Jika dilihat dari style programing, yang paling populer ada 3 jenis style dalam
pemrograman yakni FP(Functional Programming), OOP(Object-Oriented Programming),
dan PP(Prosedural Programming). Pemrograman fungsional (FP) adalah tentang
Rian Julianto | 20/466378/PPA/05944
Logika dan Komputasi Simbolik
melewatkan data dari fungsi ke fungsi ke fungsi untuk mendapatkan hasil. Dalam FP,
fungsi diperlakukan sebagai data, artinya Anda dapat menggunakannya sebagai parameter,
mengembalikannya, membuat fungsi dari fungsi lain, dan membuat fungsi khusus. Fungsi
dalam FP harus berupa fungsi murni, fungsi tersebut harus menghindari status bersama,
dan efek samping serta data harus tidak dapat diubah. Fungsi murni adalah fungsi yang
diberi jenis masukan yang sama akan selalu mengembalikan keluaran yang sama, tidak
bergantung pada status lokal atau global. Pemrograman berorientasi objek (OOP) adalah
tentang merangkum data dan perilaku ke dalam objek. Aplikasi OOP akan menggunakan
kumpulan objek yang mengetahui cara melakukan tindakan tertentu dan cara berinteraksi
dengan elemen aplikasi lainnya. Misalnya sebuah benda bisa jadi seseorang. Orang itu
akan memiliki nama (itu akan menjadi properti objek), dan akan tahu cara berjalan (itu
akan menjadi metode). Sebuah metode dalam OOP dapat dianggap sebagai prosedur dalam
PP, tetapi di sini metode tersebut termasuk dalam objek tertentu. Aspek penting lainnya
dari OOP adalah kelas. Kelas dapat dianggap sebagai cetak biru suatu objek. Pemrograman
prosedural (PP), juga dikenal sebagai pemrograman inline mengambil pendekatan top-
down. Ini tentang menulis daftar instruksi untuk memberi tahu komputer apa yang harus
dilakukan langkah demi langkah. Itu bergantung pada prosedur atau rutinitas.
2. kelemahan komputasi simbolik terletak pada sistem pengelolaannya, jika niatnya untuk
menentukan nilai-nilai yang menghasilkan suatu bilangan real maka tetap perlu
membutuhkan metode dalam pemrograman numerik.keunggulan dan fitur juga terbatas
kepada aplikasi yang menyediakan bahasa pemrograman simbolik karena sifatnya khas
dan tidak semua aplikasi pemrograman menyediakan fitur untuk komputasi simbolik.
dalam proses pengamatan fenomena fisika, nilai yang di dapatkan dari suatu
pengukuran atau perhitungan selalu disajikan dalam bilangan real. Ini justru lebih
memudahkan pengamat dalam membandingkan fenomena-fenomena fisika yang dapat
terukur. Komputasi simbolik di posisikan biasanya sebagai chack balance saja dari hasil
perhitungan sebagai konsep perhitungan.
bilangan real, agar konsep terus terjaga, di setiap penyajian komputasi simbolik di sertai
juga perhitungan numeris nya.
karena tidak ada sistem pembulatan, Cuma bilangan rasional saja yang menjadi default
pemrosesan angka pada komputasi simbolik. Sebagai contoh keakuratan 1/3 lebih baik
dibandingkan dengan 0.3333. bilangan real 0.333 melibatkan pembulatan dan tentu ada
sedikit kurang presisi.
Jika yang disebut untuk di favoritkan, maka saya amat familiar dan favorit
menggunakan bahasa pemrograman Pascal. Awalnya bermula dengan mengambil suatu mata
kuliah dengan nama Algoritma dan Pemrograman. Dengan bermodalkan rasa penasaran serta
Percaya diri karena banyak yang ngambil mata kuliah itu pada saat itu maka sy pun mencoba.
Untuk konsep fisika sendiri, terus terang saya berada pada level yang lumayan susah untuk
memahami rumus-rumus dan konsep fisika. Namun saat mengambil perkuliahan ini, benar-
benar selama semester full tidak membahas fisika, murni dari 0 belajar algoritma dan
pemrograman. Disinilah saya memahami bagian lain dari suatu pembelajaran yakni berpikir
logic. Dan kosep matematika selalu tidak lepas dari pemikiran logic. Perkenalan saya dengan
bahasa pemrograman pascal dimulai, awalnya cuman di suruh mencari perhitungan-
perhitungan sederhana lewat perhitungan manual, dan saat di tunjukan bagaimana menuangkan
perhitungan analitis itu ke dalam program sejak saat itu saya tertarik. Semakin lama soal dan
penyelesaian kasus mulai di tingkatkan oleh dosen mata kuliah, dan di situlah mulai mengenal
pengenalan variabel, type data, dll. Karena diajarnya pascal, dan keseringan pakai pascal yang
codingannya banyak ( tentu karena semua variabel dan tipe data hrus di kenalkan ) lama
kelamaan jadi terbiasa dan berasa mudah.
Setelah kuliah Algoritma dan pemrograman selesai, semester semester selanjutnya
di lanjutkan dengan mata kuliah Fisika Komputasi I dan II. Disinilah mulai kenal banyak
operasi numerik dan tentu pascal bisa menyelesaikannya namun sekali laki dengan codingan
yang bejibun panjangnya. Suatu di suatu Momen saat sempat mengikuti pertukaran mahasiswa
selama 6 bulan di kampus lain, bahasa pemrograman yang di gunakan adalah MATLAB.
ketika saat di sodorkan bahasa pemrograman baru dan melihat polanya, ternyata rasa nya
mudah untuk menyesuaikan. Begitu pula saya coba untuk program Python dan menurut saya
masih bisa untuk menyesuaikan dan memahami. Tidak se ribet bahasa pemrograman pascal,
saya merasakan kebermanfatan belajar pascal yg kata orang interfacenya bikin ngantuk.
Kesimpulan dari sepenggal kisah diatas yakni, bahasa pemrograman hanyalah
sebatas sebuah metode/cara untuk menulis bagian terpenting di belakang itu yakni kenal dan
paham untuk memecahkan suatu kasus dengan berpikir logic. Apapun bahasanya, entah itu
fortran, C++,MATLAB, C,dan bahkan Python sekalipun, jika logicnya sudah terasa, kita
cuman butuh metode/cara nya saja untuk menuangkan ide kedalam listing program.