tersebut dapat
menimbulkan kerugian, karena pemalsuan surat, dengan pidana penjara
paling lama enam tahun.”
2) “Diancam dengan pidana yang sama, barang siapa dengan sengaja
memakai surat palsu atau yang dipalsukan seolah-olah sejati, jika
pemakaian surat itu dapat menimbulkan kerugian.”
Pasal 159 - UU No. 4 Tahun 2009
“Pemegang IUP, IPR, atau IUPK yang dengan sengaja menyampaikan laporan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat (1), Pasal 70 huruf e, Pasal 81 ayat
(1), Pasal 105 ayat (4), Pasal 110, atau Pasal 111 ayat (1) dengan tidak benar atau
menyampaikan keterangan palsu dipidana dengan pidana penjara paling lama 10
(sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar
rupiah).”
● Kelalaian
Pasal 359 KUHP
“Barangsiapa karena kelalaiannya menyebabkan orang lain mati, dipidana dengan
pidana penjara paling lama lima tahun penjara.”
● Kesengajaan
Pasal 165 UU Pertambangan (Sudah Dihapus)
"Setiap orang yang mengeluarkan IUP, IPR, atau IUPK yang bertentangan dengan
Undang-Undang ini dan menyalahgunakan kewenangannya diberi sanksi pidana
paling lama 2 (dua) tahun penjara dan denda paling banyak Rp200.000.000 (dua
ratus juta rupiah)."

Anda mungkin juga menyukai